Seperti biasa, pagi-pagi Kristina dan Willdan telah bersiap-siap akan berangkat ke kantor masing-masing.
"Mah, Kristin berangkat ke kantor dulu, titip Mila ya, mah " pamit Kristina seraya mencium punggung tangan Elsa--mama mertuanya.
"Willdan berangkat ke kantor juga ya, mah" Willdan mencium punggung tangan Elsa.
"Kalian hati-hati kalau mengemudi. Jangan ngebut-ngebut " pesan Mamah Elsa pada Kristina dan Willdan.
Tidak lupa keduanya mencium Mila, anak mereka yang masih berusia satu tahun. Setelah itu, keduanya melangkah keluar rumah menuju garasi mobil. Baru dua langkah menuju kesana, tiba-tiba Sendy--adik dari Willdan yang masih kuliah, memanggil.
"Ka Willdan tunggu!" Sendy berlari kecil menghampiri Willdan yang langsung menghentikan langkahnya karena mendengar teriakan adiknya.
"Ada apa sih Sen?" tanya Willdan singkat.
"Ka, aku pinjem mobilnya kusus untuk hari ini, karena di kampus akan mengadakan reuni bersama ke laut. Masa aku naik kendaraan umum?" Sendy memasang wajah memelas supaya Willdan iba.
Belum juga Willdan berkata, Kristina telah berkata terlebih dulu.
"Sudahlah, mas! pinjami saja, kita kan bisa berangkat dengan satu mobil" sela Kristina.
"Hemm...baiklah kalau begitu, ini kontak mobilnya "Willdan memberikan kontak mobilnya pada Sendy.
"Thanks ya kakakku yang tampan dan baik hati " ucap Sendy seraya berlari kecil mendahului Kristina dan Willdan ke arah garasi.
"Kamu itu terlalu memanjakan adikku, sayang. Selalu saja kamu menuruti maunya Sendy " Willdan merangkul pundak Kristina yang hanya membalas dengan senyuman.
"Sayang, aku yang antar kamu ke kantor atau sebaliknya?" Willdan berkata seraya membuka pintu mobil.
"Mobilku bawa kamu saja, mas. Biar nanti pulang kerja mas saja yang jemput aku "jawab Kristina sembari membuka pintu mobil juga.
Willdan lekas melajukan mobilnya menuju ke kantor di mana Kristina bekerja. Hanya butuh beberapa menit saja telah sampai di kantor Kristina.
Semua mata memandang kagum dengan sepasang suami istri ini.
"Ckckck! pasangan yang sangat harmonis dan serasi, yang satu tampan yang satu cantik mempesona " puji Rere.
"Iya benar. Kamu kok tetep cantik dan langsing padahal kan sudah punya baby, apa sih rahasianya Kristin?" tanya Ita.
"Kalian berdua memuji terlalu berlebihan, badanku memang sudah dari sananya seperti ini " Kristina merendah karena merasa tidak enak karena terlalu di puji.
"Ya, istriku selalu tampil cantik, biar pun sudah punya anak tapi masih seperti perawan ting-ting loh " puji Willdan seraya mencium kening Kristina di hadapan semua teman kantor Kristina itu.
"Ist! jangan seperti ini mas, malu tahu "bisik Kristina pada Willdan seraya mencubit pinggang Willdan.
Kristina mencubit pinggul suaminya karena mengumbar kemesraan di srmbarang tempat.
"Ish, mas, malu tahu sama teman -teman."
"Cye...cye..kami iri loh sama kalian berdua, selalu romantis di mana pun berada " puji Iwan teman kantor Kristina.
Keduanya hanya menanggapi pujian itu hanya dengan melempar sebuah senyuman.
"Sudah siang buruan berangkat, mas " ingat Kristina sembari mencium punggung tangan suaminya.
Willdal pun berpamitan dan mengecup kening Kristina sekilas.
Saat Willdan akan menyeberang menuju mobilnya, tiba-tiba ada sebuah mobil melaju dengan kecepatan cepat.
"Mas! awas! " Kristina berlari mendorong tubuh Willdan, hingga tubuhnya yang tertabrak oleh mobil tersebut.
Bukannya berhenti, mobil yang menabrak Kristina malah kembali melaju dengan kecepatan yang lebih kencang.
"Kris..Kris..bangun sayang."
Willdan mendekati tubuh Kristin yang bercucuran darah dengan kondisi tidak sadarkan diri. Wajahnya pun sudah tidak di kenali lagi.
