Wanita yang bernama Kerin dan seorang ustadz bernama Abdillah atau biasanya di panggil ustad Abdillah, yang melakukan pernikahan paksa dengan seorang wanita karena kesalahpahaman yang telah terjadi antara mereka berdua.
Buu
Kerin pamit dulu ya Bu mau ke rumah Nisa. Mau nanya jadi enggak ke Jakarta karena hp Nisa gak bisa di hubungi.
Iya sudah kamu pergi, tapi jangan pulang terlarut malam, ucap ibu.
Iyaa bu, sambil bersalam dengan ibu.
Assalamualaikum bu.
Walaikumsalam hati-hati dijalan Rin.
Iyaa bu.
Sesampainya di rumah Nisa, banyak orang yang sedang muda mudi di rumah Nisa.
Assalamualaikum semua.
Walaikumsalam Rin, jawab semua temannya Nisa yang ada disitu.
Nisa nya ada? tanya Kerin ke salah satu temannya.
Ada kok, jawab Budi. Dimana Bud? tanya Kerin.
Didalam lagi mandi, bentar lagi mungkin selesai. Tunggu aja disini Rin.
Menunggu beberapa menit Nisa pun keluar dengan kondisi rambut basah.
Sa tuh kerin nyariin. Mana? tanya Nisa
Nisa langsung menghampiri Kerin. Kenapa rin? tanya Nisa pada kerin.
Assalamualaikum sa
Walaikumsalam Rin, ada apa ya tumben kau nyariin malam² biasanya juga siang kau datang kesini. tanya Nisa pada kerin.
Iyaa sa, aku mau nanya soal pergi ke Jakarta, jadi tidak sa? tanya Kerin pada Nisa.
Jadi kok Rin, jawab Nisa dengan senyumnya. Jadi Rin kita berangkat dengan anak² besok, namun berangkat nya siang Rin.
Oke sa, jawab Kerin dengan gembira. Iya udah sa aku pamit pulang ya, soalnya udah malam nih entar ibu aku marah.
Iya Rin, hati² yaa. ucap Nisa.
Assalamualaikum sa, sambil bersalaman dan pamit pada teman-temannya.
Rinn..
Siapa yang memanggilku ya sambil melihat ke belakang.
Ternyata Nisa. iya sa kenapa?
Kau sudah izin dengan ibumu? tanya Nisa. Sudah sa aku sudah pamit dengan ibuku. Kenapa sa?
Gak ppa, cuma takut kamu belum bilang dengan ibu, entar ibu mu nyariin. Karna kan ini perjalanan jauh Rin.
Iya udah kalau gitu aku pamit dulu ya sa.
Iya Rin, jangan lupa pamit dengan yang lain. jawab Nisa.
Iya sa, teman teman aku pamit pulang duluan yaa, udah malam soalnya ntar kemalaman. Gak ppa kan?
Gak ppa Rin.
.
Sesampainya di rumah.
Assalamualaikum bu.
Walaikumsalam Rin. Udah ke rumah Nisa nya Rin? tanya ibu.
Udah bu.
Terus apa kata Nisa?
Jadi Bu, besok siang berangkat nya Bu, jawabku dengan gembira.
Iya udah sekarang cuci kakimu, sikat gigi dan pergilah ke kamar untuk istirahat agar besok kau siap².
Iyaa bu.
Kerin meninggalkan ibunya, dan pergi masuk ke kamarnya langsung merebahkan tubuhnya di kasur kesayangan nya. Kerin memang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk hanya di kamar saja, dia tidak suka berkeliaran diluar.
Tak butuh lama pun akhirnya Kerin tertidur.
.
Waktu menunjukkan jam 10 pagi.
Kerin bangun ini sudah jam 10 kau tidak jadi berangkat ke Jakarta kah?
Iya Bu, Kerin dengan matanya yang sedikit demi sedikit terbuka. Ada apa Bu?
