NovelToon NovelToon

Mengejar Pelangi

Masa Lalu Zella

Zella (Grizelle Alexandria)

Seorang Direktur Muda GA Corporation yang berada di München, Jerman. Ia masih berusia 24 tahun. Berbagai prestasi sudah diraihnya dalam memegang perusahaan, membuat Zella menjadi Direktur Wanita Muda yang paling disegani.

Enam tahun yang lalu, ia sudah menikah dengan seorang dosen yang mengajar sekaligus pemilik Kampus Universitas Swasta Indonesia, Pahlevi Ainsley.

Baru beberapa minggu menyandang status sebagai istri, Zella terpilih dalam pertukaran mahasiswa ke Jerman. Levi pun turut berangkat ke Jerman bersama istrinya, sebagai pendamping mahasiswa dan juga pertukaran dosen.

Sayangnya, baru satu bulan di Jerman, sebuah tragedi menimpa Levi saat kegiatan berselancar di sungai Isar yang bercabang ke Eisbach. Sungainya memang tidak dalam, tetapi arus dan ombaknya sangat kuat hingga membuat Levi hanyut.

Terlebih saat pencarian Levi saat itu, terjadi hujan dan badai yang sangat kencang. Hingga pencarian terus tertunda lama. Sejak kejadian itu, Zella langsung memutuskan untuk tidak kembali ke Indonesia dan menetap di München bersama Granny dan Granpa nya.

Karena kecerdasan Zella, Kampus Jerman langsung menerima Zella sebagai mahasiswa di sana hingga Zella menyelesaikan progam sarjana dan magister nya. Kini Zella sudah mendapatkan gelar Master of Management.

Zella kini hanya terus memikirkan karirnya dan enggan untuk memulai hubungan yang baru dengan laki-laki lain, karena baginya Levi belum mati sebelum ia melihat jasad suaminya secara langsung.

...***...

Pagi ini seperti biasa, Zella selalu menyempatkan dirinya untuk lari pagi mengitari komplek perumahan.

"Hai, Nona Zella.." sapa Richard yang memang sengaja menunggu Zella keluar dari Mansionnya.

Richard adalah teman kuliah kakak laki-lakinya, Azel yang juga merupakan kolega bisnis Zella. Sudah lama mendambakan Zella menjadi istrinya dan berulang kali menyerah untuk mendapatkan Zella. Tapi kali ini Richard mencoba lagi untuk mendekati Zella.

"Hai Tuan Richard." balas Zella sambil terus berlari lari kecil.

"Boleh aku temani, Nona Zella?" tanya Richard mengikuti langkah kecil Zella.

"Silahkan saja." jawab Zella singkat.

Setelah tiga puluh menit berlari, Richard mengajak Zella beristirahat di sebuah taman kecil dalam komplek. Keduanya pun berlari ke arah sana.

Sesampainya disana, Zella langsung meluruskan kakinya sambil meminum air yang sudah dibawanya dari Mansion.

"Apa kau mau berkencan denganku, malam ini Nona Zella?" tanya Richard hati-hati.

"Maaf Tuan Richard, aku tidak ada waktu untuk itu." jawab Zella santai. "Lagipula aku ada jadwal meeting sore ini."

"Perusahaanmu sudah sangat besar Nona Zella. Luangkanlah waktumu sebentar saja untuk memikirkan perasaanmu sendiri." pinta Richard menatap Zella dengan penuh harap.

"Perasanku??? Bahkan aku rasa aku sangat menikmati pekerjaanku sekarang." jawab Zella yang mulai bersiap-siap meninggalkan Richard.

"Tunggu, Nona Zella." Richard menarik tangan Zella dan Zella sedikit menepisnya.

"Apa kau masih berharap suamimu kembali ke hadapanmu?" tanya Richard membuat Zella mendelik marah.

"Jangan lanjutkan pertanyaanmu, Tuan Richard. Aku tahu kau sama dengan yang lain dan menganggap Leviku sudah tiada. Pergilah! Jangan kembali padaku kecuali membicarakan bisnis perusahaan." ucap Zella marah dan langsung berlari meninggalkan Richard.

