NovelToon NovelToon

Jatuh Cinta Lagi

Dari Keluarga Broken Home.

Fatur Haris Aditiya adalah seorang lelaki yang sangat beruntung, dirinya terlahir dari ayah yang merupakan seorang polisi bernama Rudi Haris Aditiya dengan jabatan yang lumayan berkuasa di daerahnya tinggal. Kehidupan Fatur dibilang sangat terjamin, seorang putra dari abdi negara tidak membuat diri dan keluarganya kekurangan. Diusianya yang baru saja 14 tahun dirinya sudah difasilitasi serba berkecukupan bisa dikatakan lebih dari cukup, dan itu membuat Fatur sedikit manja kepada mamanya. Saat Fatur baru menginjak kelas VIII sekolah menengah tingkat pertama, dan kakaknya kelas XI sekolah menengah atas. Fatur hanya memiliki kakak perempuan yang bernama Mili, mereka berdua begitu sangat akur dan dekat. Meskipun jarak mereka tidak jauh beda tapi Fatur sangat dekat dengannya, tak jarang jika kakaknya selalu menjadi tempatnya bercerita dan berbagi suka duka.

Keadaan keluarga Fatur begitu sangat harmonis. Mereka tidak pernah merasakan kesepian serta kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya. Papanya begitu sangat perhatian sebagai putra satu-satunya di dalam keluarga tentu menaruh harapan besar kepada Fatur agar menjadi penerusnya kelak. Begitu juga dengan mamanya yang mempunyai sifat keibuan sangat sabar menghadapi Fatur yang begitu tempramen dan pemarah. Tapi tidak ada pernah pertengkaran atau perdebatan kecil di dalam keluarga. Saling menyayangi dan bahagia adalah kata yang terlukis setiap hari dalam kehidupannya.

Hari-hari yang dilewatinya begitu sangat indah bahkan dibilang nyaris sempurna bagi seorang anak. Semua yang diimpikan setiap anak telah dirasakan olehnya, materi berlimpah, tidak kekurangan kasih sayang dan perhatian, dan orang tua yang utuh adalah impian setiap anak di muka bumi ini. Memiliki seorang papa yang begitu baik dan serta mama yang begitu sabar menghadapi sifatnya. Pernah terlintas oleh di pikiran Fatur jika dirinya tidak ingin memiliki adik lagi karena jika mamanya memiliki seorang adik kecil dirinya pasti akan tersingkir.

Tapi setelah satu tahun Rudi dipindah tugaskan membuat keadaan sedikit berubah, papanya yang akhir-akhir ini terlihat sedikit sibuk membuat mereka jarang bersama saat weekend. Padahal dulu tiada weekend yang terlewatkan bagi mereka sekeluarga. Namun nyatanya beberapa bulan terakhir ini papanya sering kali melewatkan weekend bersama Fatur dan keluarganya. Jangankan weekend hanya sekedar mengobrol saja tidak pernah dilakukan oleh mereka berdua padahal dulu mereka sangat dekat, kesibukan papanya saat ini membuat hubungan mereka terasa mulai jauh. Tidak ada lagi makan malam bersama dengannya, tidak ada lagi weekend yang mereka lewati dengan papanya. Awalnya tidak Fatur dan mamanya tidak menaruh rasa curiga kepada Rudi. Mereka berpikir bahwa kesibukan papanya saat ini yang membuat mereka jarang berkumpul bersama lagi, namun nyatanya tidak seperti yang Fatur, Tias Ayu dan Mili pikirkan.

Sampai suatu hari Tias Ayu mendapati suaminya mempunyai perempuan idaman lain selain dirinya. Kecurigaan itu muncul ketika ponsel milik suaminya sering mendapati telepon masuk dan pesan chat dari seorang perempuan. Awalnya Tias Ayu tidak percaya jika suami yang sangat dicintainya itu akan mengkhianatinya. Namun setelah dirinya membuktikan apa yang dicurigainya selama ini, kini Tias Ayu mendapatkan jawabannya.

Pekerjaan Rudi saat ini berkaitan dengan dunia malam, setiap malam Rudi selalu melakukan operasi narkoba di tempat hiburan malam dan hotel. Ternyata suatu hari Rudi dipertemukan dengan perempuan penghibur di sebuah diskotik. Saat itu Rudi tidak menggubris perempuan yang biasa disebut kupu-kupu malam. Namun lama-kelamaan Rudi merasa terpancing dan memilih untuk berhubungan tanpa sepengetahuan Tias Ayu.

