Seorang lelaki baru saja menghela nafasnya di dalam sebuah pesawat jet pribadi hanya dirinya seorang dan pekerjaannya di hadapannya.
Memanggil pelayan atau peramugari khusus melayani dan menemani perjalanan bisnisnya bersama dengan pilotnya yang salah satunya wanita juga.
Hidung mancung bentuk rahang tegas dan sedikit brewok yang rapi. Kulitnya putih bersih tatapan mata coklat yang tajam rupa lelaki yang baru saja menyesap tehnya yang tinggal sedikit.
Pilot memberitahukan lewat tab samping mejanya jika pesawat sebentar lagi akan mendarat di landasan pacu tanah air.
Terhitung dalam seminggu empat kali berpindah negara dan juga benua.
Perusahan besarnya adalah milik ayahnya Arga Xavier, sebenarnya dirinya bukan anak tunggal tapi, masa lalu yang buruk itu membunuh keempat kakaknya dan hanya dirinya yang selamat dan hidup sampai sekarang.
Pesawat dengan logo khusus itu berhenti tepat didepan garasi pesawat miliknya alias pribadi.
Kaki panjang dan sepatu pantofel dari kulit berwarna hitam celana dasar hitam itu melangkah keluar menuruni tangga pesawat jet pribadi.
Di depannya sudah terparkir mobil sport hitam kesayangannya yang terlihat bersih kinclong hitam dan gagah.
"Tuan semuanya sudah ada di mobil." Seorang yang berdiri di samping mobil sport majikannya.
Lelaki itu melepas kaca mata hitamnya dan membuka kancing jasnya.
Mengangguk, dan orang yang menunggu juga membawa mobil datang dan menunggu kehadiran majikannya itu memberikan kunci mobil pada Tuannya atau majikannya yang sudah mengulurkan tangannya. Tanpa banyak tanya dan suara Lelaki yang menjadi seorang majikan dari pria paruh baya itu segera menaiki mobil dan pergi dari bandara.
Mengemudikan mobilnya dengan tenang sambil melonggarkan dasinya dan membuka kancing satu di atas.
Aslan Xavier putra terakhir sekaligus mengambil tempat putra tunggal tanpa sengaja dan menjadi pewaris tunggal usianya hampir menyentuh kepala tiga.
Aslan sangat tegas dan juga tepat waktu. Aslan tak suka terlalu lambat atau terlalu banyak bicara.
Aslan meraih sesuatu di sampingnya dan membuka botol air minum.
Setelah selesai minum ponselnya bergetar ternyata panggilan dari seseorang yang selalu menjadi pemilik raga dan jiwanya.
Mommy.
Xx
Di rumah sakit dengan bau karbol dan juga bau aroma obat-obatan. Seorang wanita yang masih sangat cantik walaupun usianya sudah menginjak setengah abad.
Suara ketukan pintu mengalihkan atensinnya dari menatap ponsel. Ternyata yang masuk adalah seorang pria tampan yang usianya sama-sama setengah abad masih sangat tampan dan sehat.
"Sayang bagaimana kabarmu? Ingin mengganti bunga ruangan ini atau ingin sesuatu...." Ucapannya saja belum berakhir, seketika dirinya langsung di tatap tajam wanita yang wajahnya tampak pucat tapi, tetap manis.
"Arga... Aku ingin menghubungi Aslan tapi, kenapa anak ini gak ngangkat juga sih," ucapnya kesal menatap lelaki di sampingnya. Seketika sebuah rangkulan bahu dan juga mengusap dan mencium pucuk kepalanya.
"Biarlah, Ayla. Aslan ingin sendiri atau memang benar-benar sibuk sekali, " ucap sang suami pada istri tersayang seketika sikut dari tangan kiri istrinya yang sehat, menyikut perut suaminya sampai rasa sakitnya lumayan terasa.
"Stop ngomong aneh kayak gini kenapa juga kamu ladenin aku ngomong kek gini sih suami!" Kata Ayla, sang istri tercintanya Arga dengan kesal.
"Telingaku belum sembuh tapi kamu udah buat perut aku sakit yang," ucap Arga dengan manja.
"Iyuh... Apa itu yang sadar umur. Eeeh.... Berapa umur anda... Kenapa juga anda ini, udah lah Arga aku kesel sendiri kemaren kan kamu sendiri bohongin aku katanya Aslan ada di depan Aslan ada di luar lagi jalan kemari dan segala macamnya aku kesel aku tembak kuping kamu," ucap Ayla dengan santai tapi, kesel juga.
