Ibu Kota Negara K.
“Apakah kamu sengaja mengambil tugas ini hanya karena tidak mau diperkenalkan dengan anak teman Ayah?”
Mendengar suara Tuan Feliks yang sedikit dingin, Chezy menggelengkan kepala. Dia menuruni anak tangga sambil membawa dua koper cukup yang cukup besar.
“Ayah, aku masih muda. Aku juga senang dengan pekerjaanku. Ini tidak ada hubungannya dengan itu. Lagi pula, bukankah Ayah bilang bahwa anak teman Ayah itu sudah memiliki tunangan?” Chezy tahu ayahnya selalu khawatir dengan pekerjaannya yang berbahaya. Dia sudah terbiasa dengan sikap ayahnya yang jarang sekali diajak bercanda.
Tuan Feliks terdiam sebentar dan meletakkan majalah keuangan di tangannya. “Memang. Tapi meski begitu, hubungan mereka tidak harmonis.”
“Itu tetap saja. Aku tidak mau! Aku sudah menghubungi kakek tentang misiku ke Negara A kali ini. Mungkin akan menghabiskan waktu setahun.”
“Kalau begitu, berhati-hatilah …” Tuan Feliks tidak bisa memaksa putrinya yang telah dibesarkan oleh ayah istrinya sendiri. “Kakakmu masih di laboratorium, tidak bisa mengantarmu ke bandara. Ingatlah jika ada kecelakaan apapun, hubungi Ayah atau kakakmu. Keluarga Edelmar tidak bisa ditindas begitu begitu saja.”
Chezy hanya mengiyakan dengan mudah. Dia berpamitan dan segera meninggalkan rumah. Ibunya masih sibuk di rumah sakit militer, jadi Chezy tidak mau mengganggunya.
......................
Di perjalanan menuju bandara internasional, Chezy berkirim pesan dengan dua rekan kerjanya yang sudah lebih dulu tiba di Negara A.
Dia adalah seorang agen rahasia yang telah menyelesaikan banyak tugas. Kali ini dia ditugaskan untuk mencari sarang pembunuh berantai yang melarikan diri ke Negara A.
Awalnya Chezy tidak mau mengambil tugas ini. Namun karena ayahnya mendesak untuk mengenal anak temannya sendiri yang juga berada di Negara A. Chezy mengubah pikirannya. Tidak peduli siapa pria itu dan apakah tampan atau tidak, Chezy tidak mau menjalin hubungan asmara. Dia suka bekerja.
Mobil keluarga yang mengantarnya ke bandara akhirnya sampai.
“Nona Muda, kita sudah sampai,” ujar supirnya.
“Ya, terima kasih.”
Chezy menyimpan ponselnya dan segera keluar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pada malam hari di Negara A.
Bandara Internasional.
Chezy turun dari pesawat kelas bisnis, memakai kacamata hitamnya dan menyeret dua koper. Dia sempat pergi ke toilet ke toilet untuk buang air kecil dan membasuh wajahnya dengan air dingin di wastafel.
Saat dia hendak keluar toilet, seorang pria berjas rapi tiba-tiba saja masuk dengan wajah penuh cipratan darah. Pria itu segera membungkam mulut Chezy dengan tangannya dan menyeretnya ke salah satu bilik toilet.
Bilik toilet segera dikunci agak tergesa-gesa oleh pria itu. Tapi masih belum melepaskan Chezy.
“Hmmph!!” Chezy mencoba melepaskan diri.
Baru saja tiba di negara ini, apakah dia sudah menjadi objek penculikan pria tampan?
“Diam!” Suara magnetis pria itu membuat Chezy sedikit tertegun.
Suaranya sangat seksi! Pikirnya.
Tak lama setelah itu. Baik Chezy maupun pria yang membekapnya mendengar suara derap kaki yang berantakan dan tergesa-gesa. Lalu ada beberapa percakapan kasar pria di sana.
“Cepat cari pria itu. Bos berkata untuk membunuhnya!”
“Dia tidak mungkin sembunyi di sini kan?”
