“Apa? sudah jam enam pagi? astaga matilah aku, ini udah telat interview, mana katanya bosnya sangat galak lagi,” ucap Lita dan langsung berlari masuk. ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah mandi, Lita langsung segera bersiap-siap karena dirinya takut terlambat, apa lagi interview di mulai jam delapan pagi, dan jarak kantor sedikit agak jauh.
Setelah selesai bersiap-siap Lita langsung menuju kantor Sanjaya grup untuk interview, Lita menggunakan motor kesayangan, walaupun motor bekas tapi masih layak untuk di gunakan, Lita tinggal seorang diri karena kedua orang tuanya sudah lama meninggal karena kecelakaan, dia hanya di besarkan oleh tantenya, tapi semenjak tamat SMA Lita memilih tinggal sendiri dan mulai kerja serabutan untuk biaya kuliahnya.
Dalam perjalanan Lita mulai gelisah karena jalan sedikit macet, dia takut telat ikut interview, apa lagi ini kesempatan terbaiknya untuk ikut bergabung di Sanjaya grup, karena dari dulu cita-cita Lita sejak kuliah dulu.
“Aduh mana macet lagi, ini sedikit lagi jam delapan bisa telat aku nanti,” gumam Lita dalam hati.
Setelah berjuang melawan macet, kini Lita akhirnya tiba di parkiran Sanjaya grup, dia langsung memarkirkan motornya dan segera menuju lobby.
“Selamat pagi mbak, maaf mau bertanya tempat interview di lantai berapa?” tanya Lita kepada resepsionis.
“Ada di lantai Delapan, mbak harus cepat karena sedikit lagi interview nya akan di mulai,” jawab resepsionis dengan ramah kepada Lita.
“Terimakasih kasih mbak, aku ke atas dulu,” jawab Lita dan langsung berlari menuju lift untuk mengantarnya ke lantai delapan.
Setibanya di lantai delapan, ternyata bukan hanya dirinya yang ikut interview namun ada beberapa orang, mereka semuanya menunggu untuk di panggil.
“Mbak mau interview juga?” tanya Lita kepada wanita yang duduk di sampingnya.
“Ia mbak..., apa mbak juga mau ikut?” tanyanya kembali ke Lita.
“Ia. semoga kita bisa lolos ya,” jawab Lita.
Mereka berdua akhirnya kenalan dan langsung akrab walaupun mereka baru pertama kali bertemu, mereka berdua mengobrol sambil menunggu giliran saat interview.
“Lita Anggraini,” ucap salah seorang pria di depan pintu.
“Ia saya pak,” jawab Lita dan langsung berdiri.
“Ayo masuk untuk interview,” jawab pria itu.
Lita langsung mengikuti pria itu ke dalam ruangan, dia sangat gugup apa lagi di hadapannya sudah ada sosok pria yang begitu tampan namun tidak pernah mengangkat kepalanya dia terus menunduk menatap CV Lita.
Lita terpesona dengan kegantengan pria terpesona, biasanya Lita hanya bisa melihat dirinya melalui majalah atau televisi, namun sekarang dia sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri seorang Gerry Sanjaya.
Asik memperhatikan Gerry tiba-tiba sang HRD memanggil namanya, Lita langsung salah tingkat karena kedapatan menatap Gerry sambil tersenyum-senyum sendiri.
“Baik mbak Lita, nanti kami hubungi kembali bilah mbak lolos interview,” ucap Luis manajer HRD Sanjaya grup.
“Terimakasih pak,” jawab Lita sedikit malu karena tidak fokus sama interview namun malah fokus menatap CEO-nya yang memang titisan dewa.
Lita langsung meninggalkan ruangan CEO dan langsung memberikan semangat kepada Emil teman barunya, karena setelah giliran Lita langsung giliran Emil.
“Semangat ya, semoga kita berhasil bersama,” ucap Lita kepada Emil.
Emil hanya mengangguk dan mengangkat tangannya semangat, dan langsung masuk ke dalam ruangan CEO, sedangkan Lita masih menunggu Emil karena mereka berdua janjian akan makan siang bersama setelah selesai interview.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Emil selesai Interview juga, dia segera menghampiri Lita “Hai... maaf ya sudah menunggu lama,” ucap Emil kepada Lita.
