NovelToon NovelToon

Balasan Untuk Sang Mantan

Menjijikan

"Ra, kamu itu jadi orang jangan terlalu percaya banget sama suami kamu," ucap Bu Desi tetangga Larasati.

Larasati yang sedang menjemur bayi yang baru saja dia lahirkan tiga hari yang lalu, langsung menatap wajah Bu Desi.

"Loh, memangnya kenapa Bu? Selama ini suami saya sangat baik, dia tidak pernah berbuat macam-macam," ucap Larasati dengan yakin.

Bu Desi terlihat mencibir ke arah Larasati, dia terlihat kesal karena ucapannya seakan tak dipercaya oleh Larasati.

"Tapi, Ra. Saya sering lo ngelihat suami kamu jalan sama cewek cakep, tubuhnya terlihat seksi dan juga ramping. Nggak kaya--"

Bu Desi tak meneruskan ucapannya, namun matanya menyisir setiap lekuk tubuh Larasati yang terlihat gempal.

Bahkan timbunan lemak pun terlihat menumpuk dimana-mana, Larasati terlihat memperhatikan dirinya dari atas sampai bawah.

Dia sadar jika tubuhnya kini tidak ramping seperti dulu lagi, itu semua karena saat hamil dia mengalami pendarahan dan dokter berkata jika Larasati harus bedres.

Larasati tak boleh melakukan apa pun, maka dari itu Restoran miliknya pun dikelola oleh suaminya. Karena dia benar-benar harus istirahat dengan total.

Melihat Larasati yang hanya diam saja, Bu Desi pun langsung kembali berkata.

"Kalau kamu tidak percaya dengan ucapan saya, kamu bisa mencari tahu sendiri. Jangan hanya diam saja, nanti kamu menyesal loh," ucap Bu Desi lagi.

Setelah berkata seperti itu, Bu Desi pun langsung pergi meninggalkan Larasati. Dia pun terlihat kembali ke dalam rumahnya.

Setelah kepergian Bu Desi, Larasati pun memutuskan untuk masuk kedalam rumahnya.

Hatinya merasa tak tenang, rasanya dia ingin segera bertemu dengan suaminya dan menanyakan hal tersebut.

Namun, jika dia bertanya pasti suaminya bisa mengelak. Dia pun berpikir dengan keras, akhirnya dia pun memutuskan untuk membuntuti suaminya sendiri.

"Baiklah, besok aku akan mengikuti suamiku. Semoga saja apa yang diucapkan oleh Bu Desi tak terbukti," ucap Larasati penuh harap.

*/*

Keesokan harinya, setelah suaminya pergim Larasati pun langsung bersiap, dia ingin segera menyusul suaminya ke Restoran.

Sebelum pergi, Larasati memompa asinya terlebih dahulu. Lalu dia menitipkan bayinya kepada asisten rumah tangganya.

"Bi, tolong jaga Satria. Aku akan pergi, asinya sudah aku siapkan dalam botol." Larasati terlihat mengecup pipi gembil putranya.

"Baik, Nyonya," jawab Bi Minah.

Setelah menitipkan putranya, Larasati pun langsung pergi menuju Restoran menggunakan taksi.

Sampai di sana, Larasati tidak masuk ke dalam Restoran miliknya, dia menunggu tak jauh dari Restoran memiliki tersebut.

Dia terlihat memperhatikan gerak-gerik suaminya, sungguh dia merasa penasaran dengan apa yang diucapkan oleh Bu Desi.

Tak lama kemudian, Larasati melihat ada seorang wanita cantik yang berdiri tepat di depan Restoran miliknya.

Lalu, tak lama kemudian suaminya terlihat keluar dari dalam Restoran tersebut. Yudha terlihat langsung mengecup kening wanita cantik tersebut dengan sangat mesra.

Hati Larasati terasa mendidih, namun dia tak bisa melabrak suaminya bersama dengan perempuan itu begitu saja.

Dia masih ingin tahu, seberapa jauh hubungan suaminya dengan wanita tersebut. Dengan menahan rasa sakit di hatinya, Larasati pun mengikuti kemana perginya suaminya dengan wanita itu.

Setelah Larasati perhatikan, ternyata suaminya dan perempuan tersebut pergi ke sebuah hotel yang tak jauh dari Restoran miliknya.

Hati Larasati terasa sangat sakit, bahkan darahnya terasa mendidih. Untuk apa lagi seorang lelaki dan perempuan masuk kedalam hotel kalau bukan untuk menyewa kamar dan melakukan hubungan suami istri.

