CINTA!!!
Kata-kata itu yang selalu hadir di hidup kita. Kita selalu merasakan kehadiran dari sebuah kata cinta, tanpa kita mengetahui apa arti cinta yang sesungguhnya. Dulu gue sering berfikir bahwa arti cinta itu adalah perasaan dimana tumbuh disaat kita sedang memiliki perasaan dengan orang tanpa harus memikirkan elemen-elemen lain dari arti cinta itu.
Kenalin nama gue Ryanti Putri Syailendra. Diusia gue yang udah terbilang remaja, gue belum pernah bisa mengerti apa arti cinta yang sesungguhnya. Dalam pikiran gue, cinta itu ya... cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa yang sudah menciptakan segala kehidupan yang ada di gue, cinta kepada orang tua gue yang selalu sayang sama gue, cinta kepada guru yang selalu memberi ilmu ke gue, dan cinta kepada temen-temen gue yang selalu ada di setiap gue susah maupun senang. Hanya itu yang gue tau tentang cinta saat ini, gak ada arti lebih dari kata cinta yang gue tau. Tapi, walaupun gue gak tau arti cinta yang sesungguhnya itu apa? Gue udah cukup bahagia dengan orang-orang yang bisa mencintai gue, seperti keluarga dan teman-teman gue.
Gue hidup dari keluarga yang bahagia dan harmonis, walaupun bukan dari keluarga yang banyak harta. Bokap gue pekerja serabutan sebagai kuli bangunan, nyokap gue hanya tukang cuci dan tukang masak di tetangga gue yang lumayan kaya. Tapi, gue udah cukup bahagia hidup bersama keluarga gue ini. Gue anak pertama, dan gue punya adik perempuan yang bernama Risa, perbedaan usia kita 4 tahun. Dan gue pun bahagia dikelilingi teman-teman yang sangat baik dan perhatian. Ya...walaupun banyak konflik yang selalu kita hadapi, tapi dengan adanya sahabat konflik apapun akan teratasi.
Berawal dari ekskul di sekolah diawal pelajaran tahun 2007. Di sekolah SMA ini, sekolah yang gak cukup bergengsi di daerah Tangerang gue, Rere, Via, Yani, Andi, Ria , dan Fifi bertemu. Kami mengikuti ekskul yang saat itu sangat ditakuti anak-anak sekolah yaitu PASKIBRA. Gue gak tau pastinya kenapa mereka paling anti dengan ekstrakulikuler yang satu itu. Mungkin... takut kulitnya jadi hitam dan buluk kali ya he-he-he. Tapi, buat gue dan sahabat-sahabat gue ekskul itu gerbang untuk mencapai pertemanan yang tulus. Disini kita dilatih untuk mempunyai sifat solidaritas, selalu belajar merasakan apa yang sedang dirasakan teman kita sendiri. Dan di ekskul itu juga kita mengerti apa arti sebuah kata cinta yang tulus untuk teman terbaik kita.
"Ayo... gerakan terus langkah kaki kalian. Langkahkan dengan lantang!!! Paskibra tidak takut jatuh, tidak takut mati. Takut mati jangan hidup, takut hidup mati sekalian," suara senior gue terdengar dengan sangat lantang.
Kala itu matahari memang benar-benar tak sedang bersahabat. Matahari bersinar dengan sangat terang-terangnya, dan benar saja itu yang membuat kulit kita terlihat sedikit menghitam. Tapi panasnya sinar matahari gak pernah bisa menghentikan kita untuk berhenti berlatih, karena walaupun capek tetap menyenangkan. Dan sampai sore pun kita masih semangat untuk berlatih, tapi sore itu kita harus berhenti dan bersiap-siap untuk pulang. Gue, Rere, Via, Yani, Andi, Ria, dan Fifi berkumpul sebentar. Kita nongkrong di warung dekat sekolah. Ya, sambil julitin orang-orang yang lewat, biasa kita kumpulan anak-anak yang suka gosip dan bercanda.
"Woy, lo tau gak? Diem-diem Ryanti lagi suka sama senior kita," Via pun mulai ember.
"Hah, siapa Vi?" Ria yang selalu kepo langsung bersuara.
" Ih, apaan sih lo. Siapa juga yang suka sama senior, gue gak suka tapi cuma kagum doank," gue pun yang gak mau siapa pun tau berusaha ngeles semampu gue.
"Ye, itu mah sama aja Ry," Yani pun ikut meledek.
"Si Rere juga lagi naksir tuh sama senior paskibra kita," Fifi pun tak mau kalah membuka rahasia.
"Hah, siapa-siapa? Ayo dong cerita," Andi pun yang dari tadi diam mulai ikut-ikutan kepo.
"Apaan sih? Fifi mah boong tau. Siapa juga yang suka sama senior. Bener kata Ryanti tuh, cuma kagum doang," Rere pun tak mau kalah mengelak.
"Dih, ngapain lo ikut-ikutan alesan gue. Kalo mau ngeles mah cari alesan yang lain kali..." Gue pun ikut meledek Rere yang entah kenapa mukanya memerah.
"Ye, siapa juga yang ikut-ikutan. Wee...," Rere yang merasa malu langsung menjulurkan lidah. Tanpa basa basi gue pun langsung memukul kepala Rere selagi dia tidak menyadari, dan gue pun langsung kabur.
" Aduh, sakit kepala gue Ry. Awas lo ya gue kejar," Rere pun mengejar gue yang udah terlanjur berlari jauh, di ikuti anak-anak lain.
Malam hari pun terasa dingin. Malam itu gue gak melakukan apa-apa, karena mau belajar pun gue bingung, catatan pelajaran pun semuanya sudah tertinggal jauh. Biasalah, anak ekstrakulikuler mendapatkan dispensasi selama sebulan untuk serius berlatih PASKIBRA, tapi setelah upacara 17 Agustus nanti sudah dilaksanakan, kami semua kembang kempis mengejar pelajaran yang tertinggal.
Sedang enak-enaknya melamun tiba-tiba ada SMS masuk dari Via.
(Ry, lagi apa lo? bete nih gue. Temenin gue SMS-an yuk?)
(Iya, gue lagi rebahan aja dikamar sambil ngelamun)
(Ngelamun apa lo? Ngelamun si Surya ya?)
(Ha-ha-ha mau tau aja deh lo. Lagi ngelamun jorok gue)
(Ye, biarin!!! Gue kan KEMAL)
(Apaan tuh KEMAL)
(KEPO MAKSIMAL HA-HA-HA eits... tunggu tadi lo bilang apa? lagi ngelamun jorok? lagi ngelamun ciuman sama si Surya lo ya?)
(Dih, apaan sih lo)
(Seriusan gue, lo lagi mikirin Surya kan?)
(Gak tuh, lagi ngapain gue mikirin Surya. Gue kan gak terlalu suka sama Surya, cuma kagum)
(Dari kagum awalnya tapi nanti lama-lama jatuh cinta)
(Jiah... lebay lo)
(Iya bener tau. Awas aja lo ya bilangnya kagum tapi nanti pacaran)
(Iya, gak akan gue pacaran sama dia)
(Eh Ry, lo tau si Rere suka sama siapa? Gue penasaran dia suka sama senior kita siapa?)
(Gak tau gue. Kalo pun tau gue gak mau kasih tau ke lo. Ha-ha-ha)
(Dih, kok lo jahat sama gue sih beb)
(Ha-ha- ha bercanda Vi. Lagian gue beneran gak tau. Kan kalo masalah kaya gini si Rere ceritanya cuma sama Fifi)
(Iya juga sih, walaupun kita deket tapi kalo masalah curhat-curhatan belum pada sering terbuka)
(Iya,kaya gue kan kalo cerita apa-apa cuma sama lo. Tapi lo nya malah ember)
(Ha-ha-ha abis mulut gue gatel beb mau kasih tau ke mereka. Biar gak cuma gue doang yang tau)
(Gak sekalian lo ngomongnya dari speaker sekolahan, biar orangnya pun tau)
(Ha-ha-ha lagi gue rencanakan)
(Sue lo beneran mau ngomong pake speaker sekolahan. Yang ada gue malu sampe gue lulus Vi)
(Gak akan malu kalo lo beneran jadian sama dia)
(Gue gak akan jadian Vi sama dia)
(Kenapa?)
(Gue tuh beneran cuma kagum doang sama dia, kagum karena sifatnya dia yang lembut dan dewasa tapi dia terlalu kalem buat gue Vi.Kan lo tau gue, kalo gak di ajak ngomong duluan gak akan ngomong. Sampe sini lo bisa paham kan kalo orang kalem pacaran sama gue jadinya gimana tuh hubungan nantinya?)
(Iya juga sih gak masuk kriteria lo dia)
(Iya udah kalo lo paham)
(Terus, gak jadi nih gue kasih tau orang-orang? Kan niat gue mau nyebarin juga biar orang-orang tau. Dan kali aja lo beneran jadian)
(GAK USAH MACEM-MACEM. Udah ah! Gue mau molor. Cape gue. Besok kita latihan lagi)
(Oke siap. Met bobo bebeb).
Krrrrriiiiiinnnnnggggg!!!
Krrrrriiiiiinnnnnggggg!!!
Krrrrriiiiiinnnnnggggg!!!
