Seperti biasa Anita menunggu sahabatnya yang bernama Lolita di depan kampus untuk masuk bersama-sama.
Namun tidak biasanya Lolita datang terlambat, sehingga membuat Anita merasa cemas dan uring-uringan sendiri.
"Udah jam berapa ini?" ucap Anita sambil sesekali melihat jam ditangannya.
"Kemana anak manja itu jam segini belum datang juga. Dia membuat ku khawatir saja" lanjut Anita berbicara sendiri.
Dengan rasa khawatir Anita berkali-kali mondar mandir di depan kampus. Hingga akhirnya, Anita memutuskan untuk menelpon sahabat tersayang nya itu.
" Hallo. Gadis manja, kemana saja kau ini. Kenapa jam segini belum datang juga?" pekik Anita setelah tahu panggilan telponnya di terima.
Sementara di ujung telpon, dengan suara sengaunya, Lolita menjawab dengan tenang dan santai.
"Sorry Beb, gue gk sempet ngasih kabar. Gue lagi... haaaccciih" ucap Lolita di ujung telpon sambil terdengar bersin yang tak tertahankan.
"Gue lagi pilek, jadi gua gk masuk dulu hari ini. Tapi bokap gue udah ke kampus dari tadi ngasih tau ke dosen kalau hari ini gue gak masuk. Emangnya dirimu gak ketemu sama bokap gue?" lanjut Lolita bertanya sambil sesekali menahan ingusnya.
Anita yang mendengar sahabatnya sedang sakit walaupun itu hanya sakit pilek dan bersin tapi itu sudah bisa membuat Anita kelimpungan khawatir seperti khawatir nya ibu pada anaknya.
"Apa Lit. Kamu sakit?!. Kenapa baru bilang sekarang" ucap Anita merasa khawatir.
"Aku dari tadi nungguin disini, gak ada yang ngasih tau. Lagi pula aku gak tau bapak mu yang mana, kamu kan belum pernah ngenalin" ucap Anita memberitahu.
"Ah sudah lah, itu gak penting. Aku sekarang ke rumah mu yah, aku khawatir sama kamu. Tapi aku izin dulu sama yang lain buat absen dulu yah. Sekarang kamu istirahat dulu. Jangan lupa minum obatnya!." lanjut Anita berbicara pada sahabatnya tersebut.
Sementara itu, terlihat Lolita merana harus bergelut dengan selimut yang membalut tubuhnya karna sakit pilek.
Namun saking manja dan penakutnya dengan jarum, membuat Lolita tidak mau dibawa ke dokter oleh Daddy nya sehingga Daddy nya harus menuruti segala keinginannya.
Di kampus, Anita hendak masuk menemui teman sekelas nya untuk sekedar memberitahu kalau dia tidak ikut kelas.
Namun pada saat Anita berbalik, dia tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang yang membuatnya tiba-tiba tersenyum, terpanah sesaat dengan ketampanannya.
Membuatnya tidak sadar sudah berada di dekapan pria tersebut yg tanpa sengaja menahannya saat Anita akan terjatuh.
Sesaat membuat mereka saling bertatapan dan terlihat seperti sedang berdansa di akhir tarian.
Tapi semua nya sirna, saat pria tersebut dengan sinisnya mengatakan.
"Hey nona apa kau akan terus seperti ini?!." ucap pria tersebut dengan sinisnya.
"Oh maaf, maaf tuan aku tidak sengaja" replek Anita melepaskan pegangannya menunduk dan meminta maaf.
"maaf katamu?!. Apa kau tidak melihat dengan benar, orang sebesar ini masih kok tabrak. Lain kali kalau jalan pake matanya!" lanjut pria tersebut dengan wajah dinginnya.
Sementara itu, pria tersebut terlihat membersihkan kemejanya seolah-olah pakaian nya terkena noda dan debu dengan raut wajah yang tidak menyenangkan.
Sontak hal tersebut membuat Anita yang semula terpesona dengan pria tersebut menjadi kesal dan merasa di remehkan.
Dengan tidak mau kalah karena merasa tidak salah dan sudah meminta maaf, Anita tidak tinggal diam. Dia berbalik sewot dan menuduh pria tersebut lah yang tidak punya mata.
" eh ... om, paman atau mas, terserahlah" pekik Anita memanggil pria tersebut ngasal.
"Anda jangan mentang-mentang lebih tua dari bapak saya, ya" seloroh Anita kesal.
"Terus anda pikir saya harus hormat sama anda. Begituh?" pekik Anita kesal.
"Anda yang gak punya mata, jalan segede gini kenapa harus jalan ke arah saya dan menabrak saya. Apa anda sengaja mencari kesempatan, hhah.." lanjut Anita merasa tidak terima.
" aah.... cukup, gak penting saya meladeni bocil seperti kamu ini" pekik pria tersebut merasa percuma meladeni gadis yang di pikir seusia dengan anaknya tersebut.
Pria tersebut pun segera pergi dan tidak meladeni kemarahan Anita yg kesal pada sikapnya.
Sementara itu, Anita yang masih kesal dan uring-uringan sendiri. Meluapkan kekesalannya dengan menggerutu memaki pria tersebut.
"Dasar om om gak tau diri, enak aja bilang gue bocil lagi, mentang-mentang dia lebih tua seenak nya aja nyalahin orang. Muka aja ganteng, baby face terlihat maco tapi hati comro. ahh.... kesel banget gue. Amit-amit gue ketemu dia lagi" gerutu Anita berbicara sendiri.
