NovelToon NovelToon

Fake Love

Bab 1

“Terima kasih, Aline. Kamu selalu ada buat Aku. Aku janji akan mengembalikan uangmu secepatnya.” Derald berucap sungguh-sungguh saat Aline menyerahkan uang tabungan yang ia miliki.

Sepuluh juta bukanlah uang yang sedikit bagi Aline. Perlu merogok tabungan untuk mendapatkan uang sebesar itu. Beruntung ia adalah orang yang gemar menabung. Jadi, Aline tinggal tarik uang dari tabungan miliknya.

FMC TV adalah salah satu stasiun televisi yang familiar di kalangan masyarakat. Di perusahaan itulah dirinya bekerja. Dengan gaji yang lumayan besar ia bisa menyisihkan penghasilannya untuk menabung.

Aline memberikannya tanpa pikir panjang kepada Derald. Berpacaran dengan lelaki itu membuatnya sedikit kewalahan karena setiap bulannya ada saja alasan Derald untuk meminjam uang kepadanya.

Berulang kali Aline memberinya pinjaman untuk mengikuti acara casting di berbagai acara di tempatnya bekerja. Bahkan Derald sempat meminta Aline agar membujuk teman satu kantornya untuk meloloskan Derald dalam pemilihan pemeran sinetron yang akan tayang oleh beberapa rumah produksi yang bernaung di FMC TV.

Aline tau itu tidak profesional, ia hanya membantu Derald agar ikut peran serta dalam beberapa pemeran pembantu dan bintang iklan saja.

Aline Barsha--Gadis muda berumur 25 tahun, berotak cerdas dalam hal pekerjaan tetapi tidak dalam hal percintaan. Dia terlalu bodoh dalam memahami mana cinta mana memanfaatkan. Penampilannya yang norak dan memakai kacamata besar. Sering menjadi ejekan teman-temannya di kantor. Sebutan gadis bermata empat sering ia terima dari orang yang melirik penampilannya.

“Sama-sama, kamu tak usah pikirkan itu. Mudah-mudahan kali ini kamu terpilih jadi pemeran utamanya.” Aline menjawab dengan gugup dan kurang percaya diri karena Derald terus memegangi tangannya.

Dengan cepat Aline menarik tangan yang digenggam Derald. Sikap Aline akan seperti gugup dan salah tingkah, jika ia merasakan kebahagiaan dalam hatinya. Aline merasa Derald mengucapkan itu secara sungguh-sungguh. Padahal itu hanya trik rayuan agar Aline percaya kepadanya.

Derald memang tak pernah menyinggung perihal penampilan Aline di hadapannya. karena Aline selalu membantu Derald saat dia butuh bantuan. Aline pun sering memberikan uang kepadanya saat ia belum menjadi artis seperti sekarang. Ekonomi keluarga Derald sangatlah kurang semenjak ayahnya meninggal karena itulah Derald menjadikan Aline menjadi kekasih agar bisa memanfaatkan kebaikannya untuk mencapai keinginannya saat dia tahu Aline bekerja di stasiun televisi terkenal. Akan lebih mudah jika mempunyai dorongan orang dalam untuk membantunya masuk ke dalam dunia entertainment.

"Ya sudah! Aku pergi dulu, Aku yakin kali ini pasti berhasil menjadi pemeran utama.” Derald pamit pergi dari restoran setelah mendapat uang yang di mintanya dari Aline. Ia berdiri dan memutar langkahnya mendekati Aline memberikan kecupan singkat di pucuk kepalanya.

“Hati-hati” ucap Aline pelan. Ia masih merasa malu dengan perlakuan yang di berikan Gerald barusan. Jantungnya masih berdebar dengan wajah yang menunduk menahan malu.

Derald Ardiansyah--Pria 27 tahun. Pria tampan dan pandai merayu bercita-cita menjadi aktor terkenal. Pandai berakting dan tak di ragukan lagi untuk merayu wanita. Pandai juga memanfaatkan situasi dan kondisi.

Derald berjalan keluar dari restoran, tak sengaja ia bertemu dengan kawan lamanya di masa Sekolah Menengah atas.

