Menjadi seorang gadis cantik yang memiliki kemampuan handal sebagai sekertaris, ternyata tak juga membuat Alvaro nyaman hanya dengan satu wanita saja.
Aleena Rainsyakha, wanita yang cantik bak model dan pintar dibidangnya ternyata tak cukup pandai dalam dunia percintaan. Hal ini terbukti dengan lamanya ia menyadari perselingkuhan sang kekasih yang ternyata sudah berlangsung lama.
Ikatan cinta yang sudah dirajutnya selama 3 tahun ini bersama Alvaro ternyata ternodai oleh perselingkuhan selama lebih dari 1 tahun antara dia dengan teman kuliahnya dulu.
Perusahaan di bidang tekstil itu memang menjanjikan gaji yang lebih dari cukup untuk Aleena tapi sebanding dengan kesalahan yang sering dibuat oleh sang direktur. Dan siapa lagi yang harus memperbaikinya kalau bukan Aleena.
Kadang ia merasa jengah atas tugas kekasihnya yang selalu saja ada kesalahan dan kurang teliti, tetapi demi keberlangsungan kisah cintanya ia pun memilih untuk diam.
Suatu malam, setelah beberapa hari ini kurang tidur karena ada beberapa bahan yang salah kirim dan tak sesuai dengan presentasi (yang itu merupakan kelebihan Alvaro) Aleena yang berniat langsung menerobos ruang kekasihnya itu tanpa sengaja mendengarkan percakapannya dengan seseorang melalui sambungan telepon
"Iya sayang, aku juga mau nya cepat selesai.. tapi kan kamu tau sendiri pacar aku belum pulang"
hah.. sayang?? ngakuin punya pacar tapi manggil sayang, begimana.. begimana...
"Oke.. semalam apapun aku pulang kamu tunggu aku ya sayang"
"Iya sabar ya sayang.. percantik dirimu nanti aku bawakan makanan kesukaanmu ya"
"See u, mmmuuuach"
jreeeeng... jreeeeeng... Aleena yang mendengarkan percakapan itu berusaha mencerna secara positif apa yang baru saja didengarnya.
" Siapa dia??"
"Apakah alvaro selingkuh?"
"Tapi ga mungkin kan.. dia selama ini selalu denganku loh.. "
Entahlah mungkin karena sudah terlalu lelah dan segera ingin pulang iya pun langsung menyerahkan berkas itu pada sang direktur.
"Maaf pak, saya langsung masuk. ini berkas yang sudah saya perbaiki"
"Oh.. ayolah honey.. sudah tak ada karyawan disini jangan panggil aku pak"
"Maaf pak tapi ini masih di kantor" ucap aleena yang sudah tak berselera.
"Sepertinya kamu lelah sekali malam ini, langsung pulang ya.. "
"Aku juga berfikir begitu.. " seketika aleena teringat akan hasil curi dengar tadi didepan pintu.
"Eum.. mas makan nasi goreng dulu yuk.. dilangganan kita biasa.. "
"Kamu laper ya sayang.. aku siih.. pengen tapi gimana ya.. aku masih harus ada yang dikerjain nih.." ucap Alvaro dengan tatapan seperti menyembunyikan sesuatu.
"Gak papa lah.. aku tungguin sampe selesai" ucap aleena sedikit memaksa
"Hemh.. sayang kamu itu udah kelihatan lelah sekali, aku gak tega biarin kamu nungguin aku sampe lama" masih berkilah juga ini orang yak..
"Kenapa? kamu udah janjian ya sama cewek lain?"
"Tuuuh.. kan, kalo kamu kecapean gitu tuh.. ada aja, udah ya.. kalo kita berdebat terus ini kerjaan aku ga kelar.. mending sekarang kamu rapi-rapi ya.. pulang terus istirahat"
sebenarnya Aleena masih ingin berdebat dan mengorek sedikit tentang alvaro tapi sepertinya tubuhnya sudah tak sanggup menopang kelelahan ini. akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti kata kekasihnya itu dan membiarkan dulu apa yang terjadi.