Dan di parkiran, saat pria itu hendak menjalankan mobilnya terlihat juga kekesalan di wajahnya.
Dia merasa kesal dengan perkataan dan sikap Anita kepadanya, dia merasa anak jaman sekarang tidak tau sopan santun dan seenaknya sendiri. Dan dia berharap anaknya tidak seperti itu, apalagi berteman dengannya.
Lalu mobil pun melaju meninggalkan tempat tersebut.
Sementara itu, tepat nya di depan rumah Lolita. Anita terlihat takjub dengan apa yang di lihat didepannya, ini kali pertama Anita datang ke rumah sahabatnya, Lolita.
Selama ini Anita tidak pernah mau setiap kali Lolita mengajaknya ke rumah.
Lolita gadis yang baik, dia tidak pernah membedakan kaya ataupun miskin. Selama dia merasa nyaman dan bahagia berteman dengan siapapun.
Tapi berbeda dengan Anita yang merasa malu ataupun rendah diri dan takut dibilang memanfaatkan sahabatnya itu karna terlahir dari keluarga kaya raya sementara dirinya hanya orang bias saja.
Sehingga membuat Anita merasa minder dan setiap kali Lolita mengajaknya ke rumah, Anita lebih memilih mengajak kembali sahabatnya tersebut untuk ke kosannya atau sekedar nongkrong di kafe atau mall.
Tapi saat mendengar sahabatnya itu sakit, Anita memberanikan diri untuk datang kerumahnya untuk sekedar menghilangkan rasa kekhawatirannya.
Anita tahu, Lolita sahabatnya itu sangat manja dan pasti membutuhkan sesuatu, tapi manjanya Lolita hanya pada orang-orang terdekat sementara Anita tahu kalau Daddy nya Lolita orang yang sibuk terlebih dia tahu kalau sekarang ayahnya sedang tidak bersama dia saat ini.
Kemudian setelah keluar dari taxi, Anita bergumam bertanya pada diri sendiri.
"Apa ini gak salah, apa benar ini rumahnya Lolita?" ucap Anita merasa takjub.
"Aku tahu Lolita kaya tapi aku tidak menyangka kalau rumahnya seperti istana. Seperti ini." lanjut Anita berkata, saat menatap rumah besar milik sahabatnya tersebut.
Kemudian Anita mulai berjalan dan menghampiri pos satpam yang ada di hadapannya memastikan kalau itu benar rumah sahabatnya, Lolita.
" Pak maaf mau tanya. Apa benar ini rumahnya Lolita, Lolita Putri Alexander Wijaya ?" tanya Anita pada satpam tersebut dengan mengatakan nama lengkap sahabatnya.
" Oh iya benar nenk. Ini rumahnya Non Lolita. Nenk temennya Non Lolita, Nenk Anita kan?. Beliau udah pesen kalau nenk Anita kesini di suruh masuk aja. Silahkan nenk"
" Iya. Terimakasih pak."
Anita pun jalan mengikuti arahan pak satpam tersebut, kemudian masuk kedalam rumah sahabatnya.
Anita semakin takjub saat disuguhi pemandangan yang sebelumnya belum pernah dia lihat.
Kemudian seorang pelayan mempersilahkannya masuk lebih dalam. Lalu dengan ramah, mengajaknya untuk mengikutinya dan mengantarnya ke kamar Lolita.
Kemudian Anita mengikuti pelayan tersebut sambil melihat sekeliling dan melewati ruang tamu.
Namun tiba-tiba pandangan Anita tertuju pada satu bingkai foto di dinding yang serasa tidak asing dilihatnya. Tapi Anita tidak begitu memperdulikannya, dia merasa mungkin itu hanya perasaan nya saja.
Kemudian Anita menaiki tangga dan berhenti di salah satu pintu kamar, lalu pelayan tersebut mempersilahkannya masuk.
" Silahkan masuk Non, ini kamar Non Lolita."
" Oh iya. Terimakasih."
Tiba-tiba Anita ingat kalau Lolita tidak suka minum obat kalau orang terdekat nya tidak memaksa nya.
" Oh iya, maaf. Apa Lolita sudah minum obat?"
" Belum Non, tadi terakhir saya lihat obatnya masih utuh. Kami sudah mencoba membujuknya tapi non Lolita masih tidak mau untuk meminum obatnya"
"Oh begitu, ya. Kalau begitu, terimakasih"
Anita pun segera masuk, dan melihat keadaan sahabatnya itu.
Diam-diam Anita mendekati dan memeriksa suhu tubuhnya Lolita. Terlihat Lolita sedang tertidur mengigau. Anita yang melihatnya merasa iba dan sayang.
Di ambilnya obat di samping tempat tidur, kemudian memaksa nya minum obat dalam ke adaan sadar gak sadar.
" Lita badan kamu panas, kamu belum minum obatnya. Ayo.. kamu harus minum obat. Jangan kaya anak kecil."
"ehh kamu dah dateng Nit. Kapan kamu dateng?" ucap Lolita dengan suara lemah dan mata tutup buka.
"Aku gak kenapa-napa Nit. Aku hanya perlu sedikit istirahat saja, nanti juga baikan lagi".
" Gak bisa Lita. Kamu harus minum obatnya. Aku maksa Lita. Ayo minum obatnya, setelah itu kamu tidur, istirahat".