Rumah tangga Rudi dan Tias Ayu hancur berantakan, demi perempuan malam yang baru beberapa bulan dikenalnya Rudi tega meninggalkan keluarganya. Meninggalkan Fatur dan Mili tanpa kabar berita. Rudi menelantarkan keluarganya tanpa memberi mereka uang dan melepaskan tanggung jawab sebagai seorang suami dan ayah begitu saja. Spontan dunia Fatur dan Mili runtuh. Istana yang selama ini mereka diami hancur porak poranda, kebahagiaan yang dirasakan sirna sudah karena papanya meninggalkan dirinya. Status Tias Ayu berubah menjadi seorang janda saat dirinya tidak bisa mempertahankan suaminya untuk selalu berada bersamanya lagi.

Rudi memilih untuk pergi bersama dengan perempuan lain dibandingkan tinggal bersama keluarganya. Hati Tias Ayu menjadi hancur dan seperti tidak ingin hidup lagi, tapi karena Fatur dan Mili dirinya harus tetap berjuang membesarkan kedua buah hatinya. Hanya Fatur dan Mili penyemangat Tias Ayu sampai saat ini. Pasca bercerai Tias Ayu menjual istana yang selama ini mereka tempati dan memilih tinggal di rumah kontrakan sederhana. Rudi yang tidak meninggalkan apapun untuk keluarganya membuat Tias Ayu banting tulang mencari pekerjaan untuk membiayai kedua buah hatinya.

Uang dari hasil penjualan rumah tidak bisa mereka pakai seumur hidup, untuk biaya kedua buah hatinya sekolah saja sudah cukup bagi Tias Ayu. Asal jangan sampai mereka meminta dan merepotkan orang lain. Di Batam Tias Ayu tidak memiliki siapa-siapa karena dari lahir Tias Ayu adalah seorang batang kara yang hidup di panti asuhan. Berbeda dengan keluarga Rudi dari orang terpandang. Walaupun ada beberapa sanak saudara dari suaminya di Batam membuat Tias Ayu sama sekali tidak pernah meminta karena pernikahan mereka sejak awal tidak pernah direstui.

Kehidupan Fatur dan keluarganya saat ini tidak seperti dulu yang serba berkecukupan dan jauh dari kata kekurangan, tapi sejak ditinggal papanya Fatur terpaksa harus membantu perekonomian keluarganya. Mamanya membuat kue-kue rumahan untuk dititipkan ke warung-warung kecil dan itu tidak akan mampu menutupi keseharian mereka. Berbekal kemampuannya yang sudah diasah sejak kelas 5 SD akhirnya Fatur memilih untuk menjadi pembalap motor jalanan.

Hobi Fatur ditularkan papanya saat dirinya masih duduk di bangku kelas 5 SD. Papanya memberikan Fatur sepeda motor matic dan hobinya sangat didukung oleh papanya saat itu. Wajar saja jika kelas 6 SD sudah mahir menggunakan sepeda motor. Namun papanya tidak mengizinkan dirinya untuk berkendara di jalan raya, tapi Rudi selalu menyalurkan hobi Fatur di sirkuit untuk mengasah kemampuannya dan berharap jika putranya menjadi pembalap motor hebat di Indonesia. Sekarang semua mimpi dan impian Fatur harus dikubur dalam-dalam, saat ini yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana caranya untuk mendapatkan uang dari hasil balapan motor. Ya, menjadi joki atau ikut taruhan itulah solusi utama baginya saat ini.

Meskipun masih duduk di bangku sekolah tingkat pertama nyali Fatur tidak boleh dianggap remeh, ia sering menghadapi lawan yang usianya lebih tua dan kemenangan selalu berpihak kepadanya. Kemampuan Fatur akhirnya bisa menghasilkan uang seperti yang diinginkannya. Tanpa bantuan papanya kini ia bisa hidup dengan mama dan kakaknya.

Perceraian kedua orang tuanya membuat Fatur trauma akan cinta, merubah dirinya menjadi sosok yang pendiam dan introvert. Luka yang ditinggalkan oleh papanya membuat Fatur tidak percaya akan namanya cinta, bukan hanya Fatur tapi perasaan itu dirasakan juga oleh kakaknya Mili. Mili lebih terguncang hebat karena cinta pertamanya pergi meninggalkan dirinya begitu saja. Perceraian itu menjadi mimpi buruk bagi Fatur dan Mili, juga menjadi trauma yang mendalam bagi Tias Ayu.

Motor Matic Pemberian Papa

Seiring jalannya waktu membuat Fatur terbiasa akan kehadiran tanpa papanya. Kehidupan yang sederhana dan apa adanya membuatnya menjadi pribadi yang sedikit tertutup dan introvert, tapi tidak dengan sikap manja serta tempramental yang dimiliki Fatur. Amarahnya masih sering meluap jika sedang ada masalah dengan kakaknya Mili, memang sejak kejadian itu juga membuat Mili menjadi perempuan yang begitu sensitif dan pendiam. Perempuan yang acuh serta cuek saat berhadapan dengan seorang lelaki, sifat dingin Mili menjadikan dirinya belum memiliki seseorang yang spesial di dalam hidupnya.

