NovelToon NovelToon

Married To A Crazy Women

#1

*****

" Ahhhkkkkk...."

Suara teriakan yang menggema di seluruh sudut rumah membuat Sandara Wang menutup telinga nya dengan rapat-rapat.

Prankkkk....

Terdengar pula suara pecahan kaca atau benda semacamnya, yang membuat Sandara semakin meringkuk ketakutan. Ya....hal semacam ini sering sekali terjadi ketika ayah nya baru pulang dari perjalanan bisnisnya.

" Dasar wanita ja*lang..."

Plakkk, buaghhh...!!!

Sandara yang mendengar seperti suara tubuh yang terhantam itu pun akhirnya memberanikan diri untuk melangkahkan kaki nya dan melihat apa yang sedang terjadi di antara ayah dan juga ibu nya saat ini.

Dengan langkah kaki yang tidak seimbang, dan keringat yang sudah menetes di setiap penjuru tubuh nya. Sandara mulai membuka pintu kamar orang tua nya dan....

" Ibu..." Dengan suara yang sudah bergetar, Sandara yang baru berusia 10 tahun itu masuk ke dalam kamar ayah dan ibu nya.

Sandara melihat ibu nya yang sudah berbaring lemah di lantai, dengan berlumuran darah di setiap bagian tubuh nya.

" Pergilah dari rumah ini dan bawalah anak sia*lan itu. "

Suara Dion Wang, ayah Sandara...suara nya begitu menyeramkan di telinga Sandara. Mata nya begitu berapi-api menatap Sarah, ibu dari Sandara.

" Aku akan meninggalkan rumah ini, tapi aku tidak akan membawanya, dia adalah anak kandung mu, dan kamu sudah terlalu buta untuk melihat kebenarannya. "

Dengan sisa tenaga yang ia punya, Sarah mencoba untuk duduk. Sarah menepis tangan Sandara dan ia mulai berdiri dengan perlahan. Langkah kaki nya begitu lemah, Sarah mengemasi beberapa pakaian nya dan pergi meninggalkan Sandara dan Dion begitu saja.

" Ibu..." Sandara hanya bisa menangis sambil meratapi kepergian ibu nya yang tega meninggalkan diri nya itu.

Dion hanya mengamati Sandara dan kemudian mendekati Sandara.

" Apakah benar kau anak kandung ku? Aku yakin, dia sengaja meninggalkanmu karena kamu adalah beban untuk nya. "

" Ayah..."

" Berhenti memanggilku dengan sebutan ayah, kau bukanlah putri ku. "

Dion dengan sangat angkuh meninggalkan Sandara yang masih berusia 10 tahun itu sendirian di rumah yang begitu besar. Ia kembali pergi ke luar kota untuk menjalan kan bisnis nya.

Sudah hampir satu minggu Sandara berada di rumah sendirian tanpa siapa pun. Wajah nya sudah sangat pucat, ia hanya memakan makanan-makanan yang masih tersisa di dalam kulkas.

Sandara tidak tau harus berbuat apa, ia masih terlalu dini untuk mengerti kehidupan kejam yang saat ini menimpanya. Yang Sandara lakukan selama seminggu hanyalah, menunggu dan berharap. Dia terus memandangi pintu rumah nya yang terkunci itu.

Sandara berharap ada seseorang yang membukakan pintu untuk nya. Ia berdoa agar ayah dan ibu nya kembali bersama seperti satu tahun yang lalu, di saat semua masih baik-baik saja.

Semua berawal dari cinta pertama Dion, Atikah...Ia membuat Dion kembali tergila-gila lagi kepada nya. Dan dengan sengaja memalsukan tes DNA Dion dan juga Sandara.

Semua menjadi sangat kacau semenjak kehadiran Atikah di dalam rumah tangga Dion dan juga Sarah. Dion seringkali memukuli Sarah setiap kali ia pulang dari luar kota. Dion sudah di buta kan oleh cinta nya.

Dan Atikah selalu saja mengirimkan banyak laki-laki untuk datang ke rumah Sarah setiap kali Dion sedang dalam perjalanan bisnis. Itu lah mengapa Dion selalu terbakar kemarahannya, karena semua bermula dari hasutan Atikah.