"Aaaarrrrgghhh," pekik Richard sambil mengusap wajahnya kasar.

"Aku gegabah lagi untuk mendapatkan Zella. Kenapa wanita itu keras kepala tanpa memikirkan perasaanku?" gerutu Richard kesal.

"Sepertinya aku harus kembali mundur mendapatkan Zella. Tapi aku kini sangat sulit membuka hatiku untuk wanita lain melihat Zella yang kini masih sendiri." gumam Richard sambil menelfon asistennya untuk segera menjemputnya.

Sedangkan Zella yang sudah hampir sampai di Mansionnya menghentikan langkahnya. Tampak seorang laki-laki membukakan pintu untuk Tuannya.

"Kak Leviiii." gumamnya pelan. Zella terus mengamati dua orang pria yang sama sama berdiri tepat di pintu mobil.

"Oh My God, sepertinya aku sangat merindukannya hingga mengkhayal yang tidak-tidak." ucap Zella sambil kembali berlari ke Mansionnya yang berjarak tiga rumah dari tempatnya berdiri sekarang.

"Theo, masuklah lebih dahulu." perintah Geoffrey yang sejak turun dari mobil memperhatikan Zella yang terus menatap ke arahnya.

"Baik, tuan." Theo, asisten Geoffrey langsung masuk ke dalam mansion.

Sedangkan Geoffrey langsung mengejar Zella.

"Tunggu, Nona." teriak Geoffrey membuat Zella menghentikan langkahnya seketika.

"Apa sapu tangan ini milik anda?" tanya Geoffrey menggunakan bahasa Jerman yang khas.

"Oh, iya Tuan. Terima kasih." jawab Zella sambil mengambil sapu tangannya dari tangan Geoffrey.

Sayangnya Geoffrey menarik sapu tangan Zella ke belakang punggungnya hingga membuat Zella hampir saja menubruk dada bidang milik Geoffrey.

"Tidak semudah itu Nona." ucap Geoffrey kemudian. "Kau pasti sengaja menjatuhkannya di depanku bukan? Agar kau bisa berkenalan denganku." ucap Geoffrey sambil mengulurkan tangannya pada Zella.

"Kenalkan namaku, Ge...." belum sempat Geoffrey menyebutkan namanya, Zella langsung memotongnya.

"Anda salah, Tuan. Buang saja sapu tangannya. Saya tidak membutuhkan." jawab Zella sambil meninggalkan Geoffrey sendirian di luar mansionnya.

Sepeninggalan Zella membuat Geoffrey tercengang dan menyunggingkan senyum smirknya.

"Kau sungguh menawan tetangga baru." gumam Geoffrey sambil kembali melangkahkan kakinya ke Mansion baru miliknya.

Diremasnya sapu tangan milik Zella dan dihirupnya dalam dalam.

"Aku harus mendapatkan Nona cantik itu."

"Yaaa, aku harus dapat bagaimana pun caranya." gumam Geoffrey dalam hati.

Sampai di pintu Mansionnya, Theo langsung menyambutnya.

"Maaf Tuan Geoffrey, Nona Paula menghubungi ponsel anda berkali-kali." ucap Theo sambil menyerahkan ponsel milik Geoffrey.

"Oh, iya. Thanks Theo." balas Geoffrey mengambil ponselnya dari Theo.

Paula adalah tunangan Geoffrey, tetapi keduanya sama-sama belum memikirkan untuk melangkah ke jenjang berikutnya (pernikahan). Padahal keduanya sudah menjalin kasih selama tujuh tahun lamanya.

Paula kini berusia 30 tahun, ia adalah model terkenal di Jerman. Kesuksesannya di dunia model juga tidak luput dari bantuan kekasihnya, Geoffrey yang usianya lebih muda satu tahun darinya.

Geoffrey pun segera menghubungi Paula.

"Halloo, sayang. Ada apa?" tanya Geoffrey setelah panggilannya tersambung.

