NovelToon NovelToon

Sequel Of The Hunter : The Guardians

BAB 01 : Panggilan.

Hari dimana sudah sore, dan waktu sudah menunjukkan akan jam 5. Terlihat seorang pemuda tampan berusia 30 tahun berjalan kaki menulusuri jalanan. Dia berjalan di trotoar, dia mengenakan celana hitam panjang, dan mengenakan jaket jeans hitam kebiruan. Dia baru saja pulang dari tempat kerjanya. Sudah hampir 40 menit ia berjalan kaki dari tempat kerjanya.

Pemuda itu hanya membutuhkan kurang lebih 1 jam ia berjalan kaki untuk berangkat atau pulang dari tempat kerjanya. Selama dalam perjalanan, ia melihat beberapa mobil truk besar berjalan di jalan raya dan melewatinya. Truk besar itu adalah Truk Hunter, yang dimana para penumpang di dalamnya adalah para Hunter.

Ya, keadaan Bumi sekarang sudah bisa dikatakan terancam, karena banyak sekali pintu atau Portal bermuncullan di semua tempat secara acak. Portal-Portal itu muncul sejak 12 tahun yang lalu. Portal yang awalnya dikiranya adalah Jalan Menuju ke Dunia Lain. Ternyata, Portal itu adalah jalan datang para Monster.

Para Moster datang ke bumi melalui Portal itu, mereka datang menyerang semua Manusia. Banyak sekali nyawa Manusia melayang saat itu juga. Banyak sekali jenis Monster yang datang. Fisik Monster ini bermacam-macam, ada yang seperti hewan-hewan.

Maka dari itu, orang-orang yang sudah menjadi Hunter, mereka harus segera masuk ke dalam Portal untuk membasmi semua Monster di dalamnya. Bila 1 Portal saja dibiarkan, maka para Monster akan keluar dari Portal itu dan menyerang siapapun yang dilihatnya.

Pemuda itu menghela nafasnya karena membayangkan bila Bumi akan benar-benar kiamat. Ia pun segera bergegas pulang ke rumah. Karena sudah ada sosok yang amat ia sayangi dan cintai sedang menunggu di rumahnya. Tak sampai 10 menit, Pemuda itu telah sampai di depan rumahnya.

Ceklek. Terdengar suara pintu terbuka, pemuda itu masuk ke dalam rumah. "Ayah Pulang...,"

Lalu tak lama ia terdengar langkah kaki mendekat. Dia seorang Gadis kecil yang sudah berusia 10 tahun. Ia datang untuk menyambut pemuda itu. "Sudah 4 hari, ayah tak pernah pulang malam larut. Apa tidak ada panggilan ?"

"Hari ini tidak ada panggilan, jadi setelah pulang dari tempat kerja, tentu saja ayah akan langsung pulang." jawab pemuda itu sambil tersenyum. Rupanya dia seorang ayah dari Gadis kecil itu.

Mereka berdua, masuk ke dalam rumah. Lalu Gadis kecil berkata. "Ayah, lebih baik kau mandi dulu. Aku akan memasak."

Sang Ayah mengangguk kepalanya. Lalu ia berjalan menuju ke kamarnya sambil membuka jaketnya dan melepas semua kancing seragam kerjanya satu-persatu. Sedangkan anak Gadis kecilnya, ia memulai untuk memasak. Jangan salah, meski sudah berumur 10 tahun, Gadis itu cukup pandai dalam urusan dapur.

Beberapa lama kemudian, Sang Ayah selesai mandi. Ia telah memakai pakaian santainya. Lalu ia berjalan menuju meja makan berukuran 2 x 1 meter, dan terlihat Gadis kecilnya baru saja selesai menyiapkan makan malam mereka. Meski sederhana mereka tetap bersyukur.

Sang Ayah dan Putri kecilnya pun makan bersama. Disela-sela makan mereka, mereka saling berbicara. Sang Ayah muda itu tersenyum mendengar cerita Putri tercintanya. Ya, pemuda itu adalah seorang Ayah diusia mudanya.

