NovelToon NovelToon

TRUE LOVE For MAYA

AKU INGIN SEGERA PULANG

Selamat datang di karyaku yang kedua teman-teman. Ini cuma novel biasa hasil dari kehaluan, kalau ada nama tokoh, panggilan, dan tempat kejadian yang sama, itu di luar dari yang tidak aku harapkan. Kalau suka di baca kalau tidak skip saja. Di dalam alur cerita, mohon maaf kalau tidak sejalan, novel ini akan banyak menabrak batasan yang ada. Kesetiaan, di rendahkan, perselingkuhan, hubungan terlarang atas nama cinta akan mewarnai perjalanan kisah dua anak manusia dengan latar belakang yang berbeda dan berharap mendapatkan cinta yang sesungguhnya.

SELAMAT MEMBACA ❤️

Wanita itu baru saja menyelesaikan pekerjaan yang biasa ia kerjakan saat pulang ke rumah mertuanya. Setumpuk cucian piring bekas makan malam sudah ia cuci dan rapihkan.

Dia Maya Mawanda. Wanita muda berumur 26 tahun, menantu pertama dengan ekonomi terendah, menikah selama 5 tahun dengan Amar Maulana Haris pria berumur 32 tahun, anak sulung dari pasangan Azhar Maulana dan Hani Dwi Lestari. Selama lima tahun pernikahannya, ia belum di karuniai seorang anak dengan sebab yang tak bisa di ungkapkannya.

Wanita itu menarik napas panjang dan berusaha menahan tangisnya, mengingat setiap kali Ibu mertuanya yang selalu membanding-bandingkan dengan menantu yang lainnya.

Maya akan selalu berada di dapur ketika seluruh anggota keluarga sedang berkumpul setiap ahir pekan. Berbanding terbalik dengan para menantunya yang lain, mereka akan berada di ruang tamu setelah acara makan malam selesai.

Duduk santai saling bercengkrama tertawa bahagia, dengan kudapan dan minuman sebagai sajian di meja. Dengan bangga dua menantu itu berlomba-lomba menceritakan keberhasilan suaminya kepada Ibu mertuanya. Yang tak lain Ibu kandung suami-suaminya.

Tak lama, seorang wanita yang tengah hamil datang ikut bergabung duduk di sofa. Wanita itu datang terlambat bersama suami yang juga selalu ia banggakan. Wanita hamil itu sangat senang sekali memamerkan proyek perumahan milik suaminya yang sedang berkembang.

Dengan tubuh ringkih Haris menemui Maya di dapur. Semenjak mereka tiba di rumah ini, istrinya itu tidak muncul untuk ikut bergabung bersama yang lainnya. Maya selalu di bebankan dengan banyak pekerjaan.

Wanita itu lebih memilih duduk di dapur dengan pembantu Mamanya, karna tidak ada yang bisa ia banggakan kalau harus duduk bersama dengan yang lainnya.

Sudah tiga tahun Haris tidak bekerja tetap dan tidak memiliki gaji bulanan karena penyakitnya. Hanya mengandalkan hasil dari tulisan di media online dengan hasil yang tak seberapa dan hanya cukup untuk menebus obat tidak sepenuhnya.

Paru-paru yang meyerangnya membuat daya tahan tubuhnya semakin menurun, di tambah penyakit Asma yang juga di idapnya.

Penyakit itu bisa muncul kapan saja dan bisa memburuk secara mendadak. Ia memutuskan resign dari pekerjaannya sebagai wartawan di salah satu perusahaan media cetak.

Pekerjaan itu mengharuskan fisik yang sehat dan kuat karena selama jam kerja, waktunya lebih banyak berada di lapangan.

"May, sudah … istirahatlah dulu, dari tadi kamu belum makan apapun. Pekerjaan itu tidak akan ada habisnya." Hati pria itu seakan menangis saat istrinya di perlakukan seperti pembantu di rumah orang tuanya. Sebagai suami, ia tidak mampu melakukan apa-apa dan berbuat banyak untuk membela Istrinya.