%%%%%%%%%%%%%%%%%
Bangun pagi itu Aleena merasa badannya lebih segar dari sebelumnya, tapi alangkah terkejutnya Aleena ketika melihat jarum jam dinding menunjukkan pukul 09.00. Namun rasanya belum cukup bagi aleena untuk beristirahat. Kemudian ia pun segera mengambil ponselnya berniat hendak meminta izin sang direktur untuk datang siang hari ini.
Baru saja Aleena berniat untuk meminta izin, tetapi ia melihat ada notifikasi dari *My Boyfriend*.
"Honey.. sebaiknya hari ini kamu tidak usah ke kantor ya, aku lihat semalam wajahmu terlihat sangat lelah honey, besok kita langsung ketemu klien saja ya jam 2 siang di Hotel Andalas. nanti ku jemput ya.."
Terlihat pesan itu terkirim pukul 07.01
kemudian tak lama setelah itu *My Boyfriend* kembali mengirimkan pesan.
"Hemh.. pasti belum bangun ya.. ok fix aku jemput nanti jam 1 depan komplek ya.. "
Karena masih merasa lelah, Aleena hanya membalas dengan kata "Oke" (berani beud ya sama direktur cuma bales gitu doang).
Kemudian Aleena bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, walaupun waktu yang tersisa masih panjang tapi Aleena lebih memilih untuk memanjakan dirinya lebih lama di kamar mandi.
Aleena tinggal di sebuah rumah besar yang bisa dibilang kos kosan dengan 10 kamar yang tersedia. 4 kamar dengan kamar mandi didalam berada di lantai 2 dan 6 kamar dengan 2 kamar mandi diluar berada di lantai 1. Sedangkan rumah pemilik kos dengan kos kosan hanya dipisahkan oleh kebun yang amat terawat karena sang ibu kos sangat suka dengan tanaman.
Selesai mandi Aleena menuju dapur untuk membuat coklat panas kesukaannya. Saat tengah asyik mengaduk coklat panasnya, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya,
"Wezz.. tumben nih tuan putri yang super sibuk jam segini ada dirumah" seru Silla yang membuat aleena terperanjat.
"Kageet... lah, kamu juga tumben jam segini belum jalan? ga kerja?" sambil menunggu jawaban temannya itu, Aleena memperhatikan dandanan Silla yang sudah rapi seperti hendak bekerja.
"Kerja lah..." kemudian ia pun meneguk air putih dan mengambil botol minumnya dari kulkas.
"Iya juga sih orang pakaiannya rapi begitu" ucap Aleena didalam hatinya
seolah menangkap keheranan Aleena, Silla pun berkata "Gue izin dateng agak siang, biasa hari pertama haid.. untung gw deket sama kepala cabang jadi bisa nge-lobi dikit lah.." ucapnya sambil memasukkan botol minumnya kedalam tas. Aleena hanya menganggukkan kepala perlahan mendengar penjelasan teman kos nya itu yang menyewa kamar disamping kanan Aleena.
"Btw len, lu masih sama direktur itu?"
"hemh.."
"Emh.. sebenernya gue udah lama pengen ngomong ini sama lu, tapi... "
"Apaan sih.. "
"Mungkin ga sih... direktur lu itu punya klien, emh.. maksud gue datengin langsung kliennya di apartemennya gitu?" tanya Silla terbata-bata karena ia tak ingin membuat sahabat nya bersedih karenanya.
"Mungkin aja sih.. gue sering kok.. tapi emang kita perginya selalu berdua" Aleena tetap bersikap biasa walaupun sebenarnya ia memahami kemana arah percakapan mereka.
"Kalo sendiri??"
"Sendiri?
"Sendiri ya? mungkin gue lagi sakit kali ya atau gue lagi ada urusan gitu.. tapi ya.. jarang sih"
"Emh.. ya udah deh gw jalan dulu ya, biar kata udah izin tapi gw tetep ga enak kalo kesiangan banget hehe.. "
"Oke.. ti ati ya, kapan-kapan kita ngebakso lah ya.. "
Silla hanya mengangkat kedua jempolnya tinggi tanpa membalikkan tubuhnya ke arah Aleena.