"Kenapa Tidak menghubungiku sebelum berangkat ke München? Aku kan juga ingin berlibur di sana." tanya Paula diujung telefon.

"Aku baru ingin menjalin bisnis baru sayang, bukan untuk bersenang-senang." jawab Geoffrey sedikit jengah.

"Kalau begitu, aku akan menyusulmu. Untuk apa aku libur pemotretan jika hanya tinggal diam di rumah." gerutu Paula.

"Pesankan aku tiket pesawat, dan suruh Theo untuk datang menjemputku di bandara." ucap Paula kemudian.

"Baiklah, nanti aku akan minta tolong pada Theo. Aku harus mempersiapkan berkas meeting, nanti akan aku hubungi jika tiket pesawatnya sudah dipesan." ucap Geoffrey panjang lebar dan terus mematikan panggilannya.

Geoffrey langsung masuk ke dalam kamar dan mencuci wajahnya.

"Makin lama kenapa aku makin lelah menjalani hubungan dengan Paula ya. Huuuuuh, membosankan." ucap Geoffrey sambil menatap dirinya di depan kaca.

"Semakin kesini semakin berani dan banyak tingkah." gumam Geoffrey.

Geoffrey menuju ke ruang kerjanya dan mengecek berkasnya satu per satu untuk persiapan meeting nanti sore. Dia harus mempersiapkan dengan matang karena kali ini ia akan berhadapan dengan Direktur Muda bertalenta dan Perusahaan yang sangat berpengaruh di Jerman.

Pertemuan yang Mengejutkan

Zella yang masuk ke dalam Mansion menemui Granny dan Granpa yang sedang menikmati teh di taman.

"Hallo Granpa, Hai Granny. How is your live?" sapa Zella sambil duduk diantara keduanya.

"Tentu saja baik, sayang." jawab Granny sambil menyeruput teh hangatnya perlahan.

"Zella, weekend ini luangkanlah sedikit waktumu untuk bersenang-senang, sayang." ucap Granpa.

"Kau masih sangat muda, perusahaanmu juga perkembangannya sudah sangat pesat, apa kau tidak menginginkan pendamping hidup?" tanya Granpa kemudian.

"Sungguh, aku tidak suka dengan pertanyaan seperti ini. Tak ada sedikit pun yang bisa mengerti perasaanku." gumam Zella dalam hati.

Zella menarik nafasnya dan menghembuskannya perlahan. "Aku tidak ingin membahas tentang hal ini, Granpa. Aku masuk dulu." Zella langsung meninggalkan Granpa dan Granny di taman.

"Biarkan Zella bahagia dengan caranya sendiri, jangan terlalu mengguruinya. Dia sudah dewasa." ucap Granny pada Granpa.

"Aku hanya ingin melihatnya kembali tersenyum bahagia, tidak terus terpuruk kehilangan Levi. Ini sudah tahun ke enam kepergian Levi, tapi Zella justru terlihat makin menutup hatinya untuk setiap laki-laki yang mendekatinya." jelas Granpa panjang lebar.

"Tapi terkadang cara kita belum tentu membuat Zella bahagia." jelas Granny yang kemudian masuk ke dalam Mansion.

...***...

Zella masuk ke dalam kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang king sizenya. Kemudian tangannya meraih foto Levi dan memeluknya sangat erat.

"Semua orang mengatakan bahwa kau sudah tiada, tapi tidak bagiku, Kak. Entah mengapa hati kecilku berkata bahwa kau masih hidup." gumam Zella pelan.

Zella memejamkan matanya, mengingat kenangannya bersama Levi dulu. Sosok Levi benar-benar tak pernah hilang sedikit pun dari ingatan Zella, meskipun sudah enam tahun yang lalu.

"Dan sosok laki-laki yang membuka pintu mobil tadi benar-benar mirip dengan sosok Kak Levi. Sayang aku tidak melihat wajahnya dengan jelas."

"Semoga Tuhan memperkenankan doaku selama ini agar dapat segera bertemu denganmu, Kak Levi. Aku hanya yakin dengan hati kecilku sendiri."

