"loe yang nulis surat cinta ini,,bego??!" tanya Janet bengis kepada Ika
"dasar gatau malu loe ya!! loe pikir loe siapa??? lihat tu muka loe pantes gak dapetin Altarik???" tambah silvya mendorong bahu Ika.
Ika tak menjawab pertanyaan kedua temannya melainkan berlari ke arah kamar mandi, dikuncinya rapat dan menangis sekencang-kencangnya. " memangnya kenapa kalau gue jatuh cinta sama Altarik, salah???" ucapnya masih terisak.
"Ika ayo buka pintunya, ga usah loe nangis!" Vera mengetuk pintu kamar mandi Ika.
Masih menahan tangisnya Ika memeluk sahabatnya itu.
"emang gue jelek banget ya???" tanya Ika dijawab gelengan oleh Vera.
"lagian loe kenapa sih, kirim surat cinta segala?? gak mungkin kan Altarik suka sama loe?" tanya Vera.
"gue yakin dia suka kok sama gue, tapi gue gak akan bikin surat cinta lagi!! altarik kemarin aja kerumah gue!" seakan tak mau mendengar ocehan Ika, Vera menarik tangan Ika kembali ke kelas.
"Vera bentar!! loe gak percaya sama gue?" tanya Ika mengikuti langkah sahabatnya.
"i'm so sorry!!" jawab Vera.
"kok gitu sih gue beneran Altarik kerumah gue masa sih loe ga percaya, dia suka sama gue!!" Ika menghentikan langkahnya.
"oke, nanti sepulang sekolah kita bahas lagi ya, loe cerita semuanya sama gue, tapi nanti oke kita masih ada kelas sekarang!" Vera berusaha menenangkan Ika yang dianggapnya halu.
Altarik pria terpopuler disekolah, sangat cuek dan tampak tak pernah menghiraukan wanita sejak kehilangan kekasihnya karena kecelakaan, kekasihnya bernama abigael sosoknya begitu lembut parasnya sangat cantik dan berasal dari keluarga terpandang namun takdir tak dapat diubah, kematian memisahkan mereka, meskipun banyak yang jatuh hati padanya, Altarik tak pernah bergeming lalu bagaimana bisa dia jatuh hati pada Ika, mungkin saja Ika hanya menghalu pikir Vera, maka dihiraukannya ucapan sahabatnya. karena terasa tak masuk logika, apalagi Ika sangat berbanding jauh dengan abigael jangankan dengan abigael dengan Janet dan Sylvia pun secara wajah Ika berbanding jauh.
****
"ver loe bilang mau dengerin cerita gue?" tanya Ika sepulang sekolah.
"cerita yang mana??" tanya Vera enggan.
"altarik???" Ika berbinar.
"hai semua???" sadga membuat dua gadis didepannya menatapnya
"hai ga!" hanya Vera yang menjawab.
"kenapa nie, pasti si Ika kan bikin ribut kan, udahlah ver ga usah temenan sama nie anak?" sadga tertawa lebar membuat Ika ingin menjitaknya.
"Ika maaf gue balik duluan ya? dirumah ada arisan gue harus bantuin nyokap, bye?" ucap Vera masuk ke mobil jemputannya
Ika hanya mengangguk menghela nafas dan melambaikan tangan ke sahabatnya.
"mau gak naik motor gue, gue anterin loe pulang?" tanya sadga membuat Ika tak tertarik
"loe jauh-jauh deh dari gue, tadi pagi gue udah kena masalah gue gak mau kenak masalah lagi, sylvia suka kan sama elo???" tanya Ika
"terus kalo guenya ga suka, emangnya kenapa ??? ayo sini gue anterin loe balik?" sadga memberikan helm ke arah Ika.
"tapi tunggu!! rambut loe gak bau kan? ntar helm gue kebauan lagi?" sadga kembali menarik helm yang disodorkan
"udah deh kalo ga ikhlas ga usah ngajakin pulang barengan!"Ika berbalik badan meninggalkan sadga.
"oke ayo!!!" teriak sadga menghentikan langkah Ika, dengan terpaksa Ika naik ke atas motor sadga.
Ada sorot mata tajam menatap keduanya dari kejauhan,.
"Altarik" ucap Ika dengan suara kecil bahkan tak terdengar oleh sadga.
"taruh tangan loe diperut gue, kalo jatuh gue ga peduli ya udah gue ingetin" sadga menarik satu sisi tangan Ika, terlalu gugup menatap Altarik dia tak perduli satu tangannya merangkul perut sadga, sadga melesatkan motornya dengan sangat cepat
***
Sesampainya dirumah Ika
"gue boleh ga minta minum?" tanya sadga membuat Ika menggaruk kepala
"iya-iya!!" jawab Ika malas.
"memangnya kemana mama kamu sepi amat ini rumah??" tanya sadga.
"loe duduk sini sebentar gue ambilin minum?"
selang beberapa menit Ika membawakan gelas dan teko berisi air putih
"cuman ada ini!" Ika meletakannya dimeja
"Ika...!! gimana rasanya jadi gadis jelek, ahhaha?" sadga membuat Ika kesal.
