NovelToon NovelToon

TAWANAN GAIRAH CINTA SANG DUDA

Part 1. Rebutan Kue dengan Kutu Kupret

Kue favorit! Diskon! Last  slice! Mengunjungi toko kue di detik-detik terakhir adalah  kebiasaan yang perlu dilestarikan.

“Cheesecake blueberry Mba!” Aku bersuara dengan bersemangat, tapi disebelahku juga mengatakan kata-kata yang sama. Cowo, entahlah akhir 20-30 tahun kurasa, ganteng, atletis, dengan pakaian sweater, menenteng tas gym. Mba-nya bolak balik melihat kita dengan binggung.

“Saya duluan!” Lagi-lagi itu dikatakan dengan bersamaan.

“Bagaimana ini  yaa...” Mba-nya binggung.

“Saya duluan mba. Saya kan sering kesini.” Gue kesini saat-saat mau tutup doang, demi  mendapatkan slice terakhir keberuntungan yang  sedang diskon itu.

“Mba Rika, saya pelanggan. Pelanggan adalah raja.” Dia kasih senyum pepsodentnya, alamat kalah gue, dia bisa  nyebutin nama. Mba-nya masih bolak balik ngeliatin kita. Tapi kemudian berenti ke cowo samping gue.  Menghela napas, udah ketahuan siapa yang menang.

“Maaf kak, Bapak ini pelanggan kami.”

“Ya-ya sudahlah. Yang ganteng pasti menang...” Sekalian nyindir mba-nya yang nampaknya gak enakan tapi sudah kadung terpesona ama senyum pejantan tampan ini. Pengen banget, tapi ternyata dikalahkan oleh kedipan cowo  ganteng.

“Bukan begitu Mba... Saya minta maaf.”

“Maaf juga.” Pria ganteng ini memamerkan senyum pepsodentnya padaku. Aku jadi kesal saat dia memamerkan keunggulan senyum gantengnya padaku juga.

“Napa lu senyum-senyum.” Sudah gagal. Kutinggalkan counter cake, balik badan deh, gak jadi malam mingguan dengan   kue yang sudah diidam-idamkan itu. Ganteng, pelanggan bisa nyebutin nama mba-nya. Gimana diriku bisa menang.

Pulang saja. Gak selera dengan kue lainnya. Mungkin beli roti buat besok buat Mama. Aku memilih beberapa roti  kesukaan Mama.

“Nah, buat kamu.” Sebuah kantong kue kecil diangsurkan ke depan mata , aku melihat ke samping sekarang cowo ganteng ini memberikan kue ini kembali padaku. Jadi didepan tadi  tanda  dia menang, terus  dilepeh lagi ke aku?! Gak nerima lepehan saya.

“Gak usah.” Aku melenggos, mementahkan tawarannya begitu saja.

“Bener gak mau?” Dia masih memamerkan senyumannya.

“Gak. Thanks.”

“Ini gratis lho, gak usah  bayar ke saya.”

“Gue  gak suka gratisan.”

“You gak suka gratisan, tapi seneng diskon. Oke-oke, got it.”  Kutu kupret! Cari masalah  nih kutu.

“Ehhh, kutu... “ Baru mau nyembur dia udah angkat tangan.

“Damai-damai, sorry-sorry, malu diliat orang  berebut barang diskonan.” Gue mingkem lagi  saat dia angkat tangan. Bener juga malu ketahuan berancem gara-gara kue diskon 50%.

“Ya udah kalo kamu gak mau, saya ambil. Bukan gak nawarin.” Dasar sok baik, sok ganteng, sok prince  charming. Kalo mau ngasih dari tadi, gak usah belagak menang dulu!

“Sana pergi. Berisik, ambil-ambil aja...” Dia nyengir. Dan pergi dari depan gue.

Gue ke mba yang sama untuk bayaran. Lumayan rotinya juga diskon karena mereka mau abisin.

“Mba sorry tadi.” Kasir-nya minta maaf ke aku. Baik juga kasirnya.

“Gak pa-pa mba.”

“Ini tadi bapak yang  tadi itu ninggalin kuenya ke sini  buat kakaknya, dia ambil kue lain...”

“Ehh? Maksudnya cowo yang tadi?”

“Iya, ini udah dibayar.”

“Ohh...” Jadilah akhirnya gue dapet kue itu di tas bersama roti-roti lainnya. “Baik banget  ninggalin, saya udah bilang gak usah.”

“Pak Derrick memang baik, kadang ngasih lebihan juga gak kira-kira ke kita. Sering belanja di sini.”

“Ohh...” Si-mba nya ampe tahu namanya. Berarti emang dia pelanggan lama bukan menang ganteng doang.

Ya sudahlah. Rejeki udah ditendang tetep dapet juga. Nanti kalo ketemu lagi tuh kutu , witch is ...imposible kayanya ada kebetulan macam itu, aku mungkin bisa bilang makasih.