"Ry, bangun. Jam weker kamu tuh sudah bersuara dari tadi loh. Jadi cewek susah banget sih bangun paginya," suara nyokap gue yang terdengar jelas di telinga gue.
"Iya, mah," gue pun menjawab dengan suara malas.
"Buruan mandi, abis itu sarapan. Mamah sebentar lagi mau berangkat kerja ke Bu Lulu ya," suara nyokap gue pun semakin nyaring terdengar di telinga.
"Iya,"
Kurang dari setengah jam gue pun siap dengan kaos putih polos dan rok SMA pendek, sebenarnya saat itu sekolahan gue sudah melarang cewek SMA untuk menggunakan rok pendek dan harus menggunakan rok panjang. Walaupun tidak menggunakan jilbab pun saat itu peraturannya semua cewek di sekolah gue harus menggunakan rok panjang. Tetapi karena sekarang gue harus latihan PASKIBRA jadi pihak sekolah memperbolehkan siswi yang ikut ekskul tersebut menggunakan rok pendek. Bisa lo pada bayangin kan? Kalo lagi latihan PASKIBRA pakai rok panjang sedangkan kita harus angkat kaki sampai sejajar pinggang dan harus melangkah kaki dengan lebar, pasti ribetnya minta ampun. Setelah selesai beres-beres kamar dan selesai mandi gue keluar dari kamar.
"Ry, sarapan dulu. Mamah udah bikin sarapan," kata nyokap gue sembari minum teh hangat andalannya dan sepiring pisang goreng hangat. Memang setiap pagi nyokap dan bokap gue selalu sarapan dengan teh hangat dan sepiring gorengan. Mereka gak biasa kalo pagi-pagi sarapan dengan sepiring nasi, katanya takut ngantuk waktu kerja he-he-he, beda sama gue kalo gak sarapan nasi ya lemes deh sampai siang, ha-ha-ha.
"Iya mah," gue pun langsung ke dapur untuk menyendok sepiring nasi beserta lauknya. Setelah selesai membawa sepiring nasi gue langsung duduk disamping adik gue yang duluan sarapan. Adik gue saat ini berusia 11 tahun dan dia sedang sekolah di salah satu SD dimana dulunya gue juga pernah sekolah disitu juga. Ya, maklumlah karena keluarga gue cuma dari keluarga sederhana jadi ya adik gue juga sekolah di sekolah yang sama kaya gue. Maklum, dulu itu sekolah adalah sekolahan negeri yang paling murah. Kalo gak salah inget bayar SPP aja waktu itu cuma 5.000 rupiah. Coba lo bayangin sama sekolahan jaman sekarang? ya ampun jauh banget, 5.000 dulu bisa buat sekolah sedangkan 5.000 sekarang cuma bisa beli seblak, itu pun toppingnya gak lengkap. Ha-ha-ha.
"Mamah berangkat ke Bu Lulu ya," kata nyokap gue yang dirasa perutnya sudah terisi penuh.
"Bapak juga mau berangkat," bokap gue pun ikut berdiri dan bokap gue pun langsung ganti baju dengan kaos panjang agar gak terlalu panas saat matahari sedang terik-teriknya, dan celana pendek tidak lupa menggunakan sepatu booth.
"Dede juga lah mau berangkat," adik gue pun langsung berdiri.
"Kamu berangkat sendiri berani kan?" kata nyokap gue.
"Iya berani mah," adik gue pun salim dengan kedua orang tua gue dan langsung berangkat.
"Mamah sama bapak berangkat duluan ya Ry. Bekel kamu sudah mamah siapin ya di dapur, menunya tetep harus sama kan telor, tahu, tempe sama bayam? kamu masih nungguin Via?" kata nyokap gue yang masih ngeliat gue sibuk dengan sarapan.
"Iya mah menunya tetap itu, kan emang disuruh sama seniornya gak boleh menu yang lain harus sama menunya tiap hari. Iya masih nungguin Via dulu mah," gue pun berdiri untuk salim ke nyokap dan bokap gue.
"Nanti jangan lupa kunci pintunya ya, terus taruh di sepatu," kata bokap gue yang selalu mengingatkan.
"Iya pak," gue pun melanjutkan sarapan dan nonton tv sembari menunggu Via yang belum datang.
"Assalamualaikum," terdengar suara Via dari luar.
"Walaikumsalam," gue pun menjawab salam Via dan langsung keluar.
"Bentar ya Vi," kata gue yang langsung keluar menemui Via, dan kembali masuk untuk mengambil tas dan bekal yang menunya harus sama yaitu telor, tahu, tempe, dan sayur bayam. Gue pun sampai sekarang masih bingung sama senior gue kenapa menunya harus selalu sama sampai bosen gue tiap hari makannya itu terus. Sampai acara kegiatan PASKIBRA selesai pun gue gak mau makan makanan menu itu saking bosen-nya.
Gue pun keluar dan berangkat sekolah bersama best friend gue yaitu Via. Gue juga sebenernya belum lama kenal Via, ya... kira-kira baru berapa bulan gue kenal. Awalnya gue dikenalin sama tetangga gue yang juga kakak kelas gue. Maksud tetangga gue ngenalin gue ke Via karena biar lebih banyak teman dan biar gue berangkat dan pulang sekolah gak sendiri-sendiri banget gitu... ya walaupun ujung-ujungnya gue pulang sendiri kadang-kadang soalnya Via dijemput sama cowoknya. Apalah gue yang dari dulu gak pernah punya cowok ha-ha-ha. Awalnya gue gak ada niat sama sekali buat masuk di sekolah SMA yang terbilang biasa aja waktu itu, malahan kalo setiap orang tahu gue sekolah dimana, mereka langsung tahu dan bilang "oh... sekolahan yang anak muridnya sering tawuran ya". Entah gosip dari mana itu tapi selama gue sekolah di sana gak pernah sama sekali gue dengar kabar sekolahan di tempat gue pada tawuran anak muridnya. Ya... sudahlah!!! namanya juga gosip, justru di sekolah ini membuat semuanya terkesan. Gak cuma Via yang menjadi best friend gue selama di SMA ini. Disekolah gue dan teman-teman gue sering disebut dengan "geng tangga" ya... gue sih gak tahu ya tuh sebutan datengnya darimana, dan tahu gak? kenapa mereka nyebut gue dan teman-teman gue dengan sebutan "geng tangga" ya... karena gue dan teman-teman gue sering nongkrong di tangga sekolah sembari gosipin orang-orang yang lewat sembari meledek mereka. Di Geng gue ini ada gue, Via, Yani, Rere, Ria, Fifi, dan Andi. Tapi di geng gue ini gak ada yang namanya ketua geng, semuanya netral. Kita bertujuh selalu berkumpul bersama saat jam istirahat, karena saat pelajaran sudah normal kita gak satu kelas. Gue yang sekelas sama Rere, Ria, Fifi, sedangkan Via, Yani, dan Andi mereka beda kelas dengan kita. Dari ekstrakulikuler kita selalu bersama, dan kita pun sering jalan-jalan bareng, pokoknya kemana-mana selalu bareng deh eiiiiittssss... kecuali ke toilet ya!!! Gak mungkin kan si Andi ikut kita yang cewek-cewek masuk ke toilet perempuan. Walaupun dia cowok sendiri, bukan berarti dia banci ya. Dia tetap cowok sejati kok, tapi mungkin karena dia lebih nyaman berteman dengan kita, ya... apa salahnya kan? Udah cukup cerita tentang Geng gue. He-he-he.
"Tumben lo Vi. Gak dijemput Konde? Biasanya mau pulang sekolah, mau berangkat sekolah sama-sama dia terus. Udah kaya sendal sama kaki," gue pun menyindir Via.
"He-he-he gue lagi berantem beb," Via pun menjawab dengan cengengesan gak jelas.
"Huh... kalo lagi berantem aja lo ke gue, kalo lagi seneng gue dilupain," gue yang semakin gencar meledek Via.
"Gak gitu beb, jangan ngambek dong," Via pun berusaha merayu. Dan gue pun hanya diam pura-pura semakin marah ke Via. Selama di jalan gue pun hanya diam, karena tak ada suara sedikit pun yang dikeluarkan dari mulut teman gue yang super bawel setelah gue pura-pura marah tadi. Ya... mungkin dia lagi sms-an sama cowoknya. Ya... itu sih urusan dia, yang penting gue tenang selama di jalan. Kurang dari sejam gue pun akhirnya sampai di depan gerbang sekolah. Di dalam sekolah teman-teman gue lainnya ternyata sudah berkumpul ditempat biasa, di tempat yang membuat kita selalu di panggil dengan sebutan "geng tangga".
"Woy, kemana aja lo baru dateng?" Rere pun berteriak dari lantai atas.
"Biasalah... abis ketemu cowok ganteng. Jadi kita belok sebentar," Via pun berteriak saat gue dan Via ditengah lapangan. Sontak, anak-anak yang sedang nongkrong di depan kelas, yang sedang nongkrong di kantin pun menunjukkan pandangannya kearah kita berdua.
"Lo apa-apaan sih Vi? Gak usah teriak di tengah lapangan juga kali... Lo gak liat semuanya pada ngeliatin kita," gue pun marah-marah ke Via karena gue merasa risih semua mata melihat ke arah gue dan Via.