Pemuda berusia 30 tahun itu bernama Budi Ardian. Budi seorang laki-laki yang sederhana. Dia bekerja sebagai karyawan biasa di minimarket. Dia seorang Duda tampan diusai mudanya. Sedangkan Gadis kecil berusia 10 tahun itu adalah anak kandungnya Budi yang bernama Alisa Ardiana.

Meksi berumur 10 tahun, Lisa memiliki hobi memasak. Karena sedari umur 8 tahun, Nenek buyutnya yang mengenalkan dunia dapur padanya. Karena sedari kecil, Budi selalu menitipkan Putrinya kepada Nenek ketika bekerja. 1 tahun yang lalu, Neneknya telah meninggal. Mau tak mau Putrinya ia tinggal sendiri di rumah kontrakannya.

Lagi pula Lisa dipagi hari hingga sore hari ia harus bersekolah. Dia sudah duduk di kelas 5 SD. Jadi ketika jam sekolah selesai, Gadis kecil itu langsung pulang ke rumah dan setia menunggu Sang Ayah untuk pulang. Meski kadang pulang larut ia tetap menunggu di dalam rumah, ia takkan pergi keluar sebelum ayahnya benar-benar pulang.

Mereka tinggal di rumah kontrakan ukuran 10 x 5 meter yang letaknya sedikit jauh dari kota. Budi dan Lisa benar-benar hidup sederhana. Meski sederhana, mereka terlihat bahagia, seakan mereka sudah menikmati hidup mereka karena sudah terbiasa. Budi dan Lisa telah usai makan malam. Mereka pun segera beranjak dari tempatnya.

Budi dan Lisa memilih duduk di ruang tengah untuk menonton TV. Acara TV yang mereka lihat adalah acara berita. Karena sudah malam, mereka menyudahi menonton TV-nya. Mereka pergi ke kamar mereka masing-masing. Meski Lisa masih berusia 10 tahun, ia sudah berani tidur sendiri di kamarnya, karena ia sudah terbiasa.

.....

Keesokan Harinya. Seperti biasa, Budi dan Lisa menjalani kegiatan mereka masing-masing. Lisa berangkat ke sekolah, dan Budi berangkat ke minimarket tempat ia bekerja. Mereka tidak sarapan, karena mereka tak ingin ketinggalan waktu, lagi pula, Budi sudah memberi uang saku lebih kepada Putrinya untuk membeli sarapan di kantin sekolahnya.

Mereka berjalan bersama, karena memang 1 jalur, dan setiap Budi berangkat dan pulang kerja, pasti melewati sekolahan Putrinya. Tak sampai 20 menit mereka berjalan, akhirnya mereka telah sampai di depan sekolah. Lisa melambaikan tangannya, dan Budi membalasnya. Setelah melihat Putrinya sudah masuk gerbang sekolah, ia pun melanjutkan perjalanannya.

.....

Setelah beberapa lama, Hari telah sore, dan waktu sudah menunjukkan jam 4. Jam kerja Budi telah selesai, ia pun segera bersiap-siap untuk pulang. Lagi pula sudah ada beberapa karyawan shif malam sudah hadir. Baru saja mengenakan jaketnya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Budi segera mengangkatnya ketika salah satu temannya menghubunginya.

"Halo..., Ya ? Ada apa ?" tanya Budi setelah mengangkat telepon dari sahabatnya.

"Tim kita mendapat panggilan." jawab sahabatnya yang bernama Andi dengan girangnya.

"Owh.., benarkah ? Kamu dapat info dari siapa ?" tanya Budi.