Rasa trauma serta luka yang masih ada di dalam hati Fatur dan Mili membuat keduanya enggan untuk mencari seseorang sandaran hatinya. Bagi mereka itu akan mengingatkan dirinya akan perlakuan papanya kepada mamanya. Yang saat ini Fatur pikirkan adalah bagaimana caranya dirinya mendapatkan uang untuk menyelesaikan kuliahnya.

Sudah hampir 4 tahun Fatur lulus sekolah dan melanjutkan kuliah disalah satu Universitas di kota Batam. Fatur sengaja mengambil jurusan arsitektur dan Mili mengambil jurusan kedokteran. Siapa sangka kehidupan pahit yang mereka lalui berbuah manis, Tias Ayu saat ini sudah mempunyai usaha ketering terkenal di kota Batam. Penghasilannya mampu membiayai kedua bua hatinya sampai mereka bisa melanjutkan kuliah tanpa bantuan dari mantan suaminya. Berapa banyak air mata yang harus tercurah oleh Tias Ayu saat melewati semua ini, berapa banyak watu yang dilewati Tias Ayu untuk bisa mencapai kehidupan yang lebih layak seperti saat ini. Semua karena buah kesabarannya menghadapi pelik kehidupan yang tidak adil kepadanya.

Selain itu Fatur juga harus membayar mahal atas keadaan ini. Profesinya sebagai pembalap motor dan kadang merambah menjadi joki membuat dirinya sering mengalami kecelakaan motor. Namun kejadian itu tidak membuatnya trauma dan berhenti untuk terus menggeluti hobinya selama ini. Kecelakaan yang sering dialami membuat dirinya mengalami penyakit vertigo. Tidak jarang jika Fatur sering mengalami rasa sakit luar biasa bagian kepalanya, dan kadang juga sering mengalami pingsan jika rasa sakit itu sudah sangat menyiksa dirinya.

Mengetahui keadaan putranya membuat Tias Ayu sangat sedih, memang itu bukan penyakit berbahaya namun jika Fatur sudah mengalami kesakitan dan stress pas dirinya akan berakhir di rumah sakit. Fatur adalah lelaki yang sangat manja dan ceria tapi karena keadaan membuat dirinya menjadi lelaki yang sangat jutek dan ketus. Namun siapa sangka lelaki kelahiran 20 tahun dengan tinggi 170cm memiliki hati yang sangat lembut dan penyayang.

Setiap kali mandi dalam keadaan cuaca apapun Fatur harus mandi menggunakan air panas, jika tidak dirinya memilih untuk tidak mandi. Lelaki berwajah tampan dengan hidung lancip jarang sekali makan nasi, Fatur lebih sering memakan makanan siap saji. Jika pagi hari ia lebih sering sarapan dengan roti dan segelas susu murni, itu sudah sangat cukup baginya.

Bisa dihitung beberapa kali dalam seminggu ia mengkonsumsi nasi putih, jika mamanya memasak makanan kesukaannya pasti lelaki yang mempunyai kulit putih bersih akan dengan lahap memakannya. Fatur sangat takut dengan balon, setiap kali dirinya melihat balon pasti spontan menutup kedua telinganya atau lari sekencang mungkin. Phobia itu dirasakan sejak kecil maka dari itu tidak pernah mau merayakan ulangtahunnya.

Baginya cukup berkumpul dengan keluarga inti saja sudah membuat dirinya bahagia. Tapi lagi-lagi karena seseorang yang bernama Anggita membuat phobia-nya sedikit berkurang. Anggita memberikan warna di setiap kesehariannya. Anggita memberikan rasa yang berbeda di hati Fatur, serta semangat untuk hidup lebih lama lagi. Baginya Anggita adalah cahaya kehidupannya setelah kesehariannya begitu kelam akibat perbuatan papanya.

Baru beberapa hari ini Fatur dan Mili mendapat kabar jika papanya yang dulu pergi meninggalkan dirinya tanpa kabar kini kembali lagi. Papanya yang dulu tidak pernah bertanggung jawab akan kehidupan kedua buah hatinya kini sering memberikan bantuan kepada mantan istrinya. Papanya kembali menjabat di kantor dulu tempatnya bekerja, entah apa yang membuat Rudi itu ingin kembali lagi dekat dengan mantan istrinya. Mendengar kabar itu membuat Fatur sangat marah dan geram, bagaimana tidak marah karena ia masih belum bisa melupakan semuanya apalagi memaafkan papanya. Seperti pagi ini ia dibuat marah dengan kedatangan sebuah motor keluaran baru dari dealer yang dikirim oleh Rudi.

"Lebih baik lo bawa kembali motor ini dari sini!" perintah Fatur dengan nada kasar terdengar sinis dan tegas menatap karyawan dealer yang membawa motor baru untuknya.