Sandara masih menatap ke arah pintu rumah nya, dan tiba-tiba saja pintu itu terbuka. Dion sudah pulang, namun ia tidak sendirian, Dion membawa Atikah, yang saat ini sudah menjadi istri sah nya.

" Hei kamu, anak sia*lan, sedang apa kamu duduk berdiam di situ, cepat ambilkan aku minum, aku haus. "

Suara Atikah yang terdengar sombong dan sangat meninggi itu berhasil membuat Sandara ketakutan untuk menatap mata nya. Sandara dengan segera beranjak dari duduk nya dan mengambilkan segelas air untuk Atikah.

*****

Kemudian...

Lima tahun sudah berlalu, kini usia Sandara sudah lima belas tahun. Selama lima tahun ini, Sandara hanya di kurung di dalam rumah nya, dengan berbagai pekerjaan yang harus ia kerjakan.

Dion dan juga Atikah bahkan tidak menyekolahkan Sandara. Mereka sengaja membuat Sandara tampak bodoh, dan memperbudak nya.

Hingga suatu ketika, Sandara melihat Atikah yang sedang berhubungan dengan laki-laki lain selain ayah nya di dalam rumah Dion. Dion saat itu sedang ke luar kota.

Atikah yang menyadari jika Sandara menyaksikan apa yang sedang ia lakukan itu pun dengan segera menghampiri Sandara. Dengan mata yang sudah sangat menyeramkan, Atikah menatap Sandara dengan tatapan penuh kebencian.

" Remon...kemari lah..."

Laki-laki yang bernama Remon itu pun menurut sekali dengan Atikah.

" Apa kau ingin menikmati gadis muda? "

Kemudian, tanpa sepatah kata pun, Atikah dan juga Remon memaksa Sandara untuk melakukan hubungan yang seharusnya tidak di lakukan oleh gadis seusia Sandara.

Setelah Remon melakukannya kepada Sandara, Remon pun pergi meninggalkan rumah Dion. Sandara masih menangis terisak di dalam kamar nya. Lalu Atikah menghampirinya...

" Jangan berani-berani kamu mengadu, jika kamu mengadu, akan aku buat kamu tersiksa seumur hidup mu. " Ancam Atikah yang kini tengah menjambak rambut Sandara.

Setelah satu minggu berlalu, Dion yang baru pulang dari perjalanan bisnis nya itu langsung berjalan menuju kamar nya, ia mencari sosok Atikah namun tidak menemukannya.

Kemudian, saat Dion menghampiri Sandara, Sandara terlihat terkejut. Sandara sedang memegang pisau di tangan nya. Karena kejadian yang menimpa nya tempo hari, Sandara berniat ingin membunuh Atikah. Tapi rencana nya itu gagal karena kedatangan Dion.

" Apa yang sedang kau lakukan? " Dion merampas pisau dari genggaman Sandara kemudian membuang nya.

" Emmppp...emmpphhh..." Rengek Atikah, yang saat ini sudah terikat di sebuah bangku dengan mulut yang sudah di isolasi.

Dion dengan segera melepaskan semua ikatan itu dan membiarkan Atikah untuk menjelaskan.

" Anak sia*lan... Dion, dia ingin membunuhku, sepertinya dia sudah tidak waras. Dia sudah gila, bawa saja dia ke rumah sakit jiwa, atau kalau tidak, dia akan kembali untuk mencoba membunuh ku. "

Dion yang sangat menuruti kata-kata Atikah itu pun langsung menyeret Sandara dan membawa nya ke rumah sakit jiwa . Sandara tidak memberikan reaksi apapun, ia membiarkan Dion menyeret nya dan memperlakukannya seperti hewan.

Sandara sudah tidak memiliki rasa apapun lagi, ia bahkan tidak merasakan sakit di tubuh nya ketika Dion memukul nya. Sandara hanya tersenyum dan itu semakin membuat Dion semakin menggila dan memukul nya terus menerus.

Setelah Dion memasukkan Sandara ke dalam rumah sakit jiwa. Ia kembali kepada Atikah, dan kehidupan Sandara yang sebenarnya pun di mulai setelah ia berada di rumah sakit jiwa selama tujuh tahun.

Sandara Wang, 22 Tahun, penuh kebencian dan ketidak percayaan.