“Cari satu persatu di bilik toilet!”
“Ya!”
Suara bilik toilet yang ditendang agak keras membuat pria yang membekap Chezy sedikit menegang. Napas pria itu agak berantakan, jelas menahan amarah.
Adapun Chezy, dia tidak tahu apa yang terjadi. Punggungnya menempel di tubuh pria itu, sedikit canggung.
Yang tidak diduga Chezy, pria itu masih memegang pistol di tangannya.
Dia ingin melepaskan diri darinya tapi pria itu tetap bersikeras. Pada akhirnya, dia memberi isyarat jika dirinya bisa membantu.
Walaupun pria itu tidak yakin, wanita kecil ini pasti ingin hidup panjang, jadi dia melepaskan tangannya.
“Aku bisa membantumu tidak ditemukan oleh mereka. Tapi jangan menyesalinya,” bisik Chezy sepelan mungkin.
Pria dengan wajah dipenuhi cipratan darah itu menyipitkan mata. Wanita di depannya ini sama sekali tidak takut atau pun gemetar. Aroma parfumnya terhirup olehnya. Tapi tidak ada rasa jijik sama sekali.
“Terserah!”
Tiba-tiba saja Chezy berteriak manja dan merintih dengan suara yang terputus-putus. Suaranya terdengar ambigu hingga pria di depannya menegang. Meski cara ini terkesan tidak sopan, tapi sepertinya berhasil.
Sekelompok orang yang sedang mencari pria itu mengumpat ketika mendengar sepasang kekasih sedang bercinta di dalam toilet wanita. Sangat berani.
“Sepertinya dia tidak datang ke sini! Pergi dan blokir semua jalan diam-diam. Pria itu tidak akan lolos dengan wajah penuh darah seperti itu. Seseorang pasti akan melihatnya. Periksa pemantauan!”
“Baik, Bos!”
Segera, derap kaki yang berat itu menjauh dari toilet. Hingga akhirnya tidak terdengar lagi.
Setelah memastikan jika mereka pergi, pria itu tidak lagi menahan Chezy dan keluar bilik toilet. Dia menyimpan pistol di balik saku jasnya.
Kemudian pria itu pergi tanpa meninggalkan informasi apapun.
Chezy menghela napas. Dia tidak peduli dengan kejadian malam ini dan segera meninggalkan toilet. Pria itu benar. Sekelompok orang jahat tadi pasti akan melibatkannya jika memeriksa CCTV.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pria yang sebelumnya menyandera Chezy di toilet bandara internasional kini mencuci di sebuah sungai berair jernih.
Cipratan darah di wajahnya kini sudah tidak ada dan wajah tampannya terlihat Meski malam ini hanya terpantul cahaya bulan purnama.
"Bos," ujar asisten nya yang baru saja tiba membawa pakaian ganti.
"Ya." Dallas mengambil pakaian ganti itu dan melepaskan jas serta kemeja sebelumnya.
Dia baru saja kembali dari Negara K karena pekerjaannya. Tapi siapa yang tahu kelompok orang-orang itu mencarinya hingga ingin menghabisi nyawanya.
Setelah berganti pakaian, Dallas mengerutkan kening. Dia teringat dengan wanita yang disanderanya di toilet bandara.
"Cari tahu tentang wanita itu untukku. Aku ingin informasi lengkapnya besok pagi," titahnya pada sang asisten.
Asistennya tahu apa yang dimaksud Dallas dan segera meninggalkan tempat tersebut.
Dallas merasa jika wanita itu yang cocok untuk diajak bekerja sama.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Seminggu kemudian ....
"Kenapa masih belum datang? Bukankah mereka bilang pukul sepuluh malam?" gumam Chezy seraya melihat jam tangan di pergelangan tangan kirinya.
Wanita itu baru berusia dua puluh tiga tahun, tidak terlalu tinggi, memiliki tubuh ramping, iris mata kecokelatan, rambut hitam berponi serta kulit putih bersih.
Ini sudah jam sepuluh malam. Tapi tidak ada yang datang. Chezy mulai kesal.