"menurut loe gue jelek?" tanya Ika balik
"sedikit jelek, tapi loe menarik!!! menarik untuk diejek, loe beruntung gue mau anterin loe, gimana rasanya diantar pulang sama sadga?" sadga membuat Ika semakin kesal
"loe ya, udah bagus gue kasih loe minum malah ngatain gue, loe kenapa nganter gule balik, banyak tu cewek cantik disekolah, loe suka kan sama gue?" tanya Ika PD
"suka sama loe, ya kalau gue suka sama cewek bukan loe juga Ika!!!! ngaca donk loe? punya kaca kan dirumah, oke bye gue balik males berdebat sama loe cantik kagak bego iya!!" sadga berlalu.
Ucapan sadga membuat Ika benar-menar berada didepan kaca,
"emang gue sejelak apa sih? perasaan biasa aja, banyak juga kan yang lebih jelek dari gue meski yang lebih cantik juga banyak" Ika memutar badannya didepan cermin.
Altarik membuat Ika jatuh hati entah sejak kapan Ika tak menyadari, tapi menurut Ika dia berhak jatuh cinta, tapi dia tidak bisa memilih pada siapa dia harus jatuh cinta, bahkan Ika sangat yakin Altarik menyukainya, meskipun tidak ada yang percaya bahkan sahabatnya sendiri.
"Ika ayo bantuin mama?" ucap mama sepulang belanja untuk dagangan.
"ma, aku jelek banget ya?" tanya Ika menggelayutkan tangan memeluk mamanya dari belakang
"ga ada wanita terlahir jelek Ika, semua cantik, udah ayo ga usah manja" mama melepaskan tangan Ika.
"baik ma, oh ya ma kapan mama jatuh cinta?" pertanyaan Ika tak dijawab oleh mama.
Mama menyiapkan beberapa pesanan customer membuatnya tak memandang Ika.
****
Hari berganti ingin rasanya Ika bercerita tentang apa yang terjadi, tentang perasaanya.
"ver ,beneran loe ga mau dengerin cerita gue?" tanya Ika berharap
"oke gue dengerin, apa???" akirnya Vera luluh juga, melihat wajah Ika yang sedih membuat Vera tak tega
"jadi gue juga gak tau kapan gue suka sama Altarik, tapi setau gue dia suka banget curi-curi pandang ke gue kalau gue lagi makan di kantin, nie ya pernah dia samperin gue cuman buat nanya apa makanan kesukaan gue? dan loe tau kemarin lusa dia beneran Dateng kerumah gue, cuman buat ngasih gado-gado kesukaan gue, dan menurut loe masa dia ga suka sama gue?"
kali ini Vera berusaha mencerna apa yang dikatakan Ika, apakah sahabatnya memang halu atau nyata tapi jika memang nyata apa alasan Altarik melakukannya kalau jatuh hati pada Ika masih tetap tak bisa diterima oleh akal sehat Vera.
"oke, kalau memang Altarik suka sama loe! gue perlu bukti sih setidaknya loe pancing lah dia, bakal belain loe ga kalau Janet sama Sylvia kasar sama loe!" tantang Vera.
"oke nanti pas dikantin kita coba ya?" kali ini Ika bersemangat menerima ejekan dari geng "beauty".
***
Suasana siang dikantin sangat ramai, terlihat sadga duduk bersama gerombolannya, dan Altarik terlihat menyendiri diujung matanya menatap Ika yang baru masuk ke kantin. Ika berusaha mencari keberadaan geng beuty dilihatnya Sylvia masih memesan makanan sementara Janet dan Lyla Duduk menunggu dimeja. Ika segera mendatangi meja mereka.
"boleh aku duduk disini?" tanya Ika manis
"sejak kapan loe sok akrab sama kita, dasar bego!!!" Janet terlihat tak suka.
"sejak sekarang, boleh ga?" Ika kembali menguji nyalinya.
"boleh tapi tanpa kursi mau????!!!" Janet berteriak dan berdiri mendorong ika.
"stttt!!! ika perempuan sama kaya loe!!! bisa ga sih sesama perempuan tu akur ga membully satu sama lain!!" satga tiba-tiba menghampiri mereka, membuat Ika menatap sekeliling melihat sosok Altarik.
"apa urusan loe!! dia yang cari gara-gara bukan gue!" Janet kembali duduk
"oke sory Janet gue minta maaf sama loe" kali ini Ika bergegas pergi meninggalkan kantin, dilihatnya Altarik juga beranjak meninggalkan kantin
***
Sesampainya dikelas
"gimana ???? ada reaksi??" tanya Vera menyambut Ika yang tergopoh.
"ada!!!" ucapnya pelan sambil menjatuhkan tubuhnya dibangku.
"apa yang Altarik lakukan?" Vera tak sabar mendengar jawaban ika
"sadga yang membelaku, tapi reaksi Altarik loe tau dia meninggalkan kantin?? tapi sebentar loe harus percaya dia suka kok sama gue !!" Ika tetap saja meyakinkan Vera.
