NovelToon NovelToon

Aku Cinta Supirku

Episode Satu

Seperti biasa, setiap pagi aku akan menyambungkan speaker bloetooth ku dengan handphone yang sambil ku isi daya baterai nya. Lalu ku klik aplikasi musik dan ku nyalakan musik yang membuatku semangat untuk memulai hari.

Sambil bersenandung, aku terbiasa membereskan kamarku sendiri. Setelah membereskan tempat tidurku yang begitu semrawut akibat tingkahku saat tidur yang begitu aktif, akupun mematikan musik yang kunyalakan tadi dan aku akan keluar kamarku yang berada di lantai dua untuk memastikan apakah bibi yang membantu mengurus rumah ini dan supirku sudah datang atau belum.

“Morning bibi” seruku dari lantai dua kepada bibi yang terlihat sedang memasak di bawah.

“Morning juga neng alis” jawab bibi asih dengan logat sundanya.

“Bibi, aku kan sudah bilang jangan panggil aku alis. Chalis, Chalistya” gerutuku pada bibi sambil berjalan ke balkon depan rumah dan dari sana aku akan mencari keberadaan supirku yang biasanya sedang membersihkan mobil dengan kemoceng imutnya yang ku beli hanya karena suka dengan bentuknya yang berkarakter kucing.

Tapi kali ini aku tidak menemukannya. Dan pikirku mungkin Pak Dayat kesiangan bangun sehingga tidak datang seperti biasanya. Dan aku kembali ke kamar untuk mandi dan bersiap-siap untuk memulai aktivitasku sebagai mahasiswi.

Setelah siap, aku menuruni anak tangga menuju mini bar yang tersedia makanan favoriteku di pagi hari yaitu bubur ayam santan with kerupuk bawang dan tak lupa segelas teh hangat dengan sedikit madu.

Sebelum memulai makan aku mendapatkan kabar dari bibi yang baru saja menerima telepon entah dari siapa.

“Neng, Pak Dayat izin gak bisa nganter neng ke kampus hari ini” bi asih berbicara dengan wajahnya yang terlihat cemas.

“Loh, kenapa? Saya udah mau telat ini” aku jawab dengan mengerutkan dahi.

“Iya neng, tadi bibi dapet kabar Pak Dayat mengalami kecelakaan ketika berangkat dari rumahnya ke sini” bi asih menyampaikan apa yang ia terima dari telepon tadi.

“Terus sekarang Pak Dayatnya dimana?” wajahku mulai cemas setelah mendengar informasi dari bi Asih.

“Gak tau neng, tadi yang ngabarinnya cuma ngasih tau kalau pak Dayat gak bisa kesini karena kecelakaan” jelas bi asih padaku sambil menyimpan gagang telepon rumah di dekat meja yang terdapat guci disana.

“Gagang teleponnya simpan ke tempatnya lagi bi!” seruku pada bibi yang sedikit ceroboh.

“Eh iya neng. Aduh kenapa si gagang teleponnya jadi ada di sini yak?” sanggah bibi dengan raut wajahny yang pura pura kebingungan.

Lalu bi Asih menjinjitkan kakinya dan berjalan mundur seperti pinguin dengan kedua tangannya yang disembunyikan di punggung berusaha meraih gagang telepon yang tidak ditempatkan pada tempatnya.

Setelah bibi menyimpan kembali gagang telepon ke tempat yang sebenarnya, bibipun berjalan menghampiriku dengan sikap seperti paskibra. Saat tepat dihadapanku ia membungkukan badannya sedikit dan berkata

“Bibi pamit ngasih makan si Bulbul dulu ya neng” pamit bi asih sambil memperlihatkan seluruh gigi bagian depannya lalu bergegas melewatiku menuju halaman belakang yang terdapat kamar kucing bernama si Bulbul itu.

Aku berputar 180° di kursi mini barku dan memperhatikan langkah bi Asih yang berjalan melewatiku dengan gaya yang masih seperti pinguin. Lalu langkahnya terhenti sejenak.

“Oh iya bi, nanti kalau ada kabar tentang Pak Dayat segera beritahu aku ya bi!” perintahku pada bi Asih

Dan bi Asih meninggalkan ruangan makan.

Fokusku kali ini pada makanan yang telah kuabaikan beberapa saat tadi. Segera saja kuhabiskan makananku ini karena aku tidak punya banyak waktu lagi untuk makan.

