NovelToon NovelToon

Be My SUPERHERO

AWAL MULA

"Chiara! Kamu harus menikah dengan laki-laki itu atau kami mengusirmu keluar dari rumah ini!" Mona berteriak sambil jari telunjuknya terarah ke pintu keluar rumah, dengan mata melotot ke arah Chiara yang tampak mengepalkan kedua tangannya.

"Coba saja Tante usir Chiara dari rumah ini kalau memang tante bisa! Tante tahu bahwa Tante tidak akan mendapatkan apa-apa jika berani mengusirku keluar dari rumah ini!" Kali ini Chiara ikut berteriak sambil menangis.

Setelah lebih dari 5 tahun Chiara tinggal bersama dengan Mona sebagai wali sementaranya sejak orangtuanya meninggal, Chiara berusaha keras untuk menahan dirinya agar tidak menentang atau bertengkar dengan tantenya itu.

Namun hari ini Chiara benar-benar tidak bisa lagi menahan emosi dalam dirinya karena niat Mona untuk menikahkannya dalam waktu singkat.

Bagaimana bisa? Dia yang masih berusia 16 tahun dipaksa untuk menikah dengan laki-laki yang tidak dia kenal, meskipun laki-laki itu juga terbilang masih berusia cukup muda.

Laki-laki yang merupakan putra kedua dari pemilik usaha perhotelan yang cukup terkenal, dengan usia 23 tahun.

Tapi Chiara tahu pasti tujuan utama dari pernikahan ini adalah harta. Pernikahan itu akan memberikan keuntungan besar bagi usaha bisnis perhotelan calon suami Chiara, dan juga tante Chiara yang pastinya tidak akan mau menikahkan Chiara dengan seseorang yang tidak dapat memberinya keuntungan besar.

Mona yang merupakan adik kandung dari almarhum papanya begitu terobsesi untuk bisa merebut usaha perhotelan yang akan diwariskan oleh kedua orangtua Chiara kepada gadis remaja itu, sebagai pewaris tunggal.

Begitu Chiara berusia 18 tahun, sesuai dengan surat wasiat dan juga hukum yang berlaku, Chiara secara resmi akan menjadi pewaris tunggal dari bisnis perhotelan yang dimiliki oleh almarhum orangtuanya.

Sebelum usia Chiara mencapai 18 tahun, Mona sah menjadi walinya, dan dipercaya untuk mengelola hotel milik orangtua Chiara yang tersebar di seluruh kota besar yang ada di negara ini.

Mona berharap, dengan menikahkan Chiara sebalum usianya yang ke 18 tahun, dia memiliki kesempatan untuk mengambil alih usaha perhotelan orantua Chiara, dengan melakukan kerjasama dengan pria dan juga orangtua laki-laki yang akan dinikahkan dengan Chiara tersebut.

Sial! Andai saja di surat wasiat orangtua Chiara tidak menyebutkan bahwa jika Chiara meninggal atau cacat maka semua harta kekayaan mereka akan dialihkan ke Yayasan sosial, aku tidak akan ragu-ragu untuk segera melenyapkan gadis kecil yang merepotkan ini. Kakak ipar sepertinya sudah menyiapkan semuanya dengan baik, tapi jangan panggil aku Mona jika tidak dapat membuat hotel itu menjadi milikku.

Mona mendengus kesal sambil merutuk dalam hati mendengar ancaman balik dari Mona.

Gadis sialan ini benar-benar tidak mudah untuk dijebak! Tapi aku tidak boleh kalah. Aku harus segera menikahkan Chiara sebelum usianya mencapai 18 tahun, agar aku bisa memiliki sebagian dari usaha perhotelan tersebut. Dan aku harus menemukan laki-laki yang bisa aku kendalikan dengan baik sebagai suami Chiara. Laki-laki yang cukup bodoh untuk bisa mematuhi semua perintahku.

Mona kembali berkata dalam hati sambil menatap tajam ke arah Chiara yang terlihat masih menangis karena rasa kecewa yang begitu besar sedang menerpa hatinya.

Sepertinya untuk sementara waktu, aku harus berpura-pura berbaik hati, dan berbuat seolah-olah mendukung dan memberinya kesempatan.