"Sudah selesai Mas, dan juga aku tidak lapar. Tadi di butiq aku sudah mendapatkan jatah makan sore." maya memeras ujung bajunya yang basah.

Semenjak Haris tidak bekerja, agar kebutuhan tiap bulan terpenuhi Maya memutuskan mencari nafkah dengan melamar sebagai pelayan toko di salah satu butiq ternama. Sesuai kemampuan dan ijasahnya yang hanya lulusan SMK sesuai jurusan yang ia ambil yaitu desain.

"Apa acaranya sudah selesai Mas? Aku ingin segera pulang. Besok aku harus berangkat pagi karna di butiq sedang banyak pesanan." wajah Maya terlihat lelah dan pucat.

"Bagaimana suamimu akan cepat sehat dan pulih kalau kamu terlalu mementingkan pekerjaanmu." Hani tiba-tiba muncul di dapur. Menunjukkan wajah tidak sukanya dengan melontarkan kata-kata pedas.

"Mama yakin, gajihmu tidak akan cukup untuk mencukupi kebutuhan kalian selama satu bulan …apa lagi untuk membawa Haris berobat setiap bulannya. Sampai hari ini, kalau bukan Mama yang membantumu, kamu tidak akan mendapatkan perawatan yang terbaik."

"Berapa gajih istrimu? Dia hanya pelayan toko. Jadi jangan mengeluh kalau Mama menyuruhnya untuk membantu si mbok di dapur."

"Ma, sudah. Cukup Ma! Jangan selalu menekan Maya. Di sini aku yang seharusnya bekerja lebih keras agar mencukupi kebutuhan kami. Dan aku yang meminta Maya untuk istirahat. Lagi pula bukan hanya Maya menantu Mama. Kenapa tidak menyuruh Rani dan Nina juga?"

"Kamu selalu saja membela istrimu. Mama heran, kemana saja hasil gaji dan uang pesangonmu kalau bukan untuk membantu Ibu dan adik-adiknya di kampung. Kalian itu belum punya anak Haris! Harusnya kalian mampu untuk memiliki tabungan."

"Lihat adik-adikmu, Reksa dan Rendi ( dua anak laki-laki kembarnya ) mereka memiliki karir yang bagus di perusahaan tempatnya bekerja, sedangkan kalian?"

Hani mendengus kesal "Apa yang bisa Mama banggakan? Kamu anak tertua di keluarga ini Haris, seharusnya kamu bisa Mama harapkan. Percuma kamu Mama sekolahkan tinggi-tinggi. Kalau ahirnya akan seperti ini.

"Ma, maafkan aku kalau aku tidak sesukses adik-adikku. Tapi tolong, jangan salahkan Maya. Ini semua karna kekuranganku Ma."

"Ada apa ini? Ada apa lagi Ma? Kenapa ribut-ribut?" Azhar menyusul ke dapur ketika mendengar suara keributan.

"Anakmu selalu membela istrinya. Maksud Mama itu baik Pah, Mama hanya ingin Haris terurus dengan baik, supaya dia bisa cepat sehat dan kembali mengejar karirnya."

"Sudah lah mah, Papa yakin Maya sudah mengurus Haris dengan Baik. Sudah, jangan marah-marah nanti darah tinggimu naik." menarik kursi makan, pria itu bicara mengingatkan istrinya.

"Papa selalu membelanya. Bisa besar kepala nanti." Hani nampak tidak suka ketika suaminya membela menantunya.

Haris mulai terbatuk tanpa henti ketika berpikir keras, tubuhnya langsung drop dan mulai sesak setiap kali berdebat dengan Mamanya.

Maya segera mengambil air putih segelas untuk di berikan kepada suaminya.

"Sudah lebih baik Mas?" seraya mengusap-usap punggung Haris, selalu seperti ini ketika mereka pulang ke rumah besar ini. Kalau bukan tentang kesehatan Haris, pasti masalah karir dan ekonomi yang akan di Bahas. Dan ujung-ujungnya mempertanyakan tentang anak yang belum hadir dalam pernikahannya.

"Ya, terimakasih May." Haris mencoba tersenyum di depan istrinya dengan meyerahkan gelas yang sudah kosong.