Dengan terpaksa dan malas akhirnya Lolita meminum obatnya.
" Ya ok bawel, sini aku minum obatnya. Tapi kamu jangan kemana-mana dulu, tunggu sampe aku agak baikan. Ok."
" Iya sayaaang. Aku gak bakal kemana-mana. Sekarang tidur, tidur yang nyenyak."
Seperti ibu yang menenangkan dan menjaga anaknya yang sedang sakit, Anita mulai menepuk nepuk punggung nya sampai akhirnya Lolita tertidur lelap setelah terpaksa meminum obatnya.
Sambil menatap sahabatnya, Anita mulai teringat jaman dulu dimana dirinya bertemu dengan Lolita yang membawanya sampai menjadi sahabat sedekat ini.
Saat itu, Anita baru pulang dari tempat kerjanya ditengah malam. Namun dia melihat beberapa preman yang mabuk sedang mengganggu seorang gadis.
Anita melihat gadis itu terpojokkan dan menangis. Dijalan itu sudah tidak ada siapa-siapa lagi selain Anita dan mereka.
Saat itu Anita juga bingung, ingin berteriak tapi tidak ada orang yang akan menolongnya. Hingga akhirnya Anita mempunyai ide untuk membunyikan suara sirine polisi dari asal handphonenya.
Saat suara sirine tersebut bunyi para preman itu kocar kacir yang disangkanya para polisi yang datang. Anita terkikik melihat para preman tersebut kocar kacir, dia merasa senang karena idenya berhasil.
Anita segera menghampiri gadis tersebut dan melihat keadaan nya. Sampai akhirnya dia merasa tidak asing dengan gadis yang ditolongnya itu.
" Hey kamu gak kenapa-napa kan. Ayo bangun, mereka sudah pergi." ucap Anita pada gadis tersebut.
Lolita masih dalam posisi duduk dengan wajah tertutup rambut dan tangan yg menggenggam tangan lainnya.
Dia terlihat ketakutan dan menangis. Dan saat Lolita menyibak rambut nya, dia sadar orang yang menolong nya adalah orang yang dia kenal. Lolita pun langsung memeluk Anita dan menangis sejadi jadi nya karena ketakutan.
"Anita" pekik Lolita sambil menangis kemudian memeluk orang yang telah menolongnya.
" Lolita" ucap Anita keheranan dan tidak percaya dengan apa yang di lihat nya.
"Kamu kok bisa ada disini, bukannya kamu lagi bareng temen-temen kamu ngerayain ulang tahun kamu. Kenapa kamu bisa ada disini?"
"mereka ninggalin aku, mereka jahat"
"udah-udah. Sekarang kamu tenang dulu. Kita ke rumah aku dulu ya. rumah ku deket sini."
Semenjak saat itu, Lolita terus mendekati Anita. Yang awalnya Lolita menganggap rendah Anita, sekarang dia sendiri yang selalu mendekatinya, ingin berteman dan menjadi sahabat Anita.
Walaupun sebenarnya Anita tidak mengharapkan apapun atas apa yang telah dilakukan nya untuk Lolita.
Entah mengapa Anita begitu menyayangi sahabatnya tersebut. Begitupun juga dengan Lolita.
Anita adalah gadis mandiri, yatim piatu, sederhana dan pemberani. Sedangkan Lolita adalah gadis dari keluarga kaya raya, manja dan masih seperti anak kecil. Dan umur mereka hanya terpaut beberapa tahun.
Ayahnya bernama Alexander Wijaya, seorang duren atau biasa dikenal duda keren. Dan masih terlihat maco dan bertubuh atletis meski usianya yang sudah menginjak 44 tahun dan bisa di bilang sugar Daddy.
Sebenarnya selama ini, Lolita mengharapkan Daddy nya menikah lagi karena dia ingin merasakan memiliki ibu dan mendapatkan kasih sayang nya.
Tapi Daddy nya lebih memilih untuk tidak menikah, karena dia merasa takut jika ibu untuk anaknya tidak akan sesuai dengan apa yang di harapkan nya nanti. Terlebih dia tahu kalau dia tidak bisa memantau anaknya Lolita bersama ibu sambung nya jika dia menikah lagi.
Sore itu di kantor, Alex sedang mengetik sesuatu di leptopnya. Dengan tampilannya yang menawan dan parasnya yang rupawan pasti tidak akan ada yang menyangka kalau dia sudah memilki anak yang sudah gadis dan sedang kuliah. Meski umurnya sudah terbilang berkepala 4, tapi Alex selalu menjaga kesehatan dan senang merawat tubuhnya serta rutin berolah raga. Sehingga membuat nya terlihat awet muda.
Di sela-sela pekerjaan nya, Alex mendadak teringat anak nya yang sedang sakit, dia mulai merasa khawatir dengan keadaan anaknya yang terpaksa harus dia tinggalkan bersama para pelayannya.
" Lolita, apa dia baik-baik saja. Aku harap dia sudah mendingan sekarang. Lolita maafkan deddy, harus meninggalkan kamu. Deddy harap kamu mengerti" ucapnya dalam hati.
Kemudian Alex mulai merogoh sakunya mengambil hpnya untuk menanyakan kondisi anaknya. " aku harus menelepon Lolita "
Alex mulai menekan no kontak "my sweety heart" sebagai nama kontak putri tercinta nya kemudian membuat panggilan.