"Beberapa menit yang lalu, pihak Guild menghubungiku. Tim kita mendapat misi untuk masuk ke Portal Tingkat D. Letaknya 2 Km dari tempat kerjamu. Mereka juga sudah mengirim lokasinya padaku." jawab Andi

Ya, selain kerja sebagai karyawan biasa di minimarket, Budi juga memiliki pekerjaan sampingan yaitu seorang Hunter. Budi pasti akan pulang larut malam, karena dia dan Tim-nya mendapat panggilan untuk mengatasi 1 Portal setelah pulang kerja.

Tim-nya bernama Elang Hitam. Tetapi Budi merasa tak biasa, karena tidak biasanya Perusahaan Guild tidak menghubunginya, secara dirinya adalah ketua Tim-nya. Jadi, bila Perusahaan Guild ingin menghubungi Tim Elang Hitam, pasti Budi yang dihubungi.

"Apa kamu yakin ? Masalahnya, kenapa pihak Guild tidak menghubungiku ?" tanya Budi yang heran, karena Perusahaan Guild tidak menghubunginya.

"Tentu saja aku yakin. Dan juga aku sudah menghubungi yang lainnya, dan mereka setuju." jawab Andi.

"Hmm..., baiklah. Kirimkan lokasinya. Aku akan bersiap-siap." jawab Budi.

"Siap Bos..!!" jawab Andi.

Tut.

Mereka pun mengakhiri obrolan mereka.

_______________________________________

...TimeLine...

Note :

Perjalanan Queen Sinta \= Cerpen.

Arkhan \= Cerpen.

The Hunter \= Cerpen.

BAB 02 : Keraguan.

Setelah mendapat telepon dari salah satu temannya, Budi menghela nafasnya. "Kenapa Pihak Guild tidak menghubungiku ya ?" ia bergumam karena heran. "Oke, tak masalah. Waktunya bekerja." ia pun mengenakan jaket jeansnya, lalu berjalan pergi meninggalkan ruangan ganti karyawan.

Setelah berpamitan dengan beberapa karyawan yang berjaga, Budi berjalan keluar dari minimarket tempat ia bekerja. Lalu ia mendapat Pesan yang berisikan alamat lokasi dari Andi. Setelah membacanya, Budi melompat tinggi ke salah satu atap bangunan rumah. Dia pun berlari, dan melompat dari atap ke atap bangunan lain.

Sebagai seseorang Hunter, pasti memiliki kemampuan yang hebat di atas rata-rata. Untuk menjadi seorang Hunter, langkah pertama dia harus mendaftar terlebih dahulu, entah laki-laki manapun perempuan. Dia harus datang ke Asosiasi Hunter di setiap Kota. Setelah mendaftar, dia akan dibawa ke sebuah laboratorium.

Dan ditempat itulah, pihak Asosiasi Hunter akan menyuntikan Serum Hunter kepada pendaftar tersebut. Setelahnya, dia akan di tes kekuatannya, untuk mengetahui Tingkat kemampuan seorang Hunter baru itu berada di Tingkat Rank mana.

Urutan Rank terdiri dari yang terkuat, yaitu Rank SS. Rank S+. Rank S. Rank A+. Rank A. Rank B. Rank B. Rank C. Rank D. Rank E. Rank F.

Hampir 30 persen Manusia di Dunia telah menjadi Hunter. Hunter terlemah adalah di Tingkat Rank F. Biasanya seorang Hunter Tingkat F, sering di bully. Untuk Budi dan anggota di Tim-nya berada di Rank E. Meski bukan di Rank F, sesekali mereka kena bully-an oleh para Hunter yang memiliki Rank C ke atas, karena dianggap Hunter terlemah.

Sedangkan Budi, menjadi Hunter hanya sebagai sampingan saja, untuk menambah penghasilan. Ia tak seperti dengan para Hunter-Hunter yang mengutamakan pekerjaan Hunter mereka demi menaikkan Level dan meningkatkan Ranknya. Karena itulah, sudah 10 tahun menjadi Hunter, Budi tetap terus berada di Rank E, begitu juga dengan teman-temannya.