Beri

Like

Comment

Vote

#2

*****

Sudah selama tujuh tahun Sandara terkurung di dalam rumah sakit jiwa. Dan pada hari ini, ia bisa merasakan kembali udara segar di luar rumah sakit jiwa. Sandara sudah membulatkan tekad nya, ia juga sudah menjalani berbagai macam tes kejiwaan. Dan kini ia sudah di nyatakan sembuh total.

Setelah keluar dari dalam rumah sakit jiwa, Sandara dengan langkah yang pasti, dan juga dengan keberanian yang telah dikumpulkannya saat berada di dalam rumah sakit jiwa itu. Dengan kepercayaan diri nya yang tinggi saat ini, Sandara pun kembali ke rumah di mana ia di lahir kan.

Tanpa penuh pertimbangan dan keraguan, Sandara membunyikan bel rumah nya. Dan ada seorang pelayan yang membukakan pintu rumah nya.

"Maaf nona, nona sedang mencari siapa? "

Suara lembut pelayan itu pun membuat Sandara tersenyum sumringah.

" Aku adalah Sandara Wang, putri kandung Dion Wang. "

Dengan sangat percaya diri Sandara menyebutkan nama ayah nya di depan pelayan itu.

" Oh!! Nona muda, maafkan saya nona, maafkan saya yang tidak mengenali nona muda, silakan masuk nona. "

Setelah mendengar bahwa Sandara adalah putri dari tuan nya, pelayan itu pun membungkukkan badannya dan mempersilahkan Sandara untuk masuk ke dalam rumah nya.

" Baiklah, terimakasih bi, dimana ayah ku? "

Saat sudah masuk kedalam rumah nya, Sandara langsung menanyakan keberadaan ayah nya itu. Lalu tiba-tiba saja raut wajah pelayan itu berubah menjadi sagat sedih.

" Ada apa? Kenapa bibi terlihat begitu murung? "

" Maaf nona, sebenarnya saya sudah lama sangat menantikan nona, saat ini tuan sedang berada di kamar nya, beliau sakit parah, dan tidak bisa menggerakkan sekujur tubuh nya. Tuan pernah berkata kepada saya, jika nona sudah kembali, tuan ingin segera menemui nona. "

" Lalu? Dimana sekarang ayah ku berada? "

Pelayan itu pun langsung membawa Sandara ke sebuah ruangan bawah tanah, di sana terlihat begitu gelap dan menyeramkan. Dan setelah sampai, Sandara melihat seorang pria yang sudah paruh baya tengah berbaring di atas tempat tidur yang sudah sangat lusuh.

" Ayah? "

Sandara langsung menghampiri ayah nya itu, Sandara tidak pernah membayangkan sebelumnya jika ia harus menyaksikan keadaan ayah nya yang sudah sangat menyedihkan seperti itu.

" Da...ra...ma...af...kan...a...ya...h."

Suara Dion terdengar sangat lemah, ia bahkan berbicara dengan tertatih-tatih.

" Sudahlah ayah, ayah jangan banyak berbicara. Dengan melihat keadaan ayah yang seperti ini, aku sudah bisa menebak. Ini semua pasti ulah wanita penyihir itu kan? Aku memang sangat kesal kepada ayah, tapi aku tidak pernah membenci mu, aku hanya membenci wanita penyihir itu, kalau bukan karena kehadiran nya, keluarga kita pasti akan tetap utuh. "

Hati Sandara semakin bergejolak, kebenciannya begitu amat dalam kepada Atikah. Dan terlebih lagi saat ini ia menyaksikan keadaan ayah nya yang sudah seperti itu.

Dion terlihat begitu menyesali perbuatannya, dan Dion juga merasa sangat bersalah kepada Sandara. Dion tidak tau bahwa Sandara sama sekali tidak menyimpan dendam kepadanya, padahal Dion sudah menyiapkan diri untuk menerima semua kebencian Sandara jika ia ingin membenci Dion.

" Ayah, aku memang tidak membencimu, tapi bukan berarti aku bisa dengan mudah melupakan semua perbuatan mu di masa lalu. Kau bahkan tidak pernah menganggap ku sebagai anak kandung mu lagi setelah kau bertemu dengan wanita penyihir itu. "

Lalu kemudian secara tiba-tiba Dion memberikan sebuah foto kepada Sandara. Sandara meraihnya dan melihat foto itu dengan seksama.