"Bersiap-siaplah, kita pulang sekarang."

°°°°°°

"Mbak Maya tidak usah memesan taksi, saya akan mengantar sampai rumah."

Herman suami dari adik iparnya yang sedang hamil bernama Tika itu menawarkan bantuan, ketika Maya akan memesan taksi online.

"Tidak usah Mas, nanti malah merepotkan. Biarkan kami pulang dengan taksi saja." Maya menolaknya dengan halus.

"Jangan di tolak tawaran iparmu. Dari pada uangnya buat bayar taksi. Kan bisa kamu gunakan untuk yang lainnya." Hani menyela pembicaraan Herman dan Maya

"Iya Mbak, kebetelulan Mas Herman sekalian mau keluar membeli martabak pesanan Mama. Biar Mbak Maya sama Mas Haris bisa mencoba, merasakan mobil baru kami." wanita yang sedang hamil 5 bulan itu tak lain adalah Tika, adik nomor dua dari Haris.

Wanita itu memang tidak pernah ikut campur urusan Maya, tetapi sekalinya ia bicara ucapannya terkadang menyakitkan. Selain itu, Tika juga memiliki hobi memamerkan barang-barang yang baru di belinya kepada Maya ketika mereka bertemu setiap ahir pekan

Tidak mau berdebat, dengan terpaksa Maya menuruti omongan Ibu mertuanya. Maya membantu Haris masuk ke dalam mobil yang di katakan baru itu setelah mereka pamit kepada semua penghuni rumah.

Haris menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dengan mata terpejam. Sedangkan Maya, ia menatap ke samping memperhatikan jalan raya di balik kaca jendela. Tidak ada pembicaraan di dalam mobil. Maya hanya ingin segera sampai ke rumah, ia sungguh tidak nyaman dengan pandangan mata Herman yang menatapnya dengan tatapan berbeda dari kaca spion.

Sebagai wanita, ia bisa merasakan sikap Herman yang sangat berbeda ketika di belakang Tika.

"Mbak Maya biasanya berangkat kerja jam berapa?" Pria itu mulai mengajaknya bicara

"Jam 8 Mas, karena butiq bukanya jam sembilan." Maya tetap menanggapinya dengan ramah sebagai bentuk hubungan keluarga.

Tanpa sengaja, mereka pernah betemu di butiq saat Herman mencari jas untuk sebuah acara.

"Sepertinya kita searah Mbak. Saya bisa menjemput Mbak Maya saat berangkat. Saya yakin Mas Haris juga tidak akan keberatan. Menggunakan kendaraan pribadi lebih aman dari pada kendaraan umum.

"Terimakasih Mas, tapi saya rasa tidak perlu. Saya lebih nyaman naik kendaraan umum dan sudah terbiasa juga."

"Selama ini aman-aman saja.."

****

Yang sudah mulai membaca mohon di simpan dalam paforit ya.. Semoga selalu berkenan memberikan dukungannya 🤗

Terimakasih 🙏

Bersambung ❤️

NAFKAH BATIN

Sesampainya di rumah, Maya segera mengganti pakaian dan merebahkan tubuh letihnya di atas tempat tidur. Tepatnya hatinya dan pikirannya yang teramat lelah. Tubuhnya pun terasa remuk.

Sebenarnya Maya berbohong dengan mengatakan kalau ia sudah makan sore di butiq. Rasa lapar itu hilang ketika di hadapkan dengan setumpuk pekerjaan dan mendengar canda tawa mertuanya dengan menantu yang lainnya.

Kalau bukan karena tanggung jawabnya sebagai istri yang harus mendampingi suami. Ia tidak ingin melangkahkan kakinya untuk berkunjung ke rumah mertuanya setiap ahir pekan.

"May, kamu sudah tidur?" Haris menatap punggung Maya. Ia bisa mengetahui istrinya sedang menangis dalam diam. Walaupun berusaha menahan suaranya, tetapi Haris dapat meraskannya.

Mengusap air mata. Maya berusaha menetralkan suaranya.