Larasati terlihat menahan amarahnya, dia benar-benar tak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh suaminya di belakangnya.

Setelah lima belas menit dia terdiam, akhirnya dia pun memutuskan untuk itu masuk kedalam hotel tersebut.

Beruntung Larasati mengenal pemilik hotel tersebut, dia pun meminta tolong kepada pemilik hotel tersebut agar memberikan kunci cadangan kamar hotel yang dipesan oleh suaminya.

Awalnya Awan sang pemilik hotel tak mau memberikannya, namun karena kasihan kepada Larasati dia pun memberikan kunci cadangan kamar hotel tersebut.

Sebenarnya Awan sudah mengetahui perselingkuhan suami Larasati dengan wanita tersebut, namun dia tak mau ikut campur.

Menurutnya, itu adalah urusan rumah tangga Larasati. Bukan urusannya, apa lagi sampai dia mengadukannya kepada Larasati.

"Terima kasih," ucap larasati setelah mendapatkan kunci cadangan kamar hotel tersebut.

Larasati berjalan dengan langkah gontai, menuju kamar hotel yang disewa oleh suaminya beserta dengan wanita selingkuhannya.

Kalau saja membunuh itu tidak haram, rasanya Larasati ingin membawa pisau dan menusuk suaminya bersama dengan selingkuhannya tersebut.

Rasanya dia ingin membunuh suaminya beserta dengan selingkuhannya dengan tangannya sendiri.

Namun, Larasati masih waras. Tiba di depan kamar hotel tersebut, jantung Larasati berpacu dengan sangat cepat.

Keringat bercucuran di dahinya dengan deras, matanya pun mulai memanas. Perasaannya sudah tak menentu, rasanya dia tak sanggup untuk melihat kemungkinan yang akan terjadi.

Namun, sebelum dia melihat semuanya dengan jelas. Larasati pantang untuk pulang.

Perlahan-lahan Larasati pun membuka pintu kamar hotel tersebut, setelah terbuka dengan lebar, nampaklah suaminya yang sedang menggagahi wanita selingkuhannya.

Bahkan saking asiknya mereka bercinta, mereka sampai tak menyadari kedatangan Larasati.

Air mata Larasati langsung luruh seketika, dia melihat suaminya dan perempuan itu begitu menikmati permainan yang sedang mereka lakukan.

Perempuan itu nampak mendongakkan kepalanya lalu mencium bibir suaminya dengan bringas. Sedangkan suaminya terlihat menghentakkan pinggulnya dengan cepat.

"Faster, Honey!" teriak wanita itu.

"Tentu, Sayang. Apa pun yang kamu inginkan, akan segera aku lakukan," kata Yudha.

"Tentu, Sayang. Kamu harus memberikan apa pun yang aku inginkan, bukankah aku lebih cantik dan seksi dari istri kamu?" tanya wanita itu dengan napas tersenggal.

"Tentu saja, Sayang. Kamu sangat cantik, kamu menarik. Kamu sangat seksi, kamu lebih segala-galanya dari istriku yang gendut itu. Dia tidak apa-apanya, dia hanya wanita menjijikkan yang tidak pernah bisa membuat aku puas di atas ranjang."

Yudha terlihat membalikkan tubuhnya, lalu dia mengangkat tubuh wanita selingkuhannya tersebut dan memintanya untuk memimpin permainan.

Wanita itu pun dengan senang hati langsung melakukan penyatuan, tak lama kemudian wanita itu pun terlihat menggoyangkan pinggulnya.

Larasati yang melihat dengan mata kepalanya sendiri perbuatan suaminya merasa jijik, mual dan juga marah serta sakit hati secara bersamaan.

Larasati hanya bisa menangis sambil menutup mulutnya, agar suara tangisannya tak terdengar kencang.

"Bagaimana, Sayang. Enak bukan?" tanya wanita tersebut.

"Tentu saja enak, si gendut itu mana bisa bermain seperti ini. Dia hanya bisa diam saja seperti patung," ucap Yudha lagi.

Larasati benar-benar sudah tak kuat, mendengar penghinaan demi penghinaan yang terlontar dari mulut suaminya tersebut.

Larasati lalu mengambil pas bunga yang berada di atas meja, lalu dia melemparkannya ke arah tembok yang berada di samping ranjang tempat berlangsungnya kegiatan panas suaminya dengan wanita selingkuhannya tersebut.