Hotel mewah di tengah kota memang sangat menarik untuk dikunjungi, tapi bukan hotelnya yang membuat Aleena terpana melainkan makanan yang disajikan. Aleena yang sangat menyukai segala bentuk pasta termasuk pasta yang dicampurkan pada kuah seblak terlihat sangat menikmati menu yang dihidangkan. Sayangnya karena ini urusan kantor jadi sebisa mungkin Aleena harus menjaga sikap saat menikmatinya (yaaa.. ga bisa ala-ala mukbang).
"Iya memang kemarin saat saya sampaikan detail motifnya itu cenderung lebih besar tetapi menurut saya ini hasil maksimal yang bisa kami lakukan Mr. Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini" ucap Alvaro se sopan mungkin agar bisa mengambil hati klien tersebut.
"Bukankah kain ini sudah kami pesan jauh-jauh hari, kenapa tidak sesuai" Mr. Noval terlihat kecewa.
"Iya Mister oleh karena itu saya memohon maaf yang sebesar-besarnya atas hal ini"
Raut wajah Noval yang terlihat kecewa ini bukan klien pertama yang Aleena hadapi karena keteledoran direkturnya itu. Akhirnya mau tidak mau Aleena pun angkat bicara untuk memperbaiki kesalahan kecerobahan sang direktur yang juga kekasihnya.
"Mister mohon maaf jika saya lancang ikut bicara, boleh saya berpendapat?" buka Aleena
"Ya, Silahkan" ucap Noval terlihat malas
"Menurut saya mengenai motif ini masih bisa dipadu padankan dengan warna polos, apalagi ini belum jadi pakaian. Bagaimana kalau kita proses sebagian seperti diawal konsep dan yang sudah jadi ini kita rancang lagi baik dari segi pemilihan warna atau bahan kainnya. Karena penilaian dasar dari sebuah pakaian adalah bahan kainnya, dan karena ini bukan kerjasama kita yang pertama kalinya pastinya Perusahaan Mr. sudah tau kualitas kain yang kami hasilkan"
Alvaro tersenyum karena kepiyawaian Aleena yang semakin berkembang dari sebelumnya terutama dalam komunikasi.
Terlihat wajah Noval berpikir, entah apa yang sebenarnya ia telusuri dari penjelasan sang sekretaris.
"Atau begini saja, sebagai bentuk tanggung jawab kami, saya bersedia membantu seperti mengkombinasikan warna atau model dengan para designer perusahaan Mr, bagaimana?" tawar Aleena lagi berusaha mengurangi keraguan klien.
"Ni cewek bisa dibilang perfect sih, cocok kayaknya buat si bos" bisiknya dalam hati, yang ternyata sedang menelusuri Aleena secara pribadi.
"Untuk saat ini saya hanya menunggu kain pesanan kami selesai dengan tepat waktu. Kami memiliki designer yang ternama dan sangat berpengalaman, jadi sepertinya saya tidak butuh bantuan anda dalam hal mode, tapi kalau anda mau bertanggung jawab berarti anda harus membantu saat dibutuhkan, bukankah demikian?" Noval bernegosiasi
"Oh tentu saja dalam hal itu sekertaris saya tidak akan keberatan, benarkan Aleena?" sanggah Alvaro tidak ingin menyia-nyiakan peluang yang dibuka.
"Eh.. emh jika saya bisa lakukan maka akan saya usahakan itu" ucap Aleena sedikit kecewa karena secara tidak langsung sang direktur memberikannya tugas tambahan.
"Kalau begitu, Asti tolong simpan no telpon mbak Aleena" titah Noval pada sekertarisnya.
Setelah diskusi panjang yang pada ujungnya menambah kerjaan untuk Aleena akhirnya selesai juga. Setelah kedua klien tersebut meninggalkan Alvaro dan Aleena, seperti biasanya mereka akan menunggu klien tersebut pergi meninggalkan area baru mereka meninggalkan area tersebut. Sambil menunggu Aleena pun tuk tak sabar untuk langsung melampiaskan rasa kesalnya pada Alvaro.