"Ada apa Mas? Aku sudah mengantuk." Maya menarik selimut hingga sebatas lehernya.

"Maafkan sikap Mama May... Mama seperti itu hanya karena frustasi melihat keadaanku. Mama tidak bermaksud menyakitimu. Maafkan aku, aku telah gagal menjadi suami yang sempurna. Aku tidak bisa berdebat dengan Mama untuk membelamu. Bahkan, aku pun tak mampu mencukupi kebutuhan tiap bulannya dan aku tak bisa memberikan nafkah batin kepadamu." Haris berkata dengan lirih.

"Sungguh aku merasa menjadi laki-laki yang tidak berguna May.."

Setelah melakukan prosedur sistem pernapasan, dan serangkaian pemeriksaan antara lain dengan tes fungsi paru atau spirometri yaitu alat berbentuk tabung kecil yang di lengkapi mesin pengukur. Sehingga alat itu dapat mengukur jumlah dan kecepatan udara yang di hirup dan di hembuskan oleh pasien. Dokter mendiagnosis Haris mengalami masalah di pernapasan yang biasa di kenal dengan istilah asma dan penyakit paru obstruktif kronis.

"Kenapa kamu tidak berterus terang dengan Mama kalau uang pesangonku habis untuk pengobatanku? Aku tidak melarangmu untuk membela diri."

"Apa Mama Hani mau mendengarkan ucapanku Mas? Tidak pernah.. Selama ini aku sudah berusaha menjelaskan. Tapi Mama tetap dengan pemikirannya."

Maya semakin menangis setelah menjawab ucapan Haris. Sebelum penyakit itu datang menyerangnya. Haris pria yang energik. Untuk mendapatkan sebuah berita ia terkadang mengabaikan waktu istirahatnya, tidak perduli malam atau siang, ia akan pergi jika ada panggilan tugas untuk mengejar berita.

Maya berkali-kali mengingatkannya tetapi selalu di abaikan. Haris terlalu asik dengan dunianya, ia sangat mencintai pekerjaannya. Semenjak itu, jangankan untuk mengaulinya. Hanya untuk sekedar menciumnya saja, Haris tidak mau melakukannya, dengan alasan agar Maya tak tertular. Segala peralatan makan pun Haris meminta untuk di pisahkan.

"Aku hanya ingin kamu mampu melindungiku Mas, bukan soal nafkah lahir yang kurang dan batin yang tak ku dapatkan. Aku hanya tidak sanggup kalau selalu jadi bahan pelampiasan kekecewaan orang tuamu." Maya tak mampu berkata lagi, ia hanya bisa bicara dalam hati.

Sebagai wanita normal, terkadang ada masanya ia mengingikan sebuah sentuhan, tetapi keinginan itu selalu di tepisnya. Ia tidak mau larut dengan nafsu yang masih bisa di alihkannya.

Memilih memejamkan matanya dengan cepat agar Haris berhenti membahas sesuatu yang tidak akan pernah ada ujungnya.

©©©©

Sebelum azan subuh berkumandang. Maya sudah bangun untuk menyiapkan segala kebutuhan Haris sebelum ia meninggalkannya untuk pergi bekerja. Dari mulai air panas di ember yang ia bawa ke dalam kamar mandi, pakaian ganti dan masakan untuk sarapan dan makan siang. Baru setelah itu ia akan melakukan ritual mandinya dan bersiap-siap untuk menjalani rutinitasnya.

"Mas, aku berangkat." Maya mencium tangan Haris. "Jangan terlalu lama duduk di depan komputer." Maya selalu mengingatkan Haris. Pria itu tidak bisa kelelahan.

"Ohya, obatnya juga sudah aku siapkan jangan sampai lupa di minum ya."

Kesehariannya, Haris menghabiskan waktu dengan menulis beberapa artikel tentang kesehatan. Yang ia kirim melalui media online.

"Tidak sarapan dulu May?" Haris bertanya ketika melihat lauk dan sayuran hijau yang sudah tertata rapih di meja makan masih utuh tidak tersentuh.

"Aku membawa bekal Mas, maaf.. Aku tidak bisa menemani Mas sarapan pagi ini."

