NovelToon NovelToon

Change To Beauty

Prolog

...***...

TAP! TAP! TAP!

Sunee melangkah perlahan menuju arah keluar dari bandara. Ia berjalan dengan langkah besar penuh percaya diri.

"Wah… apakah dia artis?"

"Astaga! Astaga! Dia cantik sekali."

Sebelah tangan Sunee menggeret satu koper besar miliknya, sementara itu wajahnya dihiasi dengan kacamata hitam harga puluhan juta yang didapatnya dari salah satu gurunya sebagai hadiah kelulusannya.

Ia melepaskan kacamatanya, berhenti sejenak untuk mengecek ponselnya.

"Maaf, bolehkah aku minta nomor ponselmu?" Seorang pria muda berdiri dihadapannya, menyodorkan ponsel ditangannya hendak meminta nomor ponselnya.

Pria itu cukup tampan, tubuhnya juga tinggi dengan postur yang lumayan berisi. Sunee tersenyum simpul kearahnya.

"Maaf, aku sudah tunangan." Sunee menunjukkan cincin yang melingkar pada jarinya.

"A-ah… maaf kalau begitu." Pria itu mengurungkan niatnya, membungkuk sedikit sebelum akhirnya pergi dari hadapan Sunee.

Sejak awal ia keluar dari dalam pesawat memang dirinya sudah menjadi pusat perhatian banyak orang, bahkan pria yang meminta nomor ponselnya tadi bukanlah pria pertama. Karena sebelumnya, ia juga pernah mengalaminya. Maka dari itu Sunee menggunakan otaknya untuk bisa menghindari mereka semua dengan menunjukkan cincin yang dikenakannya.

Sunee menatap ponselnya yang kini menyala, ia mendapatkan pesan masuk dari orang yang selama ini telah banyak membantunya.

Dallen:

Aku akan tiba di bandara beberapa menit lagi, tidak apa-apa kalau kau menunggu sebentar 'kan?

Sunee hanya membacanya tanpa memiliki niatan untuk membalas pesan dari Dallen. Ia memasukkan kembali ponselnya, melanjutkan langkahnya keluar dari bandara.

"Oh, astaga… dia benar-benar cantik seperti putri."

"Kau salah, lebih tepatnya bidadari."

Sunee menghentikan langkahnya di depan pintu masuk bandara yang cukup ramai dengan orang-orang yang tengah menunggu orang yang hendak mereka jemput.

"Cantiknya… membuatku iri saja."

"Eh, eh, dia itu artis ya? Cantik sekali…"

Sunee terdiam dengan wajah yang cukup tegang saat orang-orang disekitarnya mulai membicarakan tentang dirinya.

"Tolong kalau kalian berbisik itu lebih pelan suaranya… aku bisa mendengar suara kalian dengan sangat jelas dari sini…" inner-nya, Sunee menundukkan kepalanya. Menjadi sorotan seperti saat ini memang menjadi impiannya sejak awal, tapi sepertinya ia belum siap dengan semua hal-hal baru ini.

CKREK!

Seorang perempuan mengambil gambarnya, hal itu membuat orang-orang lain disekitarnya ikut-ikutan mengeluarkan ponsel mereka dan mengambil fotonya.

"Aduh gawat… kalau seperti ini, bisa-bisa dia marah…" Sunee mengedarkan pandangannya mencari ide agar bisa lolos dan pergi dengan tenang dari tempat itu. "Aku harus pergi secepatnya dari sini," ucapnya dalam hati. Bergegas ia melangkah menggeret kopernya, mencari taksi kosong yang melintas disekitar sana.

"Cepat jalan pak!" Tuturnya begitu si supir taksi selesai memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobil. Taksi yang ditumpanginya itu melaju perlahan meninggalkan bandara.

"Huft~ syukurlah aku berhasil lolos," gumamnya seraya menoleh sekilas ke belakang.

"Maaf, apakah anda ini adalah artis? Anda sangat cantik." Si supir taksi meliriknya lewat kaca spion tengah. Memperhatikan setiap lekuk tubuh Sunee yang berbalutkan gaun pendek berwarna merah muda, kaki jenjangnya saling bertumpang, kulit putih nan mulusnya bagaikan kulit bayi, dan wajahnya… oh astaga, dia benar-benar tampak seperti bidadari.