Ayla Ningrum seorang yang sangat lemah lembut penuh kasih dan sayang sangat jauh dari kekerasan tapi, itu dulu sebelum keempat anaknya meninggal dan tinggal Aslan, lalu Ayla berubah sebaliknya kebalikan dari sifatnya yang dulu.
'Aku memang ingin marah tapi, dia menurut aja aku tembak,' pikiran Ayla mengingat kejadian waktu itu dengan perasaan yang sedikit kasihan juga sulit di jelaskan kesalnya.
Sekarang Ayla harus di rawat di rumah sakit karena darah tingginya dan juga sakit jantungnya karena ada sesuatu dimana ada hal aneh tentang kenapa kerja jantungnya terlihat tidak normal.
Kedua orang tua ini sangat tahu bagaimana Aslan tapi, kadang kalanya mereka tidak kenal putranya, entahlah mereka itu bagaimana memahami putranya yang tinggal satu, eh.. satu-satunya maksudnya.
Xx
Di dalam mobil.
Aslan mengangkat telepon dari mommy nya. Aslan membuka obrolan lebih dulu.
"Hallo mom."
Di rumah sakit Ayla sangat senang akhirnya Aslan mengangkat teleponnya.
"Halo sayang mommy sangat merindukanmu kenapa kamu gak nelpon nelpon mommy nak. Kenapa kamu gak kasih kabar ke mommy kamu sehat atau udah makan atau kamu pusing cape lelah segala macamnya? sayang kenapa? apa kamu gak sayang mommy? atau mommy jahat ya sama kamu? mommy minta maaf! sayang jangan marah nak! mommy kangen banget sama kamu! sekarang kamu di mana? mampir ya nak, ke rumah sakit ruangan rawat mommy."
Bicara panjang lebar tidak mudah berhenti, itulah Mommy nya Aslan.
Aslan selalu menjadi pendengar setia mommynya jika ada hal yang ingin di katakan mommy nya sahutan hanya berdehem pelan saja itu membuat sang mommy jadi lebih baik.
"Okay mom Aslan datang, Mommy jangan ngomong gitu, Aslan ini anak mommy apapun milik Aslan adalah milik mommy. Aslan sayang mommy melebihi Daddy, Mommy selalu benar Mommy gak pernah salah karena Mommy wanitanya Aslan. Tunggu Aslan mom, Aslan dateng hari ini."
" Ok sayang jangan terlalu lama kalo kamu mau mampir Mommy juga gak sabaran mau ngasih tahu sesuatu yang seru juga terbaik buat kamu," ucap mommy nya dengan antusias dan menggebu.
Di rumah sakit Arga Xavier suaminya sendiri di acuhkan istrinya sendiri padahal sedang menelpon putranya tapi, rasanya sangat tidak nyaman cemburunya sangat besar.
Hanya Aslan bukan pria lain, jika benar pria lain istrinya akan melihat iblis Arga menghabisi manusia hidup yang sudah berani mendekati istri kesayangannya.
Sampai di area parkir mobil rumah sakit Aslan turun dan masuk melangkah melewati antrian kasir tanpa sengaja Aslan juga melewati seorang gadis dengan wajah yang sangat cantik dan rambut ikalnya hitam panjangnya dan menggunakan sepatu ketsnya berwarna putih, selalu menggunakan kemeja tanpa kancing dan kaos polos gelap di dalamnya.
Halana Syeria gadis yang manis baru saja menginjak usia dua puluh dua tahun dan sangat anti dengan segala macam make up kecuali lipstik peach, Warna itu natural dan Halana suka.
Halana sedang mengantri untuk membelikan obat temannya Si Anna yang sakit.
Sebenarnya mereka pergi bersama Halana, Nitta, Fio, dan Anna. Mereka berempat sangat saling menyayangi hingga mereka tahu jika Halana adalah gadis keras kepala.
Halana berbalik ketika tidak sengaja Aslan melewatinya. Seperti acuh dan tidak menoleh hanya orang asing yang lewat saja.
Aslan memasuki lorong sebelah kiri dan Halana mendekati Anna.
"Lo sakit juga nyebelin, dah ayo masuk aja antrian lo bentar lagi kalo kelamaan disini bisa lebih parah lo," ucap Halana paling semangat.