PRANG!

Vas bunga berbahan dasar keramik itu pun hancur berkeping-keping, Yudha dan perempuan tersebut pun langsung menghentikan aksinya karena kaget.

Lalu, mereka pun melihat ke arah Larasati yang kini sedang menangis sambil menatap mereka dengan tatapan penuh kebencian.

+

+

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak, ya....

Talak

PRANG!

Vas bunga berbahan dasar keramik itu pun hancur berkeping-keping, Yudha dan perempuan tersebut pun langsung menghentikan aksinya karena kaget.

Lalu, mereka pun melihat ke arah Larasati yang kini sedang menangis sambil menatap mereka dengan tatapan penuh kebencian.

Untuk sesaat Yudha dan perempuan itu saling pandang, lalu Yudha pun segera turun dari tubuh perempuan itu.

Dia mengambil celana boxer dan memakainya, sedangkan perempuan itu terlihat menarik selimut dan menutupi tubuh polosnya.

"Ada apa menyusul kemari?" tanya Yudha santai.

Larasati merasa sakit bukan main saat melihat raut jengah di mata Yudha, suaminya.

"Kamu selingkuh, Mas?" tanya Larasati seraya terisak.

Yudha terlihat memutar bola matanya, dia seakan malas untuk menjawab pertanyaan dari istrinya.

"Menurutmu?" tanya Yudha.

Mendengar pertanyaan dari Yudha, Larasati merasa sangat sedih sekali. Dia merasa tak paham dengan sikap dari lelaki itu, lelaki yang selama ini dia perjuangkan. Lelaki yang selama ini dia cintai, begitu tega menghianati dirinya.

Apakah dia lupa disaat semua orang menolak untuk merestui hubungannya dengan Yudha?

Apakah Yudha lupa disaat semua orang menghinanya karena kemiskinannya?

Apakah Yudha lupa hanya dia yang berada di sampingnya untuk mensuport dan juga menjadi penyambung hidupnya?

Walau seperti apa pun keadaan Yudha kala itu, dia tetap setia dengan Yudha. Dia tetap mau menikah dengan Yuda, walaupun dia tak mendapat restu dari orang tuanya.

Bahkan dia rela meninggalkan orang tuanya demi Yudha, demi lelaki miskin yang kini berselingkuh di hadapannya.

"Menurutmu?" tanya Yudha kembali mengulang pertanyaannya dengan pongah.

"Pantas saja kamu selalu bersikap aneh setelah aku hamil, Mas. Jadi seperti ini kelakuan kamu di belakang aku?" tanya Larasati.

Mendengar pertanyaan dari istrinya, Yudha tertawa dengan terbahak-bahak. Dia merasa lucu saat melihat ekspresi wajah istrinya yang terlihat sedih.

"Aku bosan padamu, setelah kamu hamil, kamu jadi gendut. Lemak ditubuh kamu makin hari makin banyak, bahkan terlihat menggupal di mana-mana. Aku males lihat kamu," ucap Yudha jujur.

Wanita selingkuhan Yudha terlihat tertawa saat mendengar apa yang diucapkan oleh lelaki yang sudah hampir satu tahun ini menjadi pacarnya.

Untuk sejenak Larasati melihat ke arah perempuan tersebut, dia sama-sama perempuan seperti dirinya.

Namun dengan teganya dia menertawakan penderitaannya, bahkan penderitaan itu pun disebabkan oleh perempuan tersebut.

Larasati sampai bertanya-tanya dalam hatinya, di mana letak hati nurani perempuan itu?

"Tega kamu, Mas. Kamu tahu sendiri kan, aku berubah gendut juga karena mengandung anak kamu? Aku harus istirahat total karena kandungan aku lemah," ucap Larasati dengan suara lirih.

"Dari awal aku sudah bilang, aku belum mau memiliki anak. Kita baru saja menikah, aku ingin menikmati masa-masa kita berdua dulu. Tapi kamu malah menolak dan memilih untuk memiliki anak," kata Yudha membela diri.

"Tapi, Mas. Rumah akan terasa lebih ramai kalau ada anak-anak," kata Larasati.

"Tapi setidaknya kamu bisa mengontrol pola makan kamu, mentang-mentang harus istirahat total bukan berarti harus makan tidur doang sampai tubuh kamu bengkak seperti itu. Gajah saja masih terlihat lebih seksi dari pada dirimu," ucap Yudha.