"May.." Haris memanggilnya sebelum Maya keluar dari pintu. "Aku bisa minta tolong kepadamu?"

"Ya Mas, Mas membutuhkan sesuatu?" Maya membalikkan badannya menatap Haris.

"Kalau kamu ada waktu, tolong berikan ini kepada Lingga temanku. Dulu kami sama-sama bekerja di lapangan, bagian manajemen organisasi. Kamu bisa bertanya di bagian resepsionis." Haris menyerahkan berkas dan kartu nama lengkap dengan alamat ke tangan Maya.

"Ya, Mas. Akan aku sempatkan."

Berjalan kaki untuk sampai ke depan, Maya meninggalkan rumah kontrakannya tepat pukul 7. Sekitar 50 meter keluar dari gang untuk sampai ke jalan raya. Maya duduk di halte menunggu angkutan dengan jurusan dimana ruko ( wilayah pertokoan ) tempatnya bekerja.

Pagi ini, ia berangkat satu jam lebih cepat dari biasanya, ia ingin segera menghindar meninggalkan rumah, ia tidak sanggup berlama-lama menatap wajah Haris suaminya. Melihatnya, mengingatkan kembali akan pembicaran mereka semalam. Maya tersadar hari ini genap 3 tahun mereka berada dalam satu atap tetapi tidak saling bersentuhan.

Tanpa di duga tanpa di sengaja. Mobil baru yang semalam mengantarnya pulang berhenti tepat di depannya. Pria yang ia kenal sebagai iparnya itu turun dari mobil dan menghampirinya.

"May, mari ikut sekalian, kantorku searah dengan tempat kerjamu."

Sebelum sempat menolak ajakannya, pria itu sudah menarik tangannya dengan paksa agar masuk ke dalam mobilnya. Sungguh keadaan yang sangat tidak di inginkan, berada dalam satu mobil dengan Herman suami dari iparnya.

Dan bersamaan dengan seseorang yang melihat dari dalam mobil interaksi Maya dan Herman saat sedang melintas.

"Sepertinya kamu menghindariku May?" Herman mulai membuka obrolan.

"Mungkin hanya perasaan Mas Herman saja." Maya menjawab dengan tidak menatapnya, ia lebih memilih melihat ke depan, sesekali ia memalingkan wajahnya ke jendela.

Tapi aku merasakannya lain May. Kamu menjauh, selalu menghindar saat aku mendekat. Bahkan kamu tidak pernah menatapku saat ku ajak bicara."

"Maaf, Mas.. Aku hanya tidak ingin Tika salah paham. Cukup masalahku dengan Mama Hani. Aku tidak ingin menambah masalahku dengan iparku. Aku harap Mas Herman mengerti." ia menekankan kata ipar, agar Herman menyadari Tika adalah adik dari Haris.

"Kalau kamu bersedia, aku bisa membantumu keluar dari kesulitan. Kamu tidak perlu bekerja sekeras ini May."

Herman Sanjaya pengusaha properti perumahan yang sedang menanjak usahanya. Pria yang memang lebih tua dari Maya itu, sudah lama menyukai wanita Haris. Ia menyukai istri dari kakak iparnya sendiri.

Herman sangat mengagumi Maya. Bisa di bilang, saat pertama kali melihat Maya. Pria itu langsung terpesona. Selain memiliki wajah yang cantik dengan lekuk tubuh yang proporsional sebagai wanita, wajah ovalnya terlihat sempurna dengan memiliki hidung mancung dan bibir sedikit tebal. Menambah kesan seksi dan membuatnya menggilai Maya.

Di depan keluarga, Herman akan menyematkan kata Mbak saat memanggil Maya. Tetapi akan berbeda ketika berada di luar.

"Aku rasa tidak perlu. Lebih baik uang yang Mas miliki, Mas berikan kepada Tika istri Mas." Maya berkata dengan tegas.

"Tolong May. Kamu pikirkan lagi tawaranku. Aku serius."