Part 2. Ternyata dia adalah....(1)

“Eh, namanya siapa tadi Direktur Utamanya Yen?” Aku Anita Cahyani, 34 tahun dan pimpinan sebuah  tim project adv-ku sedang siap-siap presentasi materi iklan kami sekarang. Ini iklan besar, klien berani bayar talent artis untuk comercial dan skala pengerjaannya juga mencakup print, television,mobile and social media campaign, sampai juga akan digunakan outdoor advertising. Ini proyek besar, aku sangat berharap mendapatkan proyek ini. Bonusku pasti melonjak tajam jika aku menang presentasi kali ini.

Ini adalah untuk jaringan sebuah bisnis retail kosmetik yang mulai expand dari online ke toko mandiri sampai sekarang mendapat investor dan berkembang sampai bisa go public sekarang dan mendapat siraman siraman modal luar biasa sehingga mereka  bisa ‘bakar uang’ untuk promosi besar-besaran sekarang. Dan memperkenalkan membership istimewa mereka dengan  diskon “bakar uang” mereka.

“Derrick Tan, kabarnya ini wakil pemegang saham terbesar mba, perusahaan investasinya di Hongkong.  Jonathan Wu,  wakil direktur, Francesca Wibi, Direktur marketingnya, yang hubungan sama kita.” Assistenku menjawabku untuk hapalanku. Derrick Tan, kenapa sama dengan nama cowo yang kemarin ya ...   Nama  Derrick banyak. Gak mungkin orang yang sama lahh.

Fokus-fokus! Aku sudah siap-siap dengan story board keren hasil timku! Yakin  ini gak akan lolos! Amin-Amin! Ya Tuhan kasihlah aku bonus banyak taon ini! Komat-kamit dulu dalam hati baca mantra biar presentasi ini lancar.

Ada lima orang yang   masuk ke ruangan aku mengangkat wajahku, yang aku  kenal Francesca Wibi dan satu assistennya. Dan empat orang laki-laki lainnya aku tak kenal. Dan aku pasti bermimpi sekarang, diantara kemungkinan paling  mustahil untuk bertemu sesama penyuka diskonan itu kami berhadapan muka.

“Ahhh penyuka diskonan, bikin iklan soal diskonan.” Komentar sadis pertama yang kudapatkan dari cowo itu. “Pasti menarik...” Aku terpaksa  harus senyum, sementara yang lain tak tahu yang siapa direktur mereka singgung karena aku senyum, yang lain jadi tahu sasarannya itu aku.

“Pak Derrick  sudah  kenal Bu Anita?”

“Senang bertemu  lagi Pak Derrick. Saya memang suka diskonan, terima kasih sudah memberi  saya diskonan-nya.” Gue terpaksa membanting harga diri ke dasar jurang terjal dibawah sana.  Dia diam saja, sedikit menaikkan bibirnya sebelah, senyum sinis kaya mafia Triad dan duduk di kursinya pake cerutu. Yang punya duit memang harus punya gaya.  Kutu Kupret kalo lu bukan CEOnya, gak bakal lu gue sembah-sembah begini.

“Ohh ternyata memang pernah bertemu, ini Pak Derrick CEO kami, Pak Jonathan wakilnya. Bu Anita ini adalah kepala tim dari Blue Flag Advertising.” Bu Fransecca yang adalah Direktur Marketing menjelaskan padaku.

“Mulai saja, langsung. Kita langsung bandingkan saja dengan dua tim sebelumnya.” Kalo di kantor dia ternyata tipe-tipe lugas,sombong  dan jarang senyum. Salaman pun engga mau.

“Sihlakan Bu Anita.” Dengan berdebar-debar aku maju ke depan dibawah tatapan Kutu Kupret ganteng yang sekarang gak pake senyum, yang  sekarang memakai kacamata ini.

“Terimakasih atas kesempatannya Pak Derrick, Pak Jonathan, Bu  Francessca.  Kami mengerti sasaran iklan massive ini adalah menanamkan nama Anda ke ingatan masyarakat seluruh Indonesia, jadi kami akan membuat iklan yang ingin ditonton  orang dan diingat masyarakat. Untuk itu kami akan  memakai pendekatan komedi.”

Aku menjelaskan ideku, dengan storyboard animasi yang sudah di persiapkan timku.

Ada sepasang kekasih yang sedang berbelanja di outlet perusahaan ini, pacarnya yang cantik itu, mengambil sejumlah barang, make up dan perawatan wajah, menumpuknya di meja kasir, kasir menyebutkan jumlah belanjaanya. Sang kekasih pria kebinggungan karena uangnya tidak cukup. Jadi akhirnya pacarnya itu tidak jadi mengambil produk make-up tapi kemudian mukanya berubah drastis menjadi jelek sehingga kasir dan pacarnya dan kasirnya ketakutan.

Part 3. Ternyata dia adalah .... (2)

“Nah...kita umpamakan Cathy Saron, diganti jadi ....Mimi Peri, yang belum didandani ...” Layar mengganti foto yang  aku maksudkan.Satu ruangan didepanku tertawa. Ini pertanda bagus jika story tellingku  jelek mereka tidak akan tertawa. Jika sampai mereka tidak tertawa aku gagal total. “Nah bayangkan kemudian kasirnya, mengatakan, ‘kakak, ini bagus lhoo, diambil aja, digeser lagi, mba nya jadi Carthy Saron  lagi, tapi karena pacar mba-nya uangnya cuma segitu—digeser  lagi,  jadi Mimi Peri belum dandan lagi...” Gambar di layar berganti dinamis, sesuai dengan story tellingku.