"Cepat bawa ke rumah sakit Will!"
Perintah Iwan dengan tegas.
Willdan lekas mengangkat tubuh Kristina yang tak sadarkan diri dan membawanya masuk dalam mobil.
Segera Willdan melarikan mobilnya menuju rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, Kristina langsung dilarikan ke ruang Instalasi Gawat Darurat, karena kondisinya yang sangat memprihatinkan.
"Tuhan, bagaimana kondisi Kristin? semoga baik-baik saja. Istriku pasti baik-baik saja, "doa Willdan. Kakinya terus mondar mandir ke sana ke mari karena tidak tenang.
1 Jam berlalu, keluarlah dokter dan beberapa perawat dari ruangan tersebut.
"Dok..bagaimana kondisi istri saya?" Willdan menghampiri dokter dengan kepanikan.
"Kondisinya sangat memprihatinkan tuan, untuk saat, ini masih belum sadarkan diri. Saya permisi, karena ada pasien lain yang menanti. Jika pasien sudah kembali kesadarannya, kami akan memeriksa kondisinya lebih lanjut lagi. Ada beberapa hal yang harus kita bicarakan juga setelah pasien kembali bisa di ajak berkomunikasi."
Setelah menjelaskan, dokter itu langsung berlalu begitu saja. Karena memang sedang terburu-buru.
Sementara Kristina telah di pindah ke ruang rawat, wajahnya di perban karena sempat terluka karena membentur ke aspal.
Beberapa menit kemudian, Kristina telah sadarkan diri. Willdan lekas memencet tombol yang ada di atas brangkar di mana Kristina berbaring.
"Mas..aku ada di mana?"tanyanya lirih.
"Kamu ada di rumah sakit sayang, kamu tertabrak mobil yang akan menabrak aku "jawab Willdan seraya mengusap-usap lengan Kristina.
"Auw...mas, kok wajahku sakit sekali? dan ini kenapa kakiku mati rasa, sama sekali tak bisa di gerakkan? ada apa denganku ini mas?"mendadak Kristina sangat panik.
Tak berselang lama, datanglah dokter dengan beberapa perawat untuk memeriksa kembali Kristina.
"Bagaimana kondisi istri saya, dok?"tanya Willdan penasaran.
"Begini tuan, karena wajah pasien sempat membentur aspal, sehingga jaringan kulit di wajah pasien mengalami kerusakan yang cukup parah " jawab dokter.
"Terus, kaki saya kenapa ini, Dok? kenapa tidak bisa di gerakkan sama sekali?" Kristina bertanya dengan raut wajah khawatir.
"Karena benturan yang cukup keras di bagian punggung, membuat gangguan pada otot syaraf tulang ekor terganggu sehingga mengakibatkan kelumpuhan "dokter menjelaskan dengan sangat hati-hati.
"Sa-saya lumpuh dok? apa itu artinya saya tidak bisa berjalan lagi?" Kristina menjadi sangat panik.
"Kelumpuhan yang nyonya alami adalah kelumpuhan sementara jadi bisa di sembuhkan dengan rajin terapi otot tulang punggung serta terapi kelenturan otot kaki, namun prosesnya juga tidak instan. Butuh waktu yang lama, bisa sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tergantung seberapa parah cederanya dan seberapa semangatnya Anda ingin sembuh" Dokter menjelaskan dengan sangat lugas.
Sejenak Kristin terdiam, hanya buliran bening yang keluar dari matanya. Bibirnya kelu, tak pernah terbayangkan akan mengalami hal seburuk ini.
"Sayang, kamu nggak usah khawatir, semua akan baik-baik saja " Willdan mengusap air mata Kristina seraya terus memberikan penghiburan.
Setelah 2 hari di rumah sakit, Kristina memutuskan untuk pulang. Dokter juga telah memberikan ijin, namun terlebih dulu Kristina harus membuka perban di wajahnya.
Perlahan-lahan dokter membuka perban di wajah Kristina.
"Sudah selesai nyonya, luka di wajah anda sudah mengering " ucap dokter seraya tersenyum ramah.
"Ya ampun! kenapa wajah istriku berubah jadi sangat jelek, dan sangat menyeramkan "gerutu Willdan dalam hati.
Kristina merasakan tatapan Willdan sangat berbeda, seperti jijik sekali melihat dirinya.
"Dok! boleh saya meminjam cermin sebentar?" pinta Kristina.