"Bukan, saya bukan artis." Jawabnya balik menatap si supir lewat kaca spion tengah. Supir itu hanya mengangguk-anggukkan kepala menanggapi ucapannya.

...*...

Dallen baru saja tiba di bandara, melangkah keluar dari dalam mobilnya dan mulai disibukkan mencari Sunee di dalam bandara. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling bandara, tapi ia sama sekali tidak menemukan sosok yang dicarinya.

"Astaga…" Dallen bergumam dengan raut wajah cemas, ia mengeluarkan ponselnya hendak menelpon Sunee.

"Halo?" Ujarnya begitu sambungan telponnya terhubung dengan nomor Sunee.

"Halo, Dallen?"

"Kau dimana? Aku sudah tiba di bandara tapi kau tidak ada? Apakah kau di toilet?" Dallen melangkah menuju toilet perempuan hendak mencaritahu.

"Aku sudah pergi dari sana."

"Apa?" Dallen menghentikan langkahnya. "Maksudmu kau sudah pergi dari bandara?"

"Iya. Maaf…"

"Astaga, sudah aku bilang tunggu di sini. Kalau tuan sampai tahu, aku pasti akan diamuk habis-habisan."

"Soalnya aku tidak nyaman dengan kondisi di sana. Orang-orang banyak yang membicarakan aku dan mereka memotret ku, itu cukup mengganggu."

"Sekarang kau dimana? Aku akan menjemputmu! Kirimkan lokasinya." Dallen memutus sambungan telponnya sepihak, berjalan tergesa keluar dari dalam bandara untuk menjemput Sunee. "Kau membuatku berada dalam masalah, nona…" Dallen menghela napasnya frustasi, ia segera melajukan mobilnya pergi dari sana meninggalkan bandara.

...*...

Sunee menatap layar ponselnya begitu ia selesai berbicara dengan Dallen di telpon. Ia mengirimkan lokasinya saat ini.

"Pak, kita berhenti di taman depan, ya."

"Baik."

Supir itu menghentikan mobilnya di tepi taman, Sunee melangkah keluar dari mobil dan membayar ongkos taksi dengan beberapa lembar uang cash yang dimilikinya.

"Apakah anda yakin turun di sini?" Supir itu memandang ke arah taman, ia tidak mengerti kenapa Sunee memintanya untuk berhenti di taman padahal ia baru saja keluar dari bandara dengan membawa koper.

"Ya, saya menunggu jemputan dari teman saya."

"Baiklah." Supir itu menjalankan mobilnya pergi meninggalkan Sunee seorang diri.

Sunee termangu ditempatnya, melihat ke taman yang hanya dikunjungi beberapa orang saja. Setelah itu pergi menghampiri salah satu bangku taman yang ada. Ia terduduk di bangku yang menghadap ke arah danau indah dihadapannya. Sejak kedatangannya di sana, ia sudah berhasil menyita perhatian semua orang. Tapi Sunee berusaha untuk tidak menghiraukan sikap mereka yang sekarang berbisik sembari melirik ke arah dirinya.

Sunee terdiam memperhatikan gambar diponselnya. Ada foto seorang wanita gemuk yang tengah tersenyum bahagia menampakkan cincin ditangannya, bersanding dengan seorang pria tinggi tampan yang juga tersenyum. Mereka tampak bahagia.

"Sekarang aku bisa melihat dengan jelas kebahagiaan di foto ini palsu." Sunee mencengkeram erat ponsel ditangannya.

"Aku tidak akan membiarkanmu hidup tenang, menikmati semua yang kau rebut dariku…"

"Lihat saja, hari kehancuranmu akan segera tiba!"

Sunee menekan tombol tong sampah yang ada, menghapus foto tersebut dan beberapa foto lain berisi gambar seorang wanita cantik yang berfoto dengan wanita gemuk tadi. Wanita cantik itu bukan dirinya melainkan orang lain. Galerinya kosong menyisakan beberapa foto berisi gambar dirinya saja.

Sunee mengalihkan perhatiannya, memasukkan ponselnya itu ke dalam tas. Ia kini terdiam memandang ke arah danau tenang dihadapannya. Seekor angsa putih dilihatnya berenang di atas danau, angsa itu mengepakkan sayapnya terbang menuju daratan.

Sudah bertahun-tahun berlalu semenjak ia pergi meninggalkan Dreamtopia, dan merindukan kota yang menjadi kampung halamannya ini. Lalu sekarang ia kembali dengan membawa sebuah tujuan.