“Dan akhirnya sang kasir mengeluarkan kata-kata ajaib, ‘punya member BEAUTYSALE diskon 50%  lhoooo’. Dan semua orang gembira balon-balon keluar confetti berhamburan, Happy Ending jadi Cathy Sharon selamanya, lalu di akhir kita pasang periode  promosi....” Aku bertepuk tangan, sesuai dengan latar belakang animasi videoku dimana balon-balon keluar, confetti berhamburan. Semua orang bertepuk tangan terutama yang enam orang klien didepanku.

Harusnya ini pertanda bagus.

“Terima kasih atas waktunya. Cathy Saron hanya contoh, kita bisa pakai talent  lain, tapi mungkin Mimi Peri tetap tak tergantikan.”  Semua orang  tertawa.

“Tukang berburu diskon kalau bikin iklan diskonan emang nyambung.” Sekali lagi dia mencoba kesabaranku.

“Makasih atas pujiannya Pak Derrick.” Aku tersenyum, sindirannya kuanggap sebagai pujian saja. Kalo enggak gak keluar kontrakku.

“Well, baiklah. Kami bicarakan dulu nanti bersama yang lain, saya ada urusan lagi, saya tinggal dulu.” Dia pergi bersama wakilnya. Aku harus minta maaf ke direktur utama ini, kalo engga ini akan jadi ganjalan.

“Bu Fransesca, saya boleh menyusul sebentar bicara dengan Pak Derrick. Sebentar  saja ya.” Dia belum mengucapkan apapun, aku langsung kabur nyusul Pak Derrick. Untungnya dia belum masuk ke lift di depan.

“Ya?”

“Ahh, boleh bicara sebentar. Sebentar, tak lama...”

“John, duluan.” Pak Jonathan yang sudah  hampir di depan lift, melanjutkan perjalanan ke depan sana.

“Ada apa?”

“Saya mau minta maaf soal kemarin. Terima kasih.”  Karena dia tadi tak mau salaman dan latar belakangnya yang expatriat, kupikir lebih baik membungkuk padanya sebagai tanda keseriusan-ku.

“Ohh, tak apa. Kemarin saya  hanya bercanda, wajar juga kau sewot.”  Aku jadi bisa menghela napas lega, setidaknya dia tidak mengambil hati kelakuanku yang ketus kemarin. “Tim akan memutuskan nanti. Tapi saya rasa saya suka ide kalian. Tunggu saja kabarnya.”

“Terima kasih Pak.” Aku tersenyum padanya. CEO yang kelihatannya masih muda ini mengangguk dan kemudian berjalan pergi.

Aku berjalan kembali ke ruang rapat, bertemu Bu Fransesca, Direktur marketing yang  sudah kukenal.

“Maaf bu, kemarin saya berebut kue diskon dengan Pak Derrick, saya gak kenal beliau. Makanya saya disebut pecinta diskonan. Saya benar-benar jadi tak enak hati tadi.”

“Beneran Bu Anita, kok bisa?” Ceritalah apa yang terjadi kemarin sekaligus permintaan maaf.

“Ohhh, begitu. Astaga, pantas disindir pecinta diskonan ya Bu.” Bu Francesca tertawa renyah sekarang.

“Iya Bu, saya jadi tengsin abis.” Gak pa-pa diketawain sekarang, biar gak disangka berusaha KKN juga di bselakang. Beberapa pembicaraan  tentang teknis iklan dan biaya talent artist kemudian, yang bisa kami jelaskan dengan gamblang, ini pertanda baik nampaknya, tampaknya ide iklan tadi menarik dan bisa mereka terima.

“Ngomong-ngomong Pak Derrick itu  kelihatannya masih muda sekali ya Bu, tapi bicaranya seperti usianya sudah matang. Hebat sekali memegang posisi CEO di usia semuda itu.”

“Pak Derrick, ...jangan tertipu. Dia itu sudah 47.” Aku melongo. 47?! Muka ABG itu  47?!

“Ibu Fran, jangan bercanda. Maksudnya 37 ya?” Dia tertawa.

“Yang gak percaya bukan Ibu aja, semua orang gak percaya dia 3 tahun lagi di kepala lima. Pertama saya ketemu, saja juga pikir dia anak baru beberapa tahun baru lulus kuliah, tapi emang mungkin gen dewa. Nambah muda bukan nambah tua, tapi saya kira dia olahraganya juga rutin.”  Aku memang menemukan aki awet muda itu menenteng tas gym kemarin.

“Ohhh begitu.” Aku masih berusaha menerima kenyataan bahwa ternyata dia  sudah hampir aki-aki. Aki-aki yang sangat muda!

“Kenapa Bu, masih ga percaya?”

“Ehm, masih berusaha percaya....” Bu Fran ngakak sekarang.

Astaga, ngebanyangin punya Direktur Utama seganteng itu di kantor. Sangat baik untuk kesehatan  mata.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!