Sambil makan, aku menyalakan handphone ku untuk memesan mobil online untuk mengantarku ke kampus.

Ya, aku lebih memilih menggunakan kendaraan umum dibanding menyetir mobilku sendiri.

Karena ayahku melarang keras bagiku untuk menyetir mobil. Padahal aku bisa menyetir, tapi setelah kejadian mobilku melayang karena terjebak di trotoar, mulai detik itu aku tidak diperbolehkan lagi untuk menyetir mobil. Sungguh memalukan memang, punya mobil tapi tidak dapat menggunakannya.

Selesai sudah aku menghabiskan sarapanku, aku menerima notif bahwa jemputanku sudah sampai depan rumah. Sebelum meninggalkan rumah, aku melihat sejenak kucingku dari pintu kaca yang ku buka sedikit.

“Bulbul sayang… aku pergi dulu yaa” Sapaku pada kucing kesayanganku dengan suara menggemaskan.

Terlihat kucingku berlari dari halaman menuju keberadaanku sambil mengeong.

Tapi kucing itu membalikkan badannya kembali setelah bi Asih memanggilnya dan menyimpan makanannya di tempat makan kucing itu.

Aku melihat betapa lahapnya kucing berjenis bengal itu memakan kepala ayam yang sudah bibi rebus sebelumnya.

Saking menikmati pemandangan kucingku yang garang namun lucu ini, sampai lupa kalau mobil online yang kupesan sudah ada di depan rumah dari tadi.

“Bi, aku berangkat ya. Jangan lupa kunci pintunya kalau pulang” pamitku pada bibi dengan tergesa-gesa. Dan tak lupa mengingatkannya untuk mengunci pintu rumah bila tugasnya sudah selesai.

Seperti yang sudah ku bilang, bi Asih hanyalah pembantu yang membereskan rumah ini dan sistimnya hanya membuatkan sarapan juga bereskan rumah di pagi hari. Sehingga ia hanya akan sampai pukul 11 di rumah ini, setelah itu ia pulang ke rumahnya yang tak jauh dari rumahku.

Aku menuju depan rumah dan menghampiri mobil brio warna putih yang sudah menungguku dari tadi.

Ketika aku akan memasuki mobil online yang sudah kupesan itu, dari kejauhan sana terlihat sesosok pria berbalut serba hitam dengan motor matic yang dikendarainya dengan kecepatan cukup cepat mengarah kerumahku. Dia tak henti menyalakan klakson motornya itu yang telah mencuri perhatianku.

Dahiku mengerut melihat tingkahnya yang aneh itu.

Kulihat dia semakin mendekat kearahku.

Dan diapun berhenti tepat di depan mobil online yang di pesan olehku. Lalu ia menstandarkan motor tersebut dan membuka kaca helmnya dengan cepat.

"Chalistya!" lelaki itu memanggilku dengan suara beratnya yang terdengar sedikit terengah enggah.

siapakah dia?

*******

Hi semuanya! Perkenalkan aku penulis baru di sini, dan inilah cerita pertamaku yang bergenre Romantis dan Komedi. Semoga kalian suka dengan ceritaku ini yaa.. Jangan lupa like, komen, dan subscribe... eaa ini bukan yutub yeahh... wkwk coba ngelucu nih authornya. ketawa dong semuanya ehehe...

Mohon maaf ya jika ada kesalahan dalam penulisan atau perkataan yang kurang baik didengar. Yak maap maap aja nih aku kan penulis baru gitu yak.. Harap maklum aja lah yak.

Tapi tolong dukung aku agar aku bisa mengembangkan imajinasiku ini ke dalam tulisan dalam bentuk novel.

Aduh aku banyak omong nih.. yasudah dehh sampai bertemu di episode selanjutnya kawan.

Sekali lagi aku mau bilang. Jangan lupa like, komen and share ke teman-teman kalian atau sodara-sodara kalian untuk baca cerita ini.

Terimakasih

Episode Dua

Kecelakaan lalu lintas telah terjadi di Jalan Raya Saradan sekitar dini hari tadi, berikut cuplikannya. Terdengar suara televisi di rumah Pak Dayat pada pagi hari.

Di cuplikan tersebut, terlihat motor yang rusak parah akibat terlindas truk. Motor itu terlihat serupa dengan motor yang digunakan Pak Dayat saat akan pergi ke tempat kerjanya.

Anak pak dayat yaitu Dinda yang akan pergi ke sekolah melihat berita tersebut sembari ia memakaikan kaus kaki sekolahnya yang digulung karena sudah longgar dikakinya.