"Mas.. kenapa sih harus aku, kita kan masih banyak kerjaan loh apalagi klien berikutnya ini diluar kota loh mas..." cecar Aleena
"Ini resiko pekerjaan kita honey.. kalo ga gitu nanti perusahaan kita bisa rugi banyak, ga mungkin kan kita ga gaji karyawan bulan depan"
"Resiko.. resiko apaan, orang dia yang salah gue yang kena getahnya" gerutu Aleena yang hanya berani mengutarakannya dalam hati.
"Maafin aku ya honey... sebagai gantinya nanti aku kasih bonus deh ya kalau project kita ini udah rampung, oke honey..." kemudian Alvaro pun mengecup tangan Aleena dan berhasil membuat pipinya merah merona.
"Janji ya.."
"Buat kamu apa sih yang enggak... "
"Udah yuk, sepertinya mobil mereka juga udah jalan keluar"
"Yuk... mau jalan-jalan dulu?"
"Enggak deh, aku mau balik ke kantor. Minggu depan kan kita harus keluar kota, hunting bahan batik sama ketemu Ibu Paramita, pemilik Butik Kencana Merah. kan berkas-berkasnya belum selesai." tolak Aleena halus.
"Oh iya, tolong sekalian cek email juga ya, klien kita dari Malaysia juga pesan batik tapi kemarin belum dapat motif yang sesuai, kamu cek lagi ya sudah ada tanggapan atau belum"
"hemh.." Aleena hanya mengangguk.
Tiba-tiba ponsel Alvaro berdering, 1 pesan masuk. Sekilas Alvaro membaca pesan tersebut kemudian menatap Aleena.
"Honey.. aku antar ke kantor ya, tapi kayaknya aku langsung pergi lagi"
"Ada Klien baru?" tanya Aleena
"Enggak ini om mau ketemu, sekalian aku laporan" jawab Alvaro
"Oh"
Kemudian mereka pun masuk ke dalam mobil Alvaro menuju ke kantor, saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 16.00. Walaupun bukan hal yang sulit untuk Aleena meminta izin untuk pulang saja tapi ia tidak ingin memanfaatkan segala akses yang memudahkannya karena ia terbiasa bekerja profesional dan perfectionis.
%%%%%%%%%%%%%%%%
Di belahan dunia lain, terdengar seorang pria yang menahan kebucinannya terhadap kekasihnya melalui jaringan telpon internasional.
"Carla sayang... ini sudah 2 tahun loh, studi kamu belum kelar juga?" rajuk Frey.
Frey David Harrison, Putra dari seorang Pengusaha ternama Amar Harrison yang memiliki lingkaran bisnis cukup untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder dan tersier keluarga sampai 7 turunan kalaupun saat ini ia tidak bekerja.
"Sorry Frey.. aku berusaha semampuku untuk menyelesaikan studi ini, tapi ternyata aku masih belum berhasil. Sabar ya dear.. aku masih ada 2 ujian lagi jika ini lulus maka selesai lah aku disini" Carla sang kekasih berusaha memberikan penjelasan kepada Frey.
"Berapa lama lagi aku harus aku menunggu?"
"Mungkin 3 bulan lagi?" ucap Carla tak yakin.
"Owh.. ****.. itu terlalu lama sayang.., Kalau gitu aku menyusulmu saja ya kesana"
"Oh ya.. kau akan menyusulku kemari? Aku senang sekali... tapi.. sepertinya itu ide yang kurang bagus" dari wajahnya Carla terlihat mulai panik.
"Kenapa sayang? apa kau tak rindu padaku? atau kau.."
"Dear.. aku butuh fokus untuk mengerjakan ujian ini, jika kau kemari maka fokusku hanya untukmu dan kalau ujian ku kali ini gagal, maka kau bukan lagi menahan 3 bulan, mungkin bisa 1 tahun" Kilah Carla
Frey berfikir sejenak, ia sangat mencintai kekasihnya itu sehingga apapun yang dikatakan kekasihnya pasti ia percaya. (Maklum... lagi bucin bo..)