Cepat bangun ntar kau di tinggal.
Aaaa iya Bu, aku pun langsung bergegas ke kamar mandi. Ibu ku merapikan pakaian yang ingin ku kenakan, dan mempersiapkan pakaian ku yang akan ku gunakan di Jakarta.
Setelah beberapa menit, Kerin keluar dari kamar mandi, dan langsung berpakaian. Tak lupa aku juga merias wajahku. Karna seiring nya waktu ternyata sudah jam 11 saja.
Kerin pun langsung pergi pamit dengan tergesa-gesa.
Bu Kerin pergi yaa.
Ntar dulu Rin kamu makan dulu. Enggak Bu entar makan di mobil aja, jawab Kerin.
Enggak, kamu harus makan dulu. Kalau tidak kamu jangan pergi. Ucap ibu.
Iya Bu, jawab Kerin dengan pasrah. Selesai makan tepat jam 12 Kerin pun tepat pada waktunya karena temannya sudah pada siap untuk berangkat.
Rin ayok, aja Nisa
Iya sa. Kerin pun langsung masuk mobil.
Rin? tanya Nisa.
Iya sa?
kenapa kamu telat? kita hampir ninggalin kamu tau. Dan tadi aku hubungin gak kamu angkat².
Iyaa kemarin aku gak ngecas hp soalnya langsung tidur, ngantuk banget sa. Jawab Kerin cengengesan.
Iya udah gak ppa, jawab Nisa.
Setelah tiga jam perjalanan di dalam mobil akhirnya sampai juga di Jakarta.
Kerin menelvon ibunya menggunakan hp Nisa.
Assalamualaikum bu
Walaikumsalam Rin, udah sampai kamu?
Udah bu, jawab Kerin. Alhamdulillah, baik² disana ya.
Iya bu, udah dulu ya Bu Kerin mau nyusul yang entar ketinggalan lagi. Iya udah Rin hati² ya.
Nisa dan lainnya pun langsung memesan kamar nya masing-masing, yang berisi satu dua orang.
Rin
Iya sa.
Samaku ya berdua? tawar Nisa pada kerin.
Oke sa. jawabku.
Udah yuk lebih baik kita istirahat dulu. Ucap Tony. Iya udah ke kamar masing-masing yah jawab bang Gilang mewakili semuanya.
Karna seharusnya sampai jam 5 karena perjalanan macet akhirnya sampai malam hari.
Oke dah teman-teman.
Dahhhh....
Ayok Rin, ajak Nisa.
Iya sa. Menuju kamar tanpa basa basi aku pun dan Nisa langsung berbaring di tempat tidur.
Tanpa sadar mereka pun terlelap karna memang sudah jam 9 malam. Dan mereka pun kecapaian karena seharian di dalam mobil.
.
Pagi pun tiba sudah menunjukkan pukul 9.
Aku tak tega membangunkan Nisa yang masih tertidur pulas.
Kerin pun membiarkan Nisa tetap tidur. Dan bergegas menuju kamar mandi, karna kemarin dia tak lagi sempat mandi.
Selesai mandi aku pun tak melihat Nisa bangun. Aku pun bergegas keluar untuk berjalan-jalan menghirup udara segara dan ingin olahraga.
.
Sejuknya udara disini. Aku berjalan mengelilingi hutan yang masih asri. Aku pun memandangi pohon yang rimbun berada di belakang vila. Tanpa sengaja aku terjatuh.
Aaaa...aaaa...aaaaa
Hampir terjatuh ke jurang...
Membuat bawah baju gamis ku robek tersangkut di batang pohon. Untung saja ada seorang pria yang memakai baju kokoh dan satu dan bertanya kamu gak ppa?
Gak ppa, jawabku.
Aku pun bingung kenapa pria tadi hanya diam saja setelah menanyaiku. Mata ku pun memandang ke arah mata pria itu memandang.
Dan ternyata....