“Tidak apa-apa say, bagai mana? apa semuanya berjalan dengan lancar?” tanya Lita kepada Emil.
“Ia semuanya berjalan dengan lancar, semoga kita berdua bisa lolos dan bisa bergabung di perusahaan ini,” lanjut Emil bahagia.
Mereka berdua langsung meninggalkan kantor Sanjaya grup, dan menuju sebuah cafe untuk makan siang, mereka memakai motor masing-masing.
cafe yang mereka pilih tidak jauh dari kantor Sanjaya grup, setelah selesai makan siang, mereka tidak langsung meninggalkan cafe, mereka berdua masih asik mengobrol, mereka langsung nyambung walaupun baru kenal.
Setelah puas mereka berdua akhirnya meninggalkan cafe dan kembali ke rumah masing-masing, sesampainya di rumah, Lita merasa sangat lelah, dia segera menuju kamar mandi untuk membersikan diri karena tubuhnya sudah sangat lengket, setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Lita langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur.
“Lelah sekali hari ini, tapi semoga aku lolos bersama dengan Emil,” batin Lita.
Tidak lama handphone Lita berbunyi, dan segera Lita mengeceknya ternyata ada e-mail masuk, dengan spontan Lita teriak kegirangan karena dirinya lolos masuk bergabung di Sanjaya grup, dan besok dirinya di minta langsung masuk kerja.
Lita lompat di atas kasur karena kegirangan, rasa lelahnya langsung hilang seketika saat dirinya menerima e-mail dari Sanjaya grup.
Tidak lama ia langsung menghubungi Emil untuk menanyakan apakah dirinya juga lolos interview.
“Emil apa kamu udah dapat e-mail dari Sanjaya grup?” tanya Lita antusias.
“Bisa nggak kasih salam dulu,” jawab Emil dan di balas tawa dari Lita.
“Selamat sore neng, aku mau tanya apa kau sudah dapat e-mail dari Sanjaya grup?” tanya Lita kembali.
“Selamat sore juga say... ia sudah ini baru aku mau menghubungimu tapi kau sudah menghubungi diriku duluan,” jawab Emil.
Mereka berdua merasa bahagia karena akhirnya bisa bergabung dengan Sanjaya grup.
“Ok beb... sampai bertemu besok ya, aku mau istirahat dulu,” pamit Lita kepada Emil.
“Ia beb, aku juga mau istirahat, sampai jumpa besok,” jawab Emil.
Setelah memutuskan sambungan teleponnya, Lita langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur, tidak menunggu lama akhirnya dirinya tertidur.
Gerry langsung meninggalkan kantornya dan segera menuju apartemennya, dirinya sudah sangat lelah, namun setibanya di apartemen dirinya dikagetkan dengan kedatangan mama dan Evelin.
“Mama kok ada di sini?” tanya gerri dengan muka dinginnya.
“Hai Gerry... kau baru pulang ya? aku buatkan kopi ya,” ucap Evelin kepada Gerry.
“Ia nak, kau buatkan Gerry kopi ya, dan kau nak segeralah mandi, biar kopinya nanti tidak dingin,” ucap Rita mamanya Gerry.
Tanpa menjawab Gerry langsung menuju kamarnya, dan langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersikan dirinya, karena hari ini dia sangat lelah, apa lagi habis menyeleksi calon karyawan yang baru, Gerry tidak ingin asal menerima karyawan, namun dirinya mencari orang yang betul-betul ingin bekerja.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, dia memakai baju santai, Gerry langsung menemui mamanya di ruang tamu.
“Nak... ini kopinya sudah di buatkan Evelin, menurut mama Evelin memang cocok untuk menjadi istrimu, karena dia sangat perhatian padamu,” ucap Rita memuji Evelin.
Evelin hanya tersenyum bahagia, namun gerry hanya diam, mendengar mamanya memuji Evelin.
🌷🌷 yuk di dukung kak, lewat like dan komentar ya, terimakasih 🌷🌷
*********Bersambung************
“Bagai mana nak, kalau kau mengajak Evelin makan malam, kasian Evelin baru tiba dari Inggris,” ucap Rita kembali kepada Gerry.
“Maaf ma, aku sangat capek, aku ingin istirahat,” tolak Gerry dengan sopan kepada mamanya.