Sementara di tempat lain, di kamar Lolita. Terlihat Lolita masih tertidur pulas di temani Anita di samping tempat tidurnya. Terdengar suara nada dering hp, membuat Anita terbangun dan mulai mencari-cari arah suara hp tersebut. Sesaat Anita mengecek keadaan suhu tubuh Lolita dengan menyentuh kening nya, Anita merasa suhu tubuh sahabatnya mulai normal. Dia pun segera kembali mencari suara hp yg masih terdengar berdering.
Di lihatnya hp Lolita di samping nakas tempat Lolita tertidur pulas. Awalnya Anita ragu untuk mengangkat panggilan tersebut, namun melihat Lolita tertidur pulas dia merasa kasihan dan memberanikan diri untuk mengangkat nya, terlebih saat melihat nama kontak di HP-nya tertera nama "my Daddy sexy" dipikirnya mungkin ayah Lolita ingin menanyakan keadaannya. Sehingga membuat nya memberanikan diri untuk mengangkat panggilan tersebut.
Anita mulai mengangkat panggilan nya " Hallo"
di ujung telpon Alex langsung menanyakan keadaan anaknya tanpa tahu siapa yang sebenarnya menerima panggilannya.
"Hallo sayang"
Anita yang mendengar kata sayang dari seorang pria tanpa di sadari hatinya mulai merasa aneh dan tiba-tiba Anita menelan ludah dan grogi walaupun dia tahu yang menelpon tersebut adalah ayah sahabatnya.
Sementara Alex masih saja memanggilnya sayang dan terus bertanya karna tidak ada jawaban.
" Hallo sayang. Lolita apa kamu baik-baik saja. Maaf sayang Daddy tidak bisa menjagamu setiap saat. Sayang kenapa kamu diam saja. Apa kamu marah sama Daddy?."
Akhirnya dengan terbata-bata dan grogi Anita menjawabnya.
" Haa... hallo. Maaf om saya temannya Lolita. Lolita nya masih tidur, apa perlu saya membangunkan nya?"
" Teman? tapi selama ini Lolita tidak pernah membawa siapapun ke rumah. Tapi ada satu yang sering dia bicarakan dan slalu Lolita bangga-bangga kan. Apa mungkin dia" tanya nya dalam hati merasa heran.
" Hallo om. Apa om masih disitu". Tanya Anita karena merasa tak ada Jawaban.
" Ah iya " Alex mulai tersadar dari lamunannya. " tidak perlu, biarkan dia beristirahat. Om hanya khawatir, takut terjadi apa-apa pada nya. Apa sekarang Lita sudah mendingan?"
"Alhamdulillah om suhu badannya sudah normal, mungkin besok dia sudah bisa beraktifitas lagi"
" ah syukur lah kalau begitu. Om senang mendengar nya. Oh iya, Om mau minta tolong boleh?" pinta Alex baik-baik.
" minta tolong apa ya Om?"
" Begini. Malam ini, seperti nya Om tidak bisa pulang karna harus lanjut meeting di luar kota. Tp Om merasa khawatir kalau harus meninggalkan Lolita sendirian dalam ke adaan sakit seperti itu. Om tahu di rumah banyak pelayan yang pasti akan menjaga Lolita, tp Lolita tidak suka dan sulit di atur oleh mereka meskipun Om yang menyuruh mereka. Jadi untuk itu, Om minta tolong sama kamu untuk menginap dan menjaga Lolita sampai Om kembali besok. Apa kamu bersedia?". Alex meminta dengan sungguh-sungguh.
Sementara Anita masih bingung dan ragu untuk menjawabnya, Dia merasa tidak nyaman kalau harus menginap di rumah orang kaya walaupun dengan sahabatnya sendiri. Tapi Anita juga merasa khawatir jika harus meninggalkan sahabatnya sendiri dalam keadaan seperti itu, meskipun saat ini sudah agak membaik. Tapi dia juga takut di tengah malam terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Akhirnya dengan ragu-ragu Anita meng iyakan permintaan ayah sahabatnya tersebut. " mmhh... Baik Om kalau begitu. Om gak usah khawatir malam ini saya yang akan menjaga Lolita."
" Terimakasih. Om sangat senang mendengar nya. Oh iya kalau Om boleh tau nama kamu siapa?"
Sementara ditengah percakapan mereka, Lolita mulai terbangun dan sadar. Kemudian Anita yang melihatnya, segera memberi tahu ayahnya Lolita dan memberikan hp nya kepada Lolita untuk menerima panggilan Ayahnya tanpa Anita memberitahu siapa namanya.
"Oh iya maaf Om. Seperti nya Lolita sudah bangun, sebaik nya Om bicara langsung sama Lolita ya."
"Baiklah kalau begitu".
Lolita yang baru terbangun dan sedikit masih merasa pusing langsung menerima telepon dari Daddy nya.
" Hallo Dad." (sambil memijat keningnya yang masih terasa pening)
" Hallo sayang. Gimana keadaan kamu?"
" Mendingan Dad."
" Syukur lah kalau begitu".
" Deddy kenapa belum pulang? Udah tahu anak nya lagi sakit, masih aja lebih mentingin kerajaan nya. Deddy gak sayang lagi sama aku?" rengek Lolita manja, cari perhatian pada Deddy nya.
" Sayang gak gitu. Siapa bilang Deddy gak sayang sama kamu. Deddy minta maaf, hari ini Deddy gak bisa pulang karna harus lanjut meeting keluar kota."