Melihat reaksi Fatur yang marah membuat pegawai dealer kebingungan, bagaimana bisa seseorang akan marah dan menolak mendapatkan sebuah motor baru.

Kedua bola mata Fatur menatap tajam motor berwarna hitam yang masih berada di atas mobil belum sempat diturunkan. Memang Fatur melarang pegawai dealer menurunkan motornya saat dirinya tahu pengirim motor adalah papanya yang tega membuang dirinya selama ini. Ingin rasanya ia membakar atau menginjak-injak motor mahal keluaran baru pemberian papanya. Bukan motor atau uang yang ia mau dari papanya, tapi perhatian serta kasih sayang yang dibutuhkan saat dirinya menginjak usia remaja.

"Maaf, Aku hanya mengantarkan pesanan Pak Rudi," jelas karyawan dealer dengan nada bicara sedikit terbata-bata terlihat ketakutan saat mengetahui Fatur marah.

Mendengar namanya sontak membuat Fatur sangat marah, rasanya telinga Fatur terasa begitu gatal dan alergi setiap mendengar nama Rudi. Kebenciannya kepada Rudi sangatlah besar. Dan untuk apa juga papanya datang kembali ke dalam kehidupan Leon dan mamanya saat ini. Bagi Fatur papanya sudah mati sejak memilih meninggalkan dirinya demi perempuan lain.

"Gue bilang bawa kembali motor ini kepada pemesannya! Atau lo mau motor ini dibakar di depan mata lo sekarang juga!" ancam Fatur membuat karyawan dealer ketakutan.

Tidak ada pilihan lain bagi karyawan dealer selain membawa kembali motor pesanan Rudi, karena sepertinya Fatur tidak main-main dengan ucapannya. Nekad! Itulah akan dilakukan jika keinginannya tidak dituruti.

"Baik. Aku akan membawa kembali motor ini dan mengembalikan kepada pemesannya." suara karyawan dealer terdengar pasrah dan tidak bisa berbuat apa-apa selain mengalah.

Tanpa sepatah kata Fatur pergi meninggalkan karyawan dealer sendirian. Jika saja papanya ada di depan matanya ingin rasanya ia meluapkan semua perasaan yang ada di dalam hatinya. Luka, benci, sakit hati yang dirasakan Fatur tidak bisa hilang begitu saja hanya karena sebuah motor baru yang diberikan Rudi. Yang ia mau hanyalah kasih sayang dan perhatian dari Rudi saat ia melewati masa-masa transisi.

Mengapa sekarang papanya kembali lagi? Sudah dua bulan ini Fatur mendengar kabar jika papanya sudah menetap tinggal di Batam lagi. Sudah selama dua bulan juga papanya sering mengirimkan uang kepada mamanya dan Mili. Tapi Fatur selalu menolak mentah-mentah dan menyuruh mama dan kakaknya untuk mengembalikan semua pemberian papanya dalam bentuk apapun juga.

Selama perjalanan menuju kampus hati Fatur masih terasa kesal kenapa sekarang papanya baru memperhatikan dia lagi. Kemana dulu saat ia sedang butuh papanya. Kemana papanya dulu saat dirinya membutuhkan semua fasilitas dan biaya untuk sekolahnya. Dan sekarang tiba-tiba papanya datang tanpa rasa bersalah lalu memberikan semua yang Fatur butuhkan tanpa ada kata maaf atau bertemu langsung dengan dirinya.

"Bukan itu yang aku mau, Pa. Bukan uang atau barang mewah yang aku mau darimu. Tapi kasih sayang dan perhatian yang aku butuhkan dulu." Fatur bicara sendiri dalam hati sambil mengendarai motornya menuju kampus.

"Apa maksudmu memberikan itu kepadaku? Apa maksudmu datang kembali ke dalam kehidupan kami? Apa kamu sudah bosan dengan wanita itu? Atau sekarang kamu baru menyesal dan menyadari semuanya? Sampai kapanpun juga aku nggak akan pernah memaafkan mu," tambah Fatur lagi dengan penuh rasa kebencian dengan kedua bola matanya berkaca-kaca menahan tangis.

Langkah kaki Fatur begitu cepat dan terburu-buru sampai seseorang yang memanggil namanya saja tak terdengar olehnya.

"Tur! Fatur!" panggil seseorang dari kejauhan yang melihat Fatur terus berjalan tanpa menoleh saat namanya dipanggil berkali-kali.

Dia adalah Erik sahabat baik yang dikenalnya saat mereka berdua pertama kali masuk fakultas ini. Sudah hampir 4 semester Erik mengenal Fatur dan sudah menganggapnya seperti saudara sendiri. Kedekatan Erik bukan hanya dengan Fatur tapi dengan keluarganya juga. Erik bagian saksi kehidupannya selama ini. Bagaimana sahabatnya harus berjuang mencari uang untuk membiayai kuliahnya.

