NovelToon NovelToon

KISAH CINTA SANG PEWARIS TAHTA

Pertemuan pertama

Dua orang pemuda terlihat sedang berjalan tertatih tatih dengan masing masing membawa satu buah koper besar di tangan nya.

Satu pemuda memiliki perawakan tinggi, berkulit putih serta wajah tampan dengan rambut hitam yang terlihat sedikit berantakan,sesekali tangan nya mengusap keringat yang membasahi pelipis di wajahnya.

Pemuda tersebut bernama Arezz, ini sudah yang kesekian kalinya dirinya serta pengawal setia nya berpindah tempat tinggal dari satu kota ke kota lainnya.

Sementara pemuda yang lainnya bernama Sakti, seperti namanya, sakti memiliki berbagai kemampuan yang tidak di miliki oleh Arezz, seperti bela diri, serta otaknya memiliki IQ di atas rata rata.

Sakti selalu ikut kemanapun Arezz pergi, karena dirinya sudah menjadi pendamping Arezz semenjak dirinya masih anak anak, dia sudah di tugaskan oleh atasan nya untuk selalu berada di sisi arezz serta menemani dan melindungi nya.

Sakti sendiri memiliki perawakan tinggi dan juga gagah, wajah nya tak kalah tampan dari arezz hanya saja dirinya memiliki kulit yang sedikit kecoklatan.

Mereka berdua tinggal di sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Underland. Kerajaan yang di bangun dari abad ke 15, dan masih berdiri kokoh sampai saat ini.

Arezz adalah putra tertua dari raja yang sedang menjabat saat ini, sayangnya dia hanya lahir dari rahim seorang ibu yang hanya memiliki gelar selir kerajaan.

Mereka sudah berjalan selama hampir 2 jam, Arezz tampak berhenti dan berjongkok karena kaki nya sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan.

''Kita istirahat dulu ya, aku sudah tak kuat lagi untuk berjalan," Arezz berucap sambil memijit kakinya.

''Baik pangeran,'' jawab Sakti.

Mereka berdua duduk di pinggir jalan yang ramai di lalui oleh kendaraan, mata Sakti sesekali menengok ke arah kanan dan kirinya, memperhatikan keadaan sekitar terlihat waspada jika ada yang sedang mengikuti mereka berdua.

Setelah kondisi di rasa aman, Sakti pun duduk di bersama Areez.

''Kita akan pergi kemana lagi pangeran? rasanya kita sudah berjalan sangat jauh,'' ucap Sakti.

''Kita akan mencari tempat tinggal di kota kecil yang bernama kota Barsom, tentunya tempat yang akan kita tinggali tidak boleh terlalu besar dan tidak boleh terlalu menonjol, setelah itu kita akan segera mencari pekerjaan,agar kita bisa bertahan hidup,'' ucap Arezz sambil meneguk botol minum yang sedari tadi berada di tangannya.

Sakti mengangguk tanda mengerti.

Setelah beristirahat selama 30 menit,mereka melanjutkan perjalanan, menuju sebuah kota kecil yang sudah tidak jauh dari tempat mereka berjalan saat ini.

Kota Barsom, adalah kota kecil dengan sejuta keindahan, meski banyak bangunan tinggi yang sudah di bangun di kota itu, namun masih banyak bangunan kuno berjejer rapi di sepanjang jalan saat pertama kali memasuki kota tersebut.

Bangunan kuno peninggalan zaman dahulu tersebut telah di sulap menjadi cape, Restoran atau pun penginapan.

Arezz dan Sakti akhirnya sampai di kota tersebut, mereka berdua langsung di suguhkan dengan bangunan tua bercat warna warni dan juga berhiaskan lampu kelap kelip.

Wajah mereka tampak tersenyum, lelah yang sedari tadi di rasakan nya seolah hilang saat melihat pemandangan yang kini berjejer rapi di setiap sisi jalan raya.

Karena hari sudah semakin larut, jalanan terlihat kosong tanpa pengunjung, hanya terlihat beberapa pelayan yang sedang bersiap untuk menutup cape mereka.

Sakti tampak bertanya kepada seorang laki laki paruh baya yang sedang merapihkan kursi di depan sebuah cafe.

''Permisi pak, saya mau bertanya, apa di sini ada tempat yang menyediakan rumah untuk di kontrakan?'' ucap Sakti.