" Tuh kan bener, Deddy lebih mentingin kerja annya di bandingin aku anak Deddy sendiri". kesal Lolita.
" Sayang.... Sayang jangan marah gitu dong, tolong ngertiin Deddy. Ini semua kan buat kamu juga, buat masa depan kamu juga. Deddy juga udah minta tolong temen kamu, buat nginep dan temenin kamu di rumah biar kamu gak merasa kesepian sampai Deddy besok kembali pulang. Ok". Bujuk rayu Alex pada anaknya supaya tidak kesal ataupun kecewa pada nya.
" Apa Dad?". Tanya Lolita tidak percaya. "Deddy bilang temen aku mau nginep disini, nemenin aku?" tanya Lolita memastikan dan merasa bahagia dengan hal tersebut.
"Iya temen kamu. Temen kamu yang saat ini lagi nemenin kamu. Apa kamu senang, karna dia bisa nemenin kamu dan menginap di rumah kita?" tanya Alex sedikit heran karena mendengar anaknya langsung berubah bahagia dalam sekejap karena mendengar sahabatnya akan menginap dan menemaninya.
Anita yang melihat perubahan sahabatnya yang tiba-tiba bahagia dengan expresi yang seolah-olah mendapatkan jackpot dengan tersenyum lebar merasa aneh dan bingung.
Lolita " Iya Ded aku seneng banget. Akhirnya dia mau nginep disini, nemenin aku" kebahagian Lolita yang terpancar dari wajahnya.
Deddy " Syukur lah kalau begitu. Berarti kamu gak apa-apa kan Deddy tinggal sendiri sama temen kamu itu".
Lolita " Iya Ded gak apa-apa"
Deddy " Oh iya sayang. Kamu mau di bawain oleh-oleh apa nanti sama Deddy?".
Lolita " gak usah Ded. Yang penting nanti Deddy pulang dengan selamat dan sehat."
Tiba-tiba Lolita melihat Anita dan berubah pikiran untuk meminta Deddy nya membawakan oleh-oleh untuk sahabatnya.
Lolita " eh boleh deh Ded. Deddy bawain oleh-oleh buat temen aku aja yya, pokoknya yang bagus, yang mahal dan istimewa. Oke. Jangan lupa loh" pinta Lolita maksa.
Deddy " kamu ini. Seperti nya sekarang Deddy punya saingan. Deddy jadi penasaran sama temen kamu itu. Kamu sangat perduli sekali sama dia. Lain kali kamu kenalin dia sama Deddy. Ok".
Lolita " Siap Ded. Lain kali pasti aku kenalin dia sama Deddy. Dan aku yakin, pasti Deddy suka sama dia, sampai-sampai Deddy mau nikahin dia" goda Lolita pada deddy nya.
Alex yang mendengar candaan anaknya hanya tersenyum dan menurut saja " ya ya baiklah. kalau begitu deddy tunggu yya".
Sementara Anita yang dari tadi hanya mendengar kan saja, terlihat wajahnya berubah memerah dan malu-malu juga merasa risih dengan candaan sahabatnya itu.
Anita " Lolita apaan sih kamu, sembarangan aja kalau ngomong" sambil melempar pelan bantal yang ada didekatnya ke arah Lolita.
Lolita dengan sigap menghindari lemparan tersebut dengan mudahnya sambil bercanda.
Lolita " memang nya kenapa kalau misalkan Daddy aku tiba-tiba nikahin kamu. Aku malah senang, jadi aku punya ibu sekaligus sahabat ku" sambil tertawa lepas. " kamu belum pernah lihat Daddy ku sih, kamu jangan salah ya. Walaupun Daddy ku itu udah berumur tapi dia itu sangat menjaga penampilan dan tubuhnya. Kadang kalau aku jalan sama Daddy, dikiranya aku ini adalah pacarnya. Jadi kamu jangan pikir Daddy aku itu sama kaya bapak-bapak pada umumnya" Lolita menjelaskan panjang lebar.
Anita " ah sudahlah. Kamu itu makin ngelantur aja kalau bicara. Gimana kata orang kalau aku sampe punya anak seumuran terus manja kaya kamu ini. Bisa setres aku".
Sementara Alex yang merasa heran dengan sikap anaknya yang tiba-tiba senang hanya karena membiarkan temannya menginap dan menemaninya merasa bingung. Selama ini, Lolita tidak pernah membawa siapapun kerumahnya termasuk teman-teman nya. Hanya saja Lolita sering sekali membicarakan satu temannya, tapi Alex lupa namanya karna dia tidak pernah fokus setiap kali anaknya bercerita. Tapi sekarang, itu membuat Alex semakin penasaran dengan temannya tersebut.
Selama di rumah Lolita, Anita diperlakukan dengan baik dan istimewa. Namun itu semua tidak membuat Anita merasa nyaman, dia merasa aneh dan ingin segera pergi dari tempat tersebut.
Meskipun sahabatnya itu sangat baik, tapi Anita tidak pernah memanfaat Lolita sedikit pun. Anita sangat tulus berteman dengan Lolita, tapi dia selalu kepikiran dengan perkataan teman-teman di kampusnya yang sering mengatakan bahwa Anita orang munafik dan memanfaatkan pertemanannya dengan Lolita.
Namun tidak dengan Lolita, Lolita selalu meyakinkan Anita untuk tidak usah memikirkan apa yang di katakan orang lain terhadap nya. Lolita percaya dan yakin kalau Anita adalah teman yang baik dan tulus bersahabat dengannya.