“Dinda, ayo cepat berangkat. Kamu ini masih ngapain sih?” Tanya Bu Siti dari ruang dapur yang tak jauh dengan ruang tv tersebut.

“Ibu..” teriak Dinda pada ibunya sembari ternganga melihat berita tersebut.

“Ishh... bikin kaget aja. Kenapa ?” Jawab Bu Siti yang keheranan karena mendengar suara bicara Dinda yang mengagetkan.

Dinda membeku di hadapan televisi tersebut, matanya mulai berkaca-kaca.

Bu Siti yang sedang mencuci piring kotor di dapur membersihkan tangannya dan bergegas menghampiri Dinda.

Dinda mendengar suara langkah Bu Siti yang mendekat, diapun memutar kepalanya dan melihat sosok ibunya yang menyipratkan air oleh tangannya.

“Bu, itu bukan bapak kan?” Tanya Dinda pada ibunya dengan wajah yang begitu cemas.

Ibu Siti mendekati televisi dan terkejut setelah melihat berita itu. Lalu terdengar suara handphone dinda yang berdering di tas sekolahnya.

Dindapun mengangkat telepon tersebut dan menerima kabar Pak Dayat yang sudah dibawa ke rumah sakit terdekat dari lokasi kecelakaan.

***

Di Rumah Sakit Husein, terlihat Pak Dayat yang berlumuran darah sedang diatasi oleh perawat lalu digiring ke ruang UGD. Tibalah Arsya putra sulung Pak Dayat itu berlari berusaha menghampiri ayahnya, namun dia ditahan oleh perawat lain karena ayahnya akan segera ditangani oleh dokter.

Arsya merasa terpukul, kakinya terasa lemas ketika melihat keadaan ayahnya yang tak dia duga.

Tak lama Arsya menunggu di kursi dekat ruang UGD. Arsya melihat seorang perawat keluar dari ruangan tersebut dengan membawa beberapa lembar kertas di tangannya.

“Dengan keluarganya Pak Dayat?” Tanya perawat cantik itu kepada para penunggu di luar ruangan UGD.

Arsya berdiri dan menghampiri perawat itu yang tak jauh dari keberadaannya.

“Saya sus. Bagaimana keadaan bapak saya sus?” Tanya Arsya dengan wajah yang terlihat menahan kesedihannya.

“Pak Dayat mengalami kerusakan yang cukup parah pada bagian kepalanya akibat benturan yang cukup keras, sehingga harus secepatnya mendapati penanganan lanjut. Karena itu diharapkan kepada keluarganya agat segera membayaran uang muka operasi terlebih dahulu” Jelasnya perawat tersebut pada Arsya.

“U..uang muka operasi. Kira-kira biaya uang mukanya berapa ya sus?” Tanya Arsya pada perawat yang berada dihadapannya.

“Sekitar 50 jutaan mas. Saya harap uang muka tersebut segera dibayarkan ke bagian administrasi agar Bapak Dayat dapat secepatnya dioprasi” Jawab perawat cantik ini pada Arsya.

Perawat itu kembali memasuki ruangan UGD. Dan Arsya mencoba untuk menelepon beberapa orang untuk membantunya agar dapat dipinjami uang.

Tak kunjung juga mendapatkan bantuan dari teman-temannya, Arsya berfikir lebih baik dia meminjam uang kepada bos ayahnya.

Namun, dia kebingungan karena tidak punya nomor bos ayahnya itu. Akhirnya diapun pergi dari rumah sakit untuk mendatangi seseorang.

***

Arsya memasuki komplek perumahan The Minsion.

Tak jauh dari gerbang perumahan terlihat seorang wanita yang keluar dari rumah dua lantai tersebut. Dialah sosok yang Arsya cari. Chalistya Khansa Prastawira, anak dari bos ayahnya.

Arsya tahu tempat ayahnya bekerja karena dia pernah mengantar ayahnya ketika motor yang dipake ayahnya itu tidak dapat menyala.

Arsya melihat wanita itu akan memasuki mobil yang terparkir di depan rumahnya.

Diapun menekan klakson sambil mempercepat laju motor yang ia gunakan, dan berhenti tepat di depan mobil tersebut.

“Chalistya..” panggil Arsya pada wanita yang memasang raut wajah keheranan.

Chalistya merasa familyar dengan orang yang sedang menghampirinya.