''Kalau rumah yang besar rasanya tidak ada, tapi ada kontrakan kecil dan murah,yang biasa di tinggali oleh para pelayan yang kerja di sini,'' ucap laki laki tersebut.

''Iya pak tidak apa apa, kira kira tempat nya jauh tidak dari sini?''

''Dekat ko, kalian tinggal jalan lurus dari sini, lalu ada tikungan ke kanan, kalian masuk saja ke sana, nanti di sana sudah ada berjejer kontrakan kecil.''

''Baik Pak, terima kasih.''

Mereka berdua berjalan kembali mengikuti arah yang tadi sudah di intruksikan oleh orang tersebut.

Dan akhirnya mereka sampai di tempat itu.

Di sana sudah berjejer rapi kontrakan kecil yang biasa di tempati oleh para karyawan yang bekerja d cafe, Restoran ataupun penginapan.

Ada sekitar 20 kamar yang posisinya saling berhadapan antara 10 kamar dengan 10 kamar lainnya.

Merekapun bertanya kepada salah satu penghuni kontrakan, siapa pemilik dari kontrakan tersebut. Lalu sakti pergi untuk berbicara kepada pemilik kontrakan, sementara Arezz hanya berdiri, membiarkan Sakit yang mengurus semuanya.

Tak lama kemudian Sakti pun kembali, dengan membawa satu buah kunci yang bertulis kan "Kamar 12"

''Pangeran, kita akan tinggal di kamar no 12,'' ucap Sakti sambil memberikan kunci kamar yang di pegang nya.

Sakti hanya mengangguk,tanpa melihat no dalam kunci yang di pegang nya.

''Silahkan pangeran duluan ke dalam, kopernya biar saya saja yang bawa.''

Lagi lagi Arezz hanya mengangguk, mungkin karena badannya sudah terlalu lelah, sehingga membuatnya sangat malas meski hanya sekedar berbicara.

Arezz langsung bergegas menuju kamar kontrakan yang dimaksud oleh Sakti, dirinya sudah tidak sabar untuk segera beristirahat.

Setelah berada di depan kontrakan, Arezz hendak membuka kunci kamar, namun pintu kontrakan tersebut ternyata sudah dalam keadaan tidak terkunci sama sekali.

Tanpa basa-basi Arezz langsung masuk ke dalam, dirinya melihat sudah terdapat karpet yang terpasang di ruang depan kontrakan tersebut.

Saat hendak masuk ke dalam, tiba tiba ada seorang wanita cantik keluar dari dalam kamar mandi, dengan hanya mengenakan handuk yang menutup separuh badannya, serta handuk kecil membungkus rambutnya.

Wanita tersebut tidak menyadari jika ada seorang laki laki yang saat ini sedang berdiri mematung memperhatikan dirinya, dengan jantung yang berdetak sangat kencang.

Wanita tersebut berjongkok lalu mengeringkan rambut panjang nya dengan handuk kecil, membuat bagian dadanya terlihat sangat jelas putih bersih menyembul seolah akan melompat dari tempatnya.

Arezz tampak menelan ludah. Dalam hati nya berucap, mengapa ada wanita cantik di dalam kontrakan yang akan dia tinggali? apakah dirinya salah masuk kamar?

Kini wanita tersebut telah menyadari keberadaannya, melihat ke arah Arezz dengan wajah heran. Lalu sedetik kemudian...

''Haaaa........''

Terdengar teriakan keras dari mulut wanita tersebut, dirinya melemparkan handuk kecil yang tadi dia gunakan untuk mengeringkan rambut basahnya ke arah Arezz. Lalu menutupi bagian dada dengan kedua tangan nya.

Sontak Arezz pun ikut berteriak dengan suara yang sama keras nya dengan wanita yang saat ini masih berbalut handuk berwarna putih.

Sementara Sakti yang sedang berjalan terlihat panik. Lalu meletakan koper yang di bawanya begitu saja dan berlari menghampiri Arezz.

*****

(Hai semuanya, untuk nama kerajaan atau pun nama kotanya, semua hanya imajinasi saya saja. Sedangkan untuk seting dari novel ini bukan kerajaan jaman kuno,melainkan kerajaan modern. Terima kasih)

*Jangan lupa tinggalkan jejak di setiap bab nya ya.