Di malam hari Anita terbangun, dia merasa kehausan. Namun air yang disediakan pelayan di kamar Lolita habis. Anita berniat membangunkan Lolita untuk menemaninya mengambil air. Tapi di lihatnya Lolita tertidur dengan pulas, Anita tidak tega jika harus membangunkannya. Akhirnya dia memberanikan diri untuk mengambil airnya sendiri.
Anita mulai berjalan dan membuka pintu kamar dengan pelan agar tidak membangun kan sahabatnya. Tapi pada saat Anita menutup pintu, di lihatnya ruangan tersebut begitu besar dan banyak pintu yang harus dia hapal membuatnya bingung dan ragu, terlebih lampu ruangan tersebut seperti nya memang sengaja di matikan setiap malam.
Ini kali pertama Anita datang dan menginap di rumah Lolita, jadi bagaimana mungkin dia langsung hapal dengan tempat-tempat dan ruangan yang menurutnya cukup banyak. Dia mulai meraba-raba tempat dapur yang harus di tuju nya. Dengan lampu hp yang di pegang nya, Anita mulai mencari.
Sampai di suatu tempat yang dia yakini itu adalah tempat yang dia cari, dan benar saja itu adalah dapur. Tanpa menyalakan lampu dapur yang dia pun tidak tahu dimana tempat untuk menyalakan lampunya, segera Anita menuju kulkas untuk mengambil air yang dia butuhkan.
"akhirnya ketemu juga" sambil membuka kulkas dan mengambil air kemudian meneguknya. "Alhamdulillah, lega juga tenggorokan ku. Rumah ini begitu besar, membuat ku susah saja. Pantas saja Lolita sering merasa kesepian. Dengan rumah sebesar ini, Dia hanya sendiri. Walaupun banyak pelayan tapi pasti rasanya berbeda kalau berada dengan keluarga sendiri. Kasian kamu Lit" iba nya pada Lolita.
" Tapi kalau di pikir-pikir dia lebih beruntung dari pada aku, setidaknya dia masih punya ayah dan juga dia hidup berkecukupan, bahkan lebih" gerutunya bicara sendiri membandingkan Lolita dengan dirinya yang kurang beruntung menurut nya tapi tidak membuatnya menyesali apa yang telah di dapatkan nya selama ini.
Kemudian saat dia hendak berjalan menuju kamar Lolita, tiba-tiba dia menabrak sesuatu sampai hp nya terjatuh dan lampunya mati.
Ternyata Anita menabrak seseorang, hingga dia terjatuh di atas orang tersebut. Anita tidak dapat melihat wajah orang tersebut begitupun sebaliknya. Mereka cukup lama saling menatap tanpa mereka sadari, tanpa bisa melihat wajahnya masing-masing.
Anita yang posisinya berada di atas orang tersebut merasa aneh, hatinya mulai berdebar-debar, pipinya mulai terasa panas begitupun sebalik nya.
Orang tersebut merasa ada yang aneh di bawah perutnya, dia merasa ada yang terangsang dari tubuhnya. Itu kali pertama dia merasakan hal itu lagi setelah istrinya tiada.
Dia mencium wangi aroma sesuatu dari tubuh Anita yang membuatnya terangsang dan mabuk kepayang, ntah bagaimana aroma tubuh Anita membuatnya merasa tenang dan nyaman, bersyukur dia masih bisa menahannya. Di kegelapan malam yang menutup wajah mereka masing-masing.
Kemudian Anita tersadar dan membuyarkan lamunan orang tersebut dari mabuk asmara sesaat nya.
Anita mulai memukul dada orang tersebut yang masih terlentang karna tertindih oleh Anita. Anita yang tidak tahu, menyangka orang tersebut adalah maling karna tiba-tiba ada di hadapannya, sehingga membuat Anita menabraknya.
Anita " siapa kamu. Kamu.. kamu pasti maling kan?. Ngaku kamu!" sambil memukul-mukul dada orang tersebut. Mendengar teriakan Anita, orang tersebut berusaha menangkis pukulan Anita dan segera menutup mulut Anita agar tidak berteriak-teriak memanggil nya maling yang bisa membangunkan orang rumah.
" diam.. diam " kesal, sambil menutup mulut Anita.
" Saya yang punya rumah ini, saya papah nya Lolita. Kamu pasti temannya Lolita kan?" menjelaskan nya dengan berusaha bersuara pelan agar tidak membangun kan orang-orang yang sedang tidur.
Mendengar perkataan orang tersebut, sontak membuat Anita kaget dan merasa bersalah karena kecerobohan dan kebodohannya tersebut.
Lolita "apa?. Om Alex. Papah nya Lolita?." dengan terbata-bata Anita mulai meminta maaf dan menjelaskan kesalah pahaman tersebut. "Maaf Om saya tidak tahu. Saya pikir tadi maling. Saya minta maaf. Saya gak sengaja nabrak Om karna lampu nya mati". Anita mencoba memberi alasan dan menjelaskan nya.
Alex " Kenapa kamu gak nyalain lampunya?. Kamu hampir membuat saya mati karna terus memukul dada saya" kesal Alex sambil mengusap-usap dadanya yang masih terasa sakit karna ulah Anita namun masih bisa menahannya.
Anita "sekali lagi saya minta maaf Om, saya tidak tahu tempat menyalakan lampunya" sambil mengingat, Anita mencoba meyakinkan sesuatu " Tapi bukan nya Om bilang baru bisa pulang besok. Kenapa Om bisa pulang tengah malam begini?" tanya Anita heran.