"Nih anak dipanggil-panggil juga dari tadi." lengan Erik berhasil melingkar di pundak Fatur saat Erik berhasil mengejar sahabatnya dan menyetarakan langkah kakinya.

Sontak kehadiran lengan Erik membuat Fatur kaget dan segera menoleh, ternyata itu adalah sahabatnya Erik. Wajah datar menyambut Erik saat itu dan membuat lelaki berkulit putih keheranan. Mengapa Fatur terlihat tidak menyenangkan dan dingin pagi ini.

"Kenapa muka lo lecek banget?" tanya Erik seraya menurunkan tangannya dari pundak Fatur dan terlihat sahabatnya masih terdiam tidak menjawab akan pertanyaannya.

"Lagi bad mood gue," jawab Fatur singkat tanpa menatap Erik dan terus berjalan menuju kelasnya.

"Tumben pagi-pagi lo bad mood. Ada apa memangnya?"

Erik adalah temannya yang berasal dari kota Jakarta. Mengapa bisa Erik ke Batam dan kuliah di sana? Awalnya Erik dipaksa oleh papanya untuk kuliah jurusan kedokteran sama seperti profesi papanya saat ini, namun Erik menolak dan pergi dari rumah. Sampai akhirnya Erik memilih kota Batam untuk tempat pelariannya dan kuliah mengambil jurusan arsitektur sesuai keinginannya. Melihat keinginan Erik membuat papanya membiarkan putranya itu memilih jalan dan keinginannya.

"Bokap gue."

"Wuih! Kenapa lagi sama Bokap lo?" tanya Erik penasaran hal apa yang membuatnya kesal seperti ini.

Memang semenjak kehadiran papanya kembali mood dan emosi Fatur tidak beraturan. Hal itu juga membuat Erik sedikit terganggu dengan setiap kali perubahan sikap dan mood Fatur kepadanya.

"Sudah dua bulan dia dipindah tugas ke kota ini lagi."

"What! Kok bisa dia datang lagi?" teriak Erik kaget dan menghentikan langkahnya menatap Fatur yang langkahnya ikut terhenti juga.

"Gue nggak tahu dan nggak mau tahu juga, karena gue nggak peduli!"

"Lo ketemu sama dia?"

Hanya senyum ringan terkesan sinis yang diungkapkan oleh Fatur sebagai jawaban akan pertanyaan Erik. Dan Erik mengerti akan apa maksud dari ekspresi sahabatnya. Mana mungkin Fatur mau menemui Rudi setelah apa yang dilakukan oleh papanya terhadap dirinya.

"Dia yang menyuruh gue dan Kak Mili menemuinya. Tapi gue nggak mau, biarkan dia yang mencari kami. Dia tahu kemana harus mencari kami!"

"Bukannya ini waktu buat lo berbaikan sama dia?" tanya Erik sekedar memberi saran.

Celaka bagi Erik karena saat ini ucapannya telah membuat Fatur marah dan seketika mimik wajah Fatur menjadi tidak bersahabat, terlihat sedikit kesal dengan apa yang baru saja Erik ucapkan.

"Apa lo bilang! Gue baikan sama dia? Nggak salah bicara lo?" emosi Fatur mulai terlihat menatap Erik dengan nada sedikit meninggi.

Erik tahu akan apa yang terjadi dengan apa yang baru saja diucapkan olehnya. Fatur pasti akan marah dan emosi karena itulah sifatnya yang pemarah dan tempramental.

"Gue cuman kasih saran, bukannya udah lama lo sama dia berpisah. Jadi apa salahnya kalau lo pergunakan momen ini buat berbaikan," jelas Erik dengan nada begitu lembut mencoba menjelaskan dan menghadapi emosi Fatur.

"Dengar ya! Dia yang meninggalkan gue! Bukan gue dan nyokap yang meninggalkan dia. Dia yang selama ini mengabaikan gue! Bukan gue yang mengabaikan dia. Sekarang dia datang memberikan semua fasilitas buat gue dengan perasaan tanpa bersalah. Lo pikir itu waras!"

Erik tahu bagaimana perasaannya selama ini, Erik hanya ingin melihat sahabatnya berbaikan dengan papanya walaupun Rudi sudah membuat sahabatnya menderita. Erik juga bisa merasakan bagaimana rasanya tidak akur dengan papanya dulu, dan Erik berharap jika Fatur dan papanya akan segera berbaikan seperti dirinya. Walaupun Erik tahu itu tidak akan mungkin terjadi mengingat luka yang ditinggalkan oleh Rudi kepada Fatur begitu dalam dan membekas sehingga membuat Fatur merasa trauma akan sebuah hubungan.

