NovelToon NovelToon

Permaisuri Beracun

Malam Kemalangan

Di malam nan gelap di mana sinar rembulan memancar menerangi gemerlap kegelapan. Waktu di kala manusia menghentikan segala aktivitas lalu beristirahat untuk menyongsong hari esok. Namun, hal berbeda tengah terjadi di hutan yang rimbun dan menyeramkan, suara burung gagak serta auman serigala saling bersahutan satu sama lain. Tampak seorang wanita bergaun merah menyala tengah melarikan diri dari kejaran pembunuh.

Wanita bersurai pirang itu menerjang semak-semak dengan kaki telanjang, gaunnya telah sobek sana-sini terkena dahan ranting serta duri yang bersarang di dalam semak belukar. Sepasang netra biru jernihnya tidak berhenti mengeluarkan air mata, ditambah lagi jalan yang dia lalui penuh dengan lintah dan lumpur sebab beberapa saat lalu hujan deras mengguyur daratan. Suara napasnya tersengal-sengal, tatapannya lurus ke depan, dia memegangi perutnya yang terasa sakit. Wanita tersebut ingin menyelamatkan diri serta menyelamatkan nyawa lain yang tengah bersemayam di rahimnya.

“Berhenti kau, wanita bodoh!”

Berulang kali dia mendengar suara tiga orang pria berteriak di belakang punggungnya, dia memilih untuk terus berlari ke depan tanpa harus menghadap ke belakang. Perih ia rasakan di hati sekaligus di kulit wajah dan beberapa bagian tubuhnya yang terluka akibat menyusuri hutan belantara nan gelap gulita ini tanpa penerangan, sehingga banyak benda-benda tajam sejak tadi menggores kulitnya. Telapak kaki wanita itu dipenuhi oleh tetesan darah segar karena tanpa sengaja menginjak beling kaca.

“Bertahanlah sebentar lagi tubuhku, aku tidak mau mati di tangan pembunuh itu.” Dia terus bergumam pada dirinya sendiri untuk bertahan lebih lama lagi, namun semakin lama kekuatannya makin berkurang dan menyebabkan tubuhnya tak dapat berlari lebih cepat lagi.

“Kena kau!” Sepasang tangan kekar menarik tubuhnya ke belakang, wanita itu berusaha memberontak, tapi dia tidak punya tenaga lebih untuk itu. Salah satu pria membekap mulut wanita tersebut menggunakan sebuah sapu tangan berisikan cairan bius. Tidak butuh waktu lama bagi mereka sampai akhirnya kesadaran wanita itu terenggut sepenuhnya.

“Cepat suntik mati dia!” seru salah seorang pria yang memiliki bekas luka di wajahnya.

Jarum suntik dikeluarkan dari kantong baju, lalu mereka menancapkan jarum suntik tersebut ke sisi leher sebelah kanan wanita itu. Cairan suntik yang berbahaya mengalir ke dalam badan hingga membuat detak jantung serta pernapasan wanita itu berhenti total. Tidak sampai di sana saja, mereka menyeret tubuh wanita itu ke tempat yang agak lapang. Mereka menggali tanah di sekitar sana untuk menguburkan jasad wanita tersebut.

“Apakah tidak apa-apa kita membunuhnya seperti ini? Tidak ada orang lain kan di sini?” salah seorang rekan pembunuh itu terlihat cemas setengah mati, bisa dilihat bahwa mereka bukanlah pembunuh profesional. Mereka hanyalah orang suruhan yang dibayar mahal untuk mengakhiri hidup seorang wanita yang dianggap pengganggu.

“Tidak usah kau pikirkan, apa kau tidak mau bebas dari status budak? Aku melakukan ini karena aku tidak mau menjadi budak lagi,” jawab rekannya kembali.

“Jangan banyak bicara! Sekarang lemparkan wanita itu ke dalam lubang ini segera! Setelah itu, kita laporkan kematiannya kepada beliau,” pungkas rekan yang lain.

Mereka pun melemparkan jasad wanita itu dengan kasar ke lubang galian yang cukup dalam. Selepas itu, mereka menimbun jasadnya serapi mungkin dan tanpa meninggalkan jejak yang mencurigakan. Namun, siapa sangka kalau aksi mereka rupanya disaksikan oleh dua orang pria di balik sebuah pohon besar.

“Apa kau lihat wajah wanita itu?” tanya pemuda berbadan kekar itu ke temannya.

“Ya, dia terlihat mirip dengan Nona bos. Aku yakin yang mereka bunuh itu adalah saudaranya Nona bos, ayo cepat kita tangkap mereka sebelum kabur.”

Keduanya keluar dari persembunyian, gerakan mereka sangat lincah layaknya orang yang pernah dilatih khusus untuk membunuh. Mereka berdua berhasil mengepung ketiga orang yang membunuh wanita tadi. Para pembunuh itu tidak bisa membela diri, sebelum mereka angkat bicara, kedua pria tadi menyuguhkan mereka asap yang berisi bius kuat. Ketiga pembunuh tersebut langsung tepar tidak sadarkan diri. Kedua pria itu menggunakan sihir untuk membongkar kuburan wanita tadi. Alangkah terkejutnya mereka karena dugaan mereka tentang siapa identitas wanita itu sepenuhnya benar.

“Kau pergilah ke kastil, laporkan kepada Nona bos bahwa saudarinya meninggal karena dibunuh!”

...***...

Sebuah kastil mewah berdiri di atas tanah kerajaan yang terbengkalai dan terhapus dari peta. Kerajaan yang dulunya dikenal makmur, namun berakhir menjadi kerajaan tertinggal karena beberapa tahun lalu terjadi pembunuhan secara besar-besaran, sehingga kerajaan ini menghilang dari peta pencarian. Akan tetapi, kerajaan tersebut tidak sepenuhnya tak berpenghuni, di dalam kastil istana yang mewah, ditempati oleh seorang perempuan cantik. Tidak hanya perempuan itu saja, bahkan para bawahannya yang tidak terhitung jumlahnya juga menetap di kerajaan itu.

Perempuan cantik itu kini tengah berada di ruang kerjanya, tapi raut wajahnya tidak terlihat baik. Kegelisahan bercampur firasat buruk menghantui perasaan, ia tidak berhenti sedari tadi mengacak-acak rambut pirangnya. Mata berwarna peraknya terus mencari cara untuk menenangkan perasaan yang selama beberapa hari ini campur aduk. Kulit putih bersinar dan bibir ranum nan seksi itu tidak berhenti mengoceh sendiri. Keganjalan di hati pun akhirnya memuncak pada hari ini, dia bangkit dari tempat duduk kemudian menghadap ke arah bulan purnama yang sedang bersinar bahagia usai hujan.

Wanita cantik itu bernama Xena Alister, dia seorang pemimpin dari kelompok pembunuh paling dicari oleh seluruh dunia. Kelompok pembunuh tersebut bernama Higanbana, di mana setiap korban yang akan mereka bunuh, beberapa hari sebelumnya akan dihantui dan dikirimi bunga higanbana yang merupakan bunga simbol kematian. Bunga cantik berwarna merah ini menjadi sumber ketakutan dari seluruh orang di dunia ini. Namun, tidak satu pun orang yang dapat menemukan tempat persembunyian kelompok pembunuh misterius ini.

“Kenapa aku sangat resah beberapa hari ini? Alina juga tidak membalas suratku. Apa mungkin keresahanku ada hubungannya dengan Alina?” gumamnya.

“Astaga, tidak bisakah Anda berhenti mondar-mandir? Teh yang disediakan oleh pelayan bahkan tidak Anda sentuh sedikit pun,” tegur seorang pria bersurai coklat, mata berwarna hijau mudanya dihiasi oleh kacamata. Pria tampan itu ialah tangan kanan Xena, selama ini dia selalu menjadi bawahan paling setia.

“Tidak bisa, Laiv. Aku tidak mendapatkan kabar apa pun dari saudara kembarku, sekarang aku tidak tahu kemungkinan terburuk apa yang sedang menimpanya,” ujar Xena.

Brakk

Tiba-tiba seorang bawahan Xena menerobos masuk ke dalam ruangan, napasnya terdengar terputus-putus.

“Nona bos! Nona Alina ditemukan tidak bernyawa di dalam hutan!” lapor pria itu secara lantang dan terang-terangan.

“Huh? Apa kau bercanda?” tanya Laiv tak percaya.

“Tidak, saya tidak bercanda.”

Garis-garis wajah Xena menegang akibat syok berlebihan, tanpa berlama-lama Xena langsung beranjak pergi dari ruang kerjanya dan menuju hutan tempat yang dimaksudkan oleh bawahannya.

Kedatangan Xena

Kedua mata Xena membulat sempurna menyaksikan jasad saudara kembarnya terbujur kaku di atas tanah yang lembab dan dingin. Tubuh Xena merosot, tangannya yang gemetar mencoba meraih tubuh Alina – saudara kembarnya. Hati Xena seketika sakit, bulir-bulir air mata perlahan turun membasahi kedua pipi. Betapa hancurnya Xena kala itu mendapati Alina, satu-satunya keluarga yang tersisa meregang nyawa beberapa saat lalu.

“Alina, buka matamu. Aku mohon, jangan tinggalkan aku seperti ini, bukankah kau berjanji akan bertahan hidup demi aku? Tolong jawab aku, Alina,” lirih Xena di samping jasad Alina.

Laiv menatap iba Xena, dia tahu pasti bahwa pemimpinnya itu sangat menyayangi Alina. Setiap saat dia mengirimi surat untuk sekedar mengetahui kabar Alina, dia juga menaruh mata-mata di sekitar Alina. Namun, Alina mengetahui bahwa Xena menaruh mata-mata dan meminta Xena untuk menarik mata-mata itu kembali. Siapa sangka dia akan terkecoh seperti ini walau sudah berusaha menjaga Alina sebaik mungkin.

“Ini salahku, maafkan aku sudah meninggalkanmu sendirian, aku sungguh minta maaf.” Dada Xena sesak hingga membuatnya kesulitan untuk bernapas, pikiran Xena sesaat kalut dan semakin berkecamuk.

Xena melimpahkan kematian Alina murni sebagai kesalahannya yang telah lalai menjaga Alina. Xena menjalani kehidupan yang berbeda dengan Alina, Xena cenderung menjerumuskan diri ke dalam masalah yang membahayakan, sedangkan Aline hidup sebagai seorang Permaisuri dari Kekaisaran Charise. Mereka telah berpisah dari umur 10 tahun hingga kini umur mereka sama-sama menginjak 20 tahun. Selama itu, mereka hanya pernah bertemu sebanyak dua kali lalu berlanjut sering bertukar surat.

Suara tangis Xena memecah keindahan sinar rembulan, jantungnya yang berdetak seolah dihujani oleh ribuan pisau tajam. Wajah Alina semakin detik semakin memucat, tubuhnya bertambah dingin dan kaku, Xena sungguh dipaksa untuk mengikhlaskan kematian Alina.

“Hahh? Apa ini? Alina sedang hamil?” Tangis Xena terhenti ketika dia meraba perut Alina, terasa ada kehidupan lain di badan Alina, tapi kehidupan itu telah redup dan menghilang sepenuhnya bersama Alina.

“Nona, harap perhatikan ini. Tangan Nona Alina dipenuhi oleh luka lebam yang tak biasa,” ujar Laiv melihat tangan Alina ada luka lebam di mana-mana.

“Apa yang terjadi sebenarnya kepada Alina?” Xena langsung menyingkap pakaian Alina, ternyata sekujur badannya terdapat luka lebam di beberapa titik sensitif. Xena membekap mulut saat melihat hal itu, ditambah lagi Alina dibunuh menggunakan suntik mati.

Para bawahan Xena yang juga ikut melihat merasa prihatin dengan apa yang menimpa Alina. Rasa sedih di hati berubah menjadi rasa marah tak terkendali. Kedua tangan Xena mengepal erat, gerahamnya bergemelatuk, bahkan urat-urat lehernya menegang sesaat. Laiv menepuk pundak Xena, menurunkan amarah Xena sudah menjadi salah satu tugas penting untuknya.

“Sepertinya ada yang tidak beres dengan Kekaisaran Charise, tidakkah kau berpikir demikian juga, Laiv?”

Laiv menganggukkan kepala, sedari awal mereka berdua merasa ada kejanggalan di balik rumor yang mengatakan bahwa Permaisuri Charise mengalami perundungan di istana. Kasih sayang Kaisar tidak didapatkan oleh sang Permaisuri, Kaisar selalu mengabaikan Permaisurinya dan hanya mementingkan selirnya. Namun, rumor itu meredup dan ditelan oleh masalah-masalah besar yang tengah terjadi.

Ketika Xena menanyakan masalah tersebut ke Alina, dia selalu menjawab bahwa selama ini dia hidup bahagia dan berkecukupan di istana. Setiap kali Xena mengirim mata-mata, Alina pasti mengetahuinya, dia memang mempunyai kepekaan yang luar biasa, jadi Xena tidak bisa mengirim mata-mata ke sana dan hanya mendengar desas-desusnya saja. Akan tetapi, Xena mulai yakin bahwa rumor tersebut benar adanya, Alina tidak pernah hidup bahagia dengan statusnya sebagai Permaisuri.

“Nona bos, kenapa tidak kita tanyakan saja kepada mereka bertiga ini tentang dalang pembunuh Nona Alina?” usul salah satu bawahan Xena.

“Oke, bangunkan mereka,” perintah Xena.

Ketiga pembunuh tadi dibangunkan secara paksa dengan memercikkan air ke muka mereka. Raut muka mereka kebingungan saat menyaksikan banyak orang yang mengerumuni mereka.

“Siapa kalian? Lalu kenapa wanita ini hidup lagi? Ehh tidak mungkin! Mengapa ada dua wanita yang sama?”

Xena menendang wajah mereka bertiga disertai dengan emosi yang berapi-api di tatapan matanya. Tendangan Xena sangat kuat hingga mencopotkan gigi para pembunuh tersebut, di sini Xena tidak menunjukkan belas kasihannya kepada orang-orang itu.

“Hey, katakan padaku sekarang, siapa yang memerintahkan kalian membunuh saudariku?” selidik Xena mencoba menekan ketiganya.

Tubuh para pembunuh itu bergetar ketakutan, Xena jauh lebih menyeramkan dibanding orang-orang yang berada di kekaisaran.

“Kami tidak bisa mengatakannya, orang itu merupakan orang yang sangat berpengaruh di Charise. Wanita yang mati itu dikenal sebagai Permaisuri tak berguna, selama ini Kaisar tidak pernah memberikan perhatian khusus kepadanya. Bahkan para pelayan tidak ada yang hormat dan selalu berbuat semena-mena padanya.”

Kemarahan Xena meledak-ledak seusai mendengarnya, dia berpikir Alina sungguh bahagia atas pernikahannya dengan Kaisar, jadi itulah mengapa dia tidak terlalu mencari tahu semuanya secara detail. Pekerjaannya yang tergolong sangat berat juga turut menjadi alasan di balik Xena kurang memperhatikan rumor yang beredar.

“Katakan! Siapa yang membunuh Alina?” tanya Xena mencengkram kerah baju salah satu pembunuh.

“T-tidak, s-saya—”

“Nona, menjauhlah dari mereka!” Laiv menarik tubuh Xena ke belakang, suatu keanehan mulai terjadi di tubuh ketiga pembunuh itu. Mereka menggelinjang kesakitan, raungan serta pekikan tak berdaya memekak ke telinga. Beberapa saat selepasnya, tubuh ketiga orang itu meledak dan hancur lebur tak bersisa.

“Rupanya orang itu memasang mantra pemusnah dari tubuh ketiga budak tadi, tampaknya ini bukan lawan yang sederhana,” tutur Xena.

Mantra pemusnah adalah mantra yang biasanya dipasang di tubuh budak ketika memberi para budak perintah rahasia. Apabila timbul niat mencurigakan, maka mantra itu otomatis akan bereaksi lalu meledakkan tubuh korban.

“Apa yang akan Anda lakukan selanjutnya, Nona?” tanya Laiv.

“Aku akan pergi ke istana menggantikan Alina, aku ingin mencari tahu siapa dalang pembunuh Alina, kemudian aku buat hidupnya sengsara tanpa ampun! Siapa pun yang menyakiti Alina, aku pastikan orang itu mati dengan cara mengenaskan.”

...***...

Pada hari berikutnya, Kekaisaran Charise sedang melaksanakan pertemuan antara Kaisar dan para bangsawan. Biasanya mereka berkumpul di ruang singgasana yang cukup luas membahas beberapa masalah yang dikira cukup penting. Kekaisaran Charise sendiri merupakan salah satu kekaisaran dengan wilayah kekuasaan sangat luas, berlimpah sumber daya alam, dan mempunyai banyak ksatria berbakat.

Para bangsawan datang bersama budak masing-masing, di kaki para budak dipasangi gelang yang digunakan untuk mengontrol budak. Di dunia ini, jual beli manusia sudah biasa, bahkan orang yang tidak memiliki budak hidupnya akan diolok-olok oleh orang lain. Kemudian di kursi singgasana duduk seorang pria berambut biru gelap dengan mata hijau safir, paras pria itu terlihat tampan sekaligus dingin. Lalu di pangkuan pria itu duduk seorang wanita cantik berambut hitam, netra hazelnya tidak berhenti menatap genit pria tersebut.

“Anda semakin tampan saja, Yang Mulia,” sanjung Brisia – selir kesayangan Kaisar Derryl Charise.

“Benarkah? Kalau begitu kau harus temani aku tidur malam ini,” balas Derryl menciumi bibir Brisia di hadapan banyak bangsawan yang hadir.

“Yang Mulia, bagaimana dengan Permaisuri? Bukankah beberapa hari ini dia menghilang? Apa Anda tidak mengerahkan orang untuk mencarinya?” tanya Brisia bertingkah sok peduli, padahal dia orang paling mengharapkan kehilangan Alina.

“Cih, untuk apa kau membahasnya? Aku tidak menyukai wanita itu sama sekali. Biarkan saja dia menghilang, mau dia mati pun aku tidak peduli.” Derryl berdecil kesal, ekspresi hangatnya yang hanya dia tunjukkan kepada Brisia berubah kembali dingin saat mendengar nama Alina.

Braakkk

Daun-daun pintu masuk ruang singgasana hancur tiba-tiba, pandangan semua orang refleks tertuju ke arah pintu. Para ksatria segera bergerak untuk memastikan serangan yang baru saja terjadi, mereka khawatir bila adanya penyerangan kala itu.

“Ya ampun, apa yang kalian lakukan di sini? Apakah kalian sedang berpesta pora tanpaku? Lalu lihatlah Yang Mulia Kaisar, betapa mesranya dia bersama selir tercintanya.”

Tingkah Gila Xena

Seluruh mata tertuju pada kedatangan Xena, gaun merah yang dikenakannya penuh dengan noda tanah, kaki yang berlumuran darah, serta rambut yang kusut dan berantakan. Seluruh bangsawan yang hadir langsung bergerak menjauh dari Xena, bahkan Derryl dan Brisia terperanjat kaget oleh kedatangan Xena yang seperti orang gila. Tiba-tiba ksatria menghalangi langkah Xena, mereka melarang Xena untuk masuk ke dalam ruang singgasana.

“Maaf, Yang Mulia. Saat ini Yang Mulia Kaisar tengah mengadakan pertemuan penting dengan para bangsawan. Anda dilarang masuk karena Anda hanya akan mengganggu jalannya pertemuan,” ujar salah seorang ksatria dengan lancang dan tanpa rasa takut.

“Jadi, kalian meremehkanku? Padahal aku ini Permaisuri, tapi beraninya kalian memperlakukanku seperti orang rendahan.”

Xena diselubungi oleh rasa marah, ekspresi wajahnya berubah dingin, saat ini dia sedang tidak ingin diganggu. Xena mencoba mengedarkan pandangan, orang-orang mulai berbisik buruk tentangnya seraya melayangkan tatapan menghina.

‘Jadi, inilah yang selalu dihadapi oleh Alina? Membayangkannya saja membuat dadaku sesak.’

Kemudian seorang ksatria menodongkan pedang nan tajam ke depan wajah Xena, sungguh tidak ada satu pun yang memperlakukan Xena sebagai Permaisuri.

“Cepat keluar dari sini, Yang Mulia! Anda jangan membuat para bangsawan tidak berselera makan karena ada Anda di sini.”

Xena menghela napas, lalu dia menendang perut ksatria yang berbicara lancang padanya hingga membuat ksatria itu terlempar jauh ke belakang. Tiga orang ksatria lainnya mendapatkan hal yang sama, mereka juga ditendang dan dihempaskan sangat jauh. Kekuatan tendangan Xena memang tidak main-main kuatnya, bahkan Laiv saja mengakui bahwa salah satu senjata terkuat di tubuh Xena ialah tendangannya.

“Kalian membuatku muak saja.”

Para bangsawan termangu kaku menyaksikan apa yang baru saja terjadi, Xena yang saat ini menyamar sebagai Alina sungguh mengubah secara menyeluruh karakter Alina yang sebenarnya. Derryl dibuat tidak bisa berkata-kata, melihat Xena membuat aliran perasaan asing mengalir bebas di perasaannya tanpa sadar. Dia tidak berkedip memandang Xena, Brisia mengerucutkan bibir karena tidak suka bila Derryl menaruh perhatian kepada Xena.

‘Apa dia Alina yang aku kenal? Mengapa hari ini dia terlihat berbeda? Biasanya dia selalu diam dan menunduk saat berada di hadapan banyak orang. Sifatnya yang seperti itu membuatku membencinya, dia bahkan tidak bisa tampil lebih menarik, tapi lihat dia yang sekarang, bahkan tanpa berdandan pun dia tampak mempesona,’ batin Derryl menyunggingkan senyumnya, namun lekas dia tampik semua pemikiran itu sebelum menghanyutkan dirinya terlalu jauh.

Xena melangkah pelan agar lebih dekat dengan Derryl, dia ingin melihat secara jelas lelaki yang membuat saudarinya hancur di dalam penderitaan. Xena berkacak pinggang sembari memandang marah Derryl, tidak ada satu orang pun yang berani menegur Xena.

“Hey, kau Kaisar! Aku sudah hilang selama empat hari dan kau bahkan tidak mencariku sama sekali. Benar-benar ya kau membuatku kesal saja, lalu sekarang kau malah mengadakan pesta tanpa diriku. Terlebih lagi kau seenaknya bermesraan dengan selir rendahan seperti dia, apa kau tidak malu dengan statusmu sebagai Kaisar?” omel Xena sambil menunjuki Brisia.

Seisi ruangan ternganga oleh Xena yang memarahi Derryl, selama ini tidak ada yang berani berbicara secara blak-blakkan selayaknya Xena.

“Alina, kau mulai berani ya sekarang mempermalukanku, apa kau dirasuki oleh jin gila saat menghilang hingga membuat kau menjadi seperti sekarang?” balas Derryl dengan tatapan geram.

“Jin gila? Aku rasa itu tidak mungkin, justru aku gila karenamu! Dasar kau sinting! Menyesal aku menjadi Permaisurimu,” ucap Xena terang-terangan tanpa difilter terlebih dahulu.

Derryl tertawa kecil, dia turun dari singgasananya dan berdiri tepat di depan mata Xena sembari melipat kedua tangan di dada. Tatapan Xena tak kalah menantangnya dari tatapan Derryl, dia muak mencium aroma parfum Brisia yang menyengat menempel di pakaian Derryl.

“Mulutmu ini semakin pintar saja berbicara, apa kau tahu akibatnya jika membuatku marah? Oke, aku akan melupakan penghinaanmu barusan. Tidak masalah juga, aku tidak tersinggung sama sekali, tapi tetap saja kau harus aku hukum.”

Derryl menyeringai, Xena curiga dengan perkataan Derryl, benar kecurigaannya kalau Derry akan melakukan sesuatu padanya. Derryl membawa tubuh Xena masuk ke pelukannya, dia mendekatkan wajah dan hendak mendaratkan sebuah kecupan di bibir Xena. Akan tetapi, sebelum Derry melancarkan aksinya, Xena lebih dulu menampar wajah Derryl.

“DASAR KAU MES*M! BERANINYA KAU MEMCIUMKU DENGAN BIBIR BEKAS SELIR RENDAHAN ITU! AKU TIDAK MAU YA SAMPAI TERTULAR KUMAN MENJIJIKKAN,” teriak Xena kesal.

Derryl terdorong ke belakang akibat tamparan Xena yang kuat, Brisia langsung menempatkan diri untuk melawan Xena.

“Kenapa kau kurang ajar sekali kepada Yang Mulia? Apa kau tidak takut dihukum mati karena sudah menghina Kaisar? Kau ini sepertinya perlu aku beri pelajaran agar sadar.”

Brisia mengangkat tangannya tinggi-tinggi, sebab dia berniat untuk menampar Xena sebagai balasan karena dia sudah menampar Derryl. Namun, saat tamparan itu dilayangkan, Xena bergerak ke samping, dia menghindari tamparan tersebut hingga membuat Brisia tersungkur di atas karpet merah.

“Apa yang kau lakukan, wanita rendahan? Apa kau baru saja memohon pengampunan dariku? Tapi, aku tidak mau memaafkanmu. Jadi, cepatlah berdiri sebelum lututmu lecet karena terlalu lama berlutut di atas karpet yang kasar. Bukankah nanti kau akan melayani Kaisar tercinta? Sayang sekali kalau lututmu lecet, nanti goyanganmu jadi kurang mantap.”

Wajah Brisia memerah malu, harga dirinya sebagai selir kesayangan Kaisar menjadi terluka akibat perlakuan Xena yang sangat berbeda dari biasanya. Para bangsawan juga turut menertawai Brisia, tak kuasa dia menahan air mata karena malu yang dia dapatkan saat ini. Derryl bergegas membantu Brisia untuk berdiri, dengan manjanya Brisia menangis dan mengadu kepada Derryl.

“Yang Mulia, wanita ini mempermalukanku, padahal aku hanya bermaksud menegurnya saja,” adu Brisia terisak di pelukan Derryl.

“Cih, begitu saja kau sudah menangis. Memang dasarnya saja kau yang manja dan suka mengadu ke Kaisar tersayangmu itu.” Xena berdecih sebal harus berhadapan dengan wanita seperti Brisia ini.

Sementara Derryl menenangkan Brisia, Xena memutar tubuhnya dan menuju ke arah meja yang berisi berbagai macam hidangan lezat. Xena mengambil beberapa makanan ringan, kemudian dia mendekat ke para budak yang tertunduk lesu di samping majikannya.

“Kalian ini tidak memberi makan mereka? Kalian pikir budak itu bukan manusia? Lihatlah tubuh mereka dipenuhi oleh luka. Benar-benar ya kalian, statusnya saja yang bangsawan tapi tidak sanggup memberi makan para budak yang kalian beli di pasar budak,” sarkas Xena, dia membagikan makanan mewah yang dia bawa kepada masing-masing budak.

“Maaf, Yang Mulia. Kami tidak layak menerima makanan yang sangat mewah ini.” Para budak itu enggan menerima makanan yang disodorkan oleh Xena.

“Yang Mulia, sebaiknya Anda tidak usah terlalu ikut campur dengan masalah budak ini, mereka kan hanya budak. Walau tidak kami beri makanan pun, bukan berarti mereka akan mati dengan cepat.”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!