Alex "oh itu. Saya kepikiran terus kalau harus ninggalin Lolita sendirian dalam keadaan sakit. Itu sebabnya saya langsung kemari setelah menyelesaikan urusan saya di sana" sambil berbalik dan menyalakan lampu tanpa melihat wajah Anita, Alex menyuruh Anita untuk segera kembali ke kamar dan tidur.
" Lain kali kamu hati-hati. Sekarang kamu bisa kembali ke kamar dan cepat tidur " perintah Alex pada Anita.
" baik Om" sambil menunduk malu dan tidak berani melihat wajah ayah sahabatnya setelah apa yang dilakukannya meskipun tanpa di sengaja.
"sekali lagi saya minta maaf Om. Permisi" sambil mengambil hp nya yang terjatuh dan pergi meninggalkan tempat tersebut menuju kamar Lolita.
Sambil berjalan menuju kamar Lolita, Anita merutuki kebodohan dan kecerobohannya sendiri " Ya Tuhan. Anita kenapa kamu bodoh sekali. Kamu sudah kurang ajar telah memukul ayah sahabat mu sendiri. Dasar bodoh... bodoh " sambil sesekali memukul pelan kepalanya sendiri.
Sementara itu di dapur, Alex merasa aneh dan bingung dengan perasaannya tadi yang sempat terlena dengan kejadian tersebut. Selama ini, semenjak istri tercinta nya meninggal dia tidak pernah merasakan hal yang merangsang junior dan perasaan nya yang menggebu-gebu.
Tapi Anita sudah berhasil membangkitkan imajinasi liar nya yang lama sudah terpendam. Pada hal selama ini banyak para gadis dan wanita dewasa yang mau saja menyerahkan kehormatan nya dengan senang hati pada Alex.
Tapi Alex tidak pernah mau menerima begitu saja, bahkan gairahnya pun tidak tertarik sama sekali pada mereka. Dan dia juga mempertimbangkan segala resiko yang mungkin juga tidak mau terjadi pada anak perempuan satu-satunya yang amat di cintainya.
Dan dia sadar, dan menolak kegilaan pikiran nya tersebut pada Anita yang bahkan Alex sendiri belum pernah melihat wajah Anita secara langsung, tapi berhasil membuatnya terus kepikiran.
Alex sadar itu salah, dia adalah teman sekaligus sahabat anaknya sendiri. Dia mulai gelisah dan mencoba menenangkan diri, Alex mulai mengambil air dan meminumnya.
" oh ssit..., ini botol bekas minuman nya. Bahkan bekas bibirnya mampu membuat ku gila seperti ini, sial. Apa-apaan ini. Come on Alex sadar lah, dia itu teman anak mu sendiri. Dia itu bocil. Bagaimana mungkin kamu berpikiran untuk bisa ... ahh sial ... sial" Berusaha menghilangkan pikiran adegan tersebut dari otaknya sambil sesekali merutuki dirinya sendiri.
Sementara itu, Anita yang hendak tidur. Merasa kepikiran dengan hal yang sebelumnya belum pernah dia rasakan. Berbeda dengan Alex, Anita hanya merasa hatinya berdebar-debar saat dia berdekatan dengan Alex tadi. Namun dia menepisnya, dia berpikir itu hal yang biasa. Bagaimana mungkin orang tidak merasa deg-degan dengan posisi sedekat itu seperti tadi yang di alaminya. Anita segera memejamkan matanya sampai akhirnya dia pun tertidur pulas di samping sahabatnya.
Berbeda dengan Alex yang masih gelisah dan belum bisa tidur dengan tenang sampai akhirnya dia harus melakukan sesuatu dengan sendirinya.
"" Mungkin kalian ada yang tahu lah yyah, silahkan pikirkan sendiri, kalau menurut saya mungkin Alex terpaksa meminum obat tidur dan dengan begitu dia bisa langsung tidur pulas .... wkakakak ""
"" Oke lanjut guys """
Ke esokan paginya, Alex merasa dia harus segera pergi lebih dulu sebelum Anita dan Lolita bangun.
Melihat kondisi semalam yang di alaminya, Alex merasa itu salah dan harus segera menghindar dari pertemuan nya dengan teman anaknya tersebut yang mungkin akan membuatnya tidak terkontrol seperti malam yang telah dia lalui sebelum nya.
Dengan aktivitas pagi yang sudah sering Alex lalui, dia segera menghabiskan sarapan nya dan menitip pesan pada salah satu pelayannya yang sudah terlihat sepuh dan mungkin sudah menjadi senior dari pelayan lainnya untuk memberi tahu Lolita bahwa ayahnya sudah pulang dari semalam dan meminta maaf karena dia harus segera berangkat lagi untuk melanjutkan meeting yang belum terselesaikan, alasan Alex untuk anaknya.
" Bi nanti tolong bilangin Lolita kalau saya sudah pulang dari semalam dan bilangin juga saya minta maaf karena harus buru-buru kembali menyelesaikan meeting yang semalam saya tunda karena khawatir sama dia dan satu lagi bilangin sama Lolita oleh-oleh pesanannya saya taruh di kamar saya. Suruh Lolita tinggal ambil aja" sambil menghabiskan suapan terakhir ke mulutnya.
" Baik den. Nanti Bibi sampaikan ke Non Lolita" jawabnya pelayan tersebut yang bernama Bi Inah.