“Kamu Chalistya kan?” Tanya Arsya

“A aku anaknya Pak Dayat” Jelas Arsya dengan terbata-bata.

“Kudengar pak Dayat mengalami kecelakaan, bagaimana keadaannya?” Tanya Chalistya.

“Bapak harus segera dioprasi dan, dan butuh uang muka sebesar 50 juta. Apa kamu punya uang segitu saat ini?”

Arsya sebenarnya malu jika harus meminjam uang kepada Chalistya. Namun tidak ada pilihan lain, karena dia tidak tahu lagi harus kesiapa untuk meminjam uang yang sebegitu besarnya.

Chalistya tidak mudah percaya pada orang yang baru dan belum dia kenal. Dia perlu memastikan terlebih dahulu untuk mempercayai orang yang sekarang dihadapannya itu.

“Aku janji akan mengganti uang itu secepatnya” tegas Arsya meyakinkan Chalistya.

“Bapakmu sekarang ada di mana?” tanya Chalistya

“Di RS. Husein” Jawab Arsya.

“Baik, aku akan kesana sekarang”

Chalistya memasuki mobil online yang ia pesan dan mengganti jalur pemesanannya ke RS. Husein.

***

Sesampainya di RS. Husein, Chalistya mengikuti Arsya yang berjalan cepat menuju ruang administrasi. Disana terlihat Bu Siti dan Dinda yang sedang merenung di salah satu kursi depan ruang administrasi.

Lalu Chalistya dan Arsya menghampiri dua orang yang sedang merenung itu.

“Nona Chalista, tolongin bapak non” Ibu Siti memohon kepada Chalistya sembari menangis tersedu-sedu.

Chalistya mengenal betul istri dari supirnya itu, karena bu Siti adalah pengasuhnya semasa dia kecil.

Chalistya meminta Arsya menemaninya ke ruang administrasi untuk membayar uang muka operasi Pak Dayat.

Selesai sudah Chalistya membayar uang muka operasi, dan Pak Dayat pun dimasukkan ke ruang operasi.

Chalistya berpamitan kepada Bu Siti dan anak-anaknya untuk pergi ke kampus karena hari ini dia ada kuis di jam kuliah ke 2.

“Terima kasih banyak” Bu Siti mengepal kedua tangan Chalistya.

“Hubungi Chacha jika operasinya sudah selesai ya bu” Jelas Chalistya pada Bu Siti.

Dan Chalistyapun pergi ke kampus menggunakan mobil online yang menunggunya di parkiran RS. Husein.

***

Langit mulai meredup, dan matahari mulai tenggelam.

Usai sudah perkuliahan Chalistya untuk hari ini, diapun pulang ke rumahnya bersama Dhea yang berkenan mengantarnya.

Dhea adalah salah satu sahabat dan teman kuliah Chalistya. Dhea adalah orang yang vaik hati dan sering merasa tidak enakan ketika melihat temannya yang membutuhkan bantuan.

Dhea rela mengantar Chalistya walau dia harus memutar balik untuk pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah Chalistya.

“Thankyou so much sahabatku yang sungguh baik hati ini. Ayuk masuk dulu Dhe!” Seru Chalistya pada sahabatnya yang berada di kursi kemudi mobil.

“Sorry Cha, gue ada janji sama temen gue dekat sini” Jawab Dhea

“Oh iya udah. Hati-hati ya. Bye!”

Chalistya turun dari mobil Dhea dan memasuki rumahnya.

Ketika ia menyimpan tas nya di meja, ia mendapati pesan dari nomor yang tak dikenal.

Chalistya, ini Arsya anak Pak Dayat. Alhamdulillah operasi bapak lancar. Namun bapak masih belum sadar. Terimakasih atas pertolongannya. Untuk besok, saya yang akan menggantikan tugas bapak sebagai supir.

Bersambung…

*******

Hi! Semuanya…

Yuk share cerita ini ke temen-temen, kerabat, sahabat, sodara, juga keluarga kalian. Jangan lupa juga like, komen dan beri tanggapan. kalian mengenai cerita ini, kritik dan sarannya juga boleh yaa...

Sampai jumpa di episode selanjutnya.

Terimakasih

Episode Tiga

Ku baringkan tubuhku di tempat tidur yang cukup luas ini. Mencoba berbaring dengan nyaman sampai tak terasa mataku terpejam dan akupun terlelap.