“Hai ... Derald. Apa kabar, Lu?” sapa Reno. Ia terkejut saat menoleh ke belakang. Ternyata orang yang berjalan di belakangnya adalah orang yang ia kenal.

Derald yang sedang sibuk memasukkan amplop berisi uang pun seketika mendongak ke arah suara yang memanggilnya.

“Hai, Ren!” Derald saling mengadu kepalan tangan tanda salam gaulnya lalu memeluk Reno kawan semasa sekolahnya dulu. Lalu berkata” Kabar gue baik, lu sendiri gimana?” Derald bertanya balik pada Reno seraya melepaskan pelukan singkatnya.

“Gue baik, Rald. Lu barusan dari dalam ‘kan? Apa lu yang duduk dengan cewek cupu yang ada di dalam tadi? Dia alumni angkatan kita juga kan? Tuh cewek enggak berubah sama sekali dari dulu tetep aja begitu! Norak, itu jerawat masih aja betah di wajah dia.” Reno terkekeh renyah saat mengingat kondisi Aline dari dulu sampai sekarang tak pernah berubah lalu menyipitkan matanya ke arah Derald kemudian berkata, Apa lu, ada hubungan sana tuh cewek. Gue lihat lu ngobrol sama dia?” Reno menatap curiga pada Derald.

“Gila ... yang bener aja, lu! Masa gue ada hubungannya sama dia. Gue belum buta kali, nyari cewek yang cakep juga masih bisa! tadi gue cuman nyapa dia aja, masa ketemu teman seangkatan enggak saling sapa!” sanggah Derald.

“Kali aja, lu maen belakang. Masa calon aktor terkenal punya pacar modelnya begitu” Reno kembali terkekeh mengejek Derald.

“Sialan lu, memuji apa menghina gue!” Derald memukul tangan Reno bercanda.

Reno masih saja terkekeh. “Ya sudah, gue buru-buru lain kali kita ngobrol lebih banyak.” Ucap Reno seraya mengadukan tangannya kembali kepada Derald lalu berjalan meninggalkan Derald.

“Siap ... Sukses buat lu, Bro!”teriak Derald

Reno mengacungkan jempol membalas teriakan Derald.

“Untung Reno enggak liat gue mengecup Aline. Bisa jadi bully an dia gue,” ucap Derald seraya mengelus dadanya.

Delapan bulan kemudian

Derald makin terkenal saat terakhir kali ia terpilih jadi pemeran utama dalam film kejar tayang yang di siarkan oleh salah satu siaran televisi. Biasanya dia hanya mendapat tawaran syuting iklan dan pemeran pembantu di beberapa judul sinetron.

Nama yang makin di kenal banyak orang dan jadwal syuting yang makin menguras waktu membuat bayarannya semakin tinggi.

Penampilan yang semakin mempesona membuat semua wanita mengidolakannya, sehingga ia melupakan wanita yang telah membantu kesulitannya selama ini. Kekasih yang tak pernah di kenalkan nya pada siapapun.

Dengan alasan ia tidak mau para media akan mengejar ngejar Aline. Sayangnya, Aline menerima semua alasan Derald karena menurut pemikirannya itu adalah bentuk perhatian yang di berikan Derald untuknya karena Aline adalah orang yang tak bisa bicara di hadapan banyak orang.

Padahal sebenarnya Derald tidak mau semua orang dan penggemarnya tahu kalau dia mempunyai kekasih dengan penampilan seperti Aline. Sebisa mungkin Derald akan menyembunyikan fakta nya, kalau bisa dia akan segera mengakhiri hubungannya dengan Aline karena saat ini ia sudah mempunyai penghasilan yang bisa mencukupi semua kebutuhan diri dan keluarganya. Tanpa memikirkan siapa orang di balik kesuksesannya.

Janji pernikahan yang Derald ucapkan kepada Aline masih mengulur seperti layangan yang ditarik ulur. karena hal ini pula Derald menghindar dari Aline, bahkan saat Aline menghubunginya.