"Ya Tuhan, Mas!" pekik Larasati.

"Kenapa? Tersinggung? Itu kenyataannya Lara!" teriak Yudha.

"Lalu, sekarang apa mau kamu, Mas?" tanya Larasati.

"Tentu saja aku ingin berpisah dengan dirimu, aku tak ingin melihat dirimu lagi di dalam kehidupanku," ucap Yudha lantang.

"Tega sekali kamu, Mas. Demi wanita yang tidak punya harga diri, kamu rela meninggalkan aku dan juga putra kita," ucap Larasati seraya terisak.

"Setidaknya dia lebih cantik dan juga seksi, tidak gempal seperti dirimu. Aku benar-benar sudah bosan padamu, enyahlah dari kehidupanku!" ucap Yudha.

"Baiklah, Mas. Kalau kamu memang sudah tidak menginginkan aku lagi, sekarang kembalilah kamu ke asalmu. Karena Restoran dan rumah yang kita tinggali adalah milikku, mobil yang kamu tumpangi setiap hari pun adalah hasil keringatku," kata Larasati.

Yudha tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan dari wanita yang telah melahirkan putranya tersebut.

"Kamu kira aku bodoh, semua aset milikmu sudah aku balik nama. Semuanya sudah menjadi milikku," ucap Yudha lantang.

"Mana bisa seperti itu, Mas?" tanya Larasati.

"Tentu saja bisa, apa kamu lupa kalau kamu sudah menandatangani berkas kosong kala itu? Berkas itu adalah surat pengalihan semua hartamu menjadi miliku!" kata Yudha.

"Ya Tuhan, Mas! Kamu benar-benar iblis berwujud manusia!" teriak Larasati.

Yudha kembali tertawa saat mendengar ucapan dari istrinya, dia pun langsung menghampiri Larasati dan menunjuk wajahnya.

"Larasati Putri Dinata, mulai hari ini aku talak engkau dan kuceraikan engkau. Setelah hari ini tidak ada lagi hubungan diantara kita, silakan kamu benahi semua barang-barang yang ada di rumahku dan jangan membawa apa pun. Karena semuanya sudah menjadi milikku," ucap Yudha.

Setelah mengatakan hal itu, Yudha langsung mendorong tubuh mantan istrinya. Lalu, menutup pintu kamar hotel yang dia tempati.

Larasati benar-benar sakit hati mendapatkan perlakuan seperti itu dari lelaki yang kini menjadi mantan suaminya, Larasati langsung pergi dengan langkah gontai dari hotel tersebut.

Tiba di lobby hotel, dia pun langsung memesan taksi dan segera pergi ke rumahnya.

Dia benar-benar tidak menyangka dengan apa yang telah dilakukan Yudha terhadap dirinya, tiba di rumahnya dia langsung masuk ke kamarnya dan menangis sesenggukan.

Dia benar-benar menyesal telah menikah dengan lelaki bejat seperti Yudha, padahal dia sudah rela meninggalkan seluruh anggota keluarganya demi dirinya.

Namun ternyata, lelaki yang dia pertahankan, lelaki yang dia bela dan.lelaki yang dia puja-puja hanyalah setan berwujud manusia.

Saat Larasati sedang menangis, tiba-tiba saja pintu kamar terbuka. Nampaklah Yudha yang sudah terlihat berpakaian rapi menghampiri dirinya, dia melemparkan berkas ke arah Larasati.

Ternyata, saat Larasati mengambil berkas tersebut. Di sana tertuliskan jika semua aset milik Larasati sudah beralih nama kepada mantan suaminya, Yudha Hardana.

Hati Larasati benar-benar menjerit melihat kebenaran akan hal itu.

"Sudah jelas bukan, jika semua aset yang kamu miliki sudah menjadi milikku saat ini? Jadi, silakan pergi dari sini. Aku memberi waktu kamu 2 jam untuk membenahi pakaianmu yang berukuran jumbo itu, setelah rapi pergilah. Bawa anakmu, aku tidak sudi hidup bersama kalian lagi," ucap Yudha.

Setelah mengatakan hal itu, Yudha langsung pergi entah ke mana. Larasati makin keras mengeluarkan suara tangisannya.

Hampir satu jam dia menangis, setelah merasa lebih tenang. Larasati pun bangun, dia segera mengambil dua tas besar.

Larasati terlihat mencari-cari kotak perhiasannya yang selalu dia simpan rapi di lemari bagian bawah.