Tubuhku terkejut ketika merasakan getaran handphone yang berada tepat di pinggangku. Ternyata aku mendapat telepon dari my big boss tersayang, tercinta, dan ter ter lainnya yaitu Prastawira Utama Aditya panggil saja pak Pras, beliau adalah suami dari Chalia Ayu Prastawira selaku ibuku yang terbaik sedunia.

Aku memasang earphoneku ke telinga dan ku terima panggilan masuk ini.

“Ayah! apa kabar?” Tanyaku pada Ayah yang jauh disana.

“Ayah sehat, ibumu juga sehat. Bagaimana denganmu? Kau baik saja kan disana?” Jawab ayahku yang memang selalu cemas kepada anak tunggal nya ini.

“Chalistya putri tercantik ayah ini sehat dan baik-baik saja disini. Aya dan ibu jangan lupa jaga kesehatan ya!. Ayah, apa ayah sudah mendengar kabar Pak Dayat supirku yang kecelakaan?” Tanya Chalistya pada ayahnya

“Iya, ayah sudah mendapatkan kabarnya. Ayah dengar kamu memberi pinjam untuk biaya uang muka operasi Pak Dayat betul?” Tanya Ayah

“Ah iya betul yah” Jawab Chalistya

“Kalau gitu besok kamu datang ke kantor ayah! Ingat, jangan nyetir mobil sendiri. Jangan pesan taksi juga. Yasudah jangan tidur kemalaman. See you” Seru Ayah pada Chalistya

Gak ngerti aku sama pemikiran Ayah, ya terus kalau gak nyetir mobil dan gak pakai taksi aku pake odong-odong gituh kesana nyah? Hufftt… Chalistya berbicara dalam hati.

“Baik ayahku sayang. See you too” Chalistya mengarkhiri panggilan.

Aku beranjak dari tempat tidur. Dan menyiapkan air hangat untuk aku mandi. Sambil menunggu bak terisi, aku memberi pesan pada bi Asih dan juga membalas pesan masuk dari anak lelaki Pak Dayat.

***

Hari ini adalah hari pertama Arsya bekerja menjadi supir pribadi Chalistya menggantikan ayahnya yang masih koma di rumah sakit.

Sebelum berangkat ke rumah Chalistya, arya mengantar dahulu adiknya ke sekolah. Setelah itu Arsya mengantar makanan yang dibuatnya kepada Bu Siti yang menunggu Pak Dayat di rumah sakit.

Tibalah dia di rumah Chalistya, dia menekan bel masuk yang ada di tembok dekat gerbang itu. Bi Asih yang ada di dalam rumah melihat lelaki putih dan tinggi itu dari monitor. Bu Asihpun menekan tombol yang akan membukakan pintu secara otomatis, lalu ia keluar rumah untuk menyambut Arsya.

Arsya ternganga dan kagum dengan kecanggihan rumah milik Chalistya ini. Arsya masuk melalui pintu gerbang yang otomatis terbuka dan juga otomatis menutup kembali setelah ia melewati gerbang itu. Bi Asih terlihat keluar dari pintu utama rumah.

“Mas Arsya silahkan masuk” Bu Asih mempersilahkan Arsya untuk masuk rumah.

“Ah iya bu, terimakasih” Jawab Arsya sembari membukukkan sedikit badannya.

Arsya duduk di salah satu sofa yang ada di dalam rumah. Dari keberadaannya, dia dapat melihat sekeliling rumah dengan konsep open house ini.

“Tunggu disini saja ya, nona Alis sebentar lagi juga turun” Bi Asih memberi intruksi dan kembali melakukan tugasnya.

“Baik, terimakasih bi” Jawab Arsya

Aku tidak salah dengar kan? Bi Asih memanggil Chalistya dengan sebutan Alis. Ahaha apa karena mungkin alis Chalistya itu gundul dan dia selalu menggambar alisnya setiap hari atau bagaimana ya? Gumam Arsya dalam hati.

Hus! dasar otak kamu ini Arsya, gak ada sopan sopannya sama bos Bapakmu ini. Ingatlah, kamu saat ini adalah supirnya Chalistya. Bersikaplah baik padanya. Arsya memarahi pikirannya sendiri dalam hati sambil memukul kepalanya itu dengan tangannya.

Lalu Arsya melihat pantulan tubuhnya dari cermin bermotif yang memenuhi separuh dinding ruangan tersebut.