" Itu adalah foto tuan muda Berlin Saw, nyonya Atikah sedang mendekati ayah nya dan berencana ingin menikahinya, tetapi tuan muda Berlin tidak menyetujui nya, kemudian saya adalah utusan tuan muda, yang sengaja tuan muda kirimkan untuk merawat tuan Dion."

Pelayan itu menjelaskan secara rinci siapa pria yang ada di dalam foto tersebut.

" Lalu kenapa ayah berada di tempat seperti ini? "

" Itu karena tuan muda sengaja menyembunyikan tuan Dion agar nyonya Atikah tidak dapat menemukan tuan Dion. "

" Maaf aku belum mengerti, sebenarnya apa yang terjadi sehingga ayah harus bersembunyi dari wanita penyihir itu.? "

Sandara masih tampak kebingungan dengan situasi yang terjadi saat ini.

" Jadi, nyonya Atikah lah yang membuat tuan Dion menjadi lumpuh seperti ini, ia sengaja memberikan tuan Dion obat-obatan. Dan ayah dari tuan muda Berlin adalah sahabat dari tuan Dion. mereka sengaja ingin melenyapkan tuan Dion, tetapi tuan muda Berlin menyelamatkan tuan Dion. "

" Oh, jadi seperti itu, aku harus segera menemui wanita penyihir itu, dan memberinya pelajaran. "

" Nona, sebenarnya ada sebuah perjanjian antara tuan muda Berlin dan juga tuan Dion. "

" Perjanjian? Perjanjian apa? "

Sandara tampak semakin bingung setelah mendengar bahwa ada sebuah perjanjian antara ayah nya dan juga Berlin Saw.

" Tuan Dion berjanji jika tuan muda Berlin mau menyelamatkan hidup nya dari nyonya Atikah, maka tuan Dion akan menikahkan nona muda dengan tuan muda Berlin, dua tahun lalu istri dari tuan muda Berlin meninggal karena bunuh diri, dan semenjak itu tidak ada satu wanita pun yang mau menikah dengan tuan muda Berlin. "

" Apa? Menikah? Dan kenapa tidak ada wanita yang mau menikahinya? "

Bola mata Sandara pun berubah menjadi sangat besar dan bulat. Ia begitu terkejut mendengar isi perjanjian antara ayahnya dan juga Berlin Saw.

" Itu karena tuan muda Berlin tidak dapat mencintai seorang wanita. "

Sandara semakin tersentak dengan pernyataan pelayan tersebut.

" Apa maksud mu? Apa dia menyukai pria? "

Pelayan itu pun mengangguk dan seketika itu juga membuat Sandara tertawa terbahak-bahak.

" Lalu apa gunanya dia menikahi ku? "

" Itu semua untuk menjauhkannya dari berbagai gosip miring, dan untuk mempertahankan posisi nya untuk saat ini. "

" Sangat tidak masuk akal, bahkan aku yang pernah gila ini merasa ini adalah sesuatu yang lebih gila. "

" Tapi nona, hanya nona yang bisa menyelamatkan tuan Dion, dan nona juga bisa merebut kembali apa yang telah direbut nyonya Atikah dari tuan Dion. Semua harta kekayaan tuan Dion bahkan perusahaanya telah menjadi atas nama nyonya Atikah. "

Sandara menjadi semakin bingung dengan keadaan yang semakin kacau karena ulah Atikah.

" Baiklah, buatkan aku janji temu dengan tuan muda mu itu, dan nanti akan aku pertimbangkan. Aku hanya tidak ingin wanita penyihir itu mendapatkan apa yang dia mau. Tidak akan ku biarkan dia menikmati semua jerih payah ayah ku. "

Dengan penuh rasa percaya diri dan juga tekad yang bulat, akhirnya Sandara memutuskan untuk mempertimbangkan perjanjian antara ayah nya dan juga Berlin Saw. Di benak sandara saat ini hanyalah, sebuah kebencian yang sangat besar kepada Atikah, dan dendam yang sudah mendarah daging di dalam hati nya.