Mona kembali berkata dalam hati, dan mulai berusaha membuat dirinya terlihat seperti seorang tante yang baik hati bagi seorang Chiara.

“Kalau begitu, tante akan memberimu waktu seminggu untuk dapat menemukan laki-laki yang mau menikahimu. Laki-laki manapun sebagai pilihanmu. Tapi dengan syarat, laki-laki itu sudah berusia cukup agar bisa menjadi walimu menggantikan tante. Ommu juga harus setuju dengan laki-laki pilihanmu. Dan pertemuanmu dengan laki-laki pilihan tante dua hari lagi, tetap harus dilaksanakan, meskipun pada akhirnya kamu tidak memilihnya. Paling tidak beri muka pada tante yang sudah mengaturkan pertemuan kalian dengna orangtuanya.” Chiara sedikit melotot mendengar perkataan tantenya.

Menemukan laki-laki lain agar mau menikah dengannya? Sedangkan belum pernah sekalipun dia dekat dengan pria manapun, apalagi dengan pria yang usianya lebih matang darinya, karena begitu ketatnya Mona selama ini mengatur jadwalnya, agar tidak banyak kontak dan berkomunikasi dengan orang lain.

Mona sendiri, dalam diamnya menunggu jawaban Chiara, tersenyum dalam hati dengan puas, karena dia tahu, Chiara tidak akan memiliki pilihan lain.

“Kalau begitu, kembalilah ke kamarmu. Satu minggu! Ingat! Tante memberimu kesempatan satu minggu atau kamu harus menikah dengan laki-laki pilihan tante. Jangan bilang tante tidak memberimu kesempatan untuk memilih.” Mona berkata sambil berlalu pergi, meninggalkan Chiara yang menarik nafas panjang dengan wajah bingung.

# # # # # # # #

“Aaron….” Suara bisikan dari Angelina membuat Aaron menoleh dengan cepat ke arahnya.

“Ssstttt….” Aaron berkata sambil menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya, memberi tanda pada Angelina agar tidak mengeluarkan suara.

Setelah lewat beberapa saat, sambil menarik nafas lega, Aaron bangkit dari berjongkoknya, dan keluar dari tumpukan rak dimana tadi dia dan Angelina sempat bersembunyi.

“Apa mereka sudah pergi?” Angelina berkata pelan sambil mengikuti langkah-langkah lebar Aaron yang beranjak pergi menjauhi gedung itu.

“Sudah.” Aaron menjawab singkat tanpa memandang ke arah Angelina seperti biasanya.

Seorang Aaron, laki-laki keturunan Amerika Indonesia, sangat tampan namun berwajah datar tanpa emosi, dengan sikap dinginnya, yang jarang berbicara dan juga sangat jarang tersenyum… dan Angelina sudah sangat hafal dan familiar dengan sikap Aaron yang baginya kadang seperti menekin hidup itu.

GADIS KECIL YANG CANTIK

“Aaron! Dengan kekuatan kita berdua, kita bisa melawan mereka dengan mudah. Kenapa kamu selalu lari dan bersembunyi!” Angelina yang berjalan di samping Aaron langsung menyatakan protesnya, karena Aaron yang memilih bersembunyi dan tidak mau melawan tiga orang anak buah Aldrich yang selama ini selalu mendapatkan tugas untuk mengajak para manusia dengan kekuatan super bergabung dengan organisasi mereka.

Dan jika ada yang menolak, tidak segan-segan, mereka diperintahkan untuk membunuh atau melenyapkan orang-orang istimewa yang menolak itu, agar di masa depan, orang-orang itu tidak mengganggu kegiatan organisasi mereka.

“Kamu tahu alasannya. Aku harus pergi sekarang.” Tanpa menunggu jawaban dari Angelina, tubuh Aaron melesat pergi dengan sangat cepat, tanpa bisa dilihat oleh mata manusia normal.

“Kamu merupakan orang terkuat yang pernah aku temui, kenapa kamu justru selalu lari. Harusnya kamu bisa mengumpulkan orang-orang hebat lainnya dan melawan Aldrich. Tapi sudahlah, sedari awal kamu memang tidak ingin ada yang mengenalimu dengan kekuatan supermu itu.” Angelina berkata sambil mengubah tubuhnya menjadi air yang sedang menggenang di lantai, dan meluncur pergi keluar dari gedung itu melalui sela-sela pintu yang terkunci.