Salah satu perawat memberikan sebuah cermin pada Kristina. Betapa syok Kristina saat melihat wajahnya sendiri yang berubah menjadi sangat jelek dan menakutkan.
"Ya Tuhan! kenapa wajahku jadi menyeramkan seperti ini? pantas saja mas Willdan menatap jijik padaku " gerutu Kristina seraya kembali menitikkan butiran bening di pipinya.
3 Bulan telah berlalu dari kecelakaan.
Hari-hari Kristina jalani di rumah saja, karena kelumpuhan kakinya. Bekerja pun dari rumah.
"Mas bangun mas! tolong, aku ingin ke kamar mandi " Kristina mengguncang-guncang tubuh Willdan yang masih tertidur pulas.
"Sejak kamu lumpuh, selalu saja merepotkanku " Willdan terpaksa bangun seraya mendengus kesal.
"Mas, adanya aku seperti ini juga karena menolongmu, apa kamu lupa atau pura-pura lupa?" Kristina melirik sinis pada Willdan.
"Apa aku minta kamu menolongku? itu kan kemauanmu sendiri, nggak ikhlas namanya kalau sudah menolong tapi selalu mengungkitnya "cibir Willdan seraya terpaksa bangun dari pembaringan.
Dengan sangat terpaksa, Willdan memapah Kristina ke kamar mandi.
"Lain kali pakai kursi roda, jadi nggak merepotkanku " kata Willdan ketus.
"Kalau aku nggak berlatih berjalan sedikit demi sedikit, bagaimana aku bisa jalan kembali" Kristina menyahut dari balik kamar mandi.
"Aah, kamu nggak akan bisa berjalan lagi, buktinya sudah 3 bulan kamu masih saja seperti ini " cibir Willdan kesal.
"Kamu kok berkata seperti itu mas? harusnya kamu mensuport, memberi semangat bukannya malah mengecilkan nyali dan semangatku untuk sembuh " Kristina membanting pintu kamar mandi.
"Mulai sekarang kamu cari saja perawat untuk merawat dirimu, jadi nggak tergantung denganku! " Willdan berlalu dari kamar seraya membanting pintu kamar.
Willdan telah berada di ruang makan bersama Mamah Elsa, tak berapa lama Kristina datang.
"Ahh, nggak selera makan jadinya" Willdan mendengus kesal seraya membanting sendok dan garpu di atas piringnya.
"Kamu kenapa sih Will, tiap hari marah-marah terus?" tanya Mamah Elsa.
"Apa mamah nggak jijik makan dengan seorang monster" sindir Willdan seraya melirik sinis pada Kristina.
"Mas, aku bukan monster, seandainya waktu itu aku nggak menolongmu pasti kamu yang akan mengalami hal sepertiku " Kristina geram seraya pergi dengan kursi rodanya membawa sepiring sarapannya ke dapur.
"Will, kasihan juga istrimu seperti itu, pasti rasanya tersiksa sekali " Mamah Elsa berkata seraya menghela napas panjang.
"Loh, kok mamah belain menantu mamah, kenapa nggak belain aku " katanya seraya beranjak dari duduk beralih ke kamar untuk mandi.
Sementara selesai sarapan, Kristina menghubungi sebuah yayasan penyalur tenaga kerja.
"Memang benar apa yang di katakan Mas Willdan, aku akan mencari salah satu tenaga kerja yang sudah berpengalaman untuk merawatku, setidaknya membantuku di saat aku membutuhkan " gumamnya seraya mengetik nomor telepon sebuah yayasan penyalur tenaga kerja.
Sore harinya, datanglah seorang wanita lumayan cantik dari sebuah yayasan penyalur tenaga kerja untuk bekerja di rumah Kristina.
"Namamu siapa ?" tanya Kristina menatap lekat pada wanita yang akan bekerja itu.
"Nama saya Menik, bu " jawabnya singkat.
"Kamu sudah tahu apa tugasmu di sini?kamu akan membantu saya, karena kondisi saya seperti ini. Kamu paham kan?" tanya Kristina pada Menik.
"Iya bu, saya sudah paham dan mengerti "jawabnya seraya menyunggingkan senyum.
Tak berapa lama kemudian pulanglah Willdan, dirinya menatap heran pada Menik.
Berbeda dengan Menik, yang sangat terpesona dengan ketampanan Willdan.
"Siapa dia " tanya Willdan seraya menatap pada Kristina.