"Baiklah.. aku tak akan kesana, tapi please tepati janjimu kali ini ya.. "
"Pasti my dear.. trust me.."
Setelah kiss panjang virtual, Carla pun menutup telponnya kemudian menatap pria yang sudah tak mengenakan apapun disampingnya.
"eumh... give me more honey..." Lenguh Carla karena lelaki tersebut menyentuh area pribadinya. Dan mereka pun melanjutkan malam bergairah setelah sempat terganggu karena dering telpon.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.10, Aleena masih berkutat dengan file-file yang harus diselesaikannya. Sejak mengantarkannya ke kantor tadi, Alvaro belum juga menghubungi. Walaupun mereka memang sepasang kekasih, tetapi Aleena sangat mengerti tentang menjaga privasi pasangannya, sehingga ia tak mau terlalu kepo dengan kehidupan pacarnya itu ketika sedang berjauhan, seperti saat ini.
Aleena pun memutuskan untuk menghubungi Alvaro duluan melalui ponselnya.
Mas udah selesai ketemu om nya? mau ke kantor apa langsung pulang?
Sambil menunggu balasan, Aleena pun menyelesaikan pekerjaannya dengan sesegera mungkin dan merapikan meja kerjanya.
15 menit kemudian dering handphone Aleena pun berbunyi, berbinarlah mata Aleena melihat siapa yang mengirim pesan padanya,
Belum nih masih ngobrol, masih ada yang perlu dibahas. kamu pulang sendiri ya, ga apa apa kan honey?
Sedikit kecewa terlintas dalam pikiran Aleena, tapi ia pun tak punya pilihan.
Oke.. aku pulang sekarang ya..
Tanpa menunggu balasan, Aleena langsung memesan ojek online dan bergegas keluar kantor.
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
Drtttt.... Drtttt...... Drtttt.....
Getaran handphone membangunkan Aleena yang masih nyaman meringkuk dibalik bed covernya, matahari yang malu-malu menampakkan wajahnya pun mendukung Aleena untuk tetap bertahan didalam sana, hanya tangannya saja yang terjulur untuk mengambil ponselnya diatas nakas.
"Hallo..."
"Selamat Pagi honey...."
"Oh mas.. ada apa mas, hoaaamh.."
"Kamu itu ya kalo sudah tidur, tapi gak papa deh minggu ini kan kamu sibuk banget jadi istirahat ya, tapi aku harus pergi nih keluar kota, tapi cuma weekend ini kok."
"kok mendadak sih mas?" tanyanya masih setengah sadar
"Iya nih, semalem abis ngobrol sama om, langsung diajak buat hunting, ya aku ga enak lah nolaknya"
"emh.. oh iya ya" Kalo yang berhubungan dengan om nya, Alena hanya bisa berkata "Oh" dan "ya" saja.
"Eh mas, aku lupa kan kita mau keundangan besok" Aleena yang tadinya masih setengah sadar langsung duduk mengingat undangan besok merupakan undangan penting baginya karena ia akan secara resmi memperkenalkan kekasihny itu kepada keluarga besarnya.
"Justru itu aku telpon kamu, aku paling baru sampai malam, itu pun kalau om ga ngulur waktu lagi. Kamu tau kan om itu suka banget kalo ngobrol dalam waktu lama"
"ya udah deh.. mah gimana lagi"
"next time ya honey... kamu mau aku beliin apa?"
"enggak usah deh, jaga diri baik-baik ya"
"oke honey.. om udah dateng tuh, see u"
Panggilan telepon pun terputus.
Aleena mengacak-acak kasar rambutnya. Ia sudah menanti-nanti waktu ini karena sudah 3 tahun ini Alvaro sepertinya belum ada minat kejenjang pernikahan. Walaupun Aleena juga memang belum berani mengungkapkannya langsung kepada Alvaro. Pasalnya Aleena juga sudah gerah melihat banyak temannya yang sudah menikah satu per satu dan karena usianya pun sudah matang.