Like

komen

Vote

hadiah

Terima kasih*

.

Salah kamar

Arezz menangkap handuk kecil yang di lemparkan kepadanya, aroma shampo masih tercium wangi dari handuk yang sudah dalam keadaan agak sedikit basah tersebut.

Kini wanita yang berada tak jauh dari hadapannya itu berteriak histeris, dia meraih kain panjang dari dalam kamar untuk menutup tubuhnya yang dalam keadaan setengah telanjang.

''Dasar mesum, siapa kamu? beraninya masuk ke tempat orang tanpa mengetuk pintu dulu,'' sungut Evina, dengan wajah yang merah menahan amarah.

''Ini kamar saya, sedang apa kamu berada di kamar saya?'' Arezz balik bertanya.

Evina meraih satu buah panci yang biasa dia gunakan untuk memasak mie rebus di dapurnya, saat hendak memukul Arezz menggunakan panci tersebut,Sakti datang melerai mereka berdua.

''Hentikan...''

Sakti berteriak ke arah mereka berdua, yang sontak membuat kedua nya berdiri mematung, Evina yang sudah mengangkat benda yang akan dia hantam kan ke arah Arezz pun langsung menghentikan gerakannya seketika.

Sakti menghampiri keduanya, dilihatnya nomor kamar di papan kayu yang di tempel di depan pintu.

''Nomor 13"

''Saya minta maaf atas kesalahan pangeran... Eeh maaf maksud saya teman saya,'' ucap Sakti, dengan sedikit membungkuk.

Sakti menyadari betul jika Arezz yang salah karena telah salah memasuki kamar.

Wanita itu sangat geram dan hendak kembali menghantamkan benda yang sedari tadi berada di tangannya, namun dengan cepat Sakti meraih benda tersebut dengan kecepatan tangannya yang hampir tak terlihat, kini benda tersebut telah berpindah tangan kepadanya.

Karena gerakan tangan nya yang terlalu cepat, membuat kain panjang yang menutup tubuhnya terlepas hingga tubuh Sexy Evina yang berbalut handuk pendek pun kembali terekspos.

Sakti membelalakan mata lalu kemudian membalikan badan,dirinya sebisa mungkin tak melihat tubuh yang sedang dalam keadaan setengah telanjang di hadapannya.

Lain halnya dengan Arezz, dirinya masih berdiri terpukau melihat kecantikan serta ke indahan tubuh Evina.

''Pergi kalian dari sini....'' Evina berteriak sekuat tenaga,lalu membanting pintu dengan sangat keras.

Yang sukses membuat penghuni lain yang sedang beristirahat berhamburan keluar kamar.

Arezz dan pengawalnya hanya diam mematung, saat para penghuni kontrakan mulai mengerumuninya.

''Siapa kalian, berani berani nya membuat gaduh di tempat ini,'' tanya salah satu penghuni.

''Maaf pak, jika kita berdua mengganggu istirahat kalian semua, pangeran... Maaf maksud saya teman saya salah memasuki kamar,'' ujar Sakti mencoba menjelas kan.

''Apa... salah masuk kamar? Aku...?'' sungut Arezz dengan menunjuk satu jarinya ke arah wajahnya sendiri, wajahnya sedikit merah menyala karena rasa malu, jika memang dirinya yang bersalah sudah sepatutnya jika dia meminta maaf kepada wanita tersebut.

''Mereka pasti bohong, kita bawa saja mereka ke kantor polisi,'' ujar salah satu penghuni.

''Jangan...! Saya sungguh tidak berbohong, kalau tidak percaya ini kunci kontrakan saya, kamar nomor 12,'' Sakti menunjukan kunci kamar yang di genggam Arezz.

''Koper saya ada di sebelah sana,'' lalu Sakti menunjuk satu tangan nya ke arah koper besar yang tergeletak tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Separuh dari mereka mengangguk tanda mengerti, namun tak sedikit dari mereka pun yang masih menaruh curiga dengan melayangkan tatapan yang mengintimidasi sehingga membuat Arezz serta Sakti sedikit risih.

Sakti berjalan lalu mengambil koper besar yang masih tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri, dengan masih di temani oleh tatapan tajam dari para penghuni lain, yang membuat nya merasa tidak nyaman dan ingin segera masuk ke dalam kontrakan.