"Yaelah. Gue nih cuman flu ama demam lagian kalian pada lebay banget sih, Haccih.. hacih."
Anna menatap ketiganya dan mengengir lebar takut di semprot ocehan.
"Deman bilang, Flu bilang, dengar baek-baek yee An.. lo ini jangan nyepelein yang namanya flu... yang namanya Demam bisa jadi itu gejala lo sama kayak yang ada di berita ketularan Medusa Virus." Nitta menakuti Anna.
Fio dan Halana mengangguk membenarkan ucapan dari Nitta.
Akhirnya Anna mau melangkah lebih dulu masuk ke ruangan dokter dan ketiganya melangkah duduk di kursi depan ruangan dokter yang memeriksa Anna.
Beberapa menit tidak terlalu lama Anna keluar dan membawa selembar kertas kecil.
"Gue cuman kecapen gue juga harus banyak istirahat." Anna memberi penjelasan, sudah mengerti dengan tatapan ketiganya yang ingin mengatakan menanyai atau mengoceh dan lainnya.
Seketika semuanya mengangguk dan berdehem untuk Halana.
"Yaudah kalo gitu kita pulang." Hala mengaja ketiga temannya pulang lagi karena mereka ingin merawat Anna sampai Anna sembuh dan sehat.
Xx
Di dalam lift naik keatas Aslan menerima pesan dari Kelly. Kelly Sarvon Model terkenal sekaligus calon dari Aslan jika itu kesampean.
Kelly memang sangat dekat dengan Aslan dan Aslan dekat juga biasa. Aslan tidak terlalu bahagia juga. Aslan lebih terlihat datar dan dingin. Kelly lebih banyak memulai pembicaraan Kelly selalu sabar dan selalu penyayang untuk Aslan.
Sayangnya Aslan tidak terlalu menanggapi perasaan itu.
Aslan hanya membaca pesan itu dan membalasnya singkat. Tentang Kelly yang ingin mengajaknya makan dan Aslan yang mengatakan jika hari ini waktunya khusus untuk Mommynya.
Di ruangan rias tempat Kelly di dandani Kelly meletakkan ponselnya dengan kasar.
"Selalu saja Mommynya kemarin, waktu Aslan baru sampe gue langsung kirim pesan mau ngajak ketemuan, dia malah alsan ada kerjaan ada urusan segala macem. Lo pada tahu kalo gue juga pengen dapet perlakuan manis dari Aslan tapi, dia dingin banget pendiem kaku juga gak bisa liatin raut bahagia dia kalo lagi sama gue, gue mau selingkuh juga ada niatan udahan," ucapnya panjang lebar pada kedua penata riasnya.
"Yaelang neng Kelly sabar aja kali, namanya juga pengusaha pasti urusannya banyak."
"Iya.. banyak sampe gue gak tahu kalo dia pasti punya cewek laen selain gue. Iya gak lo pikirin aja siapa yang gak banyak mikir kalo gini masalahnya," ucap Kelly dengan kesal.
Kedua penata rias hanya mengedikkan bahunya dan melanjutkan menata rambut dan riasan wajah Kelly.
Xx
Sampai di ruangan ibunya Aslan melangkah masuk dengan membawa bingkisan melihat mommynya sedang bicara dengan Daddynya, Aslan meletakkan bingkisan itu di atas nakas dan duduk di sofa pojok ruangan dekat pintu masuk.
"Menyingkirlah aku mau bicara banyak sekali dengan anakku, minggir," ucap Ayla yang mengusir suaminya sendiri dari hadapannya.
"Aslan menyingkirlah aku mau duduk, sana mommymu sangat merindukanmu, sampi bisa membunuhku kemarin," ucap Sang Daddy dengan wajah datar dan mata tajam menatap putranya dari atas.
Aslan bangkit dan menyampirkan jasnya di sofa.
"Sayang kemari nak," ucap Sang Mommy dengan wajah yang sangat bahagia berkali-kali lipatnya.
"Kamu makin dewasa makin tampan sebentar lagi umur kamu jadi kepala tiga, Mommy minta sesuatu boleh," ucap sang mommy dengan mata berkaca-kaca menatap putra tampan dan juga sangat gagah di hadapannya.
Aslan mengambil tangan kanan mommynya dan mengecup punggung tangannya dengan lembut seketika mommynya terharu dan meneteskan air mata.