# # # # # # # #

“Apa kamu sudah menyiapkan semua berkas yang aku minta?” Aaron dengan setelan jas rapi bertanya pada seseorang yang sedang berbicara dengannya melalui panggilan telepon.

“Sudah Pak, semuanya sudah siap, karyawan kita akan segera menyerahkannya ke Bapak.”

“Waktuku tinggal 15 menit lagi sebelum pertemuan penting ini berlangsung.” Aaron berkata sambil memandang ke arah Diego yang tampak mengarahkan pandangan matanya ke arah pintu masuk restaurant tempat dia dan Aaron sedang menunggu klien penting mereka untuk membicarakan bisnis.

Melihat bagaimana Diego serius menatap ke satu titik, dengan bibir sesekali menyungingkan senyumnya, membuat Aaron mengikuti arah pandangan mata Diego, yang sedang menatap ke arah luar jendela restauran.

Seorang gadis cantik, dengan rambut bergelombangnya sebatas bahu, mengenakan gaun sebatas lutut berwarna merah muda, tampak diseret dengan paksa oleh seorang wanita setengah baya yang tampak modis di satu sisi, sedang di sisi yang lain, tampak gadis yang usianya lebih tua ikut memaksa gadis cantik itu untuk masuk ke dalam restauran.

Beberapa kali gadis itu tampak menghentikan langkahnya, tapi kedua perempuan yang berada di samping kanan dan kirinya langsung menarik lengannya, atau mendorong punggungnya agar dia tetap berjalan ke depan sesuai instruksi mereka.

“Apa yang sedang kamu lihat Diego?” Aaron yang sudah memutus panggilan teleponnya, dan meletakkannya di atas meja, langsung bertanya kepada Diego yang tersenyum tanpa menoleh ke arah Aaron, tetap menatap ke arah gadis cantik dengan dua orang yang terlihat memaksanya untuk berjalan memasuki restauran.

“Lihat gadis dengan gaun merah muda itu. Meskipun terlihat masih sangat muda, tapi terlihat sangat cantik kan? Tapi entah apa yang terjadi, sepertinya kedua perempuan yang ada di sampingnya itu sedang memaksanya untuk ikut bersama mereka ke arah restauran ini.” Diego berkata dengan tatapan mata tetap melihat ke arah gadis yang sedang dibicarakannya itu.

“Jangan suka ikut campur urusan orang lain Diego.” Aaron berkata sambil meraih buku menu yang ada di depannya, membuka-bukanya, mencoba mencari menu yang tambahan untuk menjamu tamu yang akan datang 15 menit lagi untuk membahas kerjasama mereka.

“Aku hanya penasaran saja Aaron. Sepertinya gadis cantik itu butuh bantuan. Melihatnya seperti itu, sudah seperti seorang gadis yang akan dipaksa menikah dengan seorang laki-laki yang tidak disukainya. Bagaimana menurutmu? Apa pemikiranku mungkin saja terjadi?” Diego bertanya kepada Aaron yang masih serius menatap ke arah buku menu dengan serius, tanpa memperdulikan Diego yang tampak begitu tertarik melihat gadis cantik itu.

“Itu bukan urusan kita.” Aaron menjawab singkat.

“Wah… kamu benar-benar orang yang sangat dingin Aaron.”

“Lebih baik daripada mencampuri urusan orang yang tidak kita kenal. Merepotkan.” Aaron berkata dengan nada datarnya.

“Ist… dasar Aaron, kamu selalu saja bersikap dingin seperti itu. Karena itu sampai di usiamu yang sudah 28 tahun ini, belum pernah sekalipun kamu memiliki kekasih. Ubahlah sedikit sifatmu itu, menjadi sedikit lebih ramah, dan juga jangan mahal senyum. Sayang sekali dengan wajah tampanmu itu kamu membuatnya menjadi menakutkan karena tidak pernah tersenyum. Tolonglah, hias wajah tampanmu itu dengan sebuah senyuman, agar mamamu bisa segera menimang cucu.” Diego justru menanggapi teguran Aaron dengan menasehati Aaron.

“Kalau seperti itu pemikiranmu, kenapa bukan kamu saja yang menikah? Toh kita seumuran.” Aaaron berkata sambil menatap tajam ke arah Diego setelah menutup buku menu di depannya.