"Dia yang akan membantuku menyiapkan apa pun yang aku butuhkan " jawab Kristina.
"Hemm, baguslah, dengan begitu kamu tidak menyita waktuku dan tidak merepotkanku " ucapnya seraya berlalu begitu saja.
"Iih, ganteng-ganteng kok jutek banget sih, sepertinya mereka berdua tidak akur "gumam Menik di dalam hati.
"Pastilah ya, secara wajah istrinya menyeramkan bagaikan monster, sementara dia gantengnya luar biasa "gumamnya kembali dalam hati.
Tak terasa sudah satu bulan Menik bekerja di rumah Kristina, dirinya punya pikiran picik yakni ingin meluluhkan hati Willdan.
"Wah, bu Kristin sudah tidur karena pengaruh obat yang aku berikan, dia nggak tahu kalau obatnya aku ganti " gumamnya dalam hati seraya mengecek kondisi Kristina.
Menik mencari keberadaan Willdan, yang ternyata ada di ruang kerjanya.Dirinya berganti baju yang bagus dan bersolek supaya terlihat cantik.
"Maaf pak, saya main nyelonong saja, cuma mau kasih kopi buat temen lembur bapak "kata Menik seraya meletakkan kopi di meja ruang kerja Willdan.
Willdan tak menanggapi hanya melirik saja, hingga Menik melancarkan aksi berikutnya.
"Maaf pak, jika bapak butuh apa-apa bisa ngomong saja ke saya, pasti saya bantu bapak " katanya dengan gaya centilnya.
Willdan berhenti sejenak dari aktifitasnya, seraya menatap Menik dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Hhemm, kamu bisa mijitin nggak? tolong pijitin, pundakku sakit " kata Willdan seraya menepuk-nepuk pundaknya.
"Baik pak, apa sih yang nggak bisa aku lakukan buat bapak ?" kata Menik seraya memijat pundak Willdan.
"Pak, maaf ya sebelumnya, kok bapak bisa bertahan sama bu Kristin yang kondisinya parah. Bapak kan ganteng dan sukses, kenapa nggak cari istri baru saja?" kata Menik masih dengan memijit bahu Willdan.
"Aku sangat mencintai istriku, dia menjadi cedera juga karena menolongku beberapa bulan yang lalu " jawab Willdan sekenanya.
"Hemm cinta ya pak, tapi kalau bapak cinta, kenapa juga sering marah-marah dan jutek ke bu Kristin?" tanyanya lagi.
"Aku cuma manusia biasa, kadang merasa bosan juga. Pulang kerja cape-cape di suguhi wajah monster, padahal dulu wajah istriku sangatlah cantik tak tertandingi "kata Willdan.
Sejak saat itu, hubungan Menik dan Willdan sudah semakin dekat. Bahkan di bilang sudah berpacaran secara diam-diam.
"Mas, kapan kamu nikahi aku?" tiba-tiba Menik bertanya seraya duduk di pangkuan Willdan di taman belakang.
"Menikah? apa aku pernah menjanjikan akan menikahimu? kamu sendiri yang bersedia jalin hubungan dengan pria beristri seperti aku " Willdan berkata ketus.
"Jadi selama ini mas Willdan nggak cinta sama aku?" tanya Menik seraya meraba-raba dada Willdan.
"Sudah ku bilang, aku hanya mencintai istriku. Tapi aku sebagai lelaki juga tak munafik, butuh kehangatan dari seorang wanita yang beberapa bulan tak aku dapatkan dari istriku " kata Willdan jujur.
"Setiap aku berdekatan dengan istriku, aku malah jijik melihat wajahnya " ucapnya kembali.
Sementara Kristina mulai merasakan ada yang aneh dengan sikap Willdan dan Menik. Beberapa kali Kristina sering memergoki suaminya berduaan dengan Menik.
"Akhir-akhir ini aku sering melihat kebersamaan Mas Willdan dan Menik, kok aku merasa ada yang nggak wajar dengan kedekatan mereka " gumamnya dalam hati.
"Oh iya, setiap aku memergoki mereka berdua, pasti di ruangan yang tak terpasang CCTV. Alangkah baiknya aku pasang CCTV tanpa sepengetahuan orang rumah " gumamnya kembali.
Hingga di suatu hari, di mana di rumah sedang sepi. Kristina meminta tolong seseorang untuk memasang CCTV di beberapa tempat yang belum ada kamera CCTVnya.