Rita langsung melirik Evelin dia takut Evelin kecewa atas penolakan Gerry, sedangkan Evelin hanya tersenyum namun dalam hatinya dia sangat kecewa karena penolakan Gerry.
“Lain kali saja tante, kasihan Gerry baru pulang kerja, pasti dia shalat capek seharian bekerja,” ucap Evelin dengan ramah.
“Maaf ya nak, padahal tante berharap kalian bisa makan malam bersama malam ini,” ucap Rita kepada Evelin.
Gerry hanya melihat ke arah yang lain, ingin rasanya dirinya pergi meninggalkan mereka berdua, namun itu tidak mungkin, karena Gerry sangat menghormati mamanya.
******
Pukul Enam pagi, Lita bangun dari tidurnya, dia langsung menuju kamar mandi untuk membersikan diri, karena pagi ini dia tidak ingin telat, karena ini hari pertama dia kerja.
“Hari pertama kerja, semangat,” ucap Lita dan langsung menaiki motor kesayangannya untuk mengantarkan ke kantor.
Hari ini Lita begitu semangat, apa lagi dirinya tidak sendirian namum ada Emil sahabatnya yang baru dia kenal kemarin.
Sesampainya di halaman parkir perusahaan, Lita memarkirkan motornya dan langsung masuk ke dalam perusahaan, di loby Emil sudah menunggunya.
“Selamat pagi beb...,” sapa Lita dengan semangat.
“Pagi juga, tapi tolong volume suara kamu di turunkan sedikit, karena ini kantor,” ucap Emil membuat Lita tertawa.
Dari kejauhan ada sepasang mata memperhatikan mereka berdua, tanpa mereka sadari. lita dan Emil langsung masuk ke dalam lift menuju ruangan mereka masing-masing, kali ini Lita di tempatkan di devisi pemasaran sedangkan Emil menjadi sekertaris HRD.
Sesampainya di ruangan pemasaran, Lita langsung menuju meja yang di tunjukan Dea kepadanya, learn adalah kepala devisi pemasaran.
“Selamat datang Lita selamat bergabung dengan devisi pemasaran dan selamat bekerja,”ucap Dea kepada Lita.
“Terimakasih buk, saya mohon bimbingan ibu dan teman-teman semuanya,” jawab Lita dengan sopan.
Setelah perkenalan, Lita langsung duduk di kursinya.
“Hai... kenalkan aku Agnes,” ucap wanita yang ada di samping meja Lita sambil menyodorkan tangannya.
“Hai juga, aku Lita, senang berkenalan denganmu,” jawab Lita membalas aluran tangan Agnes.
“Kalau ada yang tidak kamu pahami, jangan sungkan bertanya ke aku saja, atau ibu Dea, beliau orangnya baik kok,” jawab Agnes kembali.
Lita hanya tersenyum sambil mengangguk, dalam hatinya dia sangat senang, karena di hari pertamanya kerja dia langsung mendapatkan teman baru lagi.
Kini waktunya untuk istirahat siang tiba, Agnes langsung mengajak Lita untuk makan siang bersama di kantin perusahaan.
“Lita kita makan siang bareng yuk di kantin,” ajak Agnes padanya.
“Boleh, tapi aku mau mengajak sahabat aku juga, boleh kan?” tanya Lita kepada Agnes.
“Tentu saja boleh, dia di devisi mana?” tanya Agnes kembali.
“Dia sekertaris HRD, ini juga hari pertamanya kerja di sini,” jawab Lita.
Agnes langsung setuju, dan menyuruh Lita menghubungi Emil, agar mereka makan siang bersama di kantor, Agnes orangnya sangat ramah dan cepat sekali akrab dengan orang baru.
Tidak menunggu lama akhirnya Emil datang dan bergabung dengan mereka berdua. “ Agnes ini teman aku Emil. dan Emil kenalkan ini Agnes tan devisi aku,” ucap Lita kepada Emil dan Agnes.
Mereka berdua langsung berkenalan dan langsung menuju kantin untuk makan siang bersama.
“Bagai mana menjadi sekertaris pak Luis?” tanya Agnes kepada Emil.
“Pak Luis orang sangat baik dan kocak, dia suka bercanda,” jawab Emil.