...***...

Change I - Lelucon

***

"Oh astaga, lihat dia benar-benar cantik."

"Tidak heran mereka memilihnya sebagai top model, lihat saja body-nya. Luar biasa!!!"

"Kyaa~"

Beberapa gadis berseragam berkumpul di ruang loker, mereka tengah membicarakan seorang model yang tampil dalam majalah fashion yang sedang trend akhir-akhir ini.

"Ya ampun, andai saja tubuhku seperti dia. Pasti sudah banyak laki-laki yang ingin denganku, tapi ini…" seorang gadis berucap, ia menunduk melihat bagian tubuhnya. Mengenaskan, dadanya bahkan rata; tak sesuai dengan ekspektasi dan hadapannya. Beberapa temannya tertawa terbahak menanggapi ucapan temannya itu apalagi ketika gadis itu memandangi tubuhnya.

Glenda Elvaretta melangkah menyusuri ruang koridor, raut wajah gadis itu tampak ceria. Apalagi ketika ia tahu kalau majalah kecantikannya telah mengeluarkan majalah baru dengan model cantik yang menjadi idolanya. Melihat beberapa temannya yang berkumpul, segera ia menghampiri mereka.

"Kalian sudah lihat model majalah Minggu ini?" Ujarnya penuh semangat, beberapa gadis yang berkumpul tadi menoleh ke arah gadis berwajah lebar yang baru saja datang itu.

"Iya. Kami melihatnya," sahut salah satunya. Ia menunjukkan majalah ditangannya pada Glenda.

"Ileana benar-benar cantik, 'kan? Bahkan dia terlihat lebih cantik di sini dibandingkan saat ia menjadi model untuk majalah trend tahun lalu."

"Benar! Di sini dia lebih terlihat anggun dan cantik, belum lagi… lihat tubuhnya, benar-benar proporsi yang ideal untuk seorang model." Gadis yang satu menimpali ucapannya.

"Kalian tahu? Ileana ini adalah idolaku, aku mengkoleksi semua majalah dengan sampul gambarnya. Bahkan aku punya saat pertama kali dia debut sebagai model."

"Benarkah? Kalau begitu bolehkah kapan-kapan kami melihatnya?"

"Tentu saja boleh, kalian boleh datang ke rumahku kalau mau."

"Kalau begitu kapan-kapan kami akan main ke rumahmu," sahutnya seraya tersenyum. Glenda beralih menatap majalah yang dibawa olehnya, di bagian sampul seorang model cantik berpose dengan pakaian yang begitu indah.

"Suatu saat nanti… aku pasti bisa menjadi model terkenal seperti dia…" ujarnya seraya tersenyum. Semua orang yang ada di sana menoleh spontan ke arah datangnya suara, ruang loker yang awalnya hening dalam seketika di dominasi oleh suara tertawa terbahak-bahak semua orang yang ada.

"Oh astaga, kalian dengar itu? Dia ingin menjadi model seperti Ileana, hahahaha…" semua orang semakin keras tertawa mendengar ucapan salah satu gadis di sana. Glenda terdiam tanpa suara dalam sekejap, ia menundukkan kepalanya dengan wajah merah padam.

"Leluconmu sungguh lucu, kau berhasil membuat semua orang yang ada di sini tertawa."

Satu gadis lain menatapnya dari atas sampai bawah kemudian terkekeh pelan. "Aku sarankan sebelum kau bermimpi tinggi-tinggi seperti itu, kau bercermin lebih dulu. Bobotmu saja 85kg, brand mana yang mau memilihmu sebagai model mereka? Hahahaha…"

"Aku hanya bercanda, haha…" Glenda tertawa hambar, matanya berkaca-kaca, hati kecilnya sakit setiap kali mereka menertawakan kondisi tubuhnya, sementara itu dibawah sana tangannya meremas rok seragam yang dikenakannya berusaha menyembunyikan tangannya yang gemetar.

Satu gadis memegang majalah ditangannya tinggi, ia membandingkan gambar Ileana di sampul dengan Glenda yang kemudian di rangkul olehnya. "Lebih baik, sebelum kau bermimpi untuk menjadi model terkenal. Kau berusaha untuk menurunkan berat badanmu dulu."

Glenda menatap gadis yang tersenyum padanya itu. "Hey teman-teman, lihat!" Ucapnya.