Budi terus berlari. Ia tak memilih berlari tak dijalan raya, karena ia tak ingin mengganggu para kendaraan dan penjalan kaki. Meski tindakannya sediri bisa dikatakan tidak sopan karena berlari di atap semua bangunan rumah milik orang. Tetapi karena inilah jalan agar lebih cepat dan tak menghalangi jalanan.

Kecepatan gerakannya 60 km/jam. Tak lama ia, Budi telah sampai. Lokasinya memang tidak di pusat kota, melainkan di dalam kebun dekat perumahan. Budi melihat Portal itu. Herannya tak ada penjagaan sama sekali. Karena setiap ada Portal yang sudah muncul, akan ada beberapa tentara yang berjaga.

Militer pusat Negara berkerja sama dengan Asosiasi Hunter. Jadi, ketika ada Portal baru yang muncul, pihak Asosiasi Hunter akan menghubungi Militer pusat untuk meminta bantuan, yaitu mengirim orang-orang mereka untuk berjaga di depan Portal itu selagi para Hunter belum datang dan juga agar tidak ada warga biasa mendekat.

Budi yang masih heran, ia melihat sebuah pohon besar dan tinggi tak jauh dari portal itu. Ia melompat ke arah pohon itu. Setelah mendarat di salah satu dahan yang lumayan besar, ia melepaskan tas ranselnya dan melepaskan jaket serta seragam kerjanya. Budi membuka tasnya, ia mengambil 1 kaos merah berlengan panjang dan ia langsung memakainya.

Lalu Budi mengambil suatu alat kecil dari dalam tas ranselnya. Ia lalu memasang alat itu ke telinga kanannya. Alat itu berbentu seperti headset bluetooth. Gunanya perangkat itu seperti sistem. Cukup mengatakan status, maka layar sistem Hologram akan muncul di hadapan penggunanya. Perangkat tersebut dinamakan Augma.

Semua orang yang sudah menjadi Hunter, akan mendapatkan perangkat Augma dari pihak Asosiasi Hunter di kota mereka. Perangkat Augma adalah alat pendukung para Hunter untuk ketika mejalankan misi mereka. Perangkat ini diciptakan setelah 1 tahun Portal-Portal bermuncullan.

Perangkat Augma ini diciptakan oleh para ilmuwan setelah bergabung dengan Asosiasi Hunter. Kegunaannya tak hanya melihat status kekuatan mereka, bisa juga sebagai alat komunikasi layaknya telepon. Dan juga perangkat ini bisa mendeteksi adanya ancaman bila Monster mendekat.

Budi sudah memasang perangkat Augmanya di telinga kirinya. "Status." lalu muncullah layar hologram di hadapannya.

******

Status Hunter.

Nama : Budi Ardian.

Usia : 30 tahun.

Hunter : Rank E.

Level : 50/100.

Hunter dari Perusahaan Guild : SILVER.

Tim : Elang Hitam ---> Leader.

Anggota : Andi, Hendi, Iwan, Beni.

Inventory.

- Pedang Katana.

- Blacktail Gun.

- Pelindung dada.

******

Setelah mengucapkan status. Budi memasukkan jaket dan seragamnya ke dalam tas ranselnya. Lalu ia arahkan tasnya ke layar hologramnya, dan benar saja tasnya menghilang setelah ia arahkan ke layar hologramnya. Tepatnya tas ranselnya telah masuk ke dalam Inventory-nya. Lalu Budi mengambil pelindung dada digunakan untuk sebagai Armornya.

Ya, dengan teknologi yang super canggil, perangkat Augma ini mampu menyimpan berbagai macam barang. Jadi para Hunter tak perlu membawa barang bawaan mereka. Jadi tidak perlu ribet, atau khawatir bila kebingungan ketika membawa banyak barang.

Dalam sistem perangkat Augma hanya memiliki kapasitas maksimal 50 barang saja. Entah itu apapun benda mati, seperti senjata, makanan pakaian, dan lainnya. Kecuali benda hidup perangkat itu takkan mau menyimpannya.