Hingga suatu malam di saat Kristina terbangun, tidak mendapati suaminya ada di sisinya.
"Ini saatnya aku cek CCTV, supaya aku tahu di mana keberadaan suamiku saat ini "gerutunya seraya mengambil ponselnya yang ada di atas nakas.
Setiap ruangan di cek oleh Kristina melalui ponselnya. Kristina merasa terkejut saat cek CCTV di halaman depan tepatnya di taman.
"Ya Tuhan, ternyata kecurigaanku selama ini benar. Tega sekali kamu mas, berhianat dengan seorang perawatku yang tak beda dengan seorang asisten rumah tangga "gerutu Kristina seraya mengepalkan tangannya karena geram.
"Ini sudah kelewatan aku nggak akan tinggal diam, lancang kamu Menik, menggoda suamiku!" gerutunya kembali.
"Aku juga merasa aneh, kenapa akhir-akhir ini badanku sering lemas dan gampang sekali tidur. Aku juga akan menyelidiki hal ini " gerutunya kembali.
"Aku baru dapat satu bukti, belum cukup untuk membongkar kebejadan Menik dan Mas Willdan " gerutunya lagi.
Esok harinya di waktu yang sama, Kristina mengecek CCTV di ruang makan.
"Ini saatnya aku beraksi, hhaaa ini obat yang asli aku buang, dan aku ganti dengan obat palsu supaya si lumpuh itu nggak bisa sembuh. Dengan begitu pelan tapi pasti aku bisa menggantikan si lumpuh jadi nyonya Willdan " ucap Menik di ruang makan.
"Oohh..jadi selama ini obatku di ganti dengan obat palsu, pantes akhir-akhir ini aku sering lemas dan gampang tidur.Awas kamu ya Menik!" gerutu Kristina saat melihat rekaman CCTV di dalam kamarnya.
Kristina segera mematikan ponselnya, karena tahu saat ini Menik sedang melangkah ke kamarnya.
"Bu, ini obatnya di minum dulu, biar ibu cepat pulih " kata Menik seraya memberikan obat palsu pada Kristina.
"Baik,terima kasih. Keluarlah, karena aku ingin beristirahat " perintah Kristina pada Menik.
"Tapi itu obat belum ibu minum, kenapa masih di pegang saja bu, apa perlu saya bantu?" kata Menik seraya sok perhatian.
"Nggak perlu, kamu nggak usah khawatir, saya akan minum obat ini.Tolong lekas keluar, karena saya sudah mengantuk sekali " kata Kristina ketus.
"Baik bu" Menik lekas keluar dengan wajah murung karena obat yang dia berikan belum di minum oleh Kristina.
Seperginya Menik, Kristina menyimpan obat pemberian Menik.
"Besok pagi, aku akan menelfon dokter Billy untuk kemari memeriksa obat yang telah di berikan oleh Menik padaku.
Kini Kristina mengecek CCTV kembali, kali ini dia melihat kebersamaan Willdan dan Menik di taman samping rumah.
"Hem..sudah cukup bukti untuk aku mengusir Menik, tapi tunggu setelah dokter memeriksa obat yang Menik berikan padaku " gerutu Kristina geram seraya memukul-mukul tinjunya ke kasur.
Pagi menjelang, kebetulan hari libur hingga Willdan tak berangkat ke kantor.
Sementara saat ini, Kristina sedang berada di teras depan sedang menunggu kedatangan dokter Billy.
Tak berapa lama kemudian, datanglah dokter Billy untuk memeriksa kondisi Kristina.
"Pagi dok" sapa Willdan seraya tersenyum ramah dan menyalami dokter Billy.
Dokter Billy memeriksa kondisi kaki Kristina, dan juga obat yang Kristina maksud.
"Loh, ini bukan obat yang aku berikan setiap bulannya, ini obat sangatlah berbahaya " kata dokter Billy seraya mengamati pil yang di berikan oleh Kristina.
"Maksudnya apa ya dok, bukannya cuma dokter yang memberikan obat ke istri saya?" tanya Willdan seraya mengernyitkan alis.
"Tolong panggil Menik kemari, mas!" ucap Kristina memerintah Willdan.
Tak berapa lama kemudian, datanglah Willdan bersama Menik.
"Ada apa ya bu?" tanya Menik seraya panik dan gemetaran.
"Dok, tolong jelaskan apa efek dari obat itu, jika saya mengkonsumsinya?" ucap Kristina seraya menatap tajam Menik.