"Marine, Hadwin! Awas saja jika kalian menipuku kali ini!" gumamnya.
Tak jauh darinya, sebuah mobil hitam itu berhenti di tempat yang agak gelap. Dallas yang duduk di kursi belakang sedang merokok sambil melihat selembar kertas HVS berupa informasi lengkap seseorang.
"Apakah kamu yakin sudah memeriksanya berulang kali?" tanyanya pada Asisten Jill.
...****************...
NB: Novel ini mengandung beberapa adegan (21+), bijaklah dalam membaca.
Asisten Jill sedikit berkeringat dingin di tangannya dan mengangguk. "Ya, Bos. Tidak ada yang kurang atau lebih. Kami hanya bisa menemukan yang ini," jawabnya.
Apa yang dipegang Dallas saat ini adalah informasi seorang wanita yang disanderanya saat di toilet bandara internasional.
Tapi tidak banyak yang bisa dilakukan Asisten Jill saat memeriksa informasi wanita yang dimaksud Dallas karena pihak lain berasal dari Negara K. Di negara itu, privasi sangat dijaga. Bahkan jika tahu namanya, belum tentu akan tahu keluarga dan pekerjaannya.
Semua informasi bisa saja salah.
"Bos, wanita itu menunggu di sana. Sepertinya sedang menunggu seseorang." Asisten Jill buka suara lagi, sedikit tidak nyaman dengan keheningan bosnya.
Dallas juga tahu itu. "Pergi dan hampiri dia. Sudah diputuskan, aku akan memilihnya."
Asisten Jill tidak banyak bertanya dan mengemudikan mobilnya ke sisi Chezy berada.
Ketika Chezy yang sedang menunggu seseorang melihat sebuah mobil berhenti, dia pikir itu kedua rekannya. Jadi dia langsung membuka pintu belakang mobil dan duduk dengan santai.
"Kenapa kalian begitu lama? Apakah kalian sengaja ingin membuatku marah?" Chezy belum melihat siapa pihak lain dan menyimpan tas di sampingnya.
Tapi ... Dia menyadari jika saat ini ada yang salah. Dia segera menatap seseorang yang duduk di sampingnya. Lalu membelalakkan mata.
"Ahh?! Siapa kamu? Apa aku salah masuk mobil?" Chezy melihat si pengemudi. Ini bukan Hadwin. Orang yang di sampingnya juga bukan Marine, rekan kerjanya. Tapi seorang pria tampan.
"Kamu tidak salah orang." Dallas mencoba untuk berkomunikasi dengan wanita di sampingnya.
"Tidak? Tapi aku tidak mengenalmu. Aku sedang menunggu kedua temanku." Chezy berusaha untuk terlihat seperti wanita polos tanpa kekuatan.
Asisten Jill melihat keduanya dari kaca spion dalam laku berkata pada Chezy. "Nona ini ... Tempat tersebut biasanya digunakan para wanita malam dijemput oleh pelanggan nya."
"Tapi aku bukan wanita malam! Aku ini seorang—" Chezy langsung terdiam. Dia hampir saja keceplosan. "Aku seorang pelayan baru di toko bunga ...," imbuhnya pelan.
Aku adalah seorang agen rahasia, batinnya jujur.
"Alasan yang bagus!" Dallas sama sekali tidak mempercayainya.
"Tampan, percayalah padaku. Aku benar-benar seorang pelayan di toko bunga."
"Penampilanmu di bandara sudah terlihat sebagai wanita malam. Apakah ada yang salah dengan kata-kata ku?" Dallas menjelaskan, tidak menyembunyikan apa yang terjadi di bandara seminggu lalu.
Chezy akhirnya menatap Dallas dengan ekspresi terkejut. "Mungkinkah kamu yang dicari sekelompok orang dan memasuki toilet wanita, menyanderaku di bilik toilet sambil menodongkan pistol?" tebaknya.
Yah, siapa yang menyangka jika pria itu akan sangat tampan. Malam itu Chezy hanya melihat wajahnya dipenuhi oleh cipratan darah. Tapi kali ini berpakaian rapi. Sungguh tidak terduga.