Pertemuan Dengan Anggita

Tepat hari ini Fatur dan teman satu kampusnya akan mengikuti demo masal dengan kampus lain untuk menyuarakan suaranya di depan kantor walikota. Sebenarnya Fatur tidak ingin ikut namun atas dasar kekeluargaan akhirnya ia ikut bersama dengan Erik. Mamanya sudah beberapa kali untuk melarang dirinya ikut karena Rudi menelepon Tias Ayu berkali-kali agar putra bungsunya tidak ikut turun ke jalan bersama mahasiswa lainnya. Rudi khawatir akan ada kerusuhan yang terjadi di lapangan. Namun lagi-lagi tekad Fatur begitu kuat karena dirinya tidak mau membiarkan teman-temannya berjuang sendirian untuk menyalurkan suara dan aspirasinya. Dapat dibayangkan bagaimana situasi di lapangan saat Fatur mulai berjalan dan orasi pergi dari kampusnya bersama para rombongan teman-temannya menuju titik kumpul demo.

Seperti lautan manusia yang membuat barisan memanjang seperti pagar dengan membawa bendera kebangsaan serta tulisan-tulisan tangan yang berisi suara yang mewakili rakyat kecil. Fatur berjuang bukan untuk dirinya sendiri, bukan juga untuk rekan-rekan sesama mahasiswa, tapi bagi seluruh rakyat Indonesia. Suara yel-yel, seruan aspirasi mulai terdengar nyata dan saling bersahutan. ratusan polisi mulai berjaga-jaga membentuk pertahanan barisan dengan tameng didepannya. Entah apa yang akan terjadi nantinya Fatur hanya bisa pasrah, ia mengambil barisan di belakang bersama dengan Erik dan kawan-kawan satu kelasnya. Berharap jika terjadi sesuatu mereka tidak saling terpisah.

"Lo udah minta izin sama kedua orang tua lo?" tanya Fatur kepada Arjun teman satu kelasnya saat mereka berjalan bersisian menuju titik demo.

Suara Fatur tidak terdengar begitu jelas jadi ia harus sedikit berteriak agar temannya itu bisa mendengar apa yang diucapkan olehnya. Karena suara Fatur tenggelam antara suara riuh lainnya. Gaya bicara Fatur dengan temannya yang lain tidak lagi memakai bahasa baku tapi memakai bahasa gaul karena kehadiran Erik dari Jakarta yang mempengaruhi mereka.

"Beres dong, masa belum," jawab Arjun yakin dan percaya diri.

Mengapa Fatur bertanya seperti itu kepada Arjun karena pada saat pertama kali Arjun mengikuti demo, tiba-tiba saja papanya Arjun menjemput ke lokasi demo. Papanya Arjun tidak mau jika putranya sampai kenapa-kenapa dan mau tidak mau Arjun harus ikut pulang bersama papanya walaupun saat itu harus menanggung malu yang luar biasa di depan teman-temannya.

"Nanti ada yang jemput lagi kayak waktu itu," ledek Fatur sambil tertawa ringan dan disambut tawa oleh Erik dan Habibi.

Arjun memang anak kesayangan kedua orang tuanya, anak bungsu dari tiga bersaudara selalu dimanja oleh kedua orang tuanya. Saat papanya tahu Arjun hendak ikut demo spontan papanya menjemput paksa Arjun di lapangan. Tanpa banyak bicara Arjun mengikuti perintah papanya.

"Nggak akan," timpal Arjun yakin sambil terus berjalan bersisian bersama Fatur dan Erik mengikuti barisan yang ada di depan.

"Yakin? Waktu itu lo dijemput setengah perjalanan," ledek Erik menggoda Arjun lagi.

"Resek kamu, Rik." wajah Arjun terlihat sedikit kesal namun Erik hanya tertawa disambut oleh kedua temannya yang lain yaitu Fatur dan Habib.

Kejadian itu sepertinya tidak akan pernah dilupakan oleh Fatur, Erik, Habib dan Arjun. Demo pertama mereka berempat di kampus. Selang beberapa waktu masih di tengah perjalanan saat mereka sibuk berorasi seseorang berjalan berada di pinggir barisan. Seorang laki-laki separuh baya menghampiri Habib dengan membawa sebuah paper bag coklat di tangannya. Sontak mata Fatur, Erik, Arjun dan Habib tertuju kepadanya ternyata itu adalah pamannya Habib. Pak Amir yang ditugaskan oleh kedua orang tuanya Habib untuk mengantarkan makanan kepada putra sulungnya yang sedang mengikuti demo. Mamanya Habib begitu khawatir jika Habib sampai kelaparan atau terlambat waktu makan.

"Bib! Habib!" panggil orang itu sambil menghampiri Habib dan berjalan bersisian mengikuti langkah kaki Habib yang ada dibarisan.