"Jika seseorang mengkonsumsi obat ini dalam jangka waktu berkepanjangan, akan mengakibatkan otot tubuh semakin hari semakin melemah dan lambat laun bisa struk tak bisa menggerakkan badan sama sekali, awal mula peminum obat ini merasakan lemas dan inginnya tidur terus "ucap sang dokter panjang lebar.
"Sudah tahu kenapa saya memanggilmu , Menik, kamu menginginkan saya mati pelan-pelan supaya bisa hidup bebas berkeliaran di rumah saya, kamu mengincar suami saya kan?" sindir Kristina seraya menatap tajam pada Menik.
"Bu, kenapa ibu menuduh saya melakukan hal sekeji itu pada ibu?" kata Menik seraya tertunduk lesu.
"Kamu lihat ini, bukti ini cukup untuk menyeretmu ke kantor polisi !" Kristina menunjukkan bukti rekaman CCTV di mana Menik mengganti obat yang asli dengan yang palsu.
Tak berselang lama, aparat polisi datang membawa Menik ke kantor polisi. Karena sebelumnya Kristina telah menelpon ke kantor polisi untuk segera datang ke rumah.
Seperginya aparat polisi membawa Menik, dan seperginya dokter Billy. Kristina mengajak Willdan berbicara.
"Mas, kenapa kamu tega hianati aku?" tiba-tiba Kristina berkata.
"Kapan aku hianati kamu? kalau ngomong itu di pikir dulu" cebik Willdan ketus.
"Kemarilah, dan lihatlah siapa yang ada di rekaman CCTV ini" Kristina menunjukkan bukti-bukti perselingkuhan Willdan.
"Sejak kapan kamu pasang CCTV di tempat-tempat itu" kata Willdan menutupi rasa gugupnya.
"Sejak beberapa kali aku memergokimu berduaan dengan Menik " jawab Kristina singkat.
Willdan hanya diam saja, tak bisa berkata-kata karena sudah terbongkar kelakuannya.
"Maafkan aku, Kristin. Aku khilaf karena Menik yang terus saja merayuku "tiba-tiba Willdan tersungkur sujud di depan Kristina.
"Sudahlah mas, aku telah memaafkanmu. Tapi jika kamu ulangi lagi, aku tidak akan memaafkanmu "kata Kristina.
"Aku nggak ingin kejadian ini terulang lagi, aku akan merubah diriku untuk cantik kembali. Aku akan ke luar negeri untuk menjalani operasi plastik dan terapi kelenturan otot kaki, supaya hal seperti ini tidak terjadi lagi " gerutunya dalam hati.
Beberapa hari kemudian, Kristina berpamitan pada Willdan dan Elsa untuk menjalani pengobatan ke luar negeri dalam kurun waktu beberapa bulan.
Serta berpamitan pada Sherlyn dan Melvin.
"Sherlyn, aku akan pergi dalam kurun waktu yang lumayan lama yakni untuk menjalani pengobatan di luar negeri, aku titip anak dan suamiku ya. Tolong sesekali kamu jengukin mereka " kata Kristina.
Sherlyn adalah sepupu dari Kristina, anak dari Melvin. Yang ternyata Melvin juga salah satu rekan bisnis Willdan.
"Baiklah, Kristin. Kamu tenang saja, aku pasti akan sering-sering jengukin anakmu" kata Sherlyn seraya mengusap bahu Kristina.
"Ya, kamu nggak usah khawatir, Kristin. Fokus saja jalani pengobatanmu di luar negeri, supaya kamu cantik kembali dan bisa berjalan lagi "kata Melvin.
"Terima kasih ya Om, Sherlyn. Cuma kalian berdua saudara yang aku punya " kata Kristina.
"Sudahlah Kristin, kamu nggak boleh bersedih, lagi pula semua demi untuk kebaikanmu bukan?" kata Melvin menghibur Kristina.
"Ya, yang di katakan Om Melvin benar adanya, kamu tak perlu mengkhawatirkan aku dan Mila. Kami pastikan akan baik-baik saja. Pergilah dengan hati gembira jangan resah gelisah, supaya pengobatanmu lancar " kata Willdan sekenanya.
"Iya nak, mamah juga akan menjaga Mila untukmu, kamu juga jaga diri baik-baik selama berobat di sana. Jangan lupa sering kasih kabar ya, nak " kata Mamah Elsa seraya mengusap surai hitam Kristina.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!