"Terimakasih untuk tumpangannya Mas Herman." dengan tidak menjawab ucapan Herman. "Ohya aku harap Mas berhenti mengirimkan pesan ke nomorku, aku tidak ingin ada masalah di kemudian hari." Maya segera turun dari dalam mobil Herman setelah kendaraan itu berhenti di depan ruko bertulisan ROS BUTIQ

Tanpa menengok ke belakang Maya terus berjalan, masuk ke dalam ruko melewati pintu kaca yang masih terpajang tulisan. 'Close' ia terus melangkah ke belakang menuju kamar mandi.

Ia menangis kembali. Menumpahkan rasa sedih dan juga kesalnya. Sebagai wanita bersuami tentunya ia merasa tersinggung, dan sebagai sesama ipar ia pun merasa malu. "Sebegitu rendahnya kah aku di mata pria itu?" Maya bermonolog

Bukan hanya harga dirinya, tetapi harga diri suaminya pun di pandang sebelah mata oleh Herman.

Selama ini Maya menutup rapat kekurangan Haris yang tak pernah menggaulinya, Ia tidak ingin siapapun tau bahwa selama tiga tahun Haris sudah tidak mampu memberikan nafkah batin. Termasuk kepada orang tuanya di kampung. Setiap akan menjalankan kewajibannya sebagai suami, kondisinya akan drop.

Hanya kepada Dina temannya ia mau berbagi cerita. Belum hilang dari ingatan ucapannya ibu mertuanya semalam sudah di tambah ucapan Herman yang membuat hatinya semakin teriris.

****

Mohon dukungan like komen hadiah dan votenya ya.. Jangan lupa simpan dalam paforit teman-teman.. Terimakasih 🙏😘

Bersambung ❤️

BERUNTUNG SEKALI WANITA ITU

Puas menumpahkan tangisnya dalam kamar mandi, Maya keluar setelah membasuh wajahnya agar terlihat fresh walaupun tidak mampu menghilangkan sembab di mata. Menangis baginya salah satu cara untuk membuang dan menghilangkan sesak di dada, agar hatinya sedikit lebih baik.

"Kamu kenapa May? Teman dekatnya sesama pekerja bernama Dina bertanya saat melihat wajah Maya yang terlihat memerah karena menangis.

Selain Dina temannya, Maya tidak pernah mengumbar masalah rumah tangganya ke siapapun terutama orang tuanya. Ia tidak mau membebani dengan sekelumit masalahnya. Hanya Dina sesama pekerja tempatnya curhat untuk meringankan beban di hatinya.

"Semalam kamu berkunjung ke rumah mertuamu kan?" Dina bertanya langsung ke inti masalahnya

Maya mengangguk tanpa bicara. Ia sudah hapal apa yang akan di ucapkan teman baiknya itu.

"Hah..! Kalau aku lebih baik tidak datang May, dari pada pulang sakit hati." Dina bicara sambil memasang bandrol harga di setiap pakaian yang akan di pajang. "Sudah tak di nafkahi masih juga di caci maki.."

Dina mengenal Maya semenjak keduanya bersama-sama bekerja di ROS BUTIQ, sebagai teman Dina akan terbawa emosi, ia dapat merasakan apa yang tengah di jalani Maya saat ini. Dina akan bicara apa adanya sesuai yang di pikirkannya.

Berulang kali ia menyarankan agar Maya berpisah kalau sudah tidak kuat. Tetapi selalu di bantah oleh Maya dengan alasan Haris tetaplah suami yang baik di matanya. Pria itu pernah memberikan kehidupan yang bahagia kepadanya selama 2 tahun.

Sebagai istri ia memegang prinsip, harus bisa mendampingi dengan kondisi sehat maupun sakit. Ia masih memiliki harapan Haris akan pulih dan sehat kembali seperti dulu. Ia tidak mau orang akan beranggapan habis manis sepah di buang. Walaupun sejujurnya, sebagai manusia biasa terkadang ada rasa lelah dan kesepian menyerangnya.

"Mau sampai kapan prinsipmu akan berlaku.?"