Dia masih bersyukur, karena ternyata kotak perhiasan tersebut masih tersusun rapi di sana.

Larasati pun langsung membenahi seluruh perhiasannya dan juga buka rekening miliknya sebelum dia vakum dari dunia bisnis.

Rencananya uang tabungan miliknya akan dia pergunakan untuk memulai hidup baru bersama dengan putranya.

Pergi Dari Rumah

Larasati pun langsung membenahi seluruh perhiasannya dan juga buku rekening miliknya sebelum dia vakum dari dunia bisnis.

Rencananya uang tabungan miliknya akan dia pergunakan untuk memulai hidup baru bersama dengan putranya.

Beruntung sebelum dia berhenti dari pekerjaannya, dia masih memiliki uang tabungan yang Yudha sendiri tak tahu.

Beruntung, Larasati selalu membeli perhiasan dalam setiap bulannya. Karena dia sempat berpikir, jika investasi emas itu adalah hal yang bagus.

Satu jam sudah Larasati membenahi pakaiannya dan juga pakaian putranya, dan memasukannya ke dalam dua koper besar miliknya.

Setelah selesai Larasati pun menggeret koper tersebut keluar dari dalam kamarnya, dia berjalan melewati ruang keluarga.

"Semoga ada jalan keluar dari masalah yang aku hadapi saat ini," ucap Larasati lirih.

Saat tiba di ruang keluarga, ternyata ada Yudha dan juga selingkuhannya yang sedang bermesraan di sana. Sakit, sangat sakit sekali yang Larasati rasakan saat melihat akan hal itu.

Tapi, dia berusaha untuk ikhlas. Mungkin ini balasan untuk dirinya, menikah tanpa restu orang tua.

Dia rela meninggalkan orang tuanya demi lelaki yang kini telah begitu tega menghianati cintanya, bahkan dia begitu rela mengusirnya dari rumahnya sendiri.

Tak jauh dari sana, ada seorang pelayan paruh baya yang menggendong putranya, Satria. Saat Yudha menyadari jika Larasati sudah selesai berbenah, Yudha pun langsung menghampiri Larasati.

"Sudah selesai?" tanya Yudha berbasa-basi.

Larasati terlihat menganggukkan kepalanya, "sudah."

Yudha terlihat tertawa jahat, lalu dia Dia menarik koper Larasati dengan kasar dan melemparkannya keluar rumah.

"Pergi sana! Bawa anakmu sekalian, aku sudah tak sudi lagi tinggal satu atap dengan kalian!" Yudha berucap dengan berapi-api.

Hal itu membuat Larasati bingung dan juga sedih dalam waktu bersamaan, seharusnya dia yang marah. Bukan lelaki yang kini dengan teganya berbahagia di atas penderitaannya.

Larasati langsung menangis, mungkin jika Yudha merasa bosan kepadanya dia tak akan sedih. Yang dia sedihkan, kenapa Yudha terlihat begitu tak menginginkan putra mereka, padahal Satria adalah putra Yudha.

Selama ini, Larasati tak pernah berhubungan dengan lelaki mana pun. Hanya Yudha lelaki pertama yang singgah di dalam hatinya, hanya Yudha lelaki yang Larasati cintai.

"Tega sekali, kamu, Mas! Kalau kamu benci padaku tidak apa, tapi Satria adalah anakmu, Mas!" kata Larasati.

Yudha terlihat kesal dengan apa yang diucapkan oleh Larasati, kemudian dia pun kembali berkata.

"Ngga usah ngoceh, aku tak butuh ocehan'mu." Yudha terlihat menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Pelayan yang sedari tadi menggendong Satria langsung menghampiri Larasati, wajahnya terlihat sendu saat menatap wajah Larasati.

"Nyonya, saya akan ikut bersama Nyonya," ucap pelayan tersebut.

Hati Larasati sangat bahagia, karena ternyata masih ada orang yang peduli terhadap dirinya. Berbeda dengan Yudha, mendengar ucapan pelayan yang sudah ikut dengan mereka selama 2 tahun itu, Yudha terlihat tersenyum meremehkan.

"Ya, pergilah bersamanya! Kalian sama-sama orang miskin, makanya kalian sangat cocok," ucap Yudha.

Setelah mengucapkan hal itu, Yudha langsung menutup pintu rumahnya dan menguncinya. Larasati sungguh tidak menyangka dengan kelakuan lelaki yang sudah menjatuhkan talak tersebut, dia pun kini bingung harus pergi ke mana.