"Ha-ha-ha biarin aja sih Ry, kita kan cantik wajarlah diliatin," Via pun cengengesan sambil berjalan melenggang layaknya model.
"Ih, jijay banget sih gue liat lo Vi," gue pun ngoceh melihat tingkah laku teman gue yang satu itu. Gue pun menyusul Via yang sudah jalan duluan ke atas.
"Woy, senior-senior emang belum pada dateng? kok dari tadi gue belum liat?" Via pun celingak celinguk.
"Udah, ada tuh lagi pada kumpul di ruangan Paskib," Rere pun menjawab dengan mulut penuh berisi batagor bang kumis.
"Lah... terus pada ngapain malah pada nongkrong di tangga, bukannya pada masuk ruangan," gue pun heran melihat teman-teman gue yang hobby banget pada nongkrong di tangga.
"Iya kan namanya juga "geng tangga". Ya, kita harus absen dulu dong di tangga," Andi pun menjawab dengan bangganya.
"Dih... apaan sih lo Ndi? bangga banget kayanya," kata gue dengan wajah sok geli. Gue pun langsung menuju ke ruangan Paskibra, dan anak-anak lain pun mengikuti.
Di dalam ruangan sudah banyak senior-senior yang sudah datang. Mereka saling canda tawa, ada juga yang wajahnya serius sedang curhat dengan temannya. Gue dan Via pun duduk sebangku, disamping gue ada Rere dan Ria, dan dibelakangnya ada Andi dan Roni, sedangkan dibelakang gue ada Yani dan Fifi.
"Woy... pitak!!! Diem aja lo, lagi sariawan," Roni pun memukul kepala Rere.
"Lo ngomong sama gue? Apa sama sepatu gue?" Rere pun bertanya dengan wajah sok.
"Ngomong sama rambut lo, yang bentuknya udah kaya mic masjid," Roni pun meledek Rere yang memang suka banget menguncir rambutnya dengan model cepol.
"Sialan lo ya rooooooooonnnntoookkk...,"Rere pun kesal sampai memanggil Roni dengan sebutan rontok. Dan mereka berdua pun saling meledek satu sama lain. Gue dan anak-anak lain cuma bisa nyengir melihat tingkah laku mereka berdua. Sekejap gue terdiam melihat senior gue yang bernama Surya masuk, dia pun tersenyum setelah melihat gue. Gue pun hanya bisa membalas dengan senyuman pula. Entah kenapa setelah senior gue yang satu ini masuk Rere pun langsung terdiam seribu bahasa, bahkan ledekan yang Roni lemparkan ke Rere gak digubris pun oleh Rere. Saat itu gue kira memang senyuman senior gue yang satu itu bisa membuat semua menjadi tenang.
"Cie... bebeb senyum-senyum ngeliat bang Sur," Via pun mulai melempar ledekan.
"Apaan sih Vi. Orang dia senyum sama gue, ya pastilah gue bales. Masa gue diemin," gue pun hanya bisa sok-sok an cemberut setelah Via meledek. Padahal mah dalem hati "adem banget tuh senyuman".
Matahari pun sedang tak bersahabat siang itu. Teriknya matahari membuat siswa dan siswi malas untuk keluar sekalipun itu sedang jam istirahat. Hanya ada 5 atau 6 orang yang keluar kelas untuk sekedar membeli minuman. Namun, seperti apa yang gue bilang panasnya terik matahari gak akan pernah bisa menghalangi kami, anak-anak paskibra untuk berlatih. Di panasnya matahari siang ini kita tetap semangat menghentakkan langkah kaki kita untuk berlatih.
"Ayo... hentakkan yang lantang kaki kalian. Ingat paskibra tidak takut jatuh, tidak takut mati. Takut mati jangan hidup, takut hidup mati sekalian," suara senior gue yang bernama Vindi itu terdengar sangat lantang. Kata-kata itu yang selalu diucapkan oleh senior gue disaat latihan. Seakan itulah kata-kata penyemangat untuk kita semangat berlatih.
Dan setelah beberapa jam kita berlatih, akhirnya kami diijinkan untuk beristirahat.
"Sudah waktunya istirahat. Sekarang kalian istirahat saja dulu. Tapi... ingat jangan ada yang minum es, karena kalian seharian ada dibawah matahari. Jadi, kalo kalian minum es kalian bisa panas dalam dan nanti kalian jadi gampang sakit. Kalo ada yang ketahuan minum es akan saya jemur di lapangan sampai waktunya pulang sekolah," kata senior gue yang menjelaskan sesuatu yang pada dasarnya untuk kebaikan kita juga.
"Baik bang," serentak pasukan paskibra menjawab kata-kata dari bang Vindi.
"Oke silahkan,"
"Makasih bang,"
Dan kita pun serentak bubar dari barisan. Ada yang menuju toilet, ada yang langsung duduk-duduk di pinggir lapangan, ada yang langsung menuju mushola untuk melaksanakan ibadah shalat Dzuhur, dan ada pula yang langsung makan siang. Semua sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Para senior tidak pernah memaksakan juniornya untuk melakukan apapun saat jam istirahat.
"Woy, ayolah kita serbu pak kumis. Gue lagi pengen makan batagor nih," Rere pun langsung bersuara, mungkin sejak tadi dia sudah memikirkan apa yang ingin dia makan.
"Emang lo belum kenyang Re? Kan barusan kita abis makan nasi," gue pun langsung kaget setelah mendengar Rere masih ingin makan batagor.
"Ayolah," Via pun ikut nimbrung.
"Lo juga belum kenyang beb?" gue pun langsung melirik ke arah Via.
"He-he-he kayanya belum deh. Soalnya gue juga masih pengen makan," Via pun menjawab dengan gaya cengengesan-nya itu. Dengan tatapan yang heran gue dan yang lainnya tetap jalan menuju kantin untuk menemani mereka yang masih aja mau ngunyah.
"Woy, nanti sebelum pulang kita nongkrong yuk!" kata Rere yang terburu-buru sambil mengunyah batagor yang langsung dia lahap.
"Yah... gue gak bisa beb," Via pun cengar cengir.
"Ah... lo mah kebiasaan deh. Selalu gak bisa," kata Ria.
"Ya kan lo udah pada tahu beb," Via pun cengar cengir seperti biasanya.
"Ya kan lo pada tau cuy, si Via tuh sama cowoknya udah kaya kaki sama sendal harus selalu bersatu," gue pun mulai menyindir Via dengan melirik tajam kearahnya.
"Ya apalah kita ya guys para jomblo," Rere pun tak mau kalah menyindir Via.
"Iya disini kan yang gak jomblo cuma Via, sisanya jomblo semua. Vi sana, lo bukan geng kita, lo beda sendiri," Yani pun ikut meledek Via.
"Dih... bebeb kok gitu sih," Via pun cemberut ala-ala sok cantik.
Tak terasa jam istirahat pun sudah berlalu. Gue dan teman-teman pun kembali ke lapangan untuk melanjutkan latihan paskibra hari ini. Walaupun teriknya matahari semakin memancarkan cahayanya, namun tak menyurutkan semangat kita untuk berlatih. Dan tak terasa sekitar seminggu lagi kita akan menunjukan hasil yang kita perjuangkan selama sebulan latihan ini
1, 2, 3 jam telah berlalu, jam pulang sekolah pun sudah berbunyi. Murid-murid yang lain pun segera bergegas untuk pulang. Begitu pun kita yang langsung memberhentikan latihan kita. Gue pun segera membereskan perlengkapan.
"Vi, lo buru-buru amat sih? Emang lo udah dijemput?" gue pun langsung menanyakan Via setelah melihat dia yang selalu terburu-buru saat jam pulang sekolah.
"Iya, biasalah beb. Lo kan tahu cowok gue selalu on-time kalo jemput gue. Nanti kalo gue lama dia bakalan marah-marah," Via pun menjawab dengan sembari sibuk memasukan semua perlengkapan kedalam tas.
"Lempar aja pakai sepatu kalo marah-marah mulu. Cowok kok kaya perempuan lagi datang bulan hobby-nya marah-marah mulu," gue yang selalu sewot kalo melihat gaya pacaran mereka.
"Dih, lo mah beb. Masa cowok gue mau dilempar pakai sepatu, kan kasiyan beb," Via pun cengengesan.
Dan sebelum pulang biasanya para senior memberikan arahan untuk segera pulang dan langsung beristirahat di rumah, karena esok hari kita masih terus lanjut untuk latihan. Setelah semuanya selesai, anak-anak langsung pada bubar masing-masing, ada yang masih mengobrol di sekolah, ada yang langsung pulang dengan pacarnya atau pulang sendiri, ada juga yang nongkrong dulu kaya gue dan teman-teman gue. Gue dan teman-teman gue biasanya ngumpul dulu sebelum pulang di tukang es kelapa yang gak jauh dari sekolahan gue.
"Ry, lo tahu cowoknya si Via masih sekolah apa udah kerja?" Ria pun mengawali obrolan.
"Udah kerja deh kayanya, tapi gue gak tahu kerjanya dimana," kata gue sambil menyeruput es kelapa yang segar.
"Emang lo gak terlalu dekat sama cowoknya Via?" Fifi pun ikut berkomentar.