"udahlah hallunya terserah loe aja!!" Vera meninggalkan Ika.
"mau kemana loe VER?" tanya Ika.
"cari es manis" jawab Ika melambaikan tangan.
"ver nanti pulang sekolah gue kerumah loe ya?" tanya Ika.
"memangnya kenapa? bukannya loe harus bantuin nyokap loe dagang?" tanya Vera balik.
"ya kali nyokap gue dagang kan online cuman nyiapin dikit aja kok pesanan hari ini, tadi gue yang rekapin pasti sekarang udah selesai tinggal diambil kurir, boleh ya?" tangan Ika memohon dan Vera mengangguk dengan tersenyum.
"hai temen-temen semua, perhatian!!! sebenarnya ya gue males banget urusan sama bocah yang ga level sama gue, cuman ya ini bocah ngelunjak, namanya aja baru gue tahu seminggu yang lalu, sekarang gue mau tanya sama kalian semua!!! pantes ga sih Ika suka sama Altarik???" Janet berteriak didepan kelas membuat anak-anak serius mendengar ucapannya.
Menanggapi ucapan Janet kelas jadi ricuh, ada sih beberapa siswa yang mendukung Ika, tapi lebih banyak yang mencemooh Ika. Kali ini Ika tidak menangis, justru dia tersenyum dia sangat yakin Altarik juga membalas perasaannya. Setelah puas mempermalukan Ika Janet pergi ke kelasnya.
"loe gak papa?" tanya Vera panik.
"gak, gue udah mulai terbiasa kok ver!" ucap Ika menenangkan dirinya sendiri
"udah ga usah loe ladenin si Janet, dia kaya gitu soalnya cintanya bertepuk sebelah tangan, kalau gak bukannya harusnya udah jadian sama Altarik, nyatanya sampe sekarang Altarik masih jomblo kan!" sadga menghampiri Ika.
"ya jomblo, soalnya nungguin gue!" jawab Ika refleks, Vera melototkan matanya ke arah Ika agar tidak konyol didepan sadga, dengan jelas sadga mendengar apa yang dikatakan Ika dan terbahak.
"sadar woy!!!!! bukan loe juga kali, loe ga inget gimana cantik dan lembutnya abigael, setidaknya meski loe gak cantik harusnya loe lembut kalau mau ngrebut hati Altarik, ver sadarin temen loe ni!!!! gak minum aja udah mabok dia apalagi minum ahahhahahha" sadga ngeloyor pergi.
"Ika, plissss banget jangan ke PD an lagi dong! gue yang malu kan?" Vera tampak sedikit sebel sama Ika
"kenapa harus gak PD kan Altarik suka sama gue!!" Ika tetap aja semangat.
"oke, kalau emang dia suka sama loe! langsung aja ya nanti siang dirumah gue kita bikin rencana supaya loe ngedate sama Altarik!!" tantang Vera.
"Lo nantangin gue lagi!!!" tanya Ika..
"iya,kenapa loe takut Altarik nolak Lo!!" lagi-lagi Vera menantang sahabatnya karena sedikit geram dengan tingkah Ika yang terlalu hallu.
"sebenernya sih bukan gue banget kalau harus ngedeketin cowok gitu, tapi gimana ya?? duh jangan ngedate deh yang lain gitu apa kek?" Ika memberikan pilihan lain dan Vera hanya menggeleng.
"sekarang cepetan loe kerjain tugas loe, nanti siang dirumah gue kita bahas oke!!" kali ini Vera terseyum, mana mungkin Altarik menerima ajakan Ika pikirnya, setidaknya dengan begitu sahabatnya akan menyerah.
****
Sesampainya dirumah Vera membuat rencana,
"loe kenal sama Altarik???" tanya Vera.
"guuu...gue ya gimana ya kenal sih!" Ika menjawab dengan terbata membuat Vera semakin yakin temannya ini hanya hallu.
"okey.. loe mau nyamperin langsung dia disekolah atau loe mau nelpon dia?" tanya Vera
"bukannya loe yang bikin rencana kenapa loe tanya gue, sama aja gue dong yang mikir?" tanya Ika menggaruk rambutnya yang harusnya sudah dicuci.
"bentar nyokap loe tu dagang kosmetik, mana cantik lagi!!! loe ga pengen apa lebih rapi dikit gitu, atau setidaknya apa yang dikatakan sadga ada benernya agak dilembutin gitu sikapnya supaya Altarik tertarik!" Vera berusaha mengarahkan Ika.
"udah deh Altarik itu sukanya apa apanya" jawab Ika keras kepala
"ihhh gemes banget gue Ama loe!! kalau dia ga pernah ngomong suka sama loe bisa ga sih loe ga usah ngaku-ngaku dulu, geram tau dengernya!!! gatel telinga gue!" Vera mengguncang tubuh Ika yang kerempeng.
"oke maaf, gue bakal dengerin apa kata loe, solusi pertama ngajak ngomong langsung ke Altarik mungkin itu yang bakal gue lakuin, kalau misalnya kudu nelpon gue gatau nomor hp nya" kini Ika mencoba menjawab penawaran Vera.