Ceklek...

Terdengar suara kunci di putar dan pintu pun di buka, Arezz dan Sakti masuk ke dalam kontrakan kecil yang hanya menyediakan satu ruangan depan,satu kamar tidur serta dapur kecil yang terletak di depan kamar mandi.

Tempat tersebut memang terlihat kecil dan sederhana, namun bagi keduanya tempat itu sudah cukup untuk tempat mereka berteduh.

***

Evina sedang memakai pakaian, dirinya mengingat kembali saat laki laki tadi menatap tiap lekuk bentuk tubuhnya tanpa berkedip.

"Dasar mesum,awas saja nanti jika ketemu lagi"

Gumam Evina dalam hati.

Sebagai seorang wanita yang biasa menjaga kesucian nya,Evina sungguh merasa harga dirinya sudah ternoda, haruskah dirinya meminta pertanggung jawaban pria tersebut? batinnya bergumam.

Selesai berpakaian Evina membaringkan tubuhnya di atas kasur busa yang tergerai begitu saja tanpa di alasi oleh apapun.

Evina... Dia adalah gadis yatim piatu, kedua orang tua nya sudah meninggal dari semenjak dirinya berumur 12 tahun, sejak saat itu Evina benar benar hidup sendiri, dirinya juga membiayai semua kebutuhan hidup nya sendiri tanpa di biayai oleh siapapun.

Evina sendiri dia memiliki postur tubuh tinggi juga, dia memiliki kulit wajah yang putih dengan mata coklat yang membuat kecantikannya semakin memukau, di tambah dengan rambut panjang bergelombang yang menyempurnakan kecantikannya.

Meski postur tubuhnya terlihat tinggi namun Evina memiliki tubuh langsing, yang lebih tepatnya jika di sebut kurus, mungkin karena dirinya terlalu mem porsir tubuhnya untuk bekerja.

Dia sudah terbiasa bekerja semenjak usianya masih belia, bahkan dirinya tidak hanya bekerja di satu tempat, melainkan 3 tempat sekaligus dalam satu hari.

Malam ini tubuh Evina merasa sangat lelah setelah seharian bekerja di 3 tempat sekaligus tanpa beristirahat sedikit pun.

Dia pun mencoba untuk memejamkan matanya.

Saat dirinya mulai memejamkan mata, lagi lagi bayangan laki laki tadi kembali menari nari di otak kecilnya, dia bahkan tidak mengetahui nama laki laki tersebut akan tetapi tatapan matanya sungguh membuat dirinya resah, apalagi membayangkan jika laki-laki tersebut sudah melihat lekuk tubuhnya yang hanya terbalut handuk pendek.

Akhirnya Evina memutuskan untuk keluar dari dalam kamar, di lihatnya jam kecil yang terpasang di pojok ruangan sempitnya. Jarum jam sudah menunjukan angka 10 malam hari.

Ceklek...

Evina memutar kunci lalu membuka pintu, dirinya berniat mencari udara segar di tengah gelapnya malam, meski udara terasa dingin di tubuhnya namun Evina tidak mengurungkan niatnya untuk sekedar duduk di luar kamar.

Evina menatap langit malam yang terlihat gelap, lalu dirinya menarik napas panjang dan menghembuskanya perlahan, udara malam yang segar membuat perasaan nya rileks, dan rasa lelah yang tadi dia rasakan pun perlahan hilang.

Hampir satu jam dirinya duduk di teras kamar, Evina berdiri lalu berbalik hendak masuk kembali ke dalam kamar.

Saat hendak melangkah, Evina di buat terkejut saat sepasang mata sedang memperhatikan dirinya.

Selama hampir 10 detik mata mereka saling bertemu di satu titik yang sama, hingga akhirnya mereka tersadar lalu menunduk.

''Saya mau minta maaf soal kejadian tadi, Saya sungguh bersalah karena telah salah memasuki kamar,'' ujar Areez mengakui kesalahannya.

Evina hanya terdiam tanpa menjawab.

Lalu dirinya melangkahkan kaki ke dalam kamar dan menutup pintu.

*****

*Jangan lupa

Like

Komen

Vote

Hadiah

Terima kasih*

Lingkungan baru

Arezz memandang mata indah milik Evina, dirinya sungguh terkesima dengan bola mata Evina yang terlihat coklat berkilau, pandangannya tampak sayu dengan bulu mata panjang lentik menambah keindahan mata nya semakin memukau.