"Gak, ketemu aja juga ya... gitu kalo cuma sekedar gitu doang. Kalo si Via lagi dijemput terus gak sengaja ngeliat," gue pun dengan sabar menjawab satu persatu pertanyaan teman-teman gue.
"Lah terus lo Yan, deket sama cowoknya Via?" kata Rere.
"Lah... si Ryanti aja yang deket sama Via aja jarang ngobrol sama cowoknya Via, apalagi gue," Yani pun yang sedari tadi hanya memperhatikan kaget.
"Iya kirain, kan lo kadang pulang bertiga sama Via. Kali aja di angkot si Via cerita cowoknya gimana-gimana gitu," kata Ria.
"Jangan kan ngobrol nama asli cowoknya Via aja gue gak tahu. Gue tahunya panggilannya Konde aja," gue pun menjawab apa adanya.
"Konde?" kata Ria.
"Iya,"
"Lucu amat namanya Konde, gak ada nama yang lebih bagus apa?" kata Ria.
"Iya namanya juga cowok Ri, pasti dipanggilnya pakai nama samaran. Protes aja lo mah," kata Fifi yang dari tadi juga diam dan akhirnya kesal mendengar Ria yang selalu aja protes.
"Eh... sebentar lagi udah mau pengibaran nih. Gue dag-dig-dug berhasil gak ya kita?" kata Andi mengalihkan pembicaraan.
"Iya nih, gue juga dag-dig-dug takut salah gerakan pas harinya. Biasanya kan suasana pas latihan sama suasana pas harinya beda. Pasti lebih tegang suasana pas hari H nya," kata Fifi.
"Iya mudah-mudahan sih semuanya lancar," kata Yani.
"Iya abis itu, kita kembang kempis ngejar pelajaran yang kita udah ketinggalan jauh," kata Rere.
"Iya, ngejar catatan selama sebulan yang ketinggalan. *Oh My G*od," kata Andi dengan gayanya yang sok lebay.
"Iya ya, aduh pusing duluan gue mikirnya. Udah ah... udah sore mau pulang gue. Nanti keburu magrib gue sampai rumah. Yan, lo pulang bareng gue gak?" gue pun langsung berdiri setelah melihat dari kejauhan ada angkot yang lewat.
"Iya gue pulang bareng lo lah. Ngapain gue pulang sendirian," kata Yani yang langsung berdiri.
"Okay, let's go. Gue balik duluan cuy, rumah gue paling jauh soalnya," kata gue.
"Okay, gue juga mau balik ah. Capek mau rebahan," kata Rere yang juga siap-siap untuk pulang, dan diikuti yang lainnya.
Begitulah kegiatan gue selama latihan Paskibra. Hari-hari kita lalui dengan rutinitas yang sama.
Hari-hari pun telah berlalu, tak terasa 3 hari lagi kita akan menunjukan hasil dari sebulan kita latihan. Gue udah gak sabar apakah lelah gue selama ini, hasil gue selama ini sampe gue merelakan kulit yang gue jaga selama ini berubah menjadi hitam, bisa berhasil dan membanggakan sekolah. Hari ini adalah latihan terakhir kita dibawah teriknya matahari. Karena besok kita gak latihan tengah hari bolong, tapi kita akan diuji kekuatan fisik dan keberanian kita. Iya, awalnya gue gak tau kalo bakalan ada uji-uji yang lainnya, gue aja awalnya heran gue mau mengibarkan bendera cuma di sekolah aja ujiannya udah kaya mau masuk TNI berat banget ha-ha-ha. Jadi, senior kita tuh bilang, besok kita harus nginep di sekolah, katanya kita mau diuji keberanian dengan menginap malam-malam di sekolah. Dan bukan itu juga kita disuruh latihan malam-malam, sekalipun itu kita lagi terlelap-lelapnya tidur kalo memang senior bilang "Latihan" kita harus siap menyiapkan jiwa raga kita untuk benar-benar latihan, katanya itu uji kesabaran. Pokoknya katanya apapun kegiatan malam besok itu tentang uji menguji kita.
Pagi ini pun gue melakukan aktivitas seperti biasa, bangun tidur beres-beres kamar, mandi, lalu memakai seragam latihan, lalu dilanjutkan sarapan. Hari ini gue gak berangkat sama Via, karena ya, lo bisa tebak sendiri lah!!! Dia berangkat dianter pacarnya. Apalah gue yang jomblo ini yang selalu kemana-mana sendiri. Dan setelah semuanya selesai gue pun segera berangkat, beda saat gue berangkat sama Via. Kalo gue berangkat sama Via nunggu angkot aja bisa sampai 15 menit lebih, tau kenapa? Iya, karena Via selalu pengen naik angkot yang bagus, kaya gimana sih angkot yang dibilang bagus? Angkotnya harus bersih, modifnya harus kece kaya ada tulisan di depan kaca angkotnya, bamper-nya harus ceper, dan satu lagi harus full musik. Gue juga heran kenapa si Via harus milih-milih angkot yang harus kece kaya gitu? Kalo harus full musik sih gue masih bisa maklumi ya, karena kan perjalanan dari rumah gue sampe sekolah tuh hampir setengah jam perjalanan, belum lagi kalo ada acara macet-macet sampai bete sendiri kita di dalam angkot! Kalo bisa bertelur, bertelur deh kita di dalem angkot. Nah, karena hari ini gue gak berangkat bareng Via ya udah ada angkot gue langsung naik tanpa liat-liat ada musiknya apa gak, bentuk angkotnya kaya gimana, bahkan gak liat-liat supirnya udah tua apa masih muda. Hajar aja deh kalo lagi sendirian mah, daripada gue encok sendirian di pinggir jalan. Selama di jalan gue cuma bisa memandangi jalan, kebiasaan gue kalo di angkot gue selalu duduk di bangku 4 orang dan duduk di pojokan. Selama di jalan baru ada 3 orang yang naik di angkot itu, dan hal yang paling gue sebel tuh kalo naik angkot ya... kalo penumpangnya cuma beberapa pasti ngetemnya selalu lebih dari 5 menit tiap gang. Lo bisa bayangin dong berapa gang dari mulai gue berangkat sampai sekolah selalu berhenti dan ngetem. Gak ngetem aja perjalanan gue hampir setengah jam, ini tiap gang berhenti dan ngetem bisa sejam gue sampe sekolahan. Disini seketika gue bisa menyimpulkan kenapa Via selalu milih-milih naik angkot. Karena kalo angkot yang bagus pasti selalu bisa menarik perhatian orang, jadi tanpa ngetem pun orang langsung naik, dan inilah fungsi sebenernya dari nyari angkot yang full musik. Kita jadi gak bete kalo kejadiannya kaya gue ini yang tiap gang selalu berhenti dan bikin mood berubah pagi-pagi.
Dan benar aja sejam lebih perjalanan gue dari rumah kesekolah. Padahal biasanya kalo sama Via walaupun kita nunggu sampe 15 menit lebih tuh angkot lewat, tapi pasti sampai-nya lebih cepat. Gak kaya gue sekarang nunggu angkot gak lama,tapi sampai-nya lama. Gue jadi bingung harus menerapkan sistem pilih-pilih angkot apa gak kalo lagi berangkat sendiri kaya gini. Tapi, kalo sendirian kan malu kalo harus berdiri lama-lama di pinggir jalan, ya sudah lah ya... Sampai didalam sekolah anak-anak yang lain sudah mulai bersiap-siap di lapangan, gue pun dengan sigap berlari ke arah ruang paskib dan langsung menaruh perlengkapan yang gue bawa, hanya handuk dan topi yang gue ambil dari tas. Dan dengan cepat gue langsung berlari lagi ke lapangan, padahal sumpah gue haus banget.
"Ry, lo kok baru dateng sih? Biasanya kalo sama gue gak pernah telat kaya gini," Via pun langsung bertanya setelah melihat gue yang ngos-ngosan karena mendadak lari-larian sebelum kena hukuman dari senior karena telat.
"Anjir... angkotnya ngetemnya lama banget Vi. Tiap gang di berhentiin sama tuh supir, lo bayangin betapa gue bete-nya selama itu. Mana angkotnya gak ada musiknya. Makin emosi-lah gue," kata gue yang cerita ke Via sambil nahan haus.
"Emang lo langsung naik pas ada angkot? Gak milih-milih dulu kaya waktu sama gue?" kata Via.
"Ya gak lah... Gila lo ya gue disuruh nunggu di pinggir jalan sendirian demi angkot bagus," kata gue yang semakin emosi.
"Ya tapi setidaknya gak bikin lo lama datengnya kaya gini," kata Via senyum-senyum.
"Iya juga sih!!!" kata gue sambil berpikir. Tapi walaupun gue sok-sok berpikir gak bakalan gue menerapkan sistem itu disaat gue sendirian. Yang ada gue kering duluan di pinggir jalan, dan gue digodain sama cowok-cowok nakal yang bisanya cuma bermodalkan gombalan.
"Ayo baris yang rapi... kita akan mulai latihan," seketika suara senior gue menyadarkan gue. Dan kita pun mulai berlatih, kita mulai latihan dari pagi hari sampai sore hari. Semua kita lakukan seperti latihan-latihan sebelumnya. Dan hari ini pun latihan yang lumayan menguras tenaga pun bisa kita lalui. Sebelum kita dipersilahkan untuk pulang, senior membagikan selembar kertas dan menjelaskan apa yang harus kita lakukan besok untuk mempersiapkan acara yang katanya uji keberanian, kekuatan, dan kesabaran itu.