Di sofa pojok ruangan Daddy nya Aslan bisa melihat jika Aslan sangat menyayangi Mommynya dan Mommynya yang sangat menyayangi putranya.
Asaln memang sulit di jelaskan dengan logika tapi, dengan bahasa seorang ibu Aslan adalah putra anak dan hal baik lainnya yang ingin di miliki semua ibu di dunia ini. Jika semua anak lelaki seperti Aslan maka Mommy Ayla akan sangat posesif pada Aslan karena putranya tetap putranya tidak boleh di miliki lainnya.
"Mommy apa kabar, Mommy menurutkan pada dokter," ucap Aslan dengan sangat lembut.
"Iya sayang Mommy menurut selalu, Mommy sangat merindukanmu, boleh Mommy peluk," ucapnya dengan malu.
Aslan langsung mengabulkannya dan memeluk sang Mommy dengan hangat dan erat seperti ada rasa melindungi dan kenyamanan yang pernah di rasakan dari pelukan sang suami yang selalu ada untukmya.
"Mommy akan kuat untuk oprasi jantung mommy besok, dan darah tinggi Mommy juga sudah lebih baik, bagaimana jika Mommy minta satuhal," ucap Mommy melanjutkan pembicaraan sebelumnya.
"Apa, Apa yang mau Mommy minta Aslan nemenin mommy atau Aslan hanya pada Mommy atau..." Aslan menghentikan ucapannya dan mengambil salah satu buah dan mengupasnya untuk Mommynya.
Mommy Ayla tersenyum.
"Menikah.. Mau ya Mommy ingin kamu menikah dengan Halana Syeria." Perkataan Mommynya barusan membuat Aslan menghentikan tangannya mengupas Pir.
"Mom, Ayolah Aslan ini hanya putra Mommy dan bukan milik siapapun," ucapan Aslan dengan nada seperti apapun wajahnya selalu datar dan dingin.
"Okay.. Mommy tahu mommy paham tapi, Mommy ingin seperti ini," ucapnya sambil memeragakan gerakan mengendong bayi kecil mungil merah dan juga lucu.
Aslan melanjutkan mengupas pir dan memotongnya agar mudah di makan mommynya.
Aslan meletakkannya di samping Mommynya.
"Mommy ingin nanti sebelum oprasi Mommy kamu harus sudah nikah, dan jangan ada kata penolakan lagi sayang, nanti kalo Mommy gak berhasil oprasi dan tidak bisa melihat kamu bersama Halana bagaimana?" Mommynya memasang wajahs edih dengan di buat-buat dramatis.
"Sudahlah Aslan lagipula hanya menikah kamu bila lakukan itu dan jika kamu mengabulkannya itu akan berdampak baik bagi mommymu juga," ucap Daddy nya kali ini bersuara.
Aslan menatap Mommynya dan duduk di kursi samping bangkar mommynya.
"Iya.. Aslan menikah tapi, Aslan akan menceraikannya setelah menikah." Seketika Daddy nya langsung keluar ruangan sepertinya situasi ini akan panjang lebih baik tinggalkan mereka berdua.
Mommy Aslan yang melihat sang suami pengertian pun tersenyum mengangguk menatap wajah dan mata putra semata wayangnya.
"Tentu.. Bisa kamu ceraikan ketika kamu sudah menikahinya, Syaratnya harus sampai Sepuluh tahun tidak ada pertengkaran dan hanya terlihat baik di depan mommy mudahkan," ucap Sang Mommy dengan lebih menantang Aslan berpikir.
Aslan terdiam.
Ayolah Aslan hanya sepuluh tahun dan itu tidak lama juga selalu terlihat baik didepan mommynya tapi, jika ada kesalahn, Tunggu Aslan adalah pemilik dirinya jika Mommy bersama Daddy nya jika aslan sendirian lalu datang Wanita bernama Halana di hidupnya Aslan sangat tidak suka.
"Bagiaman, Setuju, Hanya terlihat baik depan mommy, Lagi pula kamu juga tidak bisa merasakan emosi dan kamu lebih baik menikah hanya untuk teman membuat mommy lebih baik dan cepat keluar rumah sakit," ucap Mommynya lagi penuh penawaran yang menurut Aslan berat tapi, ini permintaan Mudah menurut Mommynya.
Halana baru pulang dari rumah Anna di antar oleh Nitta dan Fio. Halana memasuki rumahnya sendiri dan tak lupa salam ketika melangkah masuk.