''Saya mau minta maaf soal kejadian tadi siang, saya memang salah,'' ucap Arezz dengan sedikit kikuk.

Wanita yang berada di hadapannya hanya terdiam, dirinya hanya berbalik lalu melangkah masuk ke dalam tempat tinggalnya, yang berada tepat di samping tempat tinggal Arezz, jarak antara tempat tinggal Evina dengan tempat tinggal dirinya hanya terhalang satu tembok berwarna putih.

Lalu Arezz pun masuk ke dalam tempat tinggalnya.

Di dalam, Sakti sudah tampak tertidur di ruang depan dengan hanya beralaskan karpet tebal yang sudah sedikit usang, meskipun Arezz seorang pangeran namun dirinya sudah menanggalkan hak istimewa yang di berikan oleh istana kepadanya.

Harta atau pun gelarnya telah dia tinggalkan di dalam istana, dirinya benar benar menjelma menjadi rakyat biasa yang bertahan hidup dengan bekerja keras memeras keringat.

Meskipun sebenarnya keringat Sakti lah yang lebih banyak terkuras, karena harus bekerja sekaligus menjaga Arezz yang merupakan seorang pangeran, yang suatu saat nanti akan naik Tahta menggantikan Baginda Raja.

Meski saat ini pangeran nya tersebut menolak tahta yang di berikan kepada Nya, namun Sakti sangat yakin bila saat nya sudah tiba nanti, pangeran akan menerima tahta dan duduk di singgasana sebagai seorang raja.

Oleh karena itu,Sakti akan berusaha dengan segenap hidupnya untuk melindungi calon raja masa depan di kerajaan Underland.

Arezz berbaring dengan beralaskan kasur busa tipis yang juga sudah sedikit usang. Pandangan nya tampak menerawang jauh ke langit langit kamar, membayangkan sosok wanita dengan mata indah berwarna coklat yang baru saja di temui nya.

Entah mengapa, bayangan wanita tersebut seolah menari nari di dalam otak nya. Postur tubuh tinggi dengan lekuk tubuh yang indah membuatnya sedikit menelan ludah.

Sebagai pria normal dirinya tentu saja sangat tergiur saat melihat wanita cantik yang hampir tak berpakaian berada di hadapan nya. Apalagi ketika wanita tersebut mengibaskan rambut panjang ke udara, membuat jantung Arezz seakan hendak meledak seketika saat membayangkannya.

Sang pangeran pun mencoba memejamkan mata, dirinya sebisa mungkin menyingkirkan bayangan wanita yang dia sendiri tidak tahu siapa nama dari wanita tersebut.

Sementara itu di kamar sebelah nya,kamar nomor 12 Evina pun sedang berbaring di atas pembaringan nya, memandang langit langit kamar dengan tatapan kosong, pikiran nya melayang entah kemana.

Entah mengapa dirinya pun teringat pada sosok laki laki yang baru saja di temui nya, tatapan mata laki laki tersebut membuat hatinya bergetar, persekian detik waktu yang dia rasakan saat mata mereka saling bertemu satu sama lain membuatnya gelisah.

Evina berusaha memejamkan matanya,meski bayangan laki laki tersebut kini sedang menari nari di otak kecilnya.

Dan akhirnya Evina dan Arezz pun terlelap,di tempat yang hanya terhalang tembok berwana putih usang, dua insan manusia mencoba membenahi pikirannya yang terasa gelisah, tanpa mereka sadari jika kedua nya telah jatuh cinta pada pandangan pertama.

***

Keesokan harinya.

Sakti tampak menggoyangkan tubuh Arezz hendak membangunkannya, hari ini mereka berdua berencana untuk mencari pekerjaan agar bisa terus bertahan hidup.

''Pangeran... bangun, hari sudah siang,'' ujar Sakti.

Arezz tampak sedikit membuka mata, mengusap kedua matanya dengan tangan lalu menguap.

''Sekarang jam berapa?''

''Jam 9 pangeran.''

''Kamu sudah rapih, mau kemana?'' tanya Areez yang sudah dalam keadaan duduk.

''Bukankah hari ini kita akan mencari pekerjaan, tabungan kita sudah menipis pangeran,'' jawab Sakti.