Berlin Saw, 30 tahun, tidak pernah mempercayai siapapun dan selalu bersikap angkuh.

Beri

Like

Comment

Vote

#3

*****

" Nona muda, kebetulan sekali, saya hampir saja melupakannya. Sebenarnya hari ini adalah hari ulang tahun tuan muda, dan biasa nya tuan muda selalu menghindari hari ulang tahun nya , dan tuan muda Berlin pasti akan datang kemari.

" Wah, ternyata hari ini adalah hari yang baik, bagus lah kalau begitu, aku akan menunggu nya di sini. Lagi pula ini adalah rumah ku. "

Sandara tidak menyadari bahwa rumah nya itu bukan lah milik nya lagi, melainkan milik Berlin. Dan pelayan itu pun sengaja tidak memberitahukannya kepada Sandara karena Dion melarang nya.

Sudah hampir enam jam lebih Sandara menunggu kedatangan Berlin, hingga Sandara tidak terasa telah tertidur di sebuah bangku di dalam ruangan Dion.

Krieeetttt...

Terdengar suara seseorang yang sedang membuka pintu, dan dia ternyata adalah Berlin.

" Bibi Sian, siapa gadis itu? Mengapa dia bisa tidur di sembarang tempat? "

Berlin terlihat risih melihat ada orang asing di dalam ruangan yang saat ini sedang ia datangi itu.

" Maaf tuan muda Berlin, dia adalah putri tuan Dion, nona muda Sandara. Dia baru saja keluar dari rumah sakit jiwa. "

" Oh, ternyata dia gadis gila itu. "

Berlin terlihat sedang mengamati setiap lekuk wajah Sandara yang saat ini sedang tertidur pulas itu. Kemudian Berlin melewati Sandara dan duduk di samping tempat tidur Dion.

" Tuan Dion, bagaimana? Apakah kau sudah siap? "

Dion mengangguk dan kemudian duduk dengan tegak di hadapan Berlin.

" Sandiwara mu sudah selesai, dan sekarang keadaan mu juga sudah semakin membaik. Semua berjalan sesuai rencana. Besok adalah hari pernikahan ayah ku dan juga istri mu, aku berharap kamu bisa hadir dan mengacaukan pesta itu. Bagaimana dengan suara mu? "

" Saya masih menjaga pita suara saya dan tidak banyak berbicara, saya hanya menjawab pertanyaan dari tuan muda Berlin. "

" Bagus, aku akan membawa putri mu dari rumah ini, dan aku akan langsung memperkenalkannya sebagai calon istri ku. Maka semua berita itu akan musnah dan aku akan menguasai seluruh harta Saw. "

Berlin begitu puas dengan rencana yang selama ini telah ia rencanakan. Dan setelah Berlin memperbaiki citra diri nya di hadapan para petinggi-petinggi, maka semua yang telah dimilikinya akan kembali kepada nya. Kakek nya pasti akan mempercayai nya kembali sebagai penerus ahli waris keluarga Saw.

" hei, bangunlah. "

Berlin menggoyang-goyangkan tubuh Sandara, sehingga Sandara merasa terganggu dan akhirnya terganggu dengan apa yang di lakukan Berlin.

Sandara membuka kedua mata nya, ia masih dengan samar melihat wajah Berlin yang saat ini tepat berada di depan wajah nya.

" Argghhh...siapa kau? "

sandara sangat terkejut sehingga ia tanpa sadar mendorong tubuh Berlin.

" Dasar wanita gila, kau benar-benar gila ternyata, berani sekali kau mendorong tubuh ku. "

Tatapan Berlin mulai menajam, aura nya pun menjadi suram. Sandara masih terdiam terpaku melihat Berlin dan juga mendengar kalimat yang begitu angkuh dan sombong yang keluar dari bibir manis Berlin.

" Nona, beliau adalah tuan muda Berlin. "

Pelayan itu terlihat khawatir melihat wajah Berlin yang sudah menyeramkan sambil menatap Sandara. Jadi pelayan itu memberitahukan kepada Sandara dengan berbisik di telinga Sandara.

" Tuan muda Berlin? Oh, jadi itu kau rupanya. "

Sandara yang mengetahui sosok di hadapannya itu adalah Berlin itu pun tanpa raasa takut menyebut nama Berlin.