Zella meletakkan kembali foto Levi ke atas nakas dan segera membersihkan dirinya untuk bersiap-siap pergi ke kantor. Setelah selesai semuanya, Zella bergegas turun dan memanggil sopir pribadinya.

"Pak Beni, kita langsung menuju ke kantor." perintah Zella pada supirnya.

"Baik, Nona." jawab Pak Beni yang langsung tergopoh gopoh membukakan pintu untuk Zella.

"Zella, sarapan dulu sayang." panggil Granny. "Granny tidak akan mengizinkan kau bekerja dengan perut kosong."

Zella menghentikan langkahnya dan berbalik menuju Granny yang sudah menunggunya di meja makan.

"Maafkanlah Granpa, sayang." ucap Granny saat Zella mulai menggigit Sandwich nya.

"Aku hanya tidak suka membahas masalah pernikahan atau pendamping hidup, Granny." jawab Zella.

"Oke, Granny pastikan Granpa tidak akan mengulanginya." jelas Granny dan membuat Zella langsung menganggukkan kepalanya.

"Thanks a lot, Granny. I love you so much." Zella mencium pipi Grannynya dengan sangat lembut. "I have my breakfast, aku pamit ya."

"Hati hati sayang, kabari Granny jika ada sesuatu." ucap Granny dan Zella hanya menjawab dengan tangannya yang menyiratkan jawaban OK.

...***...

Sesampainya di kantor, Sekretaris Zella langsung menyerahkan agenda hari ini pada Zella. Hari ini jadwal Zella tidak begitu padat, hanya saja ia ada meeting penting dari perusahaan Hilton dari Berlin sore nanti.

Kini ia hanya perlu memeriksa beberapa berkas yang menumpuk di meja kerjanya. Waktu pun cepat berlalu, tepat pukul tiga sore Zella dan Sekretarisnya menuju ke tempat yang sudah biasa Zella gunakan untuk rapat khusus di kantornya.

"Nona Zella, Tuan Geoffrey dan Asistennya sudah datang." ucap salah satu divisi perencanaan perusahaan Zella.

"Baiklah, persilahkan untuk masuk." jawab Zella dengan gestur tubuh yang sangat berwibawa.

Pintu pun segera terbuka dan nampak dua orang lelaki yang masuk ke dalam ruang rapat perusahaan. Zella tidak pernah gugup sama sekali dalam menghadapi berbagai macam karakter klien dan koleganya, tapi kali ini berbeda saat ia melihat salah satu dari dua orang lelaki yang masuk ke dalam ruangan.

"Selamat datang Tuan Geoffrey, perkenalkan saya Vanya sekretaris perusahaan. Dan ini pemimpin perusahaan kami, Nona Grizelle Alexandria." ucap Vanya menyambut kedatangan Geoffrey dan asistennya.

Geoffrey tersenyum saat mendapati tetangga barunya ternyata ada di depan matanya sekarang. "Pucuk dicinta, ulam pun tiba." gumam Geoffrey dalam hati.

Sayangnya Zella terus memandang ke arah asisten Geoffrey sampai asistennya menundukkan kepalanya.

"Kehormatan terbesar bagi saya dapat bertemu dengan anda Nona Grizelle." ucap Geoffrey sambil mengulurkan tangannya pada Zella.

"Terima kasih Tuan Geo, panggil saja Zella." jawab Zella membalas uluran tangan Geoffrey dengan sangat singkat. "Silahkan duduk, Tuan."

"Ternyata Tuan Geoffrey ini adalah laki-laki yang tadi pagi bertemu denganku." batin Zella.

"Perkenalkan, ini Theodore orang kepercayaan di perusahaan saya." ucap Geoffrey memperkenalkan asistennya.

Theo mengangkat wajahnya dan membungkukkan badannya memberi salam. Kini netra mata Zella terus beradu pandang dengan milik Theo membuat Theo kembali menundukkan wajahnya.