Agnes dan Lita hanya tersenyum mendengar jawaban Emil, karena apa yang di katakan Emil benar adanya, Luis orangnya sangat humoris.
“Tapi tidak dengan CEO kita, beliau tidak pernah aku lihat senyum, dia sangat galak, makanya aku paling malas ikut meeting karena dia selalu marah, apa lagi kalau hasil pekerjaan kita tidak sesuai dengan keinginan dia,” ucap Agnes kepada Lita dan Emil.
“Untungnya aku tidak menjadi sekertarisnya,” jawab Emil. dan di balas tawa oleh Lita dan Agnes.
Mereka bertiga menikmati makan siang sambil mengobrol santai, baru pertama kali bertemu namun mereka sudah nyambung sudah seperti mereka sudah lama berteman.
“Kayak lagi seru, aku boleh gabung nggak?” tanya Dea kepada mereka bertiga.
Dengan serempak mereka langsung setuju, Dea langsung bergabung dengan mereka dan menikmati makan siang bersama.
Setelah selesai makan siang, mereka tidak langsung meninggalkan kantin, namun mereka berempat masih nongkrong karena jam istirahat masih lama.
“Apa kalian berdua ini sudah lama bersahabat?” tanya Dea kepada Lita dan Emil.
“Kami baru kenal kemarin saat datang interview,” jawab Lita dan di balas anggukan Emil.
“Tapi kalau dilihat kalian seperti sudah lama saling kenal,” lanjut Dea.
Agnes juga setuju dengan pendapat Dea, Agnes mengira Lita dan Emil memang bersahabat dari dulu dan sama-sama bergabung di Sanjaya grup.
Karena jam istirahat sudah mau berakhir, mereka langsung kembali keruangan mereka masing-masing.
Saat melewati lobby, mereka mendapati Gerry dan Aiden asisten sekaligus sekertaris di sana, mereka langsung menundukkan kepala memberikan hormat kepada Bos besar mereka.
Namun mata Gerry tidak berkedip menatap Lita, itu tidak luput dari pantauan Aiden.
“Kayaknya bos menyukai gadis itu, karena aku tidak pernah melihat bos menatap wanita begitu,” batin Aiden.
Namun bukan hanya Aiden yang melihat Gerry menatap Lita tanpa berkedip, namun Dea juga melihat itu. namun Dea hanya berpura-pura tidak melihatnya karena dia takut di pecat makanya Dea berpura-pura melihat ke lain tempat.
“Apa pak Gerry menyukai Lita, kok aku lihat tatapan matanya sangat berbeda, tapi kalau itu benar aku sangat setuju, karena Lita juga orangnya sangat cantik dan baik, walaupun aku baru mengenalnya hari ini,” batin Dea.
Setelah tiba di ruangan, mereka langsung sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, di dalam ruangan devisi pemasaran bukan hanya ada Dea, Lita dan Agnes, namun masih ada beberapa lagi, namun yang langsung akrab dengan Lita hanya Dea dan Agnes.
“Hei... anak baru tapi sok akrab, loe kasih apa ke ibu Dea sampai dia lengket gitu sama loe?” tanya Lia sedikit sinis kepada Lita.
Lita yang mendapat pertanyaan begitu sedikit bingung, karena dirinya merasa tidak memberikan apa-apa kepada Dea, kepala devisinya.
“Maksudnya kau apa? maaf aku tidak mengerti,” jawab Lita sedikit bingung.
“Alah tidak usah sok begok deh, bayangin saja, loe baru masuk kerja hari ini, tapi loe sok akrab dengan ibu Dea,” jawab Lia sedikit sinis.
Lita hanya diam tidak mengerti dengan ucapan Lia kepadanya, tidak lama Agnes muncul, karena dirinya tadi ke toilet sedangkan ibu Dea lagi mengikuti meeting.
“Apa maksud loe, gue harap loe tidak bikin onar lagi dalam ruangan ini, bilang saja loe iri karena aku dan mbak Dea langsung akrab dengan Lita, makanya jangan sok, agar loe punya teman di kantor ini,” ucap Agnes kepada Lia.
Lia langsung kembali ke mejanya, karena dirinya malas menghadapi Agnes. Lia memang suka menyendiri karena dirinya tidak cocok dengan rekan satu devisi dengannya, hanya Dea saja yang selalu menegur dirinya.