Budi mengikat pedangnya yang masih terbungkus di ikat pinggang kirinya. "Baiklah, persiapanku telah selesai, kini tinggal menunggu yang lainnya."

Budi pun melompat turun dari pohon besar. Ia pun mendarat di tanah. Ia melihat sekelilingnya. "Benar-benar tidak ada penjagaan. Bagaimana jika sampai ada warga datang mendekat. Pasti tidak akan berakhir baik."

Ia memandang Portal itu yang tak jauh darinya. Budi berdiri 10 meter dari Portal itu. Lalu terdengar beberapa suara langkah kaki mendekat. Ia menoleh, dan tersenyum. "Kalian terlambat."

"Hah.., ayolah tempat kerjaku tidak dekat dengan lokasi disini." jawab Iwan.

"Aku juga harus membatalkan kegiatanku, padahal sudah setengah jalan." ucap Beni kesal.

"Memangnya kegiatan apa yang kamu lakukan ?" tanya Budi.

"Tentu saja berkencan dengan pacarku. Mau tak mau aku cepat-cepat mengantarkan dia pulang dulu ke rumah." jawab Beni.

Semua tertawa mendengar keluhan Beni karena acara kencannya batal total di tengah jalan. Ya, mereka adalah teman-teman Budi sekaligus anggota Tim-nya.

"Tetapi aku heran, kenapa Perusahaan Guild tidak menghubungiku ?" tanya Budi yang masih terheran-heran. Bahkan Beni dan Iwan terkejut mendengarnya. Karena bisa-bisanya ketua mereka tidak hubungi.

Andi juga menanggapi. "Aku sendiri juga terkejut, pihak Perusahaan Guild tiba-tiba menghubungiku. Bukankah itu sungguh aneh ?"

Semua mengangguk-angguk kepalanya, seakan mereka setuju, karena tidak biasanya Perusahaan Guild menghubungi Andi, bukan Budi yang merupakan ketua Tim mereka.

"Sudahlah, tak perlu banyak mikir, sekarang ayo kita masuk ke dalam. Aku sudah tak sabar mendapat kerjaan sampingan seperti ini." kata Hendi.

Andi, Beni mengangguk kepalanya. Mereka pun berjalan dan memasuki Portal itu. Sedangkan Budi, ia masih saja diam depan Portal. Ia merasa keraguan dengan Portal yang satu ini. Tak ingin banyak berfikir, ia pun segera masuk ke dalam Portal menyusul teman-temannya.

_______________________

Jangan Lupa Like.

BAB 03 : Rank SS.

Sebuah tempat hutan yang cukup suram dan terkesan dingin, meski hari di tempat itu masih siang. Inilah tempat salah satu yang dimana Budi dan teman-temannya setelah memasuki salah satu Portal tempat para Monster tinggal. Di Dunia Manusia masih sore, tetapi belum tentu di Dunia Monster akan sama, begitu sebaliknya.

Biasanya, Portal yang baru muncul, maka Asosiasi Hunter setiap kota yang ada di semua Negara akan langsung tau. Karena kini Bumi memiliki 3 satelit khusus untuk mendeteksi bila ada Portal-Portal baru yang muncul. Maka bila ada Portal baru, satelit akan mengirim sinyal ke semua Asosiasi Hunter di semua Negara.

Setelah mendapat informasi, Asosiasi Hunter akan menyebarkan informasi tersebut ke semua Perusahaan Guild yang tersebar di setiap Kota. Karena teknologi sudah canggih, satelit bisa mendeteksi Portal itu bahaya atau tidak. Bahayanya Tingkat Portal itu di Tingkat SS. Dan yang terlemah di Tingkat E.