Sosok asisten Geo sangat melekat dalam ingatan Zella, bukan hanya mirip dengan Levi tetapi ini adalah sosok Levi yang benar-benar Zella rindukan. Tapi kenapa namanya Theo?

Batin Zella kini penuh dengan berbagai macam pertanyaan tentang Theo, tapi Zella cepat cepat menguasai dirinya dan memulai rapatnya.

Theo adalah perwakilan dari perusahaan Hilton untuk menyampaikan beberapa lini kerja sama yang diajukan. Penyampaian Theo ditanggapi Zella dengan beberapa pertanyaan yang sangat kritis menurut Geoffrey hingga membuat Geoffrey bergidik ngeri.

Tapi dengan lugas, Theo dapat menjawab seluruh pertanyaan kritis dari Zella dan tentunya ini membuat Geoffrey sangat lega. Kini gantian Zella yang memberi beberapa ulasan dan gambaran tentang kerja sama yang akan dijalani oleh dua perusahaan ini.

Geoffrey dan Theodore tampak sangat kagum dengan penyampaian Zella. Keduanya dapat bernafas lega setelah Zella benar-benar menerima kerja sama antara kedua perusahaan ini.

"Penyampaian anda sungguh sangat luar biasa, Nona Zella. Saya benar-benar kagum dengan anda. Suatu kehormatan besar dapat bekerja sama dengan Perusahaan anda, Nona." puji Geoffrey sambil menatap Zella lekat.

"Terima kasih, Tuan. Senang berbisnis dengan anda." balas Zella singkat.

Tanpa berbasa basi lagi, Zella mengakhiri rapatnya. Keputusan Zella untuk mengakhiri rapatnya membuat Geo sedikit kecewa karena ia tidak memiliki waktu untuk mengenal Zella lebih dekat.

Tapi lagi-lagi Geo tersenyum mengingat bahwa Zella adalah tetangga barunya di komplek elit tempat ia tinggal. Akhirnya Geo dan asistennya pun undur diri dari ruang rapat.

"Theo, terima kasih kau benar-benar sangat membantu perusahaanku. Gajimu akan aku naikkan sepuluh persen." ucap Geo.

"Terima kasih banyak, Tuan. Saya akui rapat kali ini benar-benar menegangkan." ucap Theo sambil mengingat bagaimana Nona Zella, pemilik perusahaan GA Corporation menatapnya tajam.

"Aku juga sangat tegang tadi, Theo. Tapi aku bersyukur memiliki kamu yang mampu menjawab semua pertanyaan mematikan dari Direktur Muda itu." ucap Geoffrey.

"Dia sangat cantik dan bertalenta. Hmmmm. benar-benar sangat menantang, kau harus membantuku untuk mendapatkannya, Theo." ucap Geoffrey sambil terus mengingat wajah cantik Zella.

"Bagaimana dengan Nona Paula, Tuan?" tanya Theo menanggapi kegilaan Tuannya.

"Oh My God, aku hampir melupakannya. Satu jam lagi dia akan sampai di bandara. Tolong kau jemput dia ya." ucap Geoffrey.

"Baik, Tuan." jawab Theo.

Kini keduanya sudah berada di mobil dan siap kembali ke mansion.

Tidak Ada yang Percaya

PoV Zella

Tuhan, aku benar-benar menemukannya.

Suamiku sudah kembali, Yaa Leviku sudah kembali. Tapi kenapa ia sama sekali tidak mengenalku? Apa yang sebenarnya sudah terjadi padanya?

Dia sama sekali tidak berubah. Masih sama seperti dulu. Model rambutnya, tatapan matanya, stylenya juga sama, cara ia mempresentasikan perusahaan juga masih khas seperti yang dulu.

Apa dia hilang ingatan hingga tidak mengingatku sama sekali?

Apapun keadaannya sekarang, aku sangat bersyukur karena Leviku masih hidup. Aku harus cari tahu tentang Theo, asisten Tuan Geoffrey.

Zella menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya di ruang meeting.

"Nona Zella, Pak Beni sudah siap di loby." ucap Vanya pada Zella.