Keempat lelaki muda secara bersamaan menoleh dan mereka melihat seorang laki-laki separuh baya menghampiri Habib yang berada di samping Fatur. Habib terkejut bukan main saat mengetahui itu adalah pamannya.

"Paman! Paman lagi apa di sini?" tanya Habib kaget sambil terus berjalan berada di dalam barisan dan sesekali Habib menatap ke depan agar dirinya tidak menginjak kaki yang ada di depan barisannya, mengingat jarak Habib dengan rekan yang berjalan di depan sangat dekat.

"Paman mau mengantarkan titipan dari Mamamu." Pamannya Habib memberikan paper bag coklat yang ada di tangannya.

"Apa itu?" tanya Habib penasaran menatap paper bag coklat itu.

"Ini bekal untuk kamu, Bib. Mamamu meminta paman untuk memberikan ini kepada kamu. Ia khawatir kalau kamu akan terlambat makan," jelas pamannya Habib menyampaikan pesan untuk keponakannya.

Di tengah situasi tegang dan perasaan sedikit was-was akhirnya Fatur, Erik, dan Arjun bisa tertawa terbahak-bahak akan apa yang baru saja didengarnya. Apa mereka tidak salah dengar? Baru saja Habib dibekali makanan dari mamanya? Wajah Habib mendadak kemerahan karena malu mengapa mamanya sempat-sempatnya menyuruh pamannya untuk mengantarkan bekal makannya. Hancur sudah reputasi Habib sebagai cowok cool di kelas hanya karena nasi bekal.

"Apa! Paman nggak salah? Aku lagi demo dan buat apa mama memberikan itu?" Habib semakin malu saat sebuah paper bag coklat sudah berada di tangan kanan Habib saat ini.

Entah apa yang harus dilakukan oleh Habib saat ini, mana mungkin Habib mengembalikan bekal nasi kepada pamannya. Karena jika mamanya tahu pasti akan marah besar kepadanya. Tapi bagaimana bisa Habib membawa bekal makanan itu dalam keadaan sedang ikut demo. Sungguh merepotkan dan membuat Habib malu di depan teman-temannya.

"Paman nggak tahu, Bib. Mamamu berpesan agar kamu menghabiskan semua ini. Kalau sampai nggak habis nanti Paman juga bisa kena marah."

Bagai buah simalakama jika Habib tidak membawa bekal buatan mamanya pasti pamannya akan terkena marah akibat dirinya. Tapi jika Habib membawa bekal makanan sangat gengsi jikalau temen-teman yang lain tahu. Habib terdiam sejenak sambil berpikir apa yang harus dilakukan.

"Di dalam ada nasi, ayam, sayur, roti, susu, dan air mineral buat kamu." paman Habib mengabsen satu per satu isi di dalam paper bag itu.

Kali ini tawa Fatur, Erik dan Arjun terdengar sedikit keras. Ketiga lelaki itu tidak bisa lagi menahan tawa saat pamannya Habib mengabsen menu makanan satu-satu yang ada di dalam box paper bag titipan mamanya. Rasanya Fatur sangat iri karena mamanya Habib begitu sangat perhatian kepada putranya meskipun sudah dibilang sangat dewasa. Percuma Habib menyembunyikan rasa malunya lagi karena semua sudah terlanjur tahu, bahkan temannya yang ada dibarisan depan tahu akan hal itu.

"Ambil saja, Bib. Lumayan buat makan nanti siang," ledek Fatur sambil tertawa ringan.

Wajah Habib terlihat datar menahan rasa malunya dan Habib pasrah jika dirinya menjadi ejekan teman-temannya. Sorang Habib yang dikenal sangat cool dan kalem seketika reputasinya hancur karena terkenal anak manja.

"Setuju gue apa yang dibilang Fatur. Ambil aja lumayan buat makan siang, menghemat biaya," sambung Erik ikut meledek Habib yang masih terlihat sangat kesal.

Mau tidak mau Habib mengambil paper bag yang sudah berada di tangan kanannya dengan berat hati, sementara itu pamannya Habib pergi setelah berpamitan.

"Mau demo atau jalan-jalan, Bib. Bawa bekal segala," tambah Arjun belum puas meledek Habib.

"Ha...ha...ha..." terdengar suara gelak tawa Fatur dan Erik secara bersamaan dan itu membuat Habib ingin sekali memoles kepala teman-temannya yang sedang tertawa puas meledek dirinya.

"Resek kalian! Awas kalau minta!" ancam Habib dengan kedua bola mata hampir menjulur keluar

Keadaan demo membuat Rudi terlihat begitu panik dan khawatir, bagaimana tidak khawatir karena putranya ada di dalam bagian para pendemo. Hanya Mili yang tidak ikut karena sedang kurang sehat. Beberapa kali Rudi menelepon Fatur namun sayang lelaki itu mengabaikan panggilan masuk dari papanya. Rasanya Rudi bisa frustasi jika dirinya tidak bisa menemukannya dan membawa pulang dengan keadaan selamat di tengah para pendemo.