"oke !! tapi kalau ngobrolnya disekolah pasti Janet bakalan bikin loe dipermalukan lagi, duh gimana ya? oh atau suruh sadga aja buat ajakin Altarik?" Vera merasa ide ya cemerlang
"gak!!! ga mau gue urusan sama sadga mulutnya lemes apalagi barusan dia juga ngatain gue kan, cara lain!" Ika menolak ide Vera.
tok....tok....ada pelayan mengetuk kamar Vera dan membawakan biskuit serta sirup jeruk pesanan Ika, wajah Ika nampak senang langsung diambilnya sirup dan diseruputnya.
"ahhhhh... lega banget haus gue!" ucap Ika setelah menghabiskan segelas sirup dengan cepat.
"elo ya kaya gini, agak dihalusin bisa!" Vera Memperhatikan tingkah sahabatnya itu.
"udah deh gampang ntar gue langsung ajak omong aja Altarik gue ajakin ngedate gitu apa gimana ngomongnya?" tanya Ika balik ke obrolan.
"ya gimana kek, ntar kalau ni Altarik nolak ajakan loe janji ama gue jangan halu lagi,bisa!!!" Vera menatap Ika dengan mengangkat alis.
"gue gak halu percaya Ama gue!" Ika masih saja meyakini cintanya akan terbalas.
"oke gk sabar gue tunggu berita baik dari loe!" bisik Vera dan mereka berdua tertawa.
"siapa cowok yang loe suka ver??" tanya Ika.
"ada si, rahasia!!!" Vera merahasiakan orang yang disukainya.
"gue lebih suka loe sendiri ver?" jawab Ika
"kenapa?" Vera penasaran
"biar gue punya temen, cuma loe temen gue,gue gak mau kehilangan loe, eh tapi loe ga tertarik kan sama Altarik?"" Ika menyelidik
"hahaha gaklah, loe ga usah kawatir setidaknya gue masih waras Ika!" Vera mengacak rambut sahabatnya itu dan Meraka tertawa bebarengan.
"maaf non Vera ada temen non dibawah?" pelayan membuat Vera dan Ika menghentikan candaan mereka
"siapa?" tanya Vera bingung merasa tak punya janji dengan siapapun
"sadga namanya non!"
"oh suruh masuk aja aku sama Ika akan segera keruang tamu!" jawab Vera sedikit bingung kenapa sadga kerumah
"ver jangan-jangan loe suka sama sadga" tebak Ika membuat pipi Vera merah
"ngomong apa sih loe??? sok tau loe?? Vera menepis tebakan Ika
"terus kenapa dia kesini nyamperin loe kalau dia ga suka sama loe? Ika ikut bgung
"yang kesini dia tapi loe nanyaknya ke gue ya mana gue paham, udah ayo kita temui sadga!" Vera menarik tangan Ika
**
"tau alamat rumah gue dari mana ga?" tanya Vera berjalan bersama Ika keruang tamu ,sadga yang sebelumnya duduk mengangkat kepalanya mendongak melihat Vera yang berdiri.
"gue apa yang ga tau, bahkan gue juga tau kalau loe suka sama gue?" jawab sadga percaya diri
"gue.. siapa yang ngomong ke loe?" kali ini Vera duduk dikursi ruang tamunya.
"becanda kali ver!! atau loe emang suka sama gue?" tanya sadga lagi.
"ada perlu apa loe kesini?" tanya Vera
"gak ada, gue tadi lihat Ika pulag bareng loe jadi gue mampir kesini, Ika loe butuh Tebengan buat balik kerumah ga? mumpung lagi baik hati gue mau kasih tumpangan sama loe?" jawab sadga membuat Ika kaget.
"tumpangan!!! yang bener aja, loe kesini ngajakin gue pulang!! ya ampun sadga udah ya urusan sama Janet aja gue udah pusing, apalagi urusan sama Sylvia gak!!! Sylvia suka sama loe!!" Ika duduk disamping Vera, dan muka Vera yang tadinya cerah berubah menjadi masam.
"oh cuman mau kasih tumpangan sama Ika? dalam rangka apa ga, bukannya loe ga suka ya sama Ika, dan tadi loe juga sempet bilang kalau Ika itu ga lemah lembut, kenapa loe harus kasih tumpangan sama orang yang sering loe katain?" Vera sedikit menaikan suaranya.
"bukan gitu konsepnya, gue kasih tumpangan itu kemanusiaan kalau masalah apa yang sering gue katakan tentang Ika itu bener kok, dia gak cantik menurut gue, sedikit jelek iya terus apa ya perlu dikasih tambahan kerempeng iya, tapi menarik aja untuk diejek ya kan?" sadga sepertinya kehilangan kata-kata yang tepat untuk menjawab, jadi terdengar aneh ditelinga Vera dan Ika yang saling memandang.