Mungkin dia harus menyewa sebuah rumah kecil, pikirnya. Larasati terlihat menetap Bi Narti yang sedang menggendong putranya, lalu dia pun bertanya.

"Kenapa Bibi malah ikut dengan saya? Saya sudah jatuh miskin, Bi. Nanti saya tidak bisa membayar Bibi," ucap Larasati seraya tersenyum kecut.

Bi Narti terlihat tersenyum, lalu dia mengelus lembut tangan Larasati.

"Tidak usah khawatir, Nyonya. Nyonya ikut saya saja ke kampung Bibi, kita tinggal di sana, Bibi sudah terlanjur menyayangi Nyonya dan juga Den Satria. Tak usah memikirkan gaji," kata Bi Narti.

Antara senang dan sedih yang Larasati rasakan, rasanya Bi Narti terlalu baik terhadap dirinya.

Bahkan lelaki yang dia cintai saja membuang dirinya, namun Bi Narti malah berbaik hati untuk mengajak dirinya dan juga putranya untuk pergi bersama dengannya.

"Tapi Bibi, Bibi terlalu baik kepada saya," kata Larasati.

"Jangan sungkan, Nyonya. Selama ini Nyonya pun selalu berbuat baik kepada saya," ucap Bi Narti.

Setelah menimbang baik dan buruknya, setelah mempertimbangkan penawaran yang diberikan oleh Bi Narti.

Akhirnya Larasati pun mengiyakan, dia pun mengikuti saran Bi Narti untuk pergi ke kampung halamannya.

Awalnya, Larasati berpikir jika dia lebih baik untuk kembali ke rumah orang tuanya saja. Namun, setelah dipikir kembali lebih baik dia mengasingkan diri ke kampung Bi Narti.

Rasanya akan sangat malu jika dia pulang ke rumah kedua orang tuanya, dia yang meninggalkan orang tuanya demi lelaki yang bernama Yudha.

Dia yang rela pergi dari rumah, untuk meninggalkan orang tuanya demi membela lelaki yang kini menelantarkan dirinya.

Setelah mengalami kejadian seperti ini, Larasati pun bertekad ingin mengubah penampilannya kembali, dulu dia terlihat sangat seksi dan juga cantik.

Dia pun optimis akan bisa kembali cantik seperti dulu lagi, tidak berbadan gempal seperti sekarang.

Larasati terlihat menggendong putranya dengan menggeret koper di tangan kanannya, Bi Narti pun dengan setia mendampingi Larasati dan membawakan satu koper milik Larasati.

Bi Narti bahkan tak membawa pakaiannya satu lembar pun, karena dia terlalu memikirkan Larasati dan juga putranya.

Bi Narti hanya membawa dompet yang selalu dia selipkan di saku celananya, tapi dia tak menyesal. Karena baju bisa dia beli kembali.

Bi Narti terlihat mencegat taksi, lalu dia pun mengajak Larasati untuk pergi ke terminal. Tentu saja mereka hanya bisa pulang dengan menggunakan bus, karena uang mereka kini terbatas.

"Rumah Bi Narti di mana?" tanya Larasati.

"Jawa tengah, Nyonya." Larasati terlihat tersenyum sambil menyusui putranya

"Jangan panggil aku Nyonya lagi, Bi," pinta Larasati.

"Baiklah, Laras," kata Bi Narti.

Sepanjang perjalanan menuju kampung Bi Narti, Larasati tak bisa memejamkan matanya sama sekali.

Padahal perjalanan yang mereka lalui memakan waktu sampai 10 jam, namun entah kenapa matanya sama sekali tak bisa menutup.

Sesekali dia melihat ke arah Bi Narti yang terlihat begitu lelap dalam tidurnya, dalam hati dia sungguh sangat bersyukur karena dipertemukan dengan orang baik seperti Bi Narti.

Dalam hati Larasati sungguh bertekad ingin merubah penampilannya menjadi kembali cantik. Jika bisa, dia ingin merubah penampilannya menjadi lebih cantik dari dulu dan ingin membalaskan dendam kepada Yudha, mantan suaminya.

Lelaki yang dia perjuangkan, namun kini membuang dirinya tanpa rasa belas kasihan.

"Maafin Bunda ya, Sayang. Bunda janji akan berubah, Bunda janji akan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Agar Bunda bisa membesarkan kamu dengan layak," ucap Larasati seraya mengusap pipi putranya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!