“Hah, kamu tahu sendiri bagaimana cerewetnya mamaku tentang gadis yang harus kunikahi. Aku saja sampai pusing. Karena itu juga sampai sekarang sudah banyak mantan kekasihku, tapi tidak satupun menjadi istriku.” Diego berkata sambil menghela nafasnya.

“Mau kemana kamu?” Diego langsung bertanya begitu melihat Aaron bangkit dari duduknya, dan mengancingkan kancing jasnya.

“Ke kamar mandi.” Aaron menjawab cepat dan langsung pergi menuju kamar mandi.

“Haist… Aaron, andaikata kamu menyadari betapa menariknya dirimu, pasti kamu tidak akan menyia-nyiakan anugrah Tuhan untukmu itu. Sebenarnya apa yang membuat anak itu tidak pernah tertarik dengan wanita? Apa dia pernah patah hati? Hah… tidak mungkin, selama aku mengenalnya, aku belum pernah melihatnya dekat lebih dari sekedar hubungan teman dengan seorang wanita manapun.” Diego terus berkata pelan sambil matanya mencuri pandang ke arah meja dimana gadis cantik bergaun merah muda tadi duduk bersama beberapa orang yang terlihat terlibat dalam pembicaraan serius.

“Eh, kemana gadis kecil itu ya?” Mata Diego berkeliling kesana kemari karena kursi yang awalnya diduduki oleh gadis cantik itu tiba-tiba terlihat kosong.

MEMANGGILMU "OM"?

Meski masih merasa begitu penasaran, Diego memilih untuk tetap duduk diam di tempatnya, sambil menunggu Aaron kembali dari toilet, dengan sesekali melirik ke arah kursi kosong yang tadi ditempati oleh gadis cantik yang cukup menyita perhatian Diego, berharap bisa segera melihat kembali gadis kecil yang bagi Diego terlihat sangat menarik itu.

Aaron sendiri, dengan langkah elegan dan berwibawa berjalan ke arah toilet dengan tatapan lurus ke depan.

"Bugh!" Sebuah suara terdengar begitu seorang gadis yang sedang menangis, berlari keluar dari toilet dan menabrak Aaron, sehingga ada sedikit noda dari riasan wajah dari gadis itu yang mengenai jas berwarna coklat tua yang dikenakan Aaron.

"Ma... maaf...." Gadis itu langsung meminta maaf dengan kepala tertunduk.

Sedetik kemudian, gadis itu mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah Aaron yang sedang menatapnya tanpa ekspresi.

Chiara sedikit tertegun melihat bagaimana tampannya sosok pria yang ada di depannya sekarang, membuatnya melupakan bagaimana dia barusan menangis karena tidak memiliki kesempatan untuk menolak rencana pernikahannya dengan Romi Setiawan yang sudah diatur oleh Mona, tantenya.

Tanpa sadar, Chiara memandang ke arah Aaron dengan tatapan kagum dan terpesona, tanpa berkedip, dengan sedikit mendongak karena perbedaan tinggi tubuh mereka berdua.

Tubuh yang menjulang tinggi, alis hitam, melengkung sempurna yang bertengger di atas mata ambernya yang terlihat tajam, dengan bulu mata yang cukup lentik untuk ukuran pria, hidung mancung dan rahang yang terlihat tegas, menunjukkan wibawanya yang tidak dapat dipungkiri.

Aaron yang berdiri dengan kedua tangan yang dia masukkan ke dalam saku, menatap Chiara dengan mata ambernya, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

"I'm sorry mr...." Melihat wajah laki-laki di depannya yang berwajah bule, dengan sedikit ragu Chiara mengucapkan permintaan maafnya dalam bahasa Inggris.

"Aku bisa berbahasa Indonesia." Dengan suara cepat dan terdengar dingin, Aaron berkata, menanggapi perkataan Chiara, tanpa menjawab permintaan maaf dari Chiara.

"Kalau begitu... maaf Om... aku benar-benar tidak sengaja." Karena laki-laki tampan yang berdiri di depannya hanya menatapnya dengan wajah datar tanpa mengiyakan permintaan maafnya, Chiara merasa tidak enak hati dan kembali meminta maaf padanya.