"oke Ika apa loe butuh tumpangan?" tanya Vera
"ogah ngapain, gue masih ada uang kalo cuman buat naik ojek online masih ada perlu gue sama Vera, jadi loe kesini ga nyariin Vera, nyariin gue!!! hello segitu kepincutnya loe sama gue?" Ika sok cantik.
"dasar jelek bego kerempeng!!! PD boros loe!!! gue balik ver, males ngomong sama si Ika, si Ika tukang mabok sebelum minum, bye!" sadga meninggalkan Vera yang masih tak habis pikir dengan kelakuannya.
"loe sakit hati?" tanya Vera dan Ika hanya menggeleng dengan terbahak.
"sakit hati pilih-pilih juga kali ver, ga akan orang kaya sadga aku biarin nyakitin hati gue!" kali ini jawaban ika terdengar lebih bijak.
"oke misi kita besok kita jalankan ya, loe persiapkan diri loe ngajak ngomong Altarik, ngajak kencan, siap!!!" Vera memberikan semangat.
"siap ver, makasih ya" Ika memeluk sahabatnya itu.
Setelah berpelukan Ika memencet tombol ojek online hari sudah sore dan Ika balik kerumah takutnya nanti mamanya nyariin.
Hari ini Ika bersemangat untuk datang ke sekolah bahkan lebih pagi dari biasanya, dia menyiapkan diri untuk mengajak Altarik ngedate, dicarinya Vera belum tiba disekolah.
"wow... rambut loe kepang jadi dua, loe pikir makin cantik gitu? jelek tau semakin kaya orang desa!" Sylvia mengejek Ika sembara tertawa Lyla yang disampingnya menjawil Sylvia, hanya Lyla yang tak pernah mengolok teman lain diantara geng beauty.
"emang menganggu loe gak kan?" tanya Ika berani.
"hello sejak kapan loe berani sama gue!" bentak Sylvia tak terima
"oh ya gue kaya orang desa ya? tapi sadga mau tu nganterin gue pulang, dan selalu ngasih tumpangan gue, nah loe bukannya loe suka sama sadga?" Ika berusaha menantang Sylvia tapi tak berani menatap wajahnya.
"hei cewek bego kerempeng ga guna, sekali lagi loe bikin masalah sama gue loe bakal menyesal, gue bakal bikin loe ga punya teman, bahkan sahabat loe bakalan ninggalin loe!!!" kali ini Sylvia Meninggalkan Ika dengan menabrak bahu Ika dan berlalu.
Rasanya dadanya berdetak sangat kencang, bagaimana bisa Ika melontarkan kata-kata yang bahkan diluar pikirannya.
"ikaa.....!!!" teriak Vera dari belakang Ika
"ver, gimana penampilan gue?" tanya Ika tersenyum, berharap sahabatnya akan setuju dengan penampilannya kali ini.
"kuno tau!!! kenapa sih harus dikepang gini, loe tau ga ini yang bikin loe dibuli, ayo lepas ini kepangan?" Vera melepas kedua kepangan Ika dan mengurai rambut Ika yang tak panjang itu.
"nah gini lebih cantik!" Vera kembali merapikan rambut Ika
"jadi menurut loe gue cantik?" tanya Ika senyum
"hmmm ya maksudnya lumayan daripada tadi, gimana loe udah siap nanti ngomong sama Altarik?" Vera menanyakan kesiapan Ika.
"siap kok! tapi nanti siang aja ya sebelum dia ke kantin" jawab Ika
" oke semoga setelah ini loe akan dapet jawaban ya, satu lagi loe udah janji ke gue kalau nanti loe ditolak ajakan ngedate loe, jangan hallu lagi didepan gue sok bilang Altarik suka sama loe janji" Vera mengangkat jari kelingking berharap Ika melingkarkan kelingkingnya.
"oke, janji gue ga bakal bilang Altarik suka sama gue!" Ika melingkarkan kelingkingnya.
Mereka berjalan beriringan menuju kelas dengan bergandengan, ada harapan besar yang ada didasar hati Ika, berharap Altarik membalasnya dan sesisi sekolah Sadar kalau Ika pantas mencintai Altarik.
****
Bel berdering....
Tanda istirahat dimulai, tak seperti pagi tadi kali ini Ika sedikit deg-degan apa iya dia mau ngajak Altarik ngedate siapa dia, berbalik dengan hari biasanya yang selalu percaya diri kini nyalinya menciut.
"gimana? loe udah siap?" tanya Vera memberikan semangat.
"guuu...gue atau nanti pulang sekolah aja ya ver?" Ika tampak terbata.
"aduh kelamaan udah sekarang aja cepetan!!! lagian ya "beauty" geng mumpung ga ada, mereka latihan Cheerleaders, buruan gue tunggu dikelas ya?" Vera sedikit mendorong pelan tubuh Ika agar berdiri.
"oke, gue tarik nafas dulu ternyata tegang juga gue?" kali ini Ika menunjukan kepanikannya terhadap Vera.
Selang beberapa detik setelah menarik nafas panjang Ika meninggalkan Vera. Berjalan ke arah kantin Ika mencari keberadaan Altarik sayang tak ditemuinya, hanya ada sadga yang menghampiri Ika membuat Ika memalingkan wajah, malas berurusan dengan pria satu itu.