" Kenapa kau begitu lancang? Berani sekali kamu terhadap ku? "

" Apa yang harus aku takuti? Siapa diri mu sampai aku harus takut kepada mu? "

Pelayan itu yang melihat sikap Sandara pun mejadi khawatir.

" Nona, tolong jangan berbicara seperti itu, saat ini hidup dan mati nona ada di tangan tuan muda Berlin.

Pelayan tersebut kembali berbisik di telinga Sandara. Sandara seketika itu menyipitkan mata nya dan mengerutkan dahi nya.

" Apa maksud dari perkataan mu itu? "

" Dara, Hentikan...kamu harus mengikuti apa yang di katakan tuan muda Berlin. "

Dion yang sudah tidak tahan menyaksikan putri nya yang sudah membuat Berlin marah itu pun akhir nya angkat bicara.

" Ayah? Ayah bisa berbicara dengan lancar? "

" Ini semua berkat tuan muda Berlin, dan kamu harus berterimakasih kepada nya, saat ini ayah tidak memiliki apapun, jadi ayah harap kamu mau untuk bekerjasama dengan ayah. "

Sandara menatap wajah Berlin tanpa rasa takut sedikit pun. Di dalam hati Sandara saat ini hanyalah, rasa ingin balas dendam kepada Atikah.

" Menarik sekali gadis gila ini, rupanya dia tidak mengenal rasa takut. Ini adalah sesuatu yang harus aku dapat kan untuk melawan semua cibiran-cibiran dari orang-orang yang telah meremehkan diri ku. '' Batin Berlin.

" Aku sudah tidak punya banyak waktu untuk basa-basi ataupun menjelaskannya kepada mu, sekarang ikutlah dengan ku. "

Berlin yang begitu ingin segera memperbaiki nama baik nya itu pun menjadi semakin tidak sabar, dan ingin segera membawa Sandara ke rumah nya.

" Tunggu? Kenapa aku harus ikut dengan mu? "

Sandara begitu terkejut ketika Berlin mengatakan bahwa dirinya harus segera ikut dengan Berlin.

" Apakah ayah mu tidak memberitahumu soal perjanjian yang telah dibuatnya dengan ku? Kau adalah milikku saat ini. Jadi turuti saja perkataan ku, jangan banyak bertanya, aku tidak menyukai wanita yang terlalu banyak bicara. "

" Sandara, tolong kamu turuti apa yang di katakan tuan muda Berlin. Ayah mohon...hanya kamu yang bisa membantu ayah saat ini. "

" Apa ayah menjual ku? Kenapa aku harus menuruti perkataan nya? Ini adalah hidup ku. Kalau memang perjanjian itu adalah, aku harus menikah dengannya, aku akan menikahi nya, tetapi aku tidak ingin ada orang yang bisa memerintah ku seenaknya. "

Sandara merasa terhina jika harus menuruti perkataan Berlin. Ia hanya ingin menikah untuk membalaskan dendam kepada Atikah. Sandara tidak ingin lagi menjadi budak dari seseorang.

" Sandara...!! Uhuk...uhuk...uhuk..."

Dion yang meninggikan suaranya itu sampai batuk-batuk karena pita suara nya yang masih rawan itu belum sepenuhnya pulih.

" Ayah? Ayah tidak apa-apa? "

" To...long...bantu ayah, sekali ini sa...ja..."

Sandara terlihat sedang memikirkan keputusan apa yang akan ia ambil. Lalu kemudian dengan sangat berat hati ia menuruti keinginan ayah nya itu.

" Baiklah ayah..."

Berlin yang sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi itu pun segera menarik tangan Sandara, dan membawa Sandara untuk segera masuk ke dalam mobil nya.

Dion membuka pintu mobil nya dengan kasar, kemudian melemparkan tubuh Sandara hingga tubuh Sandara meringkuk di dalam mobil Berlin.

" Dasar laki-laki tidak berperasaan. " Gumam Sandara, kemudian membenarkan posisi duduk nya.

Setelah sampai di kediaman keluarga Saw, Berlin dengan segera memperlakukan Sandara dengan sangat istimewa, berbeda sekali dengan sikapnya sebelum sampai di kediaman keluarga Saw.

Beri

Like

Comment

Vote

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!