Bisakah pria ini seorang pembunuh? Mafia? Gangster? Polisi? Tentara?
"Ini memang aku."
"Lalu kenapa menangkapku?"
"Kamu masuk mobil dengan sukarela sekarang. Kapan aku menangkap mu?" Dallas menyesap rokoknya lagi.
"Kamu!" Chezy memelototinya. Kenapa dia begitu sial malam ini?
Di hari biasa, Chezy bukan orang pemalu. Dia sebenarnya sedikit tak tahu malu, agak kasar dan juga sering berpura-pura bodoh.
Pria jenis apa yang belum pernah dia hadapi? Untuk menyelesaikan misi, Chezy telah berlatih untuk menjadi seorang wanita berdarah dingin, tidak mengasihi ketampanan atau pun menerima kasih sayang.
Dallas memiliki potongan rambut rapi, garis rahang tegas, hidung mancung, bibir tipis, jakunnya menonjol sempurna—mencerminkan sebagai pria dewasa. Sepasang mata biru laut pria itu menatap Chezy tanpa ekspresi.
Belum lagi, Dallas memegang rokok yang sudah agak pendek. Asap rokok menyebar di dalam mobil hingga pria itu akhirnya membuka jendela pintu mobil di sampingnya agar udara segar masuk.
"Pergi ke hotel termewah di kota ini," kata pria itu pada Asisten Jill.
"Baik, Bos." Pria berkacamata hitam yang dengan menyetir mengangguk sedikit.
"Kenapa pergi ke hotel?" tanya Chezy terkejut.
"Selama kamu mengambil beberapa foto intim denganku di hotel, bayarannya akan sesuai," jelas Dallas masih bernada dingin,
Chezy akhirnya tak bisa tinggal diam lagi.
"Ini ... Aku hanya sedang menunggu rekanku datang menjemput."
"Jangan berpura-pura bersih."
"Jelas aku masih perawan! Ciuman pertamaku juga belum hilang. Tuan, tolong hormati dirimu sendiri," kata Chezy. Dia ingin mengeluarkan smartphone nya dari tas bahu yang dibawanya.
Tiba-tiba saja Chezy merasa seseorang di sampingnya mencondongkan tubuh ke arahnya dan mengembuskan asap rokok ke wajahnya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanyanya curiga.
Dallas tersenyum aneh pada Chezy. "Bertele-tele. Kalau begitu buktikan di tempat tidur."
Untuk pertama kalinya, Chezy bertemu dengan pria yang begitu terus terang ingin meniduri wanita.
"Kamu yakin?" Chezy sedang menimbang-nimbang. Pria ini sebenarnya tidak buruk, pikirnya.
"Ya."
"Kurasa kamu terlihat seperti pria yang diputuskan cintanya dan mencari pengganti," kata Chezy.
"..." Dallas tidak menjawab.
Pada akhirnya, suasana di dalam mobil kembali hening. Pria itu sama sekali tidak peduli dengan lingkungan sekitar, masih terasing dan dingin. Memulai obrolan lain saja tidak mau.
Tak lama kemudian, mobil hitam itu tiba di halaman hotel mewah.
"Tuan, kita sudah sampai," ujar Asisten Jill.
Dallas akhirnya mematikan puntung rokok, melirik Chezy tanpa ekspresi.
"Turun dan jangan lari," katanya.
Chezy sama sekali tidak berniat lari.
Di sinilah, Chezy mulai gelisah. Keduanya pun memasuki hotel dan memesan sebuah kamar paling mahal yang ada di lantai teratas.
Ketika memasuki kamar dan mengunci pintu, pria itu langsung mendorong Chezy ke tempat tidur.
Chezy merasakan napas hangat pria itu menggelitik lehernya mulai basah oleh sapuan lidah dan beberapa kecupan. Wanita itu terkejut. Baru saja masuk tapi sudah menyerangnya tanpa berkata apa-apa?
Apakah pria ini begitu tidak sabar untuk memperkosa dirinya?