Sesuai informasi yang Andi terima, bahwa Portal itu di Tingkat D, meskipun Budi masih merasa ada yang sesuatu yang ganjal, karena ia merasakan tekanan yang kuat. Mereka terus berjalan, dan siap untuk melawan Monster yang mendekat. Asosiasi Hunter menyebutkan bahwa latar tempat yang ada di dalam Portal disebut Dungeon.

Sebenarnya Dungeon yang biasa para Hunter masuki bermacam-macam tempatnya, ada yang di dalam hutan, tepi pantai, ladang rumput, tempat yang bersalju, dan masih ada yang lain. Dan tentu saja Monster yang tinggal disana bisa bertahan dimanapun.

Sebagai memiliki pekerjaan sebagai Hunter, mereka membunuh para Monster yang ada. Setiap Monster yang mereka bunuh, mayatnya akan lenyap dan yang tersisa hanyalah inti Monster. Inti Monster itu yang akan mereka ambil dan diserahkan kepada Perusahaan Guild yang mereka ikuti.

Tetapi setelah mengalahkan semua Monster, Portal Mereka masuki takkan tertutup sampai mereka benar-benar mengalahkan Boss Dungeon yang mereka masuki. Setelah mengalahkannya, mereka memiliki waktu 1 jam untuk kembali keluar dari Portal. Tepat 1 jam berlalu, Portal akan benar-benar tertutup atai menghilang.

Semua inti Monster yang mereka dapatkan akan ditotalkan dan ditukarkan menjadi uang. 70 persen untuk mereka dan sisanya untuk Perusahaan Guild. Tetapi untuk Budi dan teman-temannya merasa ada yang tidak beres. Pasalnya banyaknya inti yang mereka dapat, entah bayaran Budi dan teman-temannya seakan kurang.

Karena mereka sudah yakin bahwa mereka sudah memperhitungkan semuanya. Terkadang Budi dan teman-temannya berfikir, apakah diri mereka kurang puas ? Apakah karena pengaruh dari Rank mereka ? Atau Perusahaan Guild yang bermasalah ?

Pada akhirnya, mereka menepis pikiran hal itu, tak mau banyak pikiran. Mau bagaimana pun Budi dan teman-temannya menganggap pekerjaan sebagai Hunter adalah sampingan saja. Dan juga mereka tidak terlalu terobsesi menaikkan Level mereka ataupun Rank mereka.

Dungeon yang mereka masuki benar-benar terasa berbeda. Terutama dengan Budi, dia merasa sesuatu yang tidak beres. Dalam hatinya ia berkata. "Apakah ini benar-benar Dungeon Tingkat D ? Kenapa tekanan disini berbeda dengan Dungeon-Dungeon tingkat D yang pernah aku masuki ?"

Budi dan Tim-nya masih terus berjalan tanpa mengurangi sikap waspada. Setelah hampir setengah jam berjalan kaki, Tiba-tiba terdengar suara peringatan dari perangkat Augma milik mereka masing-masing. "Bersiaplah kawan, kita akan kedatangan tamu." ucap Budi bersuara.

"Tentu saja Bos, kami pasti selalu siap kapan pun." sahut Andi, dan ketiga lainnya mengangguk kepalanya.

Budi menghela nafasnya. "Ayolah, sudah sekian kalinya aku bilang padamu, jangan memanggilku Bos, aku tidak nyaman dengan sebutan itu."

"Yaelah, dibiasakan saja kali Bos." sahut Iwan.

Budi menjawab. "Panggil saja namaku. Jangan memanggilku dengan sebutan itu."

"Mau gimana lagi, kau adalah ketua kami yany terhebat. Kau lain dari yang lain." kata Andi, dan yang lainnya mengangguk setuju.

"Hei..!! Hei...!! Fokuslah." balas Budi yang kesal. Ke-4 temannya tertawa kecil.

Tak lama kemudian, Layar hologram mereka muncul, karena mendeteksi kalau musuh datang tak sendiri dan akan sudah akan mendekat. Mereka pun segera mengeluarkan senjata dari Inventory mereka masing-masing.