*********
Ceritanya baru menetas, semoga kalian pada suka ya, dan tetap dukung aku lewat like, komentar, love dan juga votenya, terimakasih🙏🙏.
Bersambung
Kini saatnya pulang, jam kantor sudah habis, Lita dan lainnya sudah bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing.
“Lita kau pulang naik apa?” tanya Agnes kepadanya.
“Biasa naik motor,” jawab Lita dengan senyuman manisnya.
Mereka berdua langsung meninggalkan ruangan dan menuju halaman parkir khusus motor, karena Agnes juga pulang dengan mengendarai sepeda motor.
Namun saat di lobby, mereka berdua melihat seorang wanita cantik menurut Lita, wanita itu menatap Lita dengan tatapan tidak suka, padahal ini baru pertama kalinya mereka bertemu.
“Wanita itu kok segitunya menatap aku, sepertinya dirinya tidak suka dengan ku, padahal aku tidak mengenalnya,” ucap Lita kepada Agnes.
“Wanita aneh memang, atau dia iri dengan kecantikan mu,” jawab Agnes, membuat Lita tertawa.
“Aku itu tidak cantik kok, semuanya wanita di dunia ini cantik kalau menurut aku,” lanjut Lita.
Agnes langsung memeluk sahabatnya itu, dia sangat yakin kalau Lita memang orangnya sangat baik.
Kali ini Lita tidak bertemu dengan Emil, karena Emil masih lembur, hari pertama kerja bagi Emil namun sudah di ajak lembur oleh Luis.
“Sampai ketemu besok ya,” ucap Lita saat sudah di pintu gerbang perusahaan, karena dirinya dan Agnes berbeda arah.
“Ok...sampai ketemu besok, hati-hati di jalan,” jawab Agnes.
Mereka langsung meninggalkan perusahaan dan segera menuju rumah masing-masing.
“Sayang... kau belum pulang? ucap Evelin kepada Gerry.
“Kenapa kau ke sini, dan ingat aku bukan pacarmu jadi jangan panggil aku sayang,” ucap Gerry dengan tegas.
“Tapi orang tua kita sudah setuju kalau kita menikah, dan mereka memang sudah menjodohkan kita,” jawab Evelin sedikit kesal.
Gerry hanya menatap Evelin dengan malas, karena Evelin tidak sabar untuk makan malam dengan Gerry, dia terus mengajak Gerry agar meninggalkan pekerjaannya.
“Sayang, ini sudah malam, ayo kita makan malam dulu, aku sudah lapar,” rengek Evelin kepada Gerry.
“Aku masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan, kalau sudah lapar silakan pergi makan sendirian,” bentak Gerry.
Namun Evelin tetap bertahan, hingga akhirnya Gerry menyerah dan terpaksa mengikuti kemauan Evelin.
“Aiden kau pulang sendirian ya, aku dan Gerry mau makan malam bersama,” ucap Evelin kepada Aiden.
Aiden hanya mengangguk, karena dirinya juga malas melihat wanita yang berada di depannya itu, Aiden sangat mengenal Evelin, karena mereka dulu satu kampus, dan dari bangku kuliah memang Evelin selalu mengejar-ngejar Gerry.
Apalagi orang tua mereka sama-sama pebisnis yang andal, makanya orang tua Evelin dan Gerry, menjodohkan mereka berdua, namun Gerry selalu menolak karena Evelin seorang model.
Gerry menganggap kalau model, pasti dia tidak bisa mengurus rumah tangga, dan Gerry ingin mendapatkan wanita yang betul-betul dia cintai, bukan di jodohkan.
Gerry dan Evelin langsung meninggalkan perusahaan, dan langsung menuju sebuah restoran mewah untuk makan malam bersama, Evelin sangat bahagia karena berhasil mengajak Gerry untuk makan malam bersama.
Setibanya di rumah, Lita merasa tubuhnya sangat lelah, dia langsung menuju kamar mandi untuk membersikan dirinya. setelah selesai mandi tubuh Lita serasa segar, rasa lelah sepertinya langsung menghilang.