***

Change II - Anastasia

***

"Hey teman-teman, lihat! Aku Glenda yang bulan depan akan menjadi top model di sampul majalah seperti Ileana." Gadis itu mengolok-oloknya. Teman-temannya tertawa terpingkal menanggapi ucapannya.

"Hahahaha, sudahlah. Ayo pergi, sebentar lagi bel." Ia berbalik pergi bersama teman-temannya, meninggalkan Glenda sendiri.

Glenda terdiam, sekarang hanya tinggal dirinya seorang. Ia masih bisa dengan jelas mendengar suara mereka dari luar. Glenda termangu ditempatnya dengan air mata yang masih berusaha ditahannya.

Anastasya Cynderyn menghampirinya, mengusap pelan pundak gadis besar itu dengan tangannya. "Jangan dengarkan apa kata mereka, kau cantik apa adanya." Anastasya tersenyum hangat. Glenda meneteskan air matanya yang kemudian diusap Anastasya, di saat-saat seperti ini hanya Anastasya yang selalu hadir untuk menyemangatinya.

Ketika semua orang berpikir mimpi seorang Glenda konyol dan terlalu tinggi, beda halnya dengan Anastasya. Baginya mimpi Glenda itu indah, karena ia memiliki kepercayaan diri bermimpi untuk menjadi seorang Ileana. Bagi Anastasya, Glenda bisa saja seperti Ileana. Apalagi kalau mengingat kehidupannya yang bergelimpangan dengan harta, kalau hanya untuk mengubah penampilan saja bukanlah hal yang sulit. Beda hal dengan dirinya, walaupun Anastasya cantik dengan tubuh yang cukup bagus, tapi ia terlahir dari keluarga yang serba kekurangan.

"Ana… kau sangat beruntung karena terlahir dengan wajah yang cantik dan tubuh yang bagus. Andai saja aku bisa sepertimu…" lirihnya sesegukan akibat menangis.

"Setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, Glen… misalnya saja aku, walaupun tubuhku bagus tapi aku terlahir dari keluarga miskin. Sedangkan kau, walaupun semua orang menertawakan keadaanmu. Setidaknya kau adalah anak dari seorang pengusaha sukses terkenal. Bahkan tanpa kau sadari, semua orang ingin sepertimu, bergelimpangan dengan harta dan memiliki kehidupan yang layak. Seharusnya kau bersyukur karena kau tidak perlu merasakan bagaimana rasanya menahan lapar ketika tidak memiliki uang untuk membeli bahan makanan, atau ketika temanmu mengadakan pesta besar-besaran sedangkan kau tidak memiliki baju bagus ataupun uang untuk membeli baju baru."

"Apa yang kau ucapkan ada benarnya juga…" Glenda berucap pelan, ia masih berusaha meredakan tangisnya.

"Lain kali, kau tidak perlu mendengarkan apa kata orang."

"Iya. Terima kasih Ana, karena kau selalu ada untuk menghiburku ketika aku dalam keadaan seperti ini."

"Bukan masalah, karena itulah gunanya teman. Sekarang lebih baik kita persiapkan buku untuk mata pelajaran pagi ini, sebentar lagi bel sudah akan berbunyi."

Glenda menganggukkan kepala sebagai jawaban, ia dan Anastasya lalu beranjak menghampiri loker masing-masing untuk mempersiapkan buku mata pelajaran, setelah itu pergi dari ruang loker untuk mengikuti pelajaran hari ini. Sepanjang perjalan menuju ruang kelas, Anastasya menceritakan beberapa hal lucu untuk menghibur gadis berbobot 85kg yang menjadi temannya itu, ia berusaha membuat perasaan sedih yang dirasakan olehnya tadi hilang dan mengembalikan keceriaannya.

Glenda sesekali terkekeh saat Anastasya menceritakan hal-hal lucu, gadis itu selalu saja memiliki cara untuk membuatnya kembali tersenyum dan melupakan semua perasaan yang semula menggerayangi dirinya. Hanya dengan Anastasya, Glenda merasa ia bisa menceritakan apa saja padanya, mulai dari impian hingga cita-citanya. Karena di antara semua orang yang ada disekelilingnya, hanya Anastasya yang selalu bersedia untuk mendengarkan ceritanya tanpa pernah berkomentar jelek, gadis itu bahkan selalu mendukungnya dan menyemangatinya.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!