"mana Vera, sendirian aja loe?" tanya sadga melihat Ika terdiam tak seperti biasanya.
"jawab dong!!! bisu loe?" pancingnya lagi.
Ika tetap berlalu meski membuat sadga heran tak seperti biasanya Ika tak menjawab pertanyaannya, dengan menggeleng pelan akirnya sadga membiarkan Ika meneruskan langkahnya.
"ah itu Altarik, dia menuju meja pojok!" ucapnya pelan.
Dadanya semakin berdegup tak karuan, sedikit keringat dingin mengucur dikeningnya, tangannya mulai dingin, tapi Ika tetap berjalan memberanikan diri menghampiri Altarik, Altarik yang mulai melihat sosok Ika mendekat terlihat sedikit kaget, jarak setengah meter sebelum Ika mendekat terlihat Altarik berdiri hampir meninggalkan meja.
"tunggu!!" ucap Ika sedikit berlari mendekat.
Altarik hanya menatap heran bocah yang sedang berdiri didepannya, hanya terdiam Altarik tidak jadi meninggalkan meja.
"ada yang ingin aku sampaikan!" ucap Ika menunggu reaksi pria tampan yang saat ini tepat berada didepannya, gemuruh didadanya semakin tak tertahan, tak ada jawaba yang dia dengar dari Altarik lelaki itu hanya terdiam menatap Ika.
"begini, sore nanti ada acara kah?" tanya Ika terbata.
"siapa??? siapa yang loe tanyakan?" tanya Altarik dingin.
"kamu Altarik? aku ingin mengajak kamu keluar?" rasanya lega Ika telah mengeluarkan pertanyaan itu, setidaknya tugasnya sudah selesai.
"keluar untuk apa??" altarik kembali duduk tanpa menatap Ika, dan Ika masih berdiri berharap Altarik menerima ajakannya.
"makan, ucapan terimakasih karena kamu udah bawain aku gado-gado tempo hari!" alasan yang sebelumnya tak terpikir dalam benak Ika.
"gue iklhas kok beliin loe gado-gado, ga perlu loe balikin kebaikan gue, udah selesai yang loe omongin sekarang loe boleh pergi" Altarik menatap Ika yang sedikit menggigit bibir, apakah ini penolakan tanyanya dalam hati.
"kalau kamu bisa kasih kebaikan apa aku tak berhak?!" Ika tidak mau usahanya tak berhasil apa yang akan ia katakan pada Vera.
"gue gak biasa ditraktir cewek, beneran gue ikhlas atau loe ada maksud lain?" tanya Altarik menyelidik.
"iya memang pengen makan bareng sama kamu, salah?" tanya Ika masih berusaha.
"sory gue gak bisa!!!" ucap Altarik membuat Ika serasa ingin menangis berdiri, atau apa yang dikatakan Vera benar, Ika mulai kehilangan kepercayaan dirinya. tanpa jawaban Ika berbalik berlari meninggalkan Altarik, matanya mulai basah ada sedikit buliran yang keluar dan dia mengusapnya.
Ika tidak sanggup ke kelas untuk menceritakan kepada Vera, Ika berusaha menenangkan diri sebentar.
dia Duduk di kursi koridor.
"ngajak omong apa loe ke Altarik?" lagi-lagi sadga menghampirinya membuat Ika merasa tak nyaman
"oh jadi loe beneran suka sama Altarik, loe berjuang dapetin dia dan gue tau loe ditolak kan pasti!!! yaiyalah Ika mana mungkin Altarik suka sama loe! gimana ceritanya sih orang ga minum bisa mabok kaya loe!!" sadga duduk disamping Ika, bukan ingin menenangkan tapi mengejek membuat Ika semakin menangis.
"sory sory loe jangan nangis dong, gue gak mau bikin loe nangis tapi gue cuma pengen loe sadar, gini biar loe ga sedih nanti sore kita jalan oke!!!" tanya sadga membuat Ika menatapnya.
"loe beneran suka ya sama gue?" Kali ini Ika mengusap air matanya.
"jangan kepedean bisa aja kan gue suka sama temen loe terus gue ngjak loe jalan buat tau tentang temen loe!" sadga membuat Ika meliriknya curiga.
"oh...loe suka sama Vera, iya sih ga mungkin juga loe suka sama gue?" jawab Ika kembali murung.
"nah bisa jadi, cuman ga sekarang gue deketin Vera karena gue ga tau kan gue cocok apa gak sama dia, satu hal loe buang jauh-jauh pikiran loe kalau gue suka Ama loe, meskipun wanita didunia ini cuma ada loe!!? gue tetep ga akan pilih cewek mabok sebelum minum??" kali ini sadga meninggalkan Ika.
Ika beranjak berdiri menuju kelas, matanya melihat sosok diseberang menatapnya Altarik, kenapa Altarik selalu menatapku, sudahlah aku akan berhenti berharap, tapi bagaimana aku berhenti jika aku jatu cinta, aku akan berjuang, gumam Ika.