"Entah-lah Din? Jalani saja, dan soal kehadiranku setiap ahir pekan, mau tidak mau akan tetap aku lakukan. Aku tidak mau menambah masalah Din, ketidakhadiranku pasti akan membuat ibu mertuaku mencecar banyak pertanyaan kepada Mas Haris." Maya bicara sambil memasangkan pakaian di manekin yang akan di pajang di depan.

"Kalau begitu, semoga kamu bisa melewatinya dengan kuat. Aku hanya bisa bilang 'sabar' kepadamu May. Dan kalau sudah tidak kuat kamu bisa melambaikan tangan." Dina memperagakan dengan melambai-lambikan tangannya yang sudah mirip dengan acara di sebuah televisi hingga membuat Maya tertawa.

"Kamu ini ada-ada saja Din."

"Astaga!" Dina meneppuk jidadnya. "Aku lupa May, Tante Rosa sudah datang. Kamu di tunggu di ruangannya tuh.."

Maya naik ke lantai dua, ia masuk ke dalam ruang kerja, setelah sebelumnya ia mengetuk pintu dahulu.

"Maaf tante, Maya tidak tau kalau Tante sudah datang."

"It's ok May.. Tante juga belum lama kog."

Wanita berumur yang masih terlihat cantik itu tengah fokus memasang payet di salah satu kebaya rancangannya. Dengan umur yang sudah mencapai 55 tahun itu, wanita itu tampak awet muda, seperti umur 40 tahunan. Di jaman semodern saat ini, uang bisa merubah segalanya. Uang mampu merubah pandangan orang dalam menilai derajat seseorang itulah yang ada di pikiran Maya.

"Menurutmu bagai mana May? Apa ada yang kurang? Coba kamu perhatikan?"

Sesuai keinginan pemesan. Selain payet, Tante Rossa menambahkan batu mulia di beberapa titik yang membuat kebaya modern itu terlihat indah, menambah kesan mewah dan elegan.

"Sempurna Tante, sangat cantik." Maya sangat mengagumi kebaya yang 20 % lagi akan selesai.

"Ya sangat cantik. Seperti wanita yang akan memakainya. Kamu tau May? Kebaya ini akan di gunakan oleh istri dari pengusaha yang sedang meroket namanya, Dirgantara Damar Wijaya." Ucap Tante Rossa.

"Pegusaha pertambangan emas itu ya Tan? Yang kemarin ada di acara FANS TV milik Sutan Tjok.. Eeh, Maaf Tante.. Maksudnya Bapak." Maya meringis menggaruk kepalanya.

"Tidak apa-apa May.. Santai saja.."

Suatu kebanggannya bagi Tante Rossa bisa di percaya untuk menyiapkan kebaya dan gaun pengantin beserta pakaian untuk seluruh keluarga Wijaya. Walaupun dengan waktu yang cukup menguras otak dan tenaga.

"Sungguh beruntung sekali wanita itu." Maya bicara pelan, tetapi masih bisa di dengar oleh Tante Rossa.

"Ya May, kamu benar. Bukan hanya sang pengantin wanita yang beruntung. Tetapi sang pria pun beruntung mendapatkan pendamping seperti Anindirra."

Tiba-tiba Wajah Tante Rossa terlihat murung. Belum lama ini, suaminya baru menggelar pesta pernikahan putranya. Pesta itu di gelar di salah satu hotel ternama di Ibu Kota. Hanya saja, ia tidak di ijinkan hadir di acara tersebut. Tak banyak yang tau kalau ia sebenarnya istri kedua dari Sutan Tjokro Hanunggara.

Istri yang di cintai tetapi tak terekspos oleh media. Pria pemilik Media Cetak itu sangat menjaga nama baiknya.

Menjadi seorang desainer yang sudah memiliki nama. Tak membuat kehidupannya berjalan mulus dan seindah kelihatannya. Sebagai istri kedua dari Tjokro Sutan Hanunggara seorang pengusaha yang bergerak di bidang media cetak terbesar di Indonesia.

Pemilik dari Kabar Grup yang sudah puluhan tahun berdiri. Statusnya sebagai istri tersembunyikan dari masyarakat.

Melihat perubahan di wajah Tante Rossa yang berubah murung.. Maya memberanikan diri bertanya.