“Derald kemana sih, ko sulit banget di hubungi. Nomernya malah enggak aktif lagi?” gumam Aline. Ia termenung sesaat memandangi ponsel di tangannya. Baru saja keluar dari tempatnya bekerja, Ia bejalan menuju parkiran untuk mengambil motornya kemudian bergegas pergi menuju rumah Derald.

***

Aline tiba di rumah Derald. Ia tampak ragu untuk mendekati rumah itu. Dari kejauhan rumah itu terlihat sedikit ramai oleh ibu-ibu yang sedang mengobrol dengan Ibu Leli orang tua dari Derald. Nyali Aline menciut jika harus berhadapan dengan banyak orang.

“Duh, ramai sekali rumahnya! Apa nanti saja ya, ke sananya. Tapi Derald gimana? mana ayah nanyain terus?" gumamnya dalam hati.

Rasa penasaran mengalahkan ketakutannya. Perlahan ia arahkan motor yang ia kendarai menuju rumah yang ramai itu.

Ada beberapa ibu-ibu memperhatikan kedatangan Aline saat ia turun dari atas motornya.

“Assalamualaikum” sapa Aline kepada para ibu-ibu yang berkumpul di teras rumah Derald.

“Waalaikumsalam” jawab mereka kompak.

Aline lekas mendekati Bu Leli lalu meraih tangannya kemudian di ciumnya dengan takzim.

Sedangkan kepada ibu-ibu yang lain, ia hanya menyatukan tangan di depan dada seraya menyapa mereka dengan menunduk sopan.

Bu Leli merasa heran dengan kedatangan Aline, lekas ia mengakhiri obrolannya dengan para tetangganya itu, dengan sopan Bu Leli membubarkan ibu-ibu agar mereka kembali ke rumahnya masing-masing. Setelah semuanya pulang, Bu Leli mengajak Aline masuk ke dalam rumahnya.

Aline terbiasa mengunjungi rumah Derald. Bahkan setiap kali berkunjung tak pernah ia datang dengan tangan kosong, ada saja makanan ataupun buah tangan yang ia bawa ke sana. Kebaikannya itu membuat Bu Leli sedikit berempati kepadanya.

Setahun menjalin hubungan dengan Derald membuat mereka beberapa kali bertemu.

Di depan Aline sikap yang di tunjukkan Bu Leli sangatlah baik, berbeda sekali dengan sikap di belakangnya. Bu Leli sangat menyayangkan anaknya berpacaran dengan Gadis berpenampilan seperti ini. sangat jauh dari yang ia harapkan tapi kebaikan Aline tetap di terimanya.

Bu Leli mengharapkan anaknya bisa mendapatkan pasangan yang berasal dari keluarga berada dengan penampilan yang menarik dan cantik. Agar tak malu saat di perkenalkan di hadapan teman-temannya. Apalagi saat ini Derald sudah menjadi aktor terkenal. Pasti sangatlah besar keinginan mendapatkan calon mantu dari keluarga yang tak biasa.

“Mari masuk, Nak Aline” Bu Leli mempersilahkan Aline masuk.

Aline mengangguk seraya mengikuti langkah Bu Leli. Ia kagum dengan keadaan rumah yang jauh berbeda dari tiga bulan terakhir ia berkunjung ke sana.

“Silahkan duduk, Nak!”

“Terima kasih, Bu.” Aline duduk di sofa yang terlihat masih baru, begitu jelas terlihat oleh netra miliknya, semua barang-barang yang ada di dalam rumah ini dalam kondisi masih baru. Ternyata kesuksesan Derald di dunia keartisannya sudah merubah kehidupan keluarganya pikir Aline.

Netra milik Aline masih berkeliling memperhatikan banyaknya perubahan di rumah itu. Tetapi ada satu pemandangan yang menggangu pikirannya, Foto Derald bersama wanita cantik. Posisi mereka saling berhadapan saling melempar senyum bahagia. Aline mengenali wanita itu adalah lawan main Derald di sinetron yang bintanginya saat ini. Tak ada satupun foto dirinya di rumah ini.