Astaghfirullah.. Aku pun panik langsung menutupi aurat ku. Dengan cepat aku pun langsung menutupi.
Pria itu pun sadar dengan apa yang dia lihat. Dia pun mengucap astaghfirullah sebanyak 3x.
Namun disaat bersamaan ada warga yang tinggal di sekitar hutan. Melihat ku dengan laki² yang memandang bajuku sobek akibat terkena batang kayu.
Karena salah paham. Warga disana menyangka aku dan pria itu melakukan hal jinah. Tanpa pikir panjang warga itu menghampiri kami. Dan memanggil para warga yang ada di dekatnya.
Kerin pun kaget beserta Abdillah. Ya nama pria itu Abdillah. Iya pak kenapa? tanya Abdillah bingung.
segala tanya kamu. Kamu kalau mau berbuat jinah jangan disini. Ucap salah satu warga dengan menahan amarah. Maaf pak tapi saya dengan ukhti ini tidak melakukan apa² pak, ucap Abdillah membela diri.
Benar pak saya dan Abang ini tidak melakukan apa² pak, ucap Kerin.
Aku dan pria ini mencoba menjelaskan namun tak dihiraukan para warga karena warga memang sudah terlanjur marah.
Sudah pak dari pada mereka berdua menodai desa kita lebih baik kita nikahkan saja mereka, usul salah satu warga.
Membuatku dan pria itu pun panik.
Panggil orang tuanya....
Radit panggil pak Ilham dan pak kamal, ucap salah satu warga pada anaknya.
Pak Ilham adalah salah satu penghulu di desa itu.
Orang tua pria itu pun datang dengan keadaan panik. Assalamualaikum, ucap umi dan abahnya Abdillah.
Walaikumsalam, jawabku dan pria itu serta warga disana. Dia pun menyalami tangan orangtuanya itu.
Umi, Abah demi Allah Abdillah tidak melakukan apa², ucapannya dengan panik. Aku pun hanya diam tak tau harus berbuat apa.
Maaf pak anak saya tidak mungkin melakukan itu pak. Ucap pak kamal dengan tegas namun lembut.
Maaf pak kamal bukan nya saya mau fitnah ya pak tapi saya melihat dengan mata kepala saya sendiri pak dan karena itu mereka harus segera dinikahkan pak. Ucap warga.
Iya sudah saya setuju jika anak saya ingin dinikahkan. Ucap pak kamal.
Tapi bah,
Sudahlah ab mungkin ini jalan terbaik untukmu nak, Umi percaya kok kamu tidak mungkin melakukan hal yang dilarang dengan Allah apalagi yang dibencinya. Ucap umi Abdillah.
Ya sudah jika umi dan Abah setuju, Abdillah nurut aja mi bah.
Yasudah. Nak nama kamu siapa?
Nama saya Kerin Bu, jawabku dengan gugup.
Tidak usah gugup, sebentar lagi kan kamu jadi mantunya umi, dan jangan panggil Bu panggil umi saja ya, ucapnya padaku.
Eh iya Bu e mi, jawabku dengan terbata-bata.
Pak penghulu pun tiba.
"Saya terima nikah dan kawinnya Kerin binti Ruddin dengan mas kawin seperangkat alat shalat di bayar tunai."
Gimana para saksi sah?
Sah.
Alhamdulillah.
Abdillah pun mengulurkan tangannya ke arah ku. Aku pun mengerti ku cium tangan pria yang kini sudah menjadi suamiku. Para warga pun satu persatu pergi setelah mengucapkan selamat.
Namun bukannya aku mengikuti suamiku dan mertuaku aku malah pergi ke vila yang ku tempati untuk menginap disini. Aku berlari dengan air mata yang sudah membasahi pipiku.
Abdillah Abi dan umi pun kaget.
Sontak menyuruh Abdillah mengejarnya karena sekarang menantunya adalah tanggung jawabnya.
Abdillah mengejarku.
.