"Tante baik-baik saja kan?"

"Ya May, I'm Okay.." Wanita senja itu tersenyum manis. Tetapi tidak mampu menutupi raut kesedihan yang terlihat jelas dari wajahnya.

"Kamu lanjutkan ya May. Hanya tinggal memasang beberapa kancing saja.. Kemungkinan Tante tidak akan kembali ke butiq …kalau ada pelanggan datang, kamu handle saja."

"Ya Tante." selama menjadi karyawannya, Tante Rossa memeberikan kepercayaan penuh kepada Maya.

©©©©

Di lain tempat.

Di halaman gedung BNN, tepatnya tempat rehabilitasi untuk mereka yang menjadi korban narkoba. Sudah hampir satu jam seorang pria memarkirkan mobilnya. Ia ragu, keputusannya untuk datang menjenguk akan mengundang para pencari berita. Ia khawatir berita yang sudah di bungkamnya dari media lain, akan muncul lagi. Demi nama baik keluarga dan kelangsungan perusahaan, ia harus menutup rapat scandal yang di lakukan oleh istrinya.

Wanita yang belum lama di nikahinya, ikut tertangkap saat pihak kepolisian melakukan penangkapan seorang pria yang selama satu bulan menjadi buronan dan masuk dalam daftar DPO di salah satu kamar hotel mewah di tengah kota.

Wanita itu bersama seorang pria yang sedang dalam pencarian, seorang pengusaha asal Eropa yang tinggal di Negara Singapura. Pria itu terjerat kasus penipuan dan penyelundupan narkoba.

Saat di bekuk, keduanya tengah kedapatan menggunakan sabu. Dan saat di glandang ke kantor kepolisian dan di lakukan cek urin, Lisa terbukti positif menggunakan barang haram tersebut.

Sutan Lingga Hanunggara. Pria yang menjabat sebagai pemimpin umum ( General Manager ) anak dari Tjokro Sutan hanunggara. pemilik perusahaan sebuah media cetak yang sangat berjaya pada jamannya hingga sekarang.

Media cetak itu kini telah merambah menjadi sebuah media elektronik seiring berjalannya waktu, kecanggihan teknologi menggerus selembar kertas untuk memberikan sebuah berita, tergantikan dengan sebuah aplikasi berita melalui dunia maya dan acara berita di televisi.

Malu, marah, dan yang pastinya kecewa. Ia tidak menyangka wanita yang ia banggakan telah mencoreng nama baik keluarganya. Selain itu, apa yang di lakukan istrinya akan mempengaruhi saham Kabar Grup. Bukan tidak ingin memberikan dukungan moril kepada istrinya, tetapi keberadaan Lisa bersama laki-laki lain saat berada di hotel membuatnya syok. Banyak pertanyaan di dalam hatinya yang belum terjawab.

Menggunakan jaket hoodie hitam dengan penutup kepala, ia turun dari mobil setelah menggunakan masker sehingga tidak ada yang mengenali wajahnya.

Setelah mendapatkan ijin untuk membesuk. Lingga menemui istrinya di sebuah ruangan khusus untuk para keluarga yang datang menjenguk. Wanita itu tersenyum senang tanpa beban, saat melihat kedatangan Lingga suaminya.

"Aku senang kamu datang Ga.. Bagaimana? Apa aku akan segera keluar dari sini?" dengan antusias, Lisa bertanya.

Alisa Mawardi, biasa di panggil Lisa. Seorang selebgram terkenal dengan wajah yang selalu wara-wiri memenuhi beberapa aplikasi dengan jumblah followers jutaan. Namanya melambung tinggi. Tetapi wanita itu kini sedang dalam tahap rehabilitasi karna narkoba yang di konsumsinya. Wanita yang selalu tampil perfect di dunia maya itu, harus vacum dulu dari aktifitasnya sampai waktu yang belum di putuskan oleh pengadilan.

****

Bersambung ❤️

Hai.. Hai... Simpan dan paforit yaa.. Supaya dapat notif kalau sudah up.

Jangan lupa dukungannya 🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!