"Uhh ... Tunggu! Tunggu! Mari kita bicara dulu." Suara Chezy agak terputus-putus. Sapuan lidah pria itu di lehernya membuat pikiran Chezy agak kosong.
Dallas mengangkat kepalanya, melonggarkan dasi serta membuka dua kancing kemeja bagian atas. Jasnya sudah dilepas sejak awal memasukinya hotel.
Melihat wajah Chezy yang sedikit malu, Dallas sama sekali tidak merasa berbaik hati.
"Wanita, mari kita buat kesepakatan. Tapi setelah malam ini, aku ingin memutuskan sesuatu yang bisa menguntungkan mu dan aku nantinya," ucapnya masih dingin dan tidak berperasaan.
"Kamu—" Chezy hilang kesabaran.
Chezy menggertakkan gigi. Dia mencoba untuk melawan dan menendang pria itu.
Ekspresi Dallas berubah serius. Dia segera menangkap tangan Chezy yang hendak memukulnya. Lalu menindih kedua kaki rampingnya agar tidak menendang sembarangan.
Akhirnya Dallas menyeringai. Awalnya dia pikir ini hanya akan membosankan. Namun setelah melihat seberapa kuat tenaga wanita ini untuk melepaskan diri, darah di tubuhnya semakin mendidih.
"Bagus sekali. Sepertinya kamu suka bermain kasar di tempat tidur. Kalau begitu, aku bahkan tidak akan sungkan untuk mencobanya."
Kali ini, suara gaun yang dirobek oleh pria itu memenuhi ruangan tersebut. Disertai dengan teriakan Chezy yang penuh kutukan dan juga makian untuk pria itu.
"Ahh! Sakit! Pelanlah sedikit," rintih Chezy sedikit menitikkan air mata.
Pertama kali kehilangan keperawanannya, rasanya tidak nyaman.
Dallas tidak kehilangan pikirannya. Dia juga tidak mabuk. Melihat wanita di bawahnya menahan rasa sakit, dia berhenti sejenak. Dia benar-benar tidak pengalaman tentang ini.
Namun napas Dallas masih sedikit berantakan. "Maaf," bisiknya.
Memperhatikan wajah Chezy yang masih menunjukkan rasa sakit, Dallas bergerak pelan-pelan. Selama 28 tahun terakhir, dia akhirnya tahu bagaimana rasanya menyentuh wanita.
Rasanya cukup geli dan aneh. Awalnya tersentak beberapa kali hingga hampir tak bisa mengontrol dirinya. Namun setelah itu dia mulai terbiasa.
Sebelumnya, Dallas mengambil beberapa foto keduanya yang cukup intim. Tapi tidak memperlihatkan bagian penting tubuhnya. Setidaknya, Dallas masih menyembunyikan privasi Chezy.
Melihat Chezy yang merintih di bawahnya, dia memperlambat gerakannya sedikit dan mencium bibirnya sekilas.
"Apakah masih sakit?" bisiknya.
"Tentu saja. Ini pertama kalinya bagiku. Bagaimana mungkin tidak sakit." Chezy memerah. Pada akhirnya, dia kehilangan hal yang paling berharga dalam hidupnya di tangan pria sombong ini.
"Tidak apa-apa. Aku akan bertanggungjawab untukmu. Ingatlah, namaku Dallas Alston," bisiknya di telinga Chezy.
Bagaimana bisa Chezy peduli dengan namanya?
Saat ini, dia merasa jika tubuhnya remuk, seperti terlindas sesuatu. Rasa sakit di bagian tubuh bawahnya masih ada. Namun rasa sakit itu berangsur-angsur berkurang.
Pikirannya bingung. Meski dia tidak malu untuk belajar tentang hubungan pria dan wanita dalam artian aktivitas ranjang, namun mengalaminya secara langsung sungguh tidak terduga.
Setelah menghabiskan waktu yang cukup banyak, Dallas sedikit tidak terkontrol. Rasanya ada sesuatu yang akan meledak di tubuhnya.
......................
Keesokan paginya.