Aaron yang mendengar Chiara memanggilnya dengan sebutan "om", tanpa sadar langsung mengernyitkan dahinya.

Memang dia sudah berusia 28 tahun, tidak semuda, seperti gadis di depannya yang mungkin belum genap berusia 17 tahun, tapi dipaksa berdandan dengan gaya dewasa hari ini.

Akan tetapi mendengar ada seorang gadis muda memanggilnya om, cukup membuat Aaron merasa kaget.

Tidak dapat dipungkiri, wajah Aaron yang tampan, dan juga wajah awet mudanya yang membuat orang seringkali salah mengira bahwa usianya masih di awal 20 an, membuat Aaron merasa heran ternyata gadis di depannya memanggil om, yang artinya menganggapnya memiliki penampilan dan wajah yang cukup tua.

Chiara sendiri memanggil om dengan serta merta karena melihat penampilan Aaron dengan setelan jas resminya yang tampak berwibawa dan menunjukkan bahwa laki-laki itu bukan orang sembarangan, seperti orang berkedudukan tinggi dalam pekerjaannya.

Apalagi Chiara yang belum lagi lulus SMA, hanya ingin menghormati laki-laki yang pastinya sudah bekerja itu, sehingga memanggilnya om tanpa berpikir panjang dan berniat menghina, justru ingin menghormati orang yang lebih tua darinya.

Melihat Aaron mengernyitkan dahinya tanpa senyum atau sikap ramah, Chiara jadi merasa tidak nyaman, dan sedikit menundukkan kepalanya, sehingga tanpa sengaja melihat bagaimana jas yang dikenakan oleh Aaron terkena noda make up dari wajahnya, ketika dia menabrak Aaron tadi.

"Om, maaf ya... biar aku bersihkan...." Tanpa ragu, dengan cepat tangan Chiara bergerak ke arah jas yang dikenakan oleh Aaron, dan mengkibas-kibaskan tangannya disana, berharap agar noda dari bedak yang dikenakannya itu bisa hilang dari jas Aaron.

Beberapa saat kemudian, Aaron membiarkan Chiara melakukan hal itu dengan matanya menatap tajam mengamati tindakan Chiara, sampai dilihatnya seorang gadis lain keluar dari toilet dengan wajah terlihat begitu kesal.

Gadis muda yang baru keluar dari toilet, adalah gadis yang tadi sempat dilihat Diego sedang ikut membantu wanita yang tampak lebih tua untuk memaksa Chiara masuk ke dalam restauran.

Dengan gerakan cepat, Aaron memegang pergelangan tangan Chiara, dan menjauhkan tangan yang baginya mungil itu dari jasnya, membuat Chiara menghentikan gerakannya untuk membersihkan noda make up pada jas yang dikenakan Aaron, yang terlihat sudah lebih bersih dari tadi, meskipun masih ada sisa-sisa noda yang terlihat tipis di sana.

Aaron sengaja melakukan itu agar gadis yang baru keluar dari kamar mandi itu tidak salah paham saat melihatnya bersama Chiara yang sedang membersihkan jasnya.

"Chiara!" Revina, gadis yang merupakan sepupu Chiara itu langsung berteriak menyebutkan nama Chiara begitu melihat sosok Chiara bersama laki-laki asing yang baru pertama kali dilihatnya itu.

"Tolong lepaskan Om." Chiara berkata sambil melepaskan cekalan tangan dari Aaron yang langsung melepaskan tangannya dari tangan Chiara, begitu gadis itu memintanya dengan wajah terlihat gugup, menunjukkan kalau dia cukup terintimidasi dengan kehadiran gadis yang barusan berteriak, memanggil namanya itu.

Wah, siapa laki-laki itu? Tampan sekali. Apa dia kekasih Chiara? Tidak mungkin, kalau benar itu kekasihnya, dia pasti sudah membawanya ke hadapan mama untuk membatalkan pernikahannya dengan Romi. Lagipula, lagi-laki sekeren dia, mana mau berpacaran dengan gadis bau kencur seperti Chiara.

Revina berkata dalam hati sambil mengamati sosok mengagumkan dari Aaron yang tadi sempat dilihatnya mencekal tangan Chiara, dan menjauhkan tangan Chiara dari tubuhnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!