"Sebelum kalian pulang untuk beristirahat di rumah. Saya ingin menjelaskan terlebih dahulu kepada kalian. Ini kita sudah mempersiapkan surat permintaan izin untuk orang tua kalian agar mereka mengizinkan kalian untuk mengikuti acara yang akan kami adakan besok malam. Dan surat ini pun sudah ditanda tangani oleh Bapak Kepala Sekolah, syarat agar acara kita lancar karena sudah disetujui oleh pihak sekolah. Karena sebelumnya kami mengajukan proposal terlebih dahulu ke Bapak Kepala Sekolah niat dan tujuan kita mengadakan acara ini. Dan bagusnya pihak sekolah menyetujui, dan besok kita akan mengadakan acara yang sudah kita rencanakan. Jadi, besok kita sudah tidak akan latihan pagi harinya, besok kalian pagi sampai siang istirahat dulu di rumah kalian masing-masing. Dan sorenya kalian kembali ke sekolah dengan membawa perlengkapan menginap seperti yang sudah kami cantumkan di lembaran ini. Kita besok akan menginap di sekolah, di sekolah kita akan latihan. Tapi latihan kita langsung seperti saatnya upacara dilaksanakan. Jadi kita latihan benar-benar dari awal upacara sampai acara pengibaran dilaksanakan, istilahnya gladi resik. Dan setelah kita latihan kita beraktivitas seperti biasa seperti makan malam, bahkan kalian boleh berbincang-bincang. Tapi kalian jangan kaget, kalo kalian sedang terlelap-lelapnya tidur, kalian kami bangunkan untuk segera latihan kembali walaupun itu tengah malam pun. Itu untuk menguji kesabaran kalian dan keberanian kalian. Dan acara itu pun untuk menambah kedekatan kita satu sama lain. Jadi hari ini kalian harus istirahat sampe besok sore kalian harus kembali ke sekolah dan bersiap untuk menguras tenaga kembali. Dan satu lagi, ini lembaran surat yang kami kasih ke kalian jangan sampai lupa berikan kepada kedua orang tua kalian. Karena surat ini permintaan izin dari kami pihak sekolah untuk orang tua kalian agar mengizinkan kalian untuk bisa mengikuti acara besok. Karena setiap orang tua punya caranya sendiri-sendiri dalam mendidik anak-anaknya. Ada orang tua yang membebaskan anaknya keluar seharian bahkan mengizinkan untuk menginap di luar rumah asal tidak terjadi apa-apa pada anaknya, tapi ada juga orang tua yang mendidik anaknya dengan super ketat. Ada orang tua yang bahkan untuk pulang ke rumah saja dibatasi jam 7 malam harus sudah ada di rumah dan tidak boleh keluar rumah lagi. Jadi, kita harus menghargai cara didik setiap orang tua. Makannya disini saya mengajukan surat permintaan izin dan telah ditanda tangani oleh Bapak Kepala Sekolah agar semua anak disini di izinkan ikut dalam acara ini. Jadi, saya mohon jangan sampai lupa untuk serahkan surat ini ke orang tua kalian," kata Mbak Sarah Ketua Paskibra kita.
"Baik mba," kita serempak menjawab.
Dan setelah semuanya dirasa cukup menjelaskan, dan kami cukup memahami kami dipersilahkan untuk pulang. Dan seperti biasa, secapek apapun kita sepulang dari latihan kita nongkrong terlebih dahulu. Kita nongkrong karena kita sembari sharring perlengkapan apa saja yang belum kita punya dan kita harus beli di mana.
"Cuy, perlengkapan yang didaftar lo pada udah semua?"kata Rere memulai.
"Emang apaan aja sih perlengkapannya?" kata Via yang membuka kembali selembaran. Dan kita pun mengikuti apa yang Via lakukan membuka selembaran untuk melihat apa saja yang harus dibawa besok.
"Perlengkapan mandi, pakaian untuk latihan, perlengkapan latihan, baju ganti untuk malam+untuk tidur, jaket, selimut, perlengkapan makan, snack (jika yang suka ngemil)," kita pun membaca apa-apa saja yang harus dibawa besok.
"Yah kalo perlengkapannya ini doang mah semuanya juga udah ada di rumah, palingan snack doang yang harus dibeli," kata Rere.
"Dih... kan tadi lo yang nanya udah pada lengkap belum perlengkapan yang didaftar, lah... lo sendiri yang heboh semuanya udah lengkap," kata Fifi yang kesal.
"He-he, gue kira ada gitu perlengkapan lain yang harus dibeli. Soalnya gue tadi belum baca apa-apa aja yang harus dibawa," kata Rere.
"Masa tadi gue denger ada yang mau bawa boneka segala," kata Ria.
"Siapa yang mau bawa boneka? Lagian lo dengar aja Ri?" kata Yani yang heran.
"Ha-ha-ha, emang lo gak tau ya Yan? Si Ria mah ada yang ngegosip jarak 5 kilometer juga denger. Dia kan kepo-nya melebihi Via," kata Rere yang udah gak heran melihat kelakuan Ria.
"Dih, kok gue jadi ikut-ikutan?" kata Via heran.
"Lah... emang bener kan Vi. Lo orangnya kepo-an? Bahkan nih ya guys misalkan dia kalo mau tau tentang sesuatu awalnya nanya gue. Padahal gue gak tau apa-apa tapi dia nanya terus sama gue. Sampe gue pengen tampol nih anak dan bilang "Gue gak tau Vi. gue aja gak tau, ngapain lo malah nanya ke gue. Lo nanya ke gue, terus gue nanya ke siapa? nanya sama rumput yang bergoyang?" kata gue yang kesal. Dan anak-anak yang lain pun tertawa bersama.
"Dih... bebeb mah kok lo jahat sih?" kata Via yang cengar cengir.
"Eh... tapi gue kepo Ri. Emang siapa yang kata lo besok mau bawa boneka segala. Lebay banget," kata Andi.
"Ah... lo Ndi sok-sok an bilang lebay. Padahal juga lo tidurnya ditemenin sama boneka kan? Boneka beruang lagi, Ih...cin banget sih lo," kata Rere yang meledek Andi.
"Dih, enak aja lo. Gue kan tidurnya bareng sama Ando," kata Andi yang membela diri. Ando adalah kembarannya Andi, mereka berdua adalah saudara kembar identik. Semuanya sama dari muka, tinggi, yang membedakan hanyalah sifat. Andi yang selalu nurut sama peraturan sekolah, bahkan dia termasuk anak yang pintar, dan dia rajin mengikuti segala kegiatan sekolah. Sedangkan Ando gak perduli bahkan gak ada minat sama sekali buat mengikuti kegiatan sekolah.
"Halah, ngeles aja lo," Rere pun tak henti-hentinya meledek Andi. Andi pun hanya cemberut sok-sok imut.
"Iya Ri, emang siapa sih yang lo maksud?" kata gue yang diem-diem juga penasaran.
"Itu sih Ana sama si Wina. Tadi gue denger mereka berdua ngomong. Si Ana bilang (besok gue mau bawa boneka kesayangan gue ah... soalnya gue gak bisa tidur kalo gak bareng sama boneka kesayangan gue) terus si Wina bilang (Iya sama gue juga besok mau bawa boneka beruang pink gue, gue punya boneka beruang pink lumayan gede sih buat gue peluk tiap gue bobo)," kata Ria menceritakan apa yang dia denger tadi.
"Kalo gitu gue juga besok bawa juga lah boneka panda gue. Gue juga kalo malem bobonya harus meluk boneka," kata Via yang juga ikut-ikutan lebay.
"Kalo besok lo beneran bawa boneka lo Vi. Jangan lo tidur disebelah gue besok malem," kata gue yang sok geli melihat tingkah Via.
"Dih, lo mah beb jahat mulu sama gue. Gue seriusan tau beb kalo malem bobonya harus meluk boneka panda gue," kata Via.
"Iya udah lo jauh-jauh sono dari gue kalo mau tidur. Atau gak lo tidurnya sejajar sama Ana sama Wina. Kan cocok tuh sama-sama manusia lebay," kata gue.
"Ya udah deh. Gak gue bawa besok. Tapi kalo gue gak bisa tidur temenin gue ya beb," kata Via.
"Ogah... lo kalo gak bisa tidur jangan ajak-ajak gue. Gue udah cukup tersiksa denger omongan senior bilang jangan kaget kalo kita lagi pules-pulesnya tidur dibangunin latihan, belum sempet gue ngatur mood gara-gara itu sekarang gue dipaksa harus nemenin lo yang gak bisa tidur gara-gara boneka panda lo itu," kata gue sewot.
"Iya udah gini aja Vi. Lo besok tidur disebelah gue aja. Besok gue juga mau bawa boneka, gue juga biasanya tidur sama boneka gue," kata Rere.
"Boneka apaan Re yang bakalan lo bawa? Bukannya lo tomboy gue kira lo gak suka pegang-pegang boneka," kata Ria.