Chezy terbangun oleh sinar matahari yang menerpa wajahnya. Wanita itu mengerutkan kening, membuka matanya perlahan. Samar-samar, dia melihat sosok jangkung yang memakai jubah mandi hotel berdiri di depan jendela besar hotel.
Dia mencoba untuk menggerakkan tubuhnya.
"Oh, sakit!" Dia terkejut saat menyadari jika tubuhnya lemah sulit bergerak. Kedua kakinya lemas. Dia akhirnya ingat apa yang terjadi semalam.
"Bangun?" Pria itu menoleh dan menatapnya tanpa menunjukkan ekspresi cabul seperti semalam.
Ternyata pria itu sedang merokok.
Chezy tidak menjawab, hanya memelototinya seperti harimau betina yang menuntut utang jutaan dolar.
Tanda merah di tubuhnya hampir membuatnya merinding. Chezy berusaha untuk mengambil duduk dan bersandar di kepala tempat tidur. Gaunnya yang dirobek pria itu tergeletak di tepi tempat tidur tak jauh darinya.
Dallas mematikan puntung rokok di asbak yang ada di meja tak jauh dari dirinya. Lalu mengambil selembar kertas HVS, menyerahkan nya pada Chezy.
"Apa ini?" tanya wanita itu enggan menerimanya.
"Lihat dan pikirkan baik-baik." Dallas sama sekali tidak mengubah ekspresinya.
Chezy mengambil selembar kertas HVS tersebut. Ada beberapa baris kalimat di atas kertas putih tersebut. Semuanya mencantumkan poin penting, isi perjanjian serta tulisan 'Kontrak' terpampang jelas di bagian paling atas.
Semakin Chezy membaca, wajahnya mulai memerah oleh amarah. Dia langsung merobek kertas tersebut dan melemparnya pada Dallas.
"Bast*rd! Kamu pikir aku wanita bayaran untuk pemuas nafsumu?!" teriaknya.
Selama dua puluh tiga tahun hidup sebagai wanita perawan, dia belum pernah diperlakukan seperti ini.
Isi dari kertas tersebut jelas menyebutkan kontrak kerja sama kedua belah pihak. Dallas memintanya untuk menjadi istri kontrak selama satu tahun.
Jika Chezy setuju, Dallas akan memberinya uang, status nyonya rumah, kehormatan sebagai wanita kaya serta kebutuhannya terpenuhi.
"Dengan status dan tampang mu, tidak sulit untuk mendapatkan wanita yang mau bermain kuda denganmu di ranjang! Tapi aku tidak mau! Aku masih wanita terhormat!" Chezy tidak memedulikan apakah tubuhnya sakit atau tidak, kemarahan nya tidak terbendung.
"Kamu harusnya terhormat bisa menjadi istri dan tidur denganku," ucap Dallas tidak peduli.
Terhormat pantatku! Teriak Chezy dalam hati. Napasnya terengah-engah.
"Kenapa Tuan Alston begitu ngotot untuk memilihku? Tidak takut aku akan mencoba memanfaatkan hartamu untuk berfoya-foya dan bercinta dengan pria lain?"
Dallas terkekeh. Pria mana yang suka wanitanya tidur dengan pria lain, apa lagi menghabiskan uangnya untuk pria lain?
Dallas bukan orang baik atau pria yang benar-benar baik. Jika itu sampai terjadi, mungkin dia akan membunuh orang dan memenjarakan wanita itu.
Semakin Dallas berpikir, memilih Chezy sebagai istri kontraknya merupakan pilihan yang tepat.
"Kamu tidak akan melakukannya karena kamu adalah wanita terhormat," jawabnya.
Senyum Chezy membeku dan kehilangan semua pikirannya lagi. Apakah ini namanya menembak di kakinya sendiri?
"Nona Chezy, apakah sekarang bisa menyepakati perjanjian kita?" tanya Dallas setelah mengeluarkan selembar kertas sama seperti yang tadi.
"Okay, tidak masalah. Tapi aku tidak suka dikekang. Aku ingin kebebasan dan melakukan apa yang kuinginkan," katanya.