“Malam ini aku mau makan apa ya?” ucap Lita sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Tidak lama akhirnya dia mengambil handphonenya, dia ingin memesan makanan lewat online saja, karena dirinya sudah malas untuk ke dapur, padahal Lita paling rajin namanya memasak, namun kali ini dia merasa sangat malas.
Tidak lama pesanan Lita akhirnya datang, “ terimakasih pak,”ucap Lita setelah membayar pesanannya.
Pak kurir langsung pamit pergi, setelah pergi Lita langsung kembali masuk ke dalam rumah, Lita langsung menikmati makanan yang ia pesan, kali ini memesan nasi dan ayam goreng sambal hijau, makanan kesukaannya.
Setelah selesai makan malam, Lita kembali masuk kembali ke kamarnya, namun dirinya tidak langsung tidur melainkan menonton film kesukaannya.
Kini Gerry baru tiba di apartemennya, dirinya sangat lelah, mana pekerjaan di kantor sudah menguras tenaga di tambah lagi menemani Evelin untuk makan malam.
Tiba-tiba handphone Gerry berbunyi, ternyata mama Rita menelponnya.
“Halo ma...,” ucap Gerry sedikit malas.
“Halo sayang, kau di mana? apa tadi kau dan Evelin makan malam bersama?” tanya Rita dengan antusias.
Mendengar pertanyaan mamanya, Gerry hanya menarik nafas panjangnya, dirinya sebenarnya malas membahas itu.
“Ia ma, ini aku baru tiba di apartemen,” jawab Gerry malas.
“Baguslah nak, mama berharap kalian semakin dekat, apa lagi kalian memang di jodohkan, Evelin memang cocok denganmu,” lanjut Rita dengan semangat.
“Entahlah ma nanti di lihat, aku capek ingin istirahat,” jawab Gerry kepada mamanya.
Gerry malas membahas itu, dan langsung pamit kepada mamanya untuk memutuskan sambungan telepon dengan mama Rita.
Rita langsung menarik nafas panjangnya, karena sifat dingin Gerry.
“Ada apa ma,” tanya Sanjaya kepada istrinya.
“Gerry pa, menurut mama Evelin itu wanita yang sempurna, tapi dia masih saja menolaknya,” jawab Rita kepada suaminya.
“Tidak usah di pikirkan, papa yakin Gerry akan menerimanya, apa lagi kita sudah menjodohkan mereka berdua, dan tidak mungkin Gerry akan mempermalukan keluarga kita,” jelas Sanjaya.
Mendengar ucapan suaminya, Rita sedikit lega, dia langsung tersenyum kepada suaminya. betul yang di katakan suaminya tidak mungkin Gerry mempermalukan mereka.
Cepat atau lambat Gerry akan mencintai Evelin, dan mereka juga tidak akan menerima perempuan lain untuk menjadi menantunya selain Evelin.
****
Lita melirik jam yang ada di atas nakas tempat tidurnya, ternyata sudah larut malam, dia langsung mematikan televisi dan segera beristirahat, karena dia tidak ingin telat bangun untuk ke kantor.
Namun sebelum betul-betul tertidur Lita masih menyempatkan diri membalas pesan dari Agnes udan juga Emil.
Lita juga lupa memberitahukan tantenya di kampung kalau dirinya sudah bekerja, “Ini sudah larut malam, besok saja baru aku menelfon tante, kalau sekarang aku sudah mendapatkan pekerjaan, agar dia tidak terlalu mencemaskan aku,” batin Lita.
Lita langsung menyimpan handphonenya di atas nakas dan langsung menutupi dirinya dengan selimut dan langsung tertidur.
Begitu juga dengan Gerry, setelah menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda, gara-gara menemani Evelin makan malam serta berbelanja keperluan Evelin. Gerry langsung mematikan laptopnya dan segera naik ke tempat tidur untuk beristirahat.
Namun dirinya sedikit terganggu karena handphonenya berdering, dan ternyata Evelin menghubungi dirinya, “Ada apa lagi, apa dia tidak tau kalau ini sudah larut malam,” batin Gerry dan langsung menonaktifkan handphonenya. dia tidak ingin menerima panggilan dari Evelin.
Gerry langsung membaringkan tubuhnya dan beristirahat, karena besok dia akan kembali beraktivitas dan di sibukkan pekerjaannya yang masih menunggu untuk di selesaikan.
Jangan lupa dukungannya
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!