"Boneka buaya. Lo pada tau gak? Boneka buaya gue gede banget, panjangnya segede badan gue gini. Enak banget dah pokoknya buat gue peluk tuh boneka," kata Rere.
"Njirrrr... gak sekalian lo bawa boneka gorilla ke sekolah Re," kata Fifi yang ikutan sewot.
"Gue serius tau kalo lo pada gak percaya sekali-kali main kerumah gue. Biar pada liat boneka buaya gue yang super gede itu. Ngomong-ngomong kalo besok gue beneran bawa tuh boneka, ada yang mau bantuin gue bawa gak?" kata Rere yang masih meyakinkan kita.
"Ogah... bawa beban hidup gue aja berat. Disuruh bawa beban hidup lo juga," kata Andi.
"Udah lah gak usah pada lebay-lebay pada mau bawa boneka segala. Si Yani aja yang feminim aja gak ada niat buat bawa barang-barang begituan," Ria pun ikutan kesal.
Yani pun yang sedari tadi diam saja hanya memberi senyuman manis tanpa komentar apapun.
"Iya udah lah ya. Pokoknya besok kalo ada yang bawa macem-macem selain yang didaftar jauh-jauh dah lo dari gue. Gue pulang ah... capek jiwa dan pikiran gue. Vi, udah nemuin belum angkot yang bagus. Pokoknya cari angkot yang bagus, tadi pagi gue udah kesel sama angkot yang lama dan gak ada musiknya. Super-super bete, pokoknya pulang gue mau nyari hiburan," kata gue yang memang dari pagi mood sudah berantakan.
"Itu deh Ry, kayanya angkotnya bagus. Entar dulu gue aja yang berdiri gue liat dulu," kata Via yang langsung melihat tajam angkot yang sedang lewat depan kita.
"Bagus gak?" kata gue.
"Bagus beb. Yuk pulang," Via pun langsung naik angkot duluan. Disusul gue dan Yani.
"Kita duluan ya," kata Yani.
"Yoi," kata Rere.
Kita bertiga pun tidak banyak bicara selama di dalam angkot. Gue yang benar-benar ngerasa hari ini capek banget lebih memilih diam, dan menikmati lagu yang disetel abang supir. Via yang gue udah hafal betul kalo dia udah pegang handphone pasti lagi sms-an sama cowoknya. Dan Yani yang juga sibuk ketak ketik handphonenya. Yani yang paling kalem sendiri di antara kita, selain paling kalem dia juga yang paling rajin beribadah, dia yang selalu sering mengingatkan kita untuk jangan lupa beribadah, dan dia juga yang paling bawel dalam hal mengingatkan kalo diantara kita melakukan hal yang salah. Dia akan berubah dari wanita paling kalem menjadi wanita yang paling bawel kalo sudah menasihati tentang kebaikan. Bahkan bawelnya bisa melebihi Via yang bawelnya super-super. Jadi, dari sifatnya yang idaman lelaki banget gak heran kalo Yani diem-diem banyak yang naksir. Di antara kita bertujuh, hanya Ria yang beragama Kristen, tapi walaupun beda sendiri kita gak membeda-bedakan. Kita tetap teman walaupun cara berdoa kita berbeda. Kita harus saling menghormati.
Setelah sampai di rumah gue pun segera beres-beres dan membersihkan diri. Setelah semuanya selesai gue lanjut makan, setelah makan gue pun mencuci piring. Gue selalu dibiasakan langsung cuci piring setelah makan, agar tidak terlihat terlalu menumpuk cucian kotor. Dan setelah itu, gue memberikan kertas selembar yang tadi dibagikan oleh senior.
"Mah, ini dari sekolah. Permintaan izin buat acara besok, Ryanti disuruh nginep di sekolah. Kalo mamah gak percaya baca aja dulu itu suratnya," kata gue yang dalem hati dag-dig-dug. Karena orang tua gue termasuk orang tua yang ketat. Benar kata senior gue tadi, beda orang tua beda cara didik mereka ke anaknya. Dan orang tua gue termasuk yang taat aturan, gue aja dibatasi pulang sekolah jam 7 malam harus udah ada di rumah. Kalo jam 7 malam belum ada di rumah konsekuensinya gue dikunci dari dalam. Dan gue harus dihukum ada diluar sampai orang tua gue bener-bener bukain pintu. Jadi gue merasa tertolong banget kalo senior gue bikin surat permintaan izin ini.
"Oh ya udah kamu boleh ikut. Ya udah sekarang istirahat sana, gak usah nonton tv dulu," kata nyokap gue setelah membaca surat yang gue kasih tadi.
"Oke siap mah," dan gue pun langsung senyum sumringah, karena gue jarang banget di kasih izin keluar tanpa orang tua. Biasalah namanya orang tua takut anak perempuannya kenapa-napa. Dan gue pun langsung masuk kamar setelah itu gue pun tidur.
Besoknya gue bangun agak siang, karena untuk mempersiapkan tenaga buat malem nanti yang gue yakin banget kapasitas tidur gue bakalan berkurang
Karena gue yakin, selain omongan yang senior gue bilang kalo tengah malam pun kita harus siap dibangunkan untuk latihan, gue juga yakin kalo udah kumpul sama teman-teman gue pasti gak akan berhenti buat ngobrol, walaupun sampai tengah malam pun pasti di ladenin, istilahnya mumpung lagi bisa nginep bareng ya udah ngobrol aja sampai puas. Dan pagi ini pun, entah kenapa suara nyokap gue gak terdengar. Biasanya masih jam 6 pagi aja nyokap gue udah teriak-teriak bangunin anak-anaknya. Tapi, hari ini begitu sunyi. Apa nyokap gue sengaja gak bangunin gue karena tau hari ini gue butuh banyak mengumpulkan tenaga. Ya sudahlah ya... yang penting tenaga gue siang ini udah full. Dan setelah dirasa tenaga sudah balik gue gak lupa ngebantuin nyokap gue dengan bersih-bersih rumah. Cuci piring, nyapu, ngepel dirasa cukup buat ngebantuin nyokap gue yang udah capek-capek kerja di rumah orang dan pulang kerumah masih harus beberes juga. Setelah semuanya selesai gue pun menyiapkan perlengkapan yang akan gue bawa hari ini, setelah itu gue santai nonton tv sampai nanti.
Siang pun sudah berlalu sekarang sudah pukul 3 sore, gue harus siap-siap untuk berangkat ke sekolah lagi. Setelah Via datang kita pun segera berangkat, karena orang tua gue di jam itu belum pulang dan adik gue katanya pulang sekolah langsung belajar kelompok, gue pun gak lupa mengunci pintu rumah, dan menaruh kuncinya ditempat andalan kita waktu itu, dimasukkan kedalam sepatu yang kita taruh di teras rumah. Setelah itu kita berangkat, dan tanpa menunggu waktu lama kita langsung dapat angkot yang bagus. Yang gue heran kok kalo gue lagi sama Via angkot bagus-bagus selalu banyak banget yang lewat, tapi kalo gue berangkat sendiri pasti yang lewat angkotnya jelek-jelek. Ya udah lah terima nasib aja iyakan....
Sesampai di sekolah kita seperti biasa berkumpul dulu di ruang paskib. Karena ruangan yang akan kita gunakan untuk tidur masih di pakai murid-murid lain untuk belajar. Ya, aslinya gue sekolah tuh masuk siang. Jadi paginya untuk siswa siswi SMP yang belajar dan siangnya untuk siswa siswi SMA yang belajar. Karena gue latihan dari pagi, jadi selama latihan Paskibra gue selalu berangkat pagi pulang sore, lo bisa bayangin kaki gue rasanya mau copot saat itu. Sampai di dalam ruangan, mata gue langsung menjelajah barang-barang yang dibawa anak-anak lain. Apa benar ada yang bawa boneka-boneka atau semacamnya itu. Dan benar kata Ria, kalo Ana dan Wina benar-benar membawa boneka yang katanya selalu nemenin mereka tidur itu. Mana bonekanya gede banget... dan bonekanya mereka peluk-peluk. Seketika gue langsung lirik-lirikan sama Via, Yani, Rere, Ria, Fifi, dan Andi, dan mereka pun hanya senyum-senyum. Kecuali, Yani yang langsung menggerakkan bibirnya. Walaupun Yani gak mengeluarkan suara tapi gue tahu dia lagi ngucapin "Gak Boleh Gitu". Rasanya kalo udah digituin sama Yani rasanya jadi orang paling berdosa banget ngelakuin kesalahan mulu,ha-ha-ha.