“Apa mereka ada hubungan ya?” batin Aline.

Hingga teguran dari Bu Leli menghentikan lamunannya.

“Ada keperluan apa ya, Nak Aline kemari?” tanya Bu Leli bersikap sopan seraya memanggil Sarah adik dari Derald untuk membawakan minuman untuk Aline.

“Saya mencari Derald, Bu! ada enggak ya? saya hubungi nomernya juga enggak aktif!” Aline balik bertanya meminta penjelasan.

“Derald jarang pulang kerumah sudah beberapa minggu ini! Nak Aline tau sendiri sekarang Derald sudah sering tayang di layar televisi jadi dia sangat sibuk.” Bu Leli berucap bangga lalu kembali berkata, "Apalagi sekarang hubungannya dengan Chyntia makin Deket. Sayang sekali ya, hubunganmu dan Derald sudah berakhir. Mungkin Derald memang bukan jodohmu!"

Deg.

Pernyataan dari Bu leli membuatnya terkejut.

Aline menggeleng pelan. “Aku dan Derald masih menjalin hubungan sampai saat ini, Bu! Makanya Aku ke sini menemui dia. Aku mau menanyakan perihal rencana pernikahan kami yang sudah di sepakati oleh Derald dan ayah." Aline menjelaskan maksud kedatangannya ke rumah Derald.

“Masa, sih! Derald bilang sama ibu, sudah putus sama kamu! Dan tentang rencana pernikahan, sama sekali Derald tak pernah membahasnya dengan ibu. Malah rencana pertunangan nya dengan Chyntia yang dia bahas."

"Mereka sudah menjalin hubungan tiga bulan terakhir ini. Dia sudah sering di ajak ke sini sama Derald. Cantik banget ternyata aslinya. Derald memang pantas mendapatkan pasangan cantik dan berkelas seperti Chyntia, secara dia 'kan sekarang aktor terkenal masa iya mendapat pasangan yang penampilannya biasa saja” Ucap Bu Leli seperti sengaja memberi tahu kabar terbaru tentang Derald.

Lagi-lagi pernyataan Bu Leli membuat hati Aline semakin sakit mendengarnya. Hatinya hancur bagai di tusuk puluhan tombak tajam. Aline sadar perkataan Bu Leli menyinggung dirinya, membandingkan kecantikan Chyntia dengan penampilan dirinya.

Aline juga tak percaya mana mungkin Derald berbohong kepada Ayah dan dirinya. Setelah apa yang Aline berikan saat ia butuh bantuan. Aline diam membeku tak bisa berucap apapun.

Bu Leli terus membicarakan kesuksesan anak lelakinya. Banyak perubahan yang di rasakan ya. derajat keluarga pun ikut terangkat karenanya. Tanpa Bu Leli tahu, awal suksesnya Karena modal dari Aline.

Tak banyak bertanya lagi Aline pamit kepada Bu Leli.

“Kalau begitu saya pamit saja, Bu! Maaf mengganggu waktunya. Mungkin ini hanya kesalahpahaman saya saja dengan janji yang pernah Derald ucapkan. Sekali lagi saya minta maaf.” Aline berdiri lalu menunduk hormat kepada Bu Leli.

“Loh, minumannya saja belum datang, Nak Aline!” cegah Bu Leli basa-basi padahal ia sengaja berbicara panjang kali lebar tentang hubungan Derald dan Chyntia saat ini agar membuat Aline merasa malu dan cepat keluar dari rumah itu.

“Tidak usah, Bu. Terima kasih.” Aline melangkahkan kakinya keluar dari rumah Derald.

Aline menarik nafas dalam seraya menengadahkan wajahnya ke langit sesaat, menahan sesuatu yang hendak keluar dari kedua sudut matanya.

Meskipun berusaha sekuat tenaga menhan air matanya, tanpa permisi air mata itu menetes tanpa bisa ia cegah. Di usapnya buliran air yang terus membasahi pipi. Sambil berjalan ke arah di mana motornya terparkir.

Aline menguatkan diri dan hatinya setelah