Budi memakai pedang katanannya. Andi dan Iwan sama-sama memakai tombak. Hendi memakai pedang besar. Dan Beni memakai busur dan anak panahnya. Mereka dalam posisi kuda-kuda mereka masing-masing.

Sesuatu hal yang tak terduga, dalam jarak 100 meter, mereka bisa melihat seekor Naga tanpa sayap sedang berjalan entah kemana. Meski jarak masih 100 meter lagi, dengan bantuan hologram dari perangkat mereka, cukup membantu mereka untuk melihat.

Tentu saja Budi dan teman-temannya terkejut bukan main. Karena sudah dipastikan, bahwa Naga itu berada di Tingkat Rank S. Karena keterangan di layar hologram mereka, menampilkan tentang Monster Kadal itu.

"Budi, apa yang harus kita lakukan ?" tanya Andi yang berusaha tetap tenang.

"Sepetinya ada yang salah dengan Portal yang kita masuki. Seharusnya Dungeon ini Tingkat Rank SS !!" ucap Hendi panik.

Iwan dan Beni juga panik. Budi pun bersuara. "Tenanglah, jangan terlalu panik. Kita harus pergi dari sini. Dan melaporkan hal ini kepada Asosiasi Hunter, aku merasa Perusahaan Guild menipu kita."

Andi pun menjadi panik. "Menipu kita ? Apa kita berbuat salah ? Padahal kita selama ini selalu menerima misi-misi dari mereka dengan baik."

"Aku juga tak menyangka kalau mereka benar-benar ingin menjatuhkan kita. Dan dari awal sebelum masuk ke dalam sini aku sudah meragukannya. Kita harus.....," kata-kata Budi terpotong ketika hologramnya menampilkan sebuah kata peringatan.

Ya, Naga itu berlari ke arah Budi dan teman-temannya, mungkin Monster kadal itu merasakan keberadaan mereka. Mau tak mau, Budi segera menyadarkan teman-temannya agar terlepas dari rasa ketakutan, dan segera mengajak mereka pergi untuk keluar.

Namun nasib mereka tidak beruntung, Naga itu meski tak memiliki sayap, dia bisa melompat tinggi dengan cepat. Dan itu berhasil membuat Budi dan teman-temannya terdesak, karena Naga itu langsung mendarat dan menghalangi jalan mereka.

"Sepertinya kita disini harus benar-benar bertarung dengan Monster kadal ini." ucap Budi sambil mengambil posisi kuda-kuda. Ia menatap tajam ke arah Naga itu yang 10 meter di depannya.

Naga itu hanya diam menatap Budi. Mungkin mereka saling menunggu siapa yang akan menyerang lebih dulu. Andi, Beni, Hendi, dan Iwan terlihat membeku mendengar ucapan ketua mereka. Mereka pun mai tak mau pun segera mengambil posisi kuda-kuda, meski tubuh mereka gemetaran.

Budi pun bersuara. "Tetapi cukup aku saja yang bertarung. Aku akan menahan Naga ini. Kalian segeralah pergi."

"Mana mungkin kami meninggalkanmu !!" ucap Andi.

Budi yang masih dalam posisi kuda-kudanya, ia menjawab. "Aku akan menyusul setelah berurusan dengan Monster kadal ini." Tiba-tiba tubuhnya diselimuti cahaya berwarna ungu.

Budi langsung melompat maju, dan si Naga melayangkan salah satu kaki depannya untuk menyerang Budi dengan cakarnya. Budi dengan mudah memutar tubuhnya di udara untuk menghindar. Dan setelahnya ia berhasil memberikan satu pukulanya.

Monster Naga itu terdorong ke samping meski beberapa meter saja. Andi, Hendi, Iwan, dan Beni terkejut melihat aksi Budi. Andi bersuara. "Apakah dia salah satu dari daftar Hunter yang beruntung ?"

_______________________

Jangan Lupa Like.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!