***
"gimana sini sini ?" ucap Vera ketika melihat Ika masuk kedalam kelas.
"duduk sini loe cerita sama gue?" tanya Vera tak sabar mendengar jawaban Ika, melihat ekspresi Ika sebenarnya Vera menebak sahabatnya itu gagal.
"no!!" jawab Ika menggeleng lalu memeluk Vera.
"dia gak mau atau gimana? loe nanyaknya gimana,?" Vera masih penasaran.
" ya intinya dia ga mau makan sama gue pergi sama gue, udah loe jangan tanya lagi ya!" Ika melepaskan pelukannya.
"ok, loe inget kan sama janji loe?" Vera mengingatkan
"tapi tunggu vera, gue cuman janji untuk ga ngomong kalau Altarik suka sama gue kan!! tapi gue gak janji ke loe kau gue akan berhenti berharap!" ada semangat lagi dalam diri Ika membuat Vera menepuk jidatnya.
"jadi sekarang apa mau loe?" tanya Vera.
"gue akan berjuang, berjuang mendapatkan Altarik!!" Ika mengangkat kedua alisnya dan tersenyum, bahkan Ika berencana menjadi lebih cantik untuk mendapatkan Altarik, membuat perubahan apapun untuk menarik hati pujaannya
Vera ikut tersenyum getir mendengar ucapan sahabatnya itu.
****
Meskipun disekolah usaha yang dilakukan Ika tak membawa hasil, dia justru meyakinkan dirinya untuk terus berjuang, bagaimana bisa berhasil kalau tidak berjuang gumamnya seorang diri.
"Ika, bantuin mama anter beberapa barang ini ke tante Lusi ya?" teriak mama dari ruang tamu, yang jelas terdengar karena rumah Ika termasuk sempit.
"iya ma sebentar Ika ganti baju!" jawabnya beranjak mengganti bajunya.
Selang beberapa menit Ika keluar dari kamar dan siap mengantarkan barang dagangan mamanya ke Tante Lusi.
"ika... serius kamu pakai baju itu?? udah lusuh!! dipakai dirumah aja, kamu ganti baju yang lain sana, ayooo!" mama melihat putrinya yang tampak kusam.
"masa sih ma, masih bisa ah dipakai, lagian ini baju kesukaan aku kiriman dari papa!" Ika membantah ucapan mamanya
"ya sudah, suka-suka kamu aja, ini barang pesanan Tante Lusi dan yang di amplop itu uang buat kamu" kata mama membuat Ika melebarkan matanya.
"aku udah bayar SPP bulanan kan ma, buat apa uang ini buat ditabung?" tanya Ika kebingungan.
"habis dari rumah Tante Lusi kamu ke mall, kamu beli baju yang lain yang lagi tren atau apalah, mama gak mau ya kalau kamu diejek karena teman kamu pikir mama gak memperhatikan kamu, keluarga kita memang sederhana Ika, tapi mama masih bisa kok biayain kamu dan kebutuhan kamu!" jawaban mama membuat Ika semakin bingung, perasaan Ika selama ini bajunya masih bagus (itu hanya pemikirannya sendiri)
"ma..., beneran gak perlu, Ika aja seneng kok sama baju yang Ika pakai!" Ika masih saja berusaha menolak apa yang diperintahkan mamanya.
"kali ini kamu harus nurut sama mama, mama gak peduli, berangkat sekarang Tante Lusi udah nunggu!" Kali ini Ika mengangguk dan berpamitan dengan mamanya.
***
setelah mengantarkan pesanan kerumah Tante Lusi, Ika beneran ke mall sesuai dengan anjuran mamanya, menurutnya sebenarnya sangat tidak penting membeli pakaian baru, mata Ika melirik ice cream yang dia lewati, karena tertarik Ika membeli satu ice cream itu, setelah mendapatkan ice cream ia berjalan menyusuri mall, tak dilihatnya ada pakaian yang menarik.
"loe sama siapa?" seseorang menepuk bahunya membuat mulut Ika clemotan ice cream karena secara reflek melihat ke arah belakang.
Serasa tersmbar petir kaki Ika bergetar saking bingungnya, ya tuhan Altarik gumamnya dalam hati, Altarik melihatnya dalam keadaan lusuh dan mulut blepotan ice cream.
"altarik!" ucapnya hanya dengan satu kata.
"ditanya malah bengong?!" ucapnya terlihat kesal.
"sendiri, mau temeni aku?" tanya Ika memberanikan diri, kapan lagi punya kesempatan ini.
"ngapain nemenin loe, ada perlu gue!" altarik berjalan mendahului Ika, dengan cepat Ika merogoh hp ditasya untuk megambil gambar Altarik meski dari belakang, setidaknya dia bisa memamerkannya pada Vera.
"tunggu!" Ika berlari mensejajarkan langkahnya ice cream yang tadi membuatnya clemotan dibuangnya ditempat sampah meski belum habis.