Tapi mengingat Om nya Alvaro merupakan orang penting untuk masa depannya karena jabatan direktur itu diberikan kepada Alvaro oleh om nya yang merupakan pemilik tunggal perusahaan itu. Om nya hanya memiliki 2 orang putri yang salah satu putrinya bekerja disana. Om Denis Santoso hanya mempercayakan perusahaannya itu pada keluarga terdekatnya saja. Ayah Alvaro memang bukan seorang pengusaha dan tidak sekaya Om Denis, jadi Alvaro lebih banyak berinteraksi dengan Om nya dan Om Denis pun banyak bergantung pada Alvaro yang memang jago dalam berkomunikasi untuk melebarkan sayap bisnisnya.
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
"Bos, ada cewek cakep nih bisa jadi rekomendasi bos sekedar selingan lah, kali aja bos tertarik" tutur Noval di sela-sela bos nya mengecek setiap pekerjaan yang sudah ia lakukan.
"Apa sih loe, gue lagi sibuk mikir kejutan apa yang bisa gue kasih buat Carla pas nanti dia pulang" sanggah Frey sambil tetap fokus pada kerjaannya.
"Ah.. Carla mah gampang, kan bos tau dia tuh kasih aja barang branded yang limited edition. Abis itu udah deh, lu minta apa aja pasti dikasih"
Frey hanya menyunggingkan senyumnya.
"Btw loe yakin dia setia disana?"
seketika Frey pun mendongak, mengisyaratkan rasa tak sukanya pada topik yang dibahas.
"Ya bukan gitu sih bos.. cuma tau sendiri kan. London itu pergaulannya seperti apa. Apalagi Carla kan seneng banget tampil sexy"
Frey pun langsung melemparkan pulpen yang ada di tangannya kearah Noval. Hap.. dengan kekuatan ringan ia pun menangkap pulpen tersebut dan berlari.
"Hahahaa.. Sorry deh, ntar kalo udah beres panggil ya..."
Sejenak apa yang dikatakan Noval mengganggu fikirannya. Tetapi Frey segera menghempaskan jauh-jauh fikiran itu. "Br*****" dengusnya.
Gaya bicara Noval yang santai dan terkesan kasar itu pada bosnya bukan karena ia tak punya sopan dan santun. Melainkan karena memang mereka sudah bersahabat sejak SMA. Noval diangkat menjadi Direktur atas rekomendasi Frey kepada Ayahnya yang merupakan pemilik Perusahaan. Dalam satu gedung bertingkat sampai 40 lantai itu tidak hanya ada 1 perusahaan yang berdiri.
Mr. Amar Harrison memang sudah kaya sejak dari lahir, sehingga kekayaannya saat ini tak terbatas karena sudah berhasil mendirikan lebih dari 5 bidang bisnis. Frey mendapatkan tanggung jawab untuk mengelola bisnis Fashion dengan jabatan Direktur Keuangan. Sedangkan bisnis lainnya di kelola oleh kakak ipar Frey.
Bukan tanpa alasan kenapa Frey hanya memegang satu perusahaan saja dari sekian banyak perusahaan yang ayahnya miliki. Tapi Itu karena Frey juga memiliki bisnis sendiri dibidang frozen food. Sehingga terkadang ia kewalahan harus mengurus bisnis ini dan itu, untung kantor pusatnya berada dalam satu gedung sehingga ia dapat leluasa mengontrol keduanya.
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
Tubuh tinggi, langsing, rambut panjang lurus yang sengaja ia sanggul rendah sehingga terkesan menggantung, memakai gaun yang memperlihatkan lekukan pinggangnya berwarna dusty purple selutut dan bolero senada bermanik-manik membuat Aleena tampil elegan di pesta pernikahan sepupunya hari ini.
"Selamat ya Mas Dian.. Semoga langgeng dan bahagia" ucap Aleena tulus.
"Terima kasih Adeku yang cantiik, akhirnya kamu dateng juga" Peluk dian penuh kehangatan,
"Sendirian aja Al" tanya mas dian
"Iya nih.. yayangnya lagi sibuk" Aleena berkilah
"Emang punya? kok ga dibawa sih biar dikenalin sini ama keluarga" Seru pakde yang ikut nimbrung, jadilah percapakan kecil terjadi di sini, untung tamu undangan belum terlalu ramai jadi Aleena masih leluasa untuk mengobrol dengan keluarga dekatnya itu.