''Oh ia saya lupa, ya sudah saya pergi mandi dulu, kamu tunggu sebentar ya.''

Sakti tampak mengangguk dan keluar dari dalam kamar.

Setelah 30 menit menunggu akhirnya Arezz sudah siap, dirinya tampak rapih dengan mengenakan kemeja berwarna biru serta celana hitam panjang, rambutnya pun tampak tertata rapih.

Arezz menghampiri Sakti yang sudah menunggu nya sedari tadi.

''Kita berangkat sekarang,'' ajak Arezz.

Lalu Sakti mengangguk,berdiri lalu hendak berjalan.

''Tunggu... mulai sekarang kamu jangan memangil saya dengan sebutan pangeran, saya tidak mau identitas saya sampai terbongkar,'' ujar Arezz dengan penuh penekanan.

''Baik pangeran... Maksud saya Aa..reezz,'' jawab Sakti dengan sedikit canggung.

Lalu mereka berdua berjalan menuju bangunan bangunan tua yang sudah di sulap menjadi tempat untuk mencari nafkah para karyawan yang bekerja di dalamnya.

Sakti dan Arezz berjalan dan memasuki satu cafe ke cafe lainya untuk mencari pekerjaan,namun sudah hampir separuh dari tempat itu menolak mereka berdua dengan alasan sedang tidak membutuhkan karyawan.

Mereka berdua tahu jika semua yang bekerja di sana adalah tetangga di tempat tinggal baru nya, apakah mungkin mereka tidak ingin menerima mereka berdua bekerja karena kejadian tadi malam? batin Arezz berucap.

Sudah hampir 3 jam mereka berkeliling, Arezz pun sudah merasa lelah karena usaha nya belum membuahkan hasil, sementara perutnya sudah meminta untuk di isi oleh makanan, lalu terdengar suara kecil di perutnya, yang tentu saja di dengar oleh Sakti yang kini sedang berada di sampingnya.

''Pange--- maaf maksud saya Areez, apa kamu lapar?'' tanya Sakti dengan melirik perut Areez yang kini telah di pegang oleh kedua tangan nya sendiri.

Arezz mengangguk lalu meringis, merasakan perutnya ya terasa sedikit perih.

''Kita cari makan dulu ya,'' ucap Sakti.

Sakti merogok saku celana nya, mengambil dompet dan melihat persediaan uang yang saat ini ada di dalam dompet nya, karena semua keuangan mereka di pegang dan di atur oleh Sakti.

Mata nya sedikit melotot ketika uang yang berada di dompetnya sudah sangat menipis, mungkin hanya cukup untuk mereka makan selama dua hari, namun Sakti tidak memberitahukan hal tersebut kepada Arezz.

Akhirnya Sakti menghampiri sebuah cafe kecil bernuansa ungu, dengan bunga merambat di sepanjang temboknya yang juga berwarna ungu.

Nama dari cafe tersebut adalah ''Cafe Monalisa''

Sakti dan Arezz duduk di kursi yang sudah di sediakan di luar cafe, mereka sengaja memilih tempat di luar agar bisa menghirup udara segar dan melihat pemandangan orang melintas berlalu lalang di tempat tersebut.

Setelah duduk selama beberapa menit, Sakti berdiri dan masuk ke dalam cafe untuk memesan makanan.

Sebenarnya dia bisa saja memanggil pelayan cafe ke arahnya, namun dia lebih memilih untuk masuk ke dalam agar bisa bertanya kepada pelayan cafe, mungkin saja sedang mereka membutuhkan karyawan tambahan di cafe tersebut.

Sementara Arezz hanya duduk sambil memegang perutnya yang sudah semakin perih, sambil sesekali melihat pelayan cafe yang sedang sibuk melayani pengunjung yang terlihat ramai.

Sampai pada akhirnya dia melihat seorang wanita yang sedang membawa sekantong besar sampah,yang hendak dia buang ke tempat sampah yang berada tak jauh dari tempatnya duduk.

Mata Arezz tampak menatap tanpa berkedip, wanita yang sedang bersusah payah membawa satu kantong besar sampah di tangan nya, sampai akhirnya Arezz melihat wanita itu terjatuh lalu dia pun berdiri dan menghampiri nya berniat untuk menolong wanita tersebut.

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!