"plisss temeni aku cari baju yang sesuai sama aku, mau ya?" tanya Ika tak menyia-nyiakan kesempatan ketemu sama Altarik dimall, ini kan sama aja dengan ngedate meskipun sebentar, Ika tertawa dalam hati melihat keberuntungannya hari ini.
"udah jangan sok Deket!! loe tunggu gue di cafe pojok, jangan membantah!!!" perintah Altarik dijawab anggukan oleh Ika.
Ika segera berjalan ke arah cafe yang ditunjuk Altarik, dia mengganti ice creamnya dengan vanilla latte, setelah membeli minum Ika mencari kursi untuknya menunggu Altarik.
Beberapa menit telah berlalu bahkan hampir setengah jam, tak dilihatnya Altarik menghampiri nya, atau jangan-janhan ini jebakan, batin Ika. Ika menarik nafas panjang dan berusaha berfikir positif diliriknya jam, jarumnya sudah jauh bergeser dan sekarang tepat 45menit dia menunggu Altarik, vanilla latte nya bahkan sudah habis dia minum dan Altarik tetap tak menunjukan batang hidungnya, kali ini Ika sudah mulai berfikir negatif, dasar pembohong!!! ucapnya dalam hati, Ika hanya menunduk lesu, ia menghabiskan waktu dengan sesuatu yang tidak jelas, Ika mengumpulkan tenaga untuk berdiri, dia memutuskan untuk segera mencari satu atau dua baju saja, seadanya dan ingin bergegas pulang, karena mama pasti sudah menunggunya.
"maaf nona manis! apa benar nama anda Ika?" tanya seseorang memakai seragam berwarna hitam dan terlihat berumur.
"iya, darimana bapak mengenalku?" tanya Ika heran.
"dari tuan muda Altarik! nona kenal kan?" tanyanya balik membuat dada Ika bergetar sedikit takut, jangan-jangan Altarik mau jual gue lagi, batinnya kotor.
"maaf pak, aku harus segera pulang, permisi!" Ika beranjak dan bapak itu menghadang Ika.
"tunggu, sebentar saja! ini dari tuan Altarik, tadi tuan yang memilihkannya untuk nona, tolong diterima ya, ini yang nona butuhkan!" katanya sambil menyerahkan beberapa tas belanjaan yang ada ditangannya, dan Ika terbelalak melihat seluruh tas belanjaan dengan merk brand ternama.
"tapi pak!" Ika berusaha menolak.
"tolong nona terima ya, kalau ditolak atau suatu saat dikembalikan saat itu juga saya bisa dipecat, jadi tolong ya! saya punya anak istri yang harus saya hidupi, permisi!" bapak itu meninggalkan Ika yang masih sulit mencerma apa yang dilakukan Altarik padanya.
Entah senang entah bingung hati Ika berkecambuk tak jelas, uang yang diberikan mamanya diputuskan untuk dia tabung setidaknya dia tetap pulang membawa belanjaan.
***
Sesampainya dirumah
"Ika!! gimana?? kamu belanja cuman satu?" tanya mamanya melihat Ika hanya membawa satu kantong kresek tanpa merk.
"iya ma, ini yang paling tren ma dan terbaru sedikit mahal ma makanya Ika cuman beli satu!" mama terlihat bahagia anaknya mau berbelanja.
"sebentar Ika ini kan merk mahal, tapi kenapa hanya pakai kantong kresek biasa, pasti uang kamu habis ya ?" mama mengernyitkan dahinya.
"ini yang palsu ma, label baju kw ini ma!" Ika berusaha meyakinkan mamanya.
"ya sudah, mama mandi dulu ya! jangan lupa kamu sirami bunga-bunga mama?" mama meninggalkan Ika yang mengangguk.
Setelah mama benar-benar masuk kamar mandi Ika mengambil baju-baju lain dan kantong tas baju branded pembelian Altarik dari bagasi mobil yang sempat disembunyikannya, jangan sampai mama tau, lagipula nanti malah mama curiga dapat uang dari mana sampai Ika bisa membeli baju mahal.
setelah mengambil baju dikuncinya kamarnya, Ika mulai membuka baju pilihan Altarik, baju yang cantik itu sepertinya menjadi tak cantik jika Ika yang memakainya, ada 4 baju yang dipilihkan Altarik untuknya.
"dia menyuruhku menunggu dicafe hingga mengantuk, dan hampir berfikir negatif ternyata dia pilihkan gue baju yang bagus, atau Altarik merasa gue pantes pakai baju ini, sudah gue bilang Altarik tu suka sama gue!!" Ika kembali melambung dan membangkitkan semangatnya untuk mengejar cinta pertamanya.
"ikaaaaaa!!! gimana sih mama bilang sirami bunga mama, belum mandi jangan tidur ya kamu anak malas!!" mama berteriak didepan kamar Ika membuat Ika meloncat dari kasurnya.
"iya ma sebentar, ini Ika mau sirami kok, cuman mau ganti baju ma, tunggu ya sabar!" Ika berbohong agar namanya tak kembali berteriak.
sore keberuntungan Ika....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!