"Aku pulang," ucapnya seketika menatap sekitar rumahnya tempat yang sangat aneh, ada orang di rumah, Halana banyak bertanya-tanya dalam benaknya.
Halana melangkah ke kamar dan berhganti pakaian juga membersihkan diri.
Ketika ke dapur ternyata semuanya berkumpul sedang makan. Suasana yang dingin mencekam penuh rasa yang kaku dan beku.
"Kenapa kamu pulang telat, seharusnya kami tidak perlu lama menunggumu," ucap Ayah Halana dengan wajah yang tak suka juga kesal.
"Iya. kak.. Kakak tahukan kalo aku ini banyak banget urusannya belum ini belum itu, kenapa sih kakak itu lelet banget, Nilai bagus pinter cerdas tapi, sikap aja lelet banget."
"Jangan seperti itu. Kali ini dirinya sudah cukup baik tapi, masih mengecewakan, Halana sudah menarik perhatian orang kaya untuk menikahinya lagi pula kita juga akan kecipratan Hartanya." Ibu Halana kini bersuara.
"Ya Baguslah setidaknya dia tidak menjadi wanita gampang di luar sana dengan wajah yang cukup cantik Halana pasti pernah tidur dengan lelaki lainnya," ucap Kakak laki-laki Halana dengan asalan. Seketika Halana berdiri dan menampar wajah Kakak laki-laki nya dengan sangat keras hingga satu meja makan sunyi sebentar.
"Kalian katakan apa yang mau kalian katakan bertele-tele dan mengataiku apa kalian tidak bosan, aku saja bosan mendengarnya." Sahut Halana dengan acuh dan duduk di kursi bergabung makan bersama yang lainnya.
"Kamu harus mau menikah dan kami sudah tanda tangan perjanjian jika sampai kamu menolak berati kamu harus membayar pinaltinya sebesar Lima puluh miliar dolar." Ibu Halana kali ini bicara.
Siapa anak mereka siapa yang paling mereka sayang? Keluarga yang Halana ada karena mereka keluarga seperti ini, Halana adalah Halana siapa yang menekannya akan membuat Halana sengsara tapi, Karma selalu datang lebih cepat sebelum datangnya penyesalan.
Halana menatap satu persatu dari ayah ibu Kakak dan adik perempuannya.
Halana memang terkenal pintar waktu sekolah juga cerdas, dulu. Dan sekarang Halana memilih bekerja. Halana juga mandiri semua pencapaiannya di umur dua puluh dua tahun ini sangat cukup.
Ayah yang tak pernah tahu apa yang Halana inginkan. Tidak pernah tahu apa yang Halana rasakan, apa yang Membuat Halana Nyaman, tidak! Tidak ada satupun yang ayahnya tahu.
Ibu, ibu seperti Apa yang di gambarkan anak perempuan di dunia ini, penyayang pengasih lembut dan penuh perhatian yang di selimuti kehangatan dan kenyamanan, Hooh.. Salah untuk Halana karena Ibu Halana sangat tidak mau menerima jika Halana kalah jika Halana terjerat masalah melibatkan dirinya, jika Halana sampai terlihat bodoh maka ibunya akan mendidik keras Halana dengan caranya sampai Halana di rawat di rumah sakit dengan infus habis dua botol.
Sampai Halana merasa jika dirinya tidak disayang. Di saat itu juga ibu dan ayahnya merubah sifat membuat Halana kembali luluh dan sangat menyayangi Halana dan kakak juga adiknya. Tapi, tak berjalan lama penyiksaan itu datang kembali, memang tidak ada fisik yang membuat Halana lumpuh tapi, Mental Halana Hancur.
Rasa peduli hilang berganti acuh. Hanya ada gemetar ketakutan berani melawan ketika terdesak ketika sesuatu yang nedesaknya itu membuatnya celaka maka jalan buntu yang Halana temui.
"Tidak aku menolaknya siapa yang mau menikah siapa juga yang membayarnya kalian seharusnya berpikir tentang aku masa depanku dan semua kebahagiaanku," ucap Halana menggebu dengan menarik ulat lehernya sampai wajahnya terlihat kesal dan marah.
Kakak Laki-laki hanya berdecih membuang wajahnya.
"Besok semua harus datang ke gedung Haides disana semua telah di siapkan," ucap Kaka laki-laki Halana dengan wajah yang datar.