Arsya merapihkan penampilannya yang memakai kemeja lengan panjang berwarna putih dan celana katun hitam seperti orang yang mau lamar kerja.

Saat Arsya merapihkan kerah kemejanya itu dan membetulkan cara berduduknya, lalu Arsya mendengar suara pintu terbuka dari lantai dua rumah ini.

Ternyata, itu adalah Chalistya yang sudah wangi dan rapih. Chalistya menuruni tangga rumahnya itu, dia tampak terlihat begitu cantik dan anggun dengan hanya berbusana kaos berlengan panjang yang cukup longgar di badannya yang diselipkan kedalam rok pendek diatas lutut.

“Oh. Sudah datang ya” Kata Chalistya saat melihat Arsya yang sudah duduk di sofa dekat tangga.

Arsya menundukkan kepalanya, karena dia merasa gugup ketika melihat Chalistya yang terlihat seksi dan menawan itu.

Chalistya berjalan menuju meja dekat tangga, lalu disimpanlah tas yang ia bawa itu di atas meja. Lalu ia duduk di kursi mini bar yang dapat berputar itu. Rambut yang awalnya terurai, dia lilit dan dia jepitkan rambutnya dengan jedai agar tidak terurai lagi.

“Namamu siapa? Saya lupa” Tanya Chalistya dari mini bar itu sembari memandang Arsya yang masih terduduk di sofa.

“Arsya, Arsya Pratama Sudrajat” Jawab Arsya yang ragu-ragu mengangkat kepalanya untuk melihat orang yang bertanya padanya.

Chalistya menganggukkan sedikit kepalanya.

“Apa kamu sudah biasa menyetir mobil?” Tanya Chalistya.

“Saya sering mengendarai mobil pikap punya paman saya” Jawab Arsya sambil berusaha menenangkan dirinya.

"Oh. Bisa udah bisa mengendarai mobil sport?" Chalistya bertanya lagi

"Euu.. saya sudah mempelajarinya di yutub, semalam” Jawab Arsya dengan wajah datar.

Chalistya yang sedang minum lemon tea hangatnya, tiba-tiba tersedak ketika mendengar jawaban Arsya yang cukup menggelitiki tubuhnya.

“Are you sure? Bisa melakukannya dengan hanya menonton video yutub?” Tanya Chalistya dengan senyum sarkastik.

“Akan aku buktikan” Jawab Arsya menantang.

"Baiklah"

Chalistya tersenyum tipis lalu dia mengambil kunci mobil yang disimpan di kotak yang menempel di dinding.

Chalistya melemparkan kunci mobil yang seperti rimote kecil itu pada Arsya. Arsya yang terkejut berhasil menangkapnya.

Chalistya berjalan menuju garasi mobil yang diikuti oleh Arsya.

“Mobilku ini bukan mobil versi baru, jadi tidak akan sulit mempelajarinya”

Tibalah mereka di garasi mobil dan betapa terkejutnya Arsya ketika melihat mobil putih yang awalnya hanya bisa dia lihat di televisi.

“Bagaimana cara membuka pintunya?” Arsya keheranan karena melihat pintu mobil yang handel pintunya tidak timbul seperti mobil-mobil lainnya.

“Handel pintu mobil ini sudah keyless, sehingga kamu cukup mengantongi kunci nya lalu menekan tombol keyless entry itu untuk membuatnya nongol” Jawab Chalistya sembari menunjuk pada bagian handle pintu.

Arsyapun mencoba menekannya dan walaa… handel pintu itu keluar dari persembunyiannya. Lalu Arsyapun memasuki mobil, dan betapa bangganya ia ketika merasakan kenyamanan kursi kemudi mobil ini.

“Daebak” Gumam Arsya

“Apa? Daebak” Chalistya terkejut mendengarnya.

bersambung...

Bagaimanakah kelanjutan cetita Chalistya yang sedang mengajarkan mobil pada Arsya?

Apakah Arsya dapat mengoperasikan mobil sport yang canggih tersebut?

Darimanakah Arsya tau kata-kata daebak? Apakah dia bisa berbahasa korea? atau apakah ini cerita drama korea?

Ikuti terus novel Aku Cinta Supirku, jangan sampai kelewatan dan ingat novel ini update setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.

*******

Hi! Semuanya…

Jangan lupa like, komen dan share cerita ini yaa... di vote dan ikuti author nya juga yaa... biar author semangat untuk melanjutkan ceritanya.

Sampai bertemu di episode selanjutnya.

Terimakasih

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!