Mbak, tanya Nisa pada penjaga vila.
Iya ada yang bisa saya bantu?
Iya mbak ngelihat temen saya nggak yang sekamar dengan saya?
Oh iya mbak tadi saya lihat dia pergi keluar katanya sih mau cari² angin mbak.
Oh iya udah makasih mbak, kata Nisa.
iya mbak, jawab penjaga vila.
Sesampai Kerin di vila dengan keringat yang sudah bercucuran di badan dengan nafas yang sudah hampir habis, dan air mata yang sudah berjatuhan.
Melihatku dengan keadaan yang sudah tidak karuan, Nisa pun menghampiri ku dengan tergesa-gesa. Kenapa rin? tanya Nisa.
Teman temanku pun pada keluar langsung melihat ku dengan keadaan yang tidak biasanya.
Sa kenapa Kerin dengan kompak teman temanku bertanya.
Udah Rin gak usah di jawab pertanyaan mereka, kamu jawab aja dulu pertanyaan aku.
Ayuk ke kamar aja ajak Nisa.
Iya sa.
Rin cerita kenapa kamu bisa seperti ini?
Namun aku hanya diam. Enggak kok sa aku gak kenapa² ,jawabku.
Kalau gak kenapa² ini kenapa baju kamu robek dan kenapa kamu lari seperti tadi.
Aku hanya diam.
Nisa pun yang keadaan seperti ini langsung berinisiatif untuk membawa aku pulang ke Semarang.
Ayuk Rin, ajak Nisa.
Kemana sa?
Pulang....
Aku pun diam jika aku dan Nisa pulang sia² saja kami kesini, padahal tujuan kami kesini untuk bersenang senang dan tidak bisa menghabiskan waktu di Jakarta.
Tapi sa kalau kita pergi kita tidak bisa, jawabku tapi langsung dipotong oleh perkataan Nisa.
Gak ppa Rin kan bisa lain waktu kita kembali kesini, jawab Nisa.
Iya sudah sa ayok, aku dan Nisa pun berpamitan dengan teman-teman untuk pamit pulang duluan.
Teman temanku pun berpikir apa yang sedang terjadi denganku.
Tapi Rin saya dengan yang lain tidak bisa ikut karena kita ada audisi disini.
Udah pakek mobil gw aja sa ntar gw dengan yang lain pulang naik bus saja.
Iya udah, gw dan Kerin pulang duluan ya, pamit Nisa.
Abdillah yang bingung mencari wanita yang ia selamatkan tadi yang kini pun sudah menjadi istrinya.
Abdillah menanyakan kepada salah satu warga yang ada disana.
Assalamu'alaikum pak
walaikumsalam, ada apa mas?
Ngeliat istri saya gak pak pakai kerudung warna pink baju hitam pak, ucapnya.
Oh tadi saya lihat dia lari kenceng banget ke vila itu mas, ucap bapak itu seraya menunjukkan vila.
Makasih ya pak, ucapnya.
Abdillah bergegas ke vila yang dituju istrinya tadi.
Assalamualaikum mbak, ucapnya memberi salam.
Walaikumsalam, jawab seorang penjaga vila dengan senyuman karena terpesona dengan ketampanan pria yang ada di depannya itu.
Jujur Abdillah risih.
Tapi dia urungkan demi menemukan istrinya itu. Maaf mbak saya boleh tanya, ucapnya.
Boleh pak kenapa ya? ucapnya dengan senyuman.
Liat istri saya nggak tanya Abdillah.
Yang mana pak?
Yang pakai kerudung pink terus pakai baju warna hitam mbak.
Oh yang tadi pak....
Sekarang sudah pergi bersama temannya untuk pulang ke Semarang. Barusan saja pak mungkin belum jauh.
Abdillah kaget dengan pernyataan penjaga vila.
Iya makasih mbak.
Tanpa mengucap salam, Abdillah langsung pergi ke tempat parkiran.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!