"Baiklah, terima kasih untuk hari ini Vanya." jawab Zella yang langsung menyambar tasnya dan keluar dari ruangan meeting.

...***...

Dalam perjalanan pulang, Theo terus memikirkan Direktur Muda GA Corporation.

"Nona Zella, kenapa terdengar akrab di telingaku?" gumam Theo sambil mengendarai mobil Geoffrey.

"Theo, kau sudah enam tahun bersamaku. Berbagai terapi juga sudah kau lakukan untuk mengembalikan ingatanmu. Apa sudah ada perkembangan?" tanya Geoffrey.

"Maaf Tuan, tapi sampai saat ini saya belum mengingat apapun tentang diri saya." jawab pTheo.

"Tidak masalah, Theo. Tapi kau benar-benar sangat membantuku selama ini." ucap Geoffrey.

"Tapi aku yakin, kau dulu pasti seorang yang sangat luar biasa melihat kepiawaianmu dalam mengurus perusahaan." ucap Geoffrey kemudian.

"Terima kasih pujiannya Tuan Geoffrey. Saya juga sangat berhutang budi atas kebaikan anda." jawab Theo.

Kini mobil mereka sudah sampai di Mansion. Setelah Geoffrey turun dari mobil, Theo langsung menjalankan mobilnya menuju bandara untuk menjemput Paula.

...***...

Zella sampai di Mansion dan langsung menuju ke kamarnya. Ia menelfon adik iparnya yang juga sahabat baiknya, Silla.

"Hallo Silla, bagaimana kabarmu?" tanya Zella saat panggilannya sudah tersambung.

"Aku sangat baik Zella. Kapan kau akan pulang ke Indonesia? Kami sangat merindukanmu, Zella." jawab Silla.

"Akan aku usahakan untuk segera pulang, Silla." ucap Zella. "Ada hal penting yang ingin aku sampaikan, Silla. Kak Levi masih hidup, La. Dia benar-benar masih hidup."

Silla terdiam diujung telefon.

"Silla, kau masih mendengarku?" tanya Zella kemudian saat tidak ada respon apapun dari Silla.

"Ah, iya Zella. Aku masih mendengarnya. Tapi Zella, kau masih ingat bukan bahwa kemungkinan Kak Levi masih hidup itu sangat kecil." jawab Silla diujung telefon.

"Apa kau tidak mempercayaiku, Silla? Aku bertemu dengannya hari ini." ucap Zella berusaha meyakinkannya.

"Aku bukan tidak percaya denganmu, Zella. Tapi kau berulang kali mengatakan bahwa kau melihat Kak Levi. Tapi lagi lagi mereka hanya mirip sekilas dan bukan Kak Levi." jawab Silla.

"Aku sangat menyayangimu, Zella. Kembalilah pulang agar kau bisa move on dari kejadian enam tahun yang lalu." ucap Silla kemudian.

"Terima kasih atas perhatianmu, Silla. Kalau begitu aku tutup dulu telefonnya. Bye Silla." Zella pun mengakhiri panggilannya pada Silla.

Zella tidak langsung putus asa, ia segera menghubungi Mama Karen dan memberikan kabar sama dengan apa yang ia sampaikan pada Silla. Tapi respon dari Mama Karen juga sama persis dengan respon Silla.

"Mama Karen juga tidak percaya padaku." gumam Zella sedih. "Aku akan menghubungi papa dan Kak Azel." ucap Zella yang langsung memencet nomor ponsel papa Green.

Lagi lagi Zella harus menelan pil pahit karena mereka juga tidak ada yang percaya. Mereka terus meminta Zella kembali ke Indonesia dan menganggap Zella belum bisa move on dari hilangnya Levi.

Kini Zella terduduk lesu di ujung tempat tidur sambil memeluk lututnya sendiri. Tak lama kemudian Granny masuk ke dalam kamar Zella dan mendekati cucunya.

"Zella, are you okey?" tanya Granny mengusap kepala cucunya. "papamu barusan menelfon Granny."