Kita pun hanya mengobrol di dalam ruangan, sedangkan cuma ada 1 senior yang berada di ruangan, senior yang lainnya menyiapkan berbagai kebutuhan yang diperlukan saat nanti malam. Misalnya para senior perempuan sudah sibuk menyiapkan makan malam untuk kita makan bersama nanti malam, dan senior laki-laki menyiapkan peralatan yang diperlukan seperti tikar, senter buat berjaga-jaga, dan sebagainya. Pukul 17:30 bel pulang berbunyi, dan setelah di pastikan sudah tidak ada murid-murid di dalam sekolah. Senior-senior dengan kompak menyiapkan ruangan aula untuk kita menaruh barang-barang yang kita bawa dan untuk tidur kita nanti malam. Setelah itu senior memberi kita waktu untuk merapikan barang bawaan kita, dan memberi waktu untuk kita mandi. Gue dan teman-teman dekat gue sepakat tidur sejajar kecuali Andi, karena memang tidurnya area cowok dan area cewek terpisah, walaupun dalam satu ruangan tapi para senior sudah memberi batas agar tidak menyatu. Setelah semuanya selesai mandi dan beres-beres kita dikumpulkan di ruangan kelas lain untuk makan bersama. Kita pun makan bersama, menikmati makanan yang telah disiapkan senior-senior sejak tadi. Setelah semuanya selesai makan malam, kita disuruh kembali ke ruangan. Sembari menunggu para senior membereskan perlengkapan makan malam tadi, kita disuruh menunggu didalam ruangan. Di dalam ruangan pun kita mengobrol, ada yang curhat hanya berdua saja, ada yang bergerombol dan cerita apa aja, ada pula yang rebahan-rebahan saja. Waktu sudah menunjukan pukul 19:30, kami pun diperintah untuk segera berkumpul di tengah lapangan. Kami diajak para senior untuk latihan, awalnya latihan berjalan lancar. Tetapi ditengah latihan tiba-tiba ada kejadian yang sangat mengagetkan.
"Ron, itu siapa sih yang disebelah Sinta pakai baju putih lagi duduk," Rere pun berbisik.
"Udah lo gak usah liatin. Pura-pura aja gak liat," kata Roni.
"Emang gue gak liat itu siapa. Kan gue gak pake kacamata, gak keliatan itu siapa. Makannya gue nanya lo," kata Rere.
"Bukan siapa-siapa," kata Roni singkat.
Dan gak lama tiba-tiba Roni berlari kearah Sinta, dan Sinta pun tiba-tiba saja terjatuh. Dengan sigap Roni dan anak-anak cowok saat itu langsung mengangkat Sinta yang terjatuh, dan membawanya ke dalam ruang guru. Kita yang waktu itu mengira Sinta sakit, melanjutkan latihan. Tetapi baru berapa menit kita lanjutkan, tiba-tiba terdengar suara teriakan Sinta yang sangat kencang. Dan seketika kita menghentikan latihan kita, lalu kita yang kepo pun langsung mengintip apa yang terjadi dengan Sinta. Tapi dengan sigap para senior langsung menggiring kita untuk masuk kembali ke ruangan, seakan hanya mereka yang harus tau dan menyelesaikan masalah ini. Kita pun dengan sangat kecewa kembali masuk kedalam ruangan.
"Eh, Sinta kenapa itu?" kata Prilly.
"Kesurupan kali ya," kata Yuyun yang sotoy.
"Ih... serem banget sih. Malem-malem kaya gini malah kaya gitu," kata Wina yang langsung duduk dipojok tembok.
"Eh, tadi lo pada liat gak sih ada orang yang lagi duduk disebelahnya Sinta sebelum Sinta begitu?" kata Rere yang memastikan apa yang dia lihat tadi nyata.
"Emang lo liat apa Re?" kata Andi.
"Emang lo gak liat Ndi pas pasukan kita hadap-hadapan sama pasukan 17 di samping Sinta ada yang duduk pakai baju putih," kata Rere.
"Gak, gue gak liat tadi," kata Andi yang langsung menegaskan.
"Apa gue salah liat ya?" kata Rere.
"Iya lo salah liat Re," kata Via sambil diam-diam memeluk tangan gue.
"Tapi kayanya gue gak salah liat deh, soalnya tadi gue sempet nanya sama Roni. Dan Roni kayanya juga liat, malah Roni bilang ke gue pura-pura gak liat tuh orang. Terus gak lama dia ngomong gitu, dia lari kearah Sinta. Terus Sinta begitu sekarang," kata Rere meyakinkan diri sendiri dan yang lainnya kalo yang dia lihat itu gak salah.
"Berarti yang lo liat tadi makhluk halus Re," kata Prilly.
"Ih...," serentak cewek-cewek yang ada didalam ruangan berteriak.
"Ssssttt... udah, jangan ada yang takut. Mereka gak akan ganggu kalo kita gak ganggu duluan," kata Yana menenangkan kita.
"Ih... gue mau pulang kalo kaya gini," kata Ana.
"Iya, boleh pulang gak sih?" kata Wina.
"Mana boleh sih, kita kan lagi latihan uji keberanian dan kesabaran. Masa kaya gini aja kita mau pulang. Berarti kita kalah dong," kata Amar.
"Mungkin gak sih ini rekayasa senior doang buat nakut-nakutin kita," kata Ria yang tiba-tiba kepikiran kaya gitu disaat suasana kaya gini.
"Yang bener aja lo, masa senior ngerjain kita sampai segitunya. Kalo emang mereka mau ngerjain kita masa Sinta sama Roni di ajak kerjasama. Kan disini yang gak ada cuma Roni sama Sinta," kata Prilly.
"Iya kan kali aja," kata Ria.
"Tapi yang lo lihat tadi beneran orang apa makhluk halus Re?" kata Nurul.
"Gak terlalu jelas, kan gue gak pakai kacamata. Gue cuma lihat ada orang lagi duduk aja disebelah Sinta, pakai baju putih," kata Rere.
"Udah-udah gak usah pada bahas yang gak pasti, mendingan kita ademin hati aja dulu. Mudah-mudahan ini bukan apa-apa, dan semoga Sinta gak kenapa-napa," kata Yana yang masih berusaha menenangkan kita semua.
Setelah omongan Yana semuanya pun hanya terdiam, dan gak berapa lama Roni dan sebagian senior masuk. Mereka memasang wajah tegang, entah apa yang terjadi pada Sinta barusan.
"Saya disini ingin menjelaskan bahwa Sinta tidak apa-apa, keadaannya sudah sedikit tenang berkat bantuan Roni dan Pak Damar. Tapi, disini saya ingin menjelaskan bahwa disini kita hanya ingin mengadakan acara. Kita gak ada niat sama sekali untuk mengganggu makhluk Allah lain yang ada disini, jadi disini saya minta maaf lagi jika ada yang terganggu. Dan tolong disini para senior maupun junior putra tolong untuk keluar sebentar. Saya ingin bertanya kepada senior dan junior putri," kata Mbak Sarah.
Dan senior putra pun menggiring junior putra untuk keluar terlebih dahulu. Setelah semua anak cowok keluar dari ruangan, senior putri ikut duduk sejajar dengan kita.
"Setelah kejadian Sinta tadi kalian semuanya gak usah takut, mereka gak akan ganggu kita, kalo gak kita duluan yang mengusik mereka. Dan mereka gak akan ganggu kita lagi, kalo kita mengakui kesalahan kita dan meminta maaf kepada mereka. Saya ingin bertanya, disini yang sedang datang bulan atau haid siapa? Saya harap jawab jujur karena disini ada hubungannya dengan itu. Kalian disini tahu kan bekas darah haid itu di manapun kita berada harus segera kita bersihkan. Karena di dunia ini yang hidup sebagai ciptaan yang di Atas bukan hanya kita, tapi ada makhluk lain. Walaupun kita tidak dapat melihat atau merasakan tolong hargai dan hormati tempat mereka tinggal. Dan mereka yang tinggal disini marah, karena tempat tinggalnya sudah dikotori oleh kotoran kalian," kata Mbak Sarah.
Seketika ruangan hening dan tidak ada satupun yang menjawab.
"Lo lagi dapet gak Vi?" gue pun langsung berbisik ke Via.
"Gak, gue lagi gak dapet," kata Via memastikan.
"Lo lagi dapet gak Re? Kalo dapet buang yang benar," kata gue yang tahu betul kelakuan Rere yang super jorok.
"Gak, gue lagi gak dapet," kata Rere.
"Coba lo tanya sama Ria, Yani, Fifi," kata gue memastikan kalo teman-teman gue gak ada hubungannya dengan kejadian ini. Gue pun melihat Rere bertanya pada mereka bertiga, dan gue pun melihat mereka bertiga menggelengkan kepala tanda mereka pun tidak ada hubungannya.
"Jawab jujur aja. Gak apa-apa! Disini saya gak akan marah, justru saya bertanya untuk memastikan apa benar kejadian ini berhubungan dengan kelakuan kita yang sembarangan," kata Mbak Sarah. Dan setelah itu ada 3 orang yang mengangkat tangan tanda mereka memang sedang haid.
"Kalian bertiga apa sudah benar membersihkan bekas haid kalian?" kata Mbak Sarah.
"Kalo gue sih udah gue bersihin. Malah gue kalo bersihin sampai gue ancurin sampai kedalam-dalamnya, jadi udah bersih banget. Dan udah gue buang ke tempat sampah pakai plastik," kata Mbak Isper.
"Gue juga udah pastikan, kalo gue udah bersihin bekas haid gue. Dan gue emang kebiasaan, selalu gue buang ke closet bukan ke tempat sampah. Tapi sebelum gue buang, udah gue pastikan kalo bekas haid gue udah bersih," kata Mbak Desi.
"Lalu, Wina?" kata Mbak Sarah.
"Iya, maaf mbak saya gak bersihin bekas haid saya tadi. Tapi langsung saya buang ke tempat sampah," kata Wina yang langsung menundukkan kepalanya tanda malu.