"eh pakde, apa kabar pakde? maaf ya mama ga bisa kesini, mama masih rawat jalan pakde, doain ya biar mama cepat sehat lagi"
"Iya pakde juga paham kok.. Semoga mbak Lia lekas sehat ya... kamu kapan nyusul? kenalin sama pakde ya, biar pakde liat dulu bibit, bebet, bobotnya" ucap Damar ramah.
"Iya pakde, siap"
Sekilas tentang Aleena,
Usia 5 tahun Aleena sudah tidak memiliki ayah, sehingga Lia sang mama yang menjadi ibu sekaligus tulang punggung sering menitipkan Aleena dirumah Damar. Damar yang memang menginginkan anak perempuan pun menerima Aleena dengan tangan terbuka. Aleena selalu dalam asuhan Amira istri Damar setiap kali mamanya bekerja.
Sampai usia 8 tahun akhirnya Lia menikah lagi dengan seorang laki-laki cukup kaya dan tampan tetapi genit kelakuannya. Lia mengira setelah menikah ia akan bahagia, iya benar dia bahagia apalagi setelah memiliki anak dari suaminya yang diberi nama Rinaya. Namun seiring berjalannya waktu Joan (Ayah tiri Aleena) memperlihatkan kelakuan aslinya pada keluarga kecilnya itu. Joan semakin genit dan suka main perempuan. Lia bukan tidak tau kelakar suaminya itu, tapi Lia diam karena tidak ingin rumah tangganya hancur.
Sampai suatu ketika Aleena mulai beranjak dewasa dan tubuhnya sudah semakin membentuk, diam-diam ayah tirinya itu sering mengintip saat Aleena mandi atau berganti pakaian. Kecewa, sedih dan kesal terhadap suami Lia pun akhirnya meminta Aleena untuk tinggal bersama Damar sejak kelas 2 SMA sampai ia menyelesaikan kuliahnya. Oleh karena itu Diandra sang pengantin lelaki sangat dekat dengan Aleena seperti abang adek.
Mengetahui Alasan tersebut, Aleena pun memahami maksud sang mama, bahkan sampai saat ini Aleena tak berani walaupun sekedar untuk menginap dirumah mamanya. Ia akan menginap apabila ayahnya pergi keluar kota atau Aleena akan memilih untuk tidur bersama mamanya.
Acara pernikahan hari ini sekaligus mengingatkan Aleena akan masa-masa indah saat tinggal bersama pakde dan bude nya. Karena kesibukannya sudah sebulan ini Aleena tidak datang berkunjung. Aleena yang sudah menyelesaikan obrolannya dengan pakde, segera berhambur menghampiri bude dan memeluknya dengan penuh kehangatan.
Melihat tamu yang semakin banyak, Aleena pun bergegas turun dari pelaminan, tanpa sengaja ia berpapasan dengan seseorang.
"Mbak Aleena" sapanya
"Loh Mr. Noval, wuah.. apa kabar mr" Aleena pun menjabat tangan orang yang menyapanya
"Keundangan juga mbak?"
"emh.. ini pernikahan sepupu saya Mr."
"Oh.. Pak Diandra atau Bu Anggi mbak sepupunya?"
"Sepupu saya pak Diandra Mr"
"Owh.. jadi Brides Maid ya, pantesan cantik banget, sampe pangling saya"
"Terima kasih Mr, Mr juga terlihat tampan hari ini" Aleena berusaha profesional walau tak terlihat jujur.
"Al.... Al..." Aleena pun mengarah pada sumber suara lalu melambaikan tangan.
"Mr. mohon maaf sepertinya saya harus permisi"
"Oh iya silahkan Mbak.."
Kemudian Aleena pun berlalu. Tak lama Frey datang menghampiri Noval dan mereka berdua pun langsung menuju pelaminan menyalami rekan bisnis mereka yang tengah berbahagia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!