Alex segera meninggalkan tempat makan nya menuju mobil kesayangan nya yang sudah setia menemaninya berangkat ke kantor. Tapi para penjaga dan pelayan lainnya merasa ada yang aneh dengan Boss nya tersebut yang tidak biasanya pergi ke kantor pagi-pagi sekali. Hingga para satpam saling menatap heran begitu juga dengan para pelayan lain nya yg saling mempertanyakan dan bertanya-tanya sendiri.
" Kok aneh tuan tidak biasanya berangkat ke kantor pagi-pagi begini" tanya satpam yang membukakan pintu gerbang pada dirinya sendiri yang merasa heran.
Sementara itu, Anita mulai terbangun karena suara mobil yang baru keluar yang di gunakan oleh Alex membangunkan nya. Anita segera menuju kamar mandi untuk sekedar membersihkan diri dan melihat-lihat barang kali ada sesuatu yang bisa dia lakukan selagi menunggu sahabatnya itu terbangun.
Anita bermaksud menuju ruangan dapur untuk melihat apa yang bisa dia bantu dan dia kerja kan. Pelayan yang melihatnya dengan sopan menyapa nya. Meskipun ada juga beberapa pelayan yang usil dan tidak suka melihat Anita ada di rumah tersebut, mereka merasa Anita tidak pantas berteman apalagi bersahabat dengan nonanya yaitu Lolita hanya karena melihat dari penampilan Anita yang biasa saja.
Anita menyadari hal tersebut, tapi dia tidak ambil pusing. Dia anggap itu benar dan wajar saja orang menilai nya seperti itu.
Anita lebih memilih untuk mengabaikan nya dan membantu Bi Inah memasak, walau pun sebelumnya Bi Inah melarang Anita dengan sopan untuk tidak membantunya karena Bi Inah merasa bahwa Anita adalah tamu tuannya yang harusnya di layani dengan baik bagaimana pun statusnya. Tapi Anita memaksa Bi Inah untuk mau di bantu olehnya. Hingga akhirnya Bi Inah membiarkan Anita untuk membantu nya.
Terlihat Anita begitu cekatan dalam memasak hingga Bi Inah pun takjub dan tidak menyangka dengan kepandaian memasak Anita yang di tunjukan nya. Dengan senang Bi Inah memuji cara masak dan rasa yang di tuangkan nya kedalam masakan tersebut.
" Wah Non Anita ternyata pandai juga dalam memasak. Aromanya juga sedap dan rasanya pasti nikmat. Tuan pasti suka dengan masakan Non kalau dia tahu dan mencicipi nya" puji Bi Inah pada Anita. " Tapi sayang tuan harus buru-buru pergi lagi" lanjutnya menyayangkan karna merasa tuannya tidak bisa mencicipinya.
Mendengar kata-kata terakhir yang di ucapkan Bi Inah, membuat Anita merasa heran dan bertanya-tanya. Dia tahu ayah sahabatnya itu semalam sudah kembali tapi Anita merasa heran kenapa ayah nya harus buru-buru pergi lagi, sementara dia belum bertemu dengan anaknya Lolita.
Kemudian tiba-tiba Lolita datang dan mencium bau wangi masakan yang menurutnya pasti lezat dan membuat perutnya keroncongan.
" Emmh ... aromanya wangi banget, pasti masakannya enak banget ini" sambil membalikan piring yang sebelumnya terbalik untuk segera dipergunakan nya.
" Apa Bibi nemu menu baru?" tanya Lolita penasaran sambil mencicipi masakan tersebut dan jelas rasanya sungguh nikmat.
" Bukan Non. Bukan Bibi yang bikin. Ini temen Non yang bikin, Non Anita. Bibi juga gak nyangka ternyata Non Anita jago masak" puji Bi Inah pada Lolita untuk sahabatnya.
" O ya. Benarkah?" tanya Lolita penasaran.
" Aku gak nyangka kamu bisa masak makanan se enak ini. Kalau Deddy aku tahu pasti dia juga bakalan suka dengan masakan kamu. Dan juga kamu" lanjut puji Lolita sambil tersenyum menggoda sahabatnya.
" Bener itu Non. Tadi juga Bibi bilang begitu" tambah Bi Inah memujinya. Kemudian Bi Inah ingat pesan tuan nya untuk Lolita.
" Oh iya Non tadi Bapak titip pesen. Bapak sudah pulang dari semalam, tapi Bapak minta maaf gak bisa nemuin Non dulu karena buru-buru harus lanjut kerjaan semalam yang belum di selesaikan katanya. Dan juga oleh-oleh yang Non pesen udah bapak taruh di kamar nya, Non tinggal ambil aja" jelas panjang lebar Bi Inah menyampaikan pesan Tuan untuk anaknya Lolita.
" Daddy semalam pulang?. Kok tumben Daddy buru-buru pergi ke kantor pagi-pagi. Gak biasa nya Daddy begitu" tanya heran pada diri sendiri.
Anita yang mendengar hal itu, juga merasa heran dan ada yang aneh. Pada hal jelas-jelas semalam ayah sahabatnya itu bilang langsung pulang setelah menyelesaikan urusannya di luar kota. Tapi Anita tidak berani mengatakan kejadian tersebut pada Lolita. Anita berpikir mungkin memang benar, Om Alex mendadak ada urusan pekerjaan lagi yang harus segera di selesaikan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!