Serentak kita langsung menunjukan pandangan kita ke arah Wina.
"Ya udah, sekarang saya minta tolong banget sama kamu. Kamu ambil bekas haid kamu tadi, kamu cuci dulu dengan bersih baru kamu buang menggunakan plastik," kata Mbak Sarah.
"Iya mbak," kata Wina yang langsung berdiri.
"Tadi kamu buang di tempat sampah mana?" kata Mbak Sarah.
"Tempat sampah sebelah kantin mbak," kata Wina pelan.
"Ya udah, ayo saya temani kamu ambil bekas haid kamu lalu kamu bersihkan," kata Mbak Sarah yang langsung merangkul Wina. Dan mereka pun jalan keluar. Setelah mereka keluar para cowok-cowok yang sedari tadi menunggu di luar masuk kedalam ruangan.
"Jadi si Wina yang jorok," kata Bang Vindi yang emang mulutnya comel kaya perempuan.
"Sssssttt... jangan kencang-kencang. Gak enak kalo orangnya dengar," kata Mbak Ester.
"Yailah... jadi Sinta kesurupan gara-gara si Wina gak cuci softek. Pantes aja makhluk sini ngamuk, gue juga kalo nyium bau amis ngamuk apalagi makhluk halus," kata Prilly yang memang ceplas ceplos.
"Ssssttt.... jangan kencang-kencang de. Kasiyan kalo si Wina dengar, makannya kalo jadi perempuan harus yang bersih di manapun itu," kata Mbak Isper.
Dan setelah semuanya selesai dibereskan Wina dan Sinta pun kembali bergabung bersama yang lainnya masuk kedalam ruangan. Sebelum mereka masuk kita sudah sepakat jangan ada yang terlalu memperhatikan mereka, untuk menjaga perasaan mereka berdua. Dan akhirnya suasana di dalam ruangan pun seperti biasa. Malam itu pun kita tidur dengan lelap, walaupun benar saja! Kalo sedang terlelap-lelapnya kita tidur kita selalu saja dibangunkan senior untuk latihan, walaupun itu tengah malam pun. Kalo dihitung bisa 3 kali kita dibangunkan untuk latihan, walaupun latihannya hanya sebentar gak ada setengah jam, tapi itu yang bikin kita harus nahan emosi kita. Karena kita lagi enak-enaknya tidur woy selalu diganggu buat latihan. Setelah adzan subuh, kita tidak diperbolehkan tidur. Tapi kita disuruh berolahraga bersama. Setelah pukul 6 pagi kami disuruh sarapan oleh senior, sebagian senior perempuan tadi tidak ikut berolahraga dikarenakan harus menyiapkan sarapan untuk kita. Setelah sarapan, kita disuruh bersiap-siap untuk membereskan perlengkapan kita karena sebentar lagi murid-murid SMP akan segera datang. Kita pun di bebas tugaskan hari ini untuk tidak latihan. Ya... hari ini kita disuruh beristirahat seharian di rumah, karena besok kita akan menunjukan hasil latihan kita selama sebulan ini. Agar kita fit esok harinya. Setelah memberi penjelasan sedikit untuk besok, akhirnya kita diperbolehkan untuk pulang kerumah. Dan kita pun pulang kerumah masing-masing untuk mengumpulkan tenaga untuk besok.
Dan sampailah pada hari pengibaran bendera 17 Agustus. Kami datang sejam sebelum waktu upacara tiba, karena kami harus mempersiapkan seragam yang akan dikenakan kita nanti. Para senior dengan teliti membantu para anggota paskibra untuk memeriksakan apa saja yang kurang dari mereka. Setelah upacara akan dimulai para anggota mulai berbaris disamping pasukan upacara. Jujur gue dag-dig-dug banget, benar kata teman gue suasana saat latihan dan saat hari H-nya benar-benar berbeda. Biasanya kita latihan di tengah lapangan pun tidak ada yang terlalu fokus memperhatikan, di hari ini semuanya benar-benar fokus melihat apa yang sedang kita lakukan. Dan jujur ini benar-benar pertama kali gue lakuin, karena selama sekolah baru kali ini gue ikut ekskul, ini pun awalnya dipaksa senior. Ha-ha... kalo gak ada paksaan juga dulu gue gak bakalan mau ikut ekskul yang bikin kulit hitam begini.
Upacara pun dimulai, kita mulai mengikuti rangkaian demi rangkaian acara. Sampai pada waktunya pengibaran bendera pun dimulai.
"Pengibaran Bendera Upacara,"
"Siap, Luruskan," kita pun mengikuti arahan dari komandan upacara. Tiap gerakan tangan, gerakan langkah kaki pun harus kita samakan, wajah pun harus selalu tersenyum walaupun hati ini tegang, takut ada kesalahan kecil yang bisa merusak latihan kita selama ini.
"Kepada Bendera Upacara Hormaaaaattt Gerak!!!" terdengar suara lantang dari sang komandan. Lalu serentak seluruh siswa dan para guru yang mengikuti upacara ikut hormat. Selama pengibaran kita lakukan dengan hikmat. Sampai acara pengibaran bendera pun selesai kita lakukan, kita tetap saja masih merasa takut. Karena menurut kita sudah sempurna belum tentu senior menganggap itu sempurna. Kita gak pernah tahu senior melihat apa tidak kesalahan kecil kita. Setelah upacara selesai, kita semua dikumpulkan kembali keruangan Paskibra. Disana kita melepas lelah saat semuanya selesai kita lakukan, namun setelah para senior masuk keruangan, kita langsung merasakan ketegangan kembali. Serentak kita kompak langsung terdiam setelah melihat senior masuk dengan wajah yang seram, marah dan kesal. Dalam hati berkata "Mampus gue, bakalan kena omelan ini".
"Semuanya Berdiri," sontak suara Bang Ade dengan keras membuat kita langsung berdiri dengan sigap.
"Kalian memalukan, selama ini kita latihan belajar apa saja sampai bikin malu. Saya bahkan senior yang lain malu dengan Bapak Kepala Sekolah. Beliau sudah memberikan dispensasi selama satu bulan untuk melatih kalian agar acara ini bisa berlangsung tanpa cacat sedikit pun. Tapi apa yang saya dapat dari kalian? Cuma bikin malu saja. Sia-sia kalian selama ini capek-capek latihan tapi hasilnya seperti ini," dengan wajah yang sangat marah Bang Ade meluapkan kekesalan dan kekecewaannya kepada kami. Dan tanpa terasa kami serentak meneteskan air mata, kami merasa gagal dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepada kami.
"Sekarang saya bertanya, apa yang bisa kalian lakukan untuk menebus kesalahan kalian ini?" tanya Bang Ade. Namun karena kami pun ikut kecewa kami sampai tidak sanggup untuk menjawab pertanyaan dari Bang Ade.
"Jawab," teriak Bang Ade dengan sangat lantangnya.
"Kami siap menerima hukuman apapun atas kesalahan kami bang," dengan lantang Roni menjawab.
"Benar? Serius? Kalian siap menerima hukuman dari kami?" kata Bang Ade.
"Siap," kami serentak menjawab dengan lantang.
"Oke, sekarang kalian siap push up sebanyak 20 kali," kata Bang Ade.
"Siap Bang," kami pun serentak menjawab.
"Oke, siap. Lakukan," kata Bang Ade. Dan kami pun sontak langsung melakukan push up secara bersama. Namun baru hitungan ke 4 push up, Bang Ade memberhentikan kita.
"Cukup," perintah Bang Ade. Kita yang terheran pun langsung memberhentikan push up, dan saling pandang-pandangan. Namun setelah itu kita berdiri tegak kembali. Dan kita pun masih memasang muka tegang karena para senior pun masih memasang wajah sangar-sangar mereka.
"Tapi Boong," serempak para senior berteriak sehingga membuat kita memasang wajah bingung dan saling pandang.
"Gak usah tegang gitu kali, kita bohong kalo kalian gagal dalam pengibaran ini. Kepala Sekolah bangga dan mengatakan bagus pada hasil jerih payah kalian selama sebulan ini," kata Bang Ade menjelaskan.
"Aaaaarrrggghhhh," kita serempak berteriak bangga. Dan tanpa sadar kita saling berpelukan dengan orang disebelah kita, saking senengnya.
"Beneran bang kita gak malu-maluin kalian kan?" kata Roni memastikan.
"Enggak sama sekali," kata Bang Ade menegaskan. Kita semua pun lompat-lompatan saking senangnya.
"Oke kita beres-beres ganti pakaian setelah itu kita makan-makan. Bapak Kepala Sekolah memberi dana untuk merayakan keberhasilan kita," kata Mbak Sarah.
"Yeeee... makan-makan," kata Rere teriak kencang sekali.
"Ih... malu-maluin lo. Giliran makan-makan aja lo senang banget.Dasar wanita bar-bar," kata Roni.
"Biarin," Rere pun menjawab singkat. Entah setelah itu Fifi pun membisikkan sesuatu ke Rere, entah apa yang dibisikkan Fifi saat itu. Tapi, setelah melirik Bang Surya mukanya langsung memerah dan menunduk. Ada perasaan aneh saat melihat Rere yang selalu tiba-tiba salting jika melihat Bang Surya, tapi entah perasaan aneh apa itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!