"Aku tau, Granny juga pasti lebih percaya papa dari pada Zella." jawab Zella dan Granny langsung menggelengkan kepalanya.

"Kau salah besar, Zella. Granny sangat percaya padamu. Hanya saja Granny tidak tahu bagaimana cara membantumu kali ini sayang." ucap Granny.

"Terima kasih Granny telah percaya padaku. Aku hanya butuh dukungan dan kepercayaan dari Granny." balas Zella sambil memeluk Granny nya erat.

"Mandilah sayang, setelah ini kita makan malam bersama." ucap Granny dan Zella mengangguk dan langsung masuk ke kamar mandi.

Selesai mandi, Zella langsung memakai baju casualnya dan turun ke bawah untuk makan malam.

Langkahnya terhenti saat ia melihat ada sosok lelaki duduk di ruang tamu bersama dengan Granpa nya.

"Zella, turunlah sayang. Ada tetangga baru kita datang berkunjung." ucap Granpa memanggil Zella.

"Tuan Geoffrey," gumam Zella dalam hati sambil mengernyitkan dahinya. "Mau apa dia datang kemari?" batin Zella sambil melangkahkan kakinya ke ruang tamu.

"Nak Geoffrey, kenalkan ini cucu saya Zella." ucap Granpa pada Geoffrey.

"Kami sudah saling mengenal, Granpa. Dia adalah kolega baru di perusahaan." jawab Zella sambil duduk di samping Granpa.

"Waaah, kebetulan sekali jika kalian sudah saling mengenal. Berikan sambutan yang terbaik pada tamu kita, Zella. Granpa mau ke belakang dulu sebentar." ucap Granpa dan sengaja meninggalkan Zella.

"Apakah kedatanganku mengganggu anda, Nona Zella?" tanya Geoffrey terdengar santun.

"Anda datang tidak khusus untuk bertemu denganku, bukan? Untuk apa aku merasa terganggu." jawab Zella santai.

"Aku datang untuk mengenalmu lebih dekat, Nona Zella." jawab Geoffrey penuh dengan rasa percaya diri.

Zella malas menanggapi Geoffrey dan langsung berdiri hendak meninggalkan Geoffrey. Sayangnya Granny datang dari pantry dan menawarkan Geoffrey untuk makan malam bersama.

"Tuan Geoffrey, apa anda sudah makan malam? Makanlah bersama kami malam ini, Tuan." ucap Granny.

Tawaran Granny membuat bibir Geoffrey tersenyum lebar.

"Dia akan makan malam di mansionnya sendiri, Granny." jawab Zella.

"Zella, tidak baik berlaku seperti itu pada tamu kita. Ayo persilahkan Tuan Geoffrey untuk makan malam." ucap Granny pada Zella.

Zella mengacuhkan ucapan Granny dan langsung berjalan ke ruang makan. Sedangkan Geoffrey mengikuti langkah Granny yang mengajaknya makan bersama.

Zella sangat tidak menyukai makan malam kali karena kehadiran Geoffrey. Setelah makan malam, Zella buru-buru kembali ke kamarnya tanpa menghiraukan Geoffrey sama sekali.

"Maafkan tingkah Zella, Tuan Geoffrey. Dia memang sangat dingin pada semua laki-laki." ucap Granpa.

"No problem, Tuan." jawab Geoffrey.

Geoffrey yang sudah menyelesaikan makan malamnya mengedarkan pandangannya menyapu seluruh ruangan. Namun pandangannya terhenti saat melihat foto pernikahan Zella di ruang keluarga yang letaknya dekat dengan ruang makan.

Geoffrey sangat terkejut saat melihat foto laki-laki yang berdiri di samping Zella sangat mirip dengan Theodore, asistennya.

"Kenapa laki-laki yang menikah dengan Zella sangat mirip dengan Theo?" tanya Geoffrey dalam hati.

"Nak Geoffrey, apa kau mau mengobrol dengan ku di taman?" tawar Granpa.

"Dengan senang hati, Tuan." ucap Geoffrey sambil mengikuti langkah Granpa menuju ke taman.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!