"Apa... Apa yang kalian bilang.. "
Bruaak....
Suara gebrakan meja makan dari ayah Halana membuat semunya diam.
"Anggap saja ini pemaksaan untukmu karena kamu hanya bisa bekerja paruh waktu tak menghasilkan uang banyak lebih baik menikah lagi pula kau sudah bisa menikah, Halana."
Ayahnya bersuara hanya untuk kembali menekan Halana. Satu meja makan bangkit meninggalkan Halana sendirian duduk di hadapan semua makanan yang sudah setengah berkurang.
'Ada hal lain yang bisa aku lampiaskan, tidak ada sepertinya. Halana malang kapan kamu akan bebas.' Benaknya terus berucap mematahkan semangat dirinya untuk hanya bernafas pelan saja.
Halana meneteskan air mata menangis menatap telapak tangan yang sudah menampar kakak Laki-laki nya.
Semuanya semau mereka semuanya seingin mereka. Halana tak penting jika Halana memiliki segalanya baru Halana sangat-sangat penting.
Xx
Disini Aslan berdiri dengan sebotol air minum biasa dengan kaos santai dan celana rumahan. Aslan tampak seperti anak abg baru berusia tuju belas padahal sudah memiliki umur yang cukup tua.
Aslana masuk kembali ke dalam kamarnya dan menutup jendela Balkon kamarnya. Pergi ke ruangan lain untuk mencukur habis brewoknya dan merawat kulitnya.
Kebersihan dan kesehatan kulit Aslan jaga tapi, biasa tidak terlalu ribet karena kulit Aslan sangat sensitif.
Ponsel Aslan bergetar di dalam saku celananya ketika sudah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang segara dan tampan Aslan menatap cermin besar di sebelahnya sambil mengangkat telepon.
"Iya.. Lakukan saja jika itu penting," ucap Aslan pada orang yang menelponnya tentang masalah bisnis lainnya.
Termasuk pernikahannya di urus orang ini.
Aslan pergi ke tempat favoritnya hanya untuk bersenang senang.
Baru saja memulai kesenangannya Aslan di ganggu oleh taqmu tak di undang yang datang dengan para pengawal atau Bodyguardnya.
"Hey.. Aslan Keluarlag, Siapa suruh kau bersembunyi sialan sekali kau mengambil semua hak yang adikku punya Tander besar itu harusnya menjadi milikknya bukan milikmu." Suara keras itu sangat mengganggu Asaln.
Asalan keluar dari tempat favoritnya dengan jaket abu-abu dan tudung menutupi kepalanya memperlihatkan wajahnya.
"Tuan maaf saya tidak bisa mencegahnya masuk," ucap seorang lelaki sepertinya penjaga gerbang rumahnya.
Seketika tembakan mengenai orang yang baru saja melapor tentang tamu tak di undang yang memaksa masuk.
Seketika para pelayan bergerak cepat membereskan orang itu. Sedikit darah mengenai pakaian bersih Aslan.
"Haah... Sulit atau mudah menemukanmu," ucap orang itu dengan kalung rantai emas dan gigi taring atas terbuat dari emas asli.
Menurutnya agar terlihat seram.
Aslan menatap datar.
Orang itu melangkah maju mendekati dan menarik kerah baju Aslan dengan berani dan kasar. Wajah aslan tetep tenang aja seperti tidak takut sama sekali.
Orang yang menarik kerah baru Aslan ciut seketika wajah Aslan tetep tenang tanpa ada perubahan sekecil apapun.
"Kau memaksa Tander besar itu agar menjadi milikmu bukan sekarang aku memaksamu memberikan tender itu pada Adikku."
Aslan melepas pegangan kerah dari orang itu yang hampir membuat kusut kaosnya.
"Keluar dari tempatku sebelum aku berubah pikiran," ucap Aslan dengan sangat tenang dan tatapan tak berubah.
"Cih.. keluar.. Apa maksudmu... Aku ingin Tander adikku kembali," ucapnya seketika Aslan menjawabnya tamparan keras di wajah lelaki itu hingga gi emasnya lepas.
Ada yang ingin tertawa ada yang menahan tawanya.
"****! Diam kalian semua," ucapnya keras didepan wajah Aslan.
Aslan mendekat dengan langkah pelan orang itu mundur.
Seketika satu tangan Aslan menarik kerah bajunya ke atas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!