"Bagaimana keadaan di lokasi?" tanya Rudi saat menerima telepon dari sorang bawahannya yang sedari tadi mengawasi Leon di lokasi demo.

Tanpa Fatur tahu jika dirinya sedari tadi diikuti oleh seseorang utusan papanya. Orang itu juga anggota polisi yang ditugaskan Rudi untuk mengawasinya dari kejauhan dan mengikuti Fatur sejak dirinya melangkahkan kakinya keluar dari kampus.

"Sudah mulai nggak aman, Pak," jawab anggota polisi dari ujung telepon dengan nada suara terdengar sedikit cemas melihat kekacauan mulai terjadi saat demo.

Hati Rudi mulai gundah dan khawatir kedua matanya terpejam entah apa yang harus dilakukan. Satu-satunya cara adalah membawa Fatur pulang secara paksa dari sana. Rudi tidak mau terjadi sesuatu kepada putranya.

"Ada di barisan mana dia?" tanya Rudi memastikan keberadaan Fatur yang berada di mana

"Awalnya dia ada dibarisan belakang tapi karena volume pendemo semakin padat akhirnya dia berada dibarisan tengah."

Tidak ada tempat untuk lari bagi Fatur jika demo itu pecah, berada dibarisan tengah sama saja dirinya akan terancam. Hati Rudi sudah tidak menentu, ingin rasanya dirinya pergi menyusul ke sana membawa Fatur pulang dengan selamat.

"Demo pecah, Pak. Aparat menembakan gas air mata kepada pendemo dan barisan mahasiswa terpecah," tambah anggota polisi itu menceritakan apa yang telah terjadi saat ini di depan matanya.

Bagai disambar petir telinga Rudi saat mendengarnya, mengapa kejadiannya begitu sangat cepat. Jika demo sudah pecah itu tandanya sudah banyak konflik yang terjadi antara aparat dan pendemo. Bisa saja Fatur menjadi korban jika ditangkap oleh aparat polisi.

"Apa! Lekas cari Fatur sekarang juga!" kata terakhir Rudi sambil berteriak dan memutuskan saluran ponsel secara sepihak.

Suasana di lapangan sudah tidak kondusif lagi, aparat menembakan gas air mata terus menerus. Serta pendemo berlari berhamburan menyelamatkan diri dari perihnya gas air mata. Barisan yang tadinya kokoh, rapih dan padat tanpa celah kini menjadi hancur berantakan. Tidak sedikit ada beberapa pendemo yang masih dengan gerombolannya melemparkan batu kearah aparat.

Dan Fatur saat ini dalam keadaan genting dirinya terpisah dari rombongan lalu berlari mencari tempat yang aman bersama sahabatnya Erik. Sekuat mungkin kedua lelaki itu berlari dari kejaran polisi yang sedari tadi mengejarnya.

Sampai akhirnya Fatur bertemu dengan seorang gadis yang baru saja keluar dari sebuah toko kue. Dia adalah Anggita. Saat itu Anggita tidak tahu jika sedang ada demo yang tidak jauh dari tempatnya membeli kue. Anggita sedang bersama Lara teman kerjanya. Memang sudah beberapa hari ini Anggita dan Lara sedang berlibur di Batam, tapi sial bagi Anggita karena liburannya terganggu karena pertemuannya dengan Fatur

Buk, Fatur tidak sengaja menabrak Anggita dari samping yang baru saja keluar dari toko kue. Fatur yang berlari dari arah belakang hendak melewati Anggita langsung meraih tubuh gadis berwajah cantik dan menariknya ke dalam dekapannya. Hasilnya Anggita jatuh ke dalam dekapannya dan hampir saja dirinya jatuh. Bukan hanya Anggita yang kaget dengan kejadian itu tapi juga Fatur dan Erik. Mereka berdua terdiam sesaat dan kemudian saling menatap satu sama lain. Kedua tangan Fatur memeluk Anggita dengan erat dan kini wajah mereka berdua sangat dekat sekali. Kedua pasang bola mata saling menatap satu sama lain seolah saling menyapa untuk berkenalan. Tapi sial kejadian itu tidak berlangsung lama karena tidak jauh dari tempat Fatur berdiri ada beberapa anggota polisi yang sedari tadi mengejar kedua lelaki itu.

"Berhenti di sana!" teriak salah satu polisi dengan nada tegas dari kejauhan.

Romansa kisah romantis antara Fatur dan Anggita terhenti, saat sadar jika sedari tadi dirinya sedang dikejar oleh beberapa orang polisi. Tanpa berpikir panjang Fatur kembali berlari bersama dengan Erik, dan kali ini secara reflek Fatur tidak sengaja menarik tangan Anggita untuk ikut bersamanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!