"Selama tidak melanggar dari poin-poin di dalamnya, aku tidak peduli." Dallas mengangguk ringan.
Akhirnya, Chezy menandatangani kertas tersebut serta memberikan cap jempol sebagai bukti. Melihat surat perjanjian tersebut disepakati, Dallas tersenyum sedikit lebih lebar.
"Ingat satu hal, selama satu tahun, dilarang untuk berhubungan dengan pria lain begitu intim," katanya.
"Aku tahu, tidak perlu menceramahiku!" Chezy malas untuk mengobrol dengannya.
"Namamu Chezy Edelmar kan?" tanya Dallas tiba-tiba. Nada bicaranya polos, membuat Chezy mengembuskan napas panjang.
Chezy baru saja menandatangani surat kontrak kedua belah pihak.
"Ya, namaku Chezy Edelmar. Salam kenal Tuan Alston."
Dallas menaikkan sebelah alisnya. Keluarga Edelmar? Sepertinya tidak ada nama marga itu di Negara K.
Dia tidak peduli apakah Chezy dari keluarga kaya atau tidak, menjadi istri kontraknya tidak perlu banyak persyaratan.
Cukup untuk tidak mudah ditindas. Yang lebih penting, sedikit lebih pintar. Karena keluarga Alston tidak seperti rumah penuh kehangatan.
Lagi pula, Dallas punya tunangan yang dipilih oleh keluarga.
Omong-omong tentang tunangan yang tidak diakui, Dallas menyipitkan mata. "Jika di masa depan ada wanita yang mengaku sebagai tunanganku, abaikan saja dan jangan pedulikan," katanya.
"Oh, Tuan Dallas sepertinya sangat membenci tunangannya," cibir Chezy.
"Wanita yang bermain dengan kakakku sendiri, apakah layak?" Dallas tidak marah sedikit pun.
Chezy terkejut. Ternyata tunangan pria ini menyukai saudaranya sendiri. Bukankah itu berarti Dallas bukan anak tunggal di keluarga?
Sepertinya Chezy harus mencari informasi keluarga Alston terlebih dahulu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Chezy kembali ke apartemen yang disewanya setelah mengurus sesuatu dengan Dallas. Terutama setelah pergi ke Biro urusan sipil untuk mengurus surat pernikahan, dia merasa lemas.
"Marine! Kenapa kamu begitu kejam?! Apa kamu ingin membunuhku?" Chezy tidak senang saat melihat wanita berambut pirang duduk di sofa sambil tersenyum licik padanya.
Marine Sanchez, rekan satu tim Chezy dalam misi rahasia nya di negara A. Serta ada satu rekan lagi yang merupakan seorang pria berkacamata—kini pergi ke dapur untuk mencari makanan.
Marine tiga tahun lebih tua dari Chezy sekaligus seniornya di organisasi. Tapi sifatnya lebih kekanak-kanakan dari pada Chezy.
"Oh, ayolah Chezy, biar kutebak, pria itu pasti tampan bukan? Bagaimana rasanya malam pertama bersama pria itu? Apakah enak?" goda Marine sama sekali tidak takut dengan kemarahan rekannya.
Chezy jelas malu. Dia canggung saat ini. "Aku ingin membunuh mu!" teriaknya.
Tap Marine justru tertawa dan terus menggodanya. Hingga akhirnya seorang pria berkacamata dengan rambut agak berantakan muncul dari dari dapur. Pria itu terlihat cupu pada pandangan pertama.
"Apa yang kalian ributkan? Chezy, kenapa kamu tidak memiliki telur di dapurmu? Aku ingin membuat telur mata sapi," kata pria itu.
"Aku baru saja datang, bagaimana mungkin ada waktu untuk membeli kebutuhan dapur?!" Chezy meledakkan kemarahan seperti kucing yang diinjak ekornya.
"Hadwin, wanita kesayangan kita akhirnya melepaskan segelnya." Marine pamer.
"Marine!" Chezy menggertakkan gigi, menatap wanita berambut pirang itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!