METLIN
Bab 1
Lintang
Di sekolah nanti jangan ngintilin gue mulu ya.
Lintang
Nanti gak ada cewek yang naksir gue, gimana?
Metta
Gue gak kenal sama lo!
Metta membanting ponselnya dengan kasar ke atas kasur. Matahari belum sepenuhnya nampak, tetapi kepalanya sudah panas. Siapa lagi kalau bukan karena Lintang. Sepupu menyebalkannya.
Metta
Gue gak akan peduli.
Metta
Pa, nanti anterin ke sekolah, ya.
Papa Metta
Tumben, biasanya bareng Lintang.
Papa Metta
[Menggelengkan kepala]
Papa Metta
Heran, Papa. Berantem mulu kerjaannya kalian.
Metta
Ngeselin banget emang.
Metta
Kenapa juga aku harus punya sepupu kayak dia sih?
Papa Metta
Husss, jangan gitu.
Papa Metta
Nanti Lintang gak ada, kamu nyariin.
Papa Metta
[Mengejek Metta]
Metta
Gila kali ya itu para OSIS.
Metta
Ini sih namanya nyiksa murid baru.
Hari ini adalah hari pertama mereka memasuki masa SMA.
Menjalani masa orientasi siswa, membuat keduanya merasa disiksa. Harus membawa inilah, itulah. Belum lagi harus memakai aksesoris yang membuat seseorang terlihat seperti orang gila.
Berperang dengan teriknya sinar matahari selama berjam-jam, juga banyak kegiatan yang harus mereka lakukan.
Nana adalah teman pertama Metta di sekolah. Gadis yang terlihat sangat polos itu mengajaknya berteman ketika mereka berada di barisan yang sama saat berada di lapangan tadi.
Metta
[Mencubit pipi Nana]
Metta
Lo sendiri yang ngajak gue temenan.
Metta
Terus apa urusannya sama gue, Nana?
Nana
Ini tuh ganteng banget.
Nana
Kayaknya dia sama-sama murid baru kayak kita.
Metta
Terus kenapa kalau ganteng?
Metta
[Menganga tak percaya]
Metta
Dih, bisa naksir cowok, lo?
Nana
Nana kan manusia biasa.
Nana
Tuh, tuh orangnya, Ta.
Nana menunjuk seorang pemuda yang duduk diantara dua pemuda lainnya.
Metta yang duduk di sebelah Nana, dapat dengan mudah menatap objek yang sedari tadi menarik perhatian Nana.
Metta
*Lah, itu kan Lintang.*
Metta
Gak ada ganteng-gantengnya!
Mengingat Lintang, membuat rasa kesal Metta kembali. Ia tidak lagi mempedulikan Nana yang masih menatap Lintang dengan tatapan kagum.
Menghabiskan makanan yang tersisa adalah kegiatan yang lebih penting dari apapun.
Nana
Tataaaa, dia nengok ke sini!
Nana
[Memegang lengan Metta]
Di tempatnya berada, Lintang menatap Metta dengan senyuman lebar. Ia mengedipkan matanya sebelah sebelum kembali berbincang dengan kedua teman barunya.
Metta
*Lah, Lintang kan natap gue.*
Nana
Nanti kalau ketemu, pokoknya Nana harus kenalan.
Metta
*Gak tau aja dia kalau Lintang mirip setan.*
Metta
Siapa lo? Gak usah sok kenal.
Lintang
[Merangkul bahu Metta]
Lintang
Nggak boleh gitu lo sama Abang.
Lintang
Inget ya, gue lahir duluan.
Metta
Idih, selisih sebulan doang.
Lintang
Mau pulang gak lo?
Lintang
Halah, gak usah sok nolak.
Lintang
Ayo, Adek. Kita pulang.
Lintang
[Menarik tubuh Metta]
Bab 2
Lintang
Kecilin dikit suaranya, Met!
Lintang
Suaranya merusak konsentrasi gue.
Metta
Berhenti manggil gue bocah!
Lintang
Bocah, bocah, bocah.
Lintang
[Tersenyum mengejek]
Metta
[Melempar bantal sofa]
Lintang
Dih, gak sopan ngusir-ngusir.
Metta
Sopan ke lo itu gak perlu.
Papa Metta
Assalamualaikum.
Papa Metta
[Melangkah masuk]
Lintang
Wa'alaikumussalam.
Papa Metta
Wah wah, pada akur nih anak-anak Papa.
Lintang
Pasti capek ya habis kerja.
Papa Metta
Papa ke atas dulu deh.
Papa Metta
Gerah, mau mandi.
Papa Metta
Kalian lanjutin aja.
Papa Metta
Awas kalau Papa denger ada yang nangis karena berantem.
Lintang menepuk perutnya pelan beberapa kali karena kekenyangan. Pemuda itu masih berada di rumah sepupunya meski hari sudah beranjak malam.
Posisinya saat ini Lintang tengah berbaring dengan paha Metta sebagai bantal.
Metta
Dih, gue nanya ya ini!
Metta
Baperan banget kayak cewek.
Lintang memejamkan matanya. Mungkin kekenyangan membuatnya mengantuk.
Metta yang melihatnya, refleks mengusap kepala Lintang dengan sayang.
Mereka itu terkadang bertengkar seperti Tom and Jerry. Tetapi bisa juga bersikap manis seperti saat ini.
Metta
Lo kalau mau tidur jangan di sini dong.
Lintang
Nanti habis sholat gue tidur.
Lintang tidak pernah tidur cepat. Biasanya pemuda itu akan tidur di atas jam sepuluh malam.
Metta
Jangan bilang lo kecapekan gara-gara MOS tadi?
Metta
[Tersenyum mengejek]
Lintang
Nanti kalau gue ketiduran, bangunin.
Keysha
Dapet nomor kamu dari Reyvan.
Metta mengernyit tak suka melihat foto profil gadis yang mengirimkan chat pada Lintang.
Sok cantik sekali. Lagi pula, baru hari pertama sekolah, kenapa Lintang sudah menarik perhatian banyak siswi?
Sebelumnya Nana, sekarang Key Key itu. Untung saja Nana adalah gadis yang polos. Ia pasti tidak berani mengirim chat seperti ini pada Lintang.
Tadi kebetulan, ponsel milik Lintang tergeletak di meja. Iseng, Metta mengotak-atik ponsel milik sepupunya itu. Mumpung si pemilik sedang tertidur.
Ketika sedang melihat-lihat galeri, ada notifikasi masuk dari nomor tak di kenal. Karena penasaran, akhirnya ia memutuskan untuk membukanya.
Tetapi isi chat tersebut malah membuatnya kesal. Entah karena Lintang banyak yang mendekati, atau merasa iri karena tidak ada laki-laki yang mendekatinya, Metta tidak tahu. Ia hanya merasa kesal saja.
Mendapat ide cemerlang, Metta memilih untuk membalas chat dari si Key Key itu.
Lintang
Nanti gue sampaiin ke Lintang ya.
Lintang
Lintang lagi tidur.
Metta
[Tersenyum menyeringai]
Adzan isya'berkumandang. Buru-buru Metta meletakkan ponsel milik Lintang ke tempat semula.
Metta
[Menepuk pipi Lintang]
Metta
Ngelindur nih bocah.
Lintang
Pagi-pagi udah teriak.
Metta
MASIH MALEM LINTANG!
Metta
BANGUN UDAH ADZAN ISYA'
Metta
[Berteriak di telinga Lintang]
Lintang
Yang lembutan dikit napa?
Lintang
Jantung gue mau copot rasanya.
Lintang
[Menyentil kening Metta]
Metta
Lagian susah banget di bangunin.
Lintang beranjak menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu.
Setelahnya, pemuda itu pergi ke masjid yang letaknya tak jauh dari rumah Metta.
Bab 3
Lintang
Kenapa kita gak sekelas aja, sih?
Metta
Berharap bisa sekelas sama gue?
Metta
Kemarin-kemarin siapa yang ngomong gak mau gue intilin?
Lintang
Iya iya, maaf ya sayangnya Lintang.
Metta
[Mendorong tubuh Lintang]
Lintang
Halah, biasanya juga lo nempel banget ke gue.
Lintang
Apa gue perlu sebutin satu-satu?
Panggilan itu membuat keduanya menoleh. Dari kejauhan, terlihat seorang gadis yang tengah berlari menghampiri Metta.
Nana melirik malu-malu pada Lintang. Dia sudah melihat pemuda itu sejak menginjakkan kaki di gerbang sekolah.
Terlihat sedikit bingung kenapa Metta bisa bersama pemuda tampan yang ditaksirnya itu, tetapi Nana tidak terlalu ambil pusing.
Dipikirannya, ini adalah kesempatan untuknya mengenal pemuda itu.
Lintang
Temennya Metta ya?
Lintang
Kenapa mau sih temenan sama cewek galak kayak dia?
Lintang memang pribadi yang ramah pada semua orang. Apalagi terhadap perempuan, menurutnya perempuan itu istimewa.Maka dari itu harus diperlakukan selembut mungkin.
Kecuali Metta. Lintang suka sekali berbuat seenaknya pada sepupunya itu.
Metta
Heh, ngomong apa lo!
Nana
Ka-kalian saling kenal, ya?
Meskipun Lintang terlihat ramah padanya, tetapi Nana tetap merasa gugup. Tentu saja, sekarang kan ia sedang berdiri di depan pemuda tampan yang ia sukai.
Lintang
[Merangkul bahu Metta]
Lintang
Bukan, adek sepupu.
Nana
Ihh, kok Tata gak bilang.
Nana
[Mengerucutkan bibir]
Entah mengapa, Metta sedikit tidak setuju jika Nana bersama Lintang.
Entahlah, instingnya mengatakan mereka tidak cocok.
Metta
[Menarik lengan Nana]
Nana
[Melambaikan tangan pada Lintang]
Metta
Gak usah ganjen, Na.
Nana
Orang Nana mau ngajak kenalan.
Metta
Dia gak baik buat lo.
Metta
[Menatap Nana serius]
Nana
Kok Tata jelek-jelekin sepupunya?
Nana
Makanya kasih tau nama dia siapa?
Metta sendiri bingung, kenapa ia sampai tidak mau memberitahu nama Lintang pada Nana?
Rasanya tidak rela. Mungkin karena dia sendiri masih jomblo, ia tidak rela Lintang mempunyai pacar lebih dulu.
Metta
Tanya sendiri aja kalau berani.
Nana terdiam sejenak sebelum mengangguk yakin.
Nana
Oke, nanti istirahat Nana mau ajak kenalan.
Metta pikir, gadis polos seperti Nana tidak akan berani melakukan itu.
Metta
Tapi gue gak mau nemenin.
Nana
Nana boleh duduk sini?
Nana berdiri di sebelah meja yang ditempati oleh Lintang. Kebetulan pemuda itu sedang sendirian.
Lintang sedikit terkejut, tetapi kemudian tersenyum ramah saat mengetahui siapa yang menyapanya.
Lintang pikir, sepupunya yang menyuruh Nana mencari tempat duduk. Dan karena Lintang sedang sendirian, gadis itu memilih duduk bersamanya.
Nana menunjuk meja paling pojok dekat dengan pintu.
Lintang sangat terkejut melihat Metta duduk sendirian di sana.
Lintang
Loh, kok gak bareng?
Nana melambaikan kedua tangannya di depan dada.
Nana
Nana mau ngajak kamu kenalan.
Sepersekian detik, Lintang ternganga tak percaya.
Berikutnya ia tersenyum lebar. Pesonanya memang tidak diragukan lagi.
Lintang
Oh iya, kita belum jadi kenalan ya tadi pagi.
Lintang
[Mengulurkan tangan]
Nana
[Menjabat tangan Lintang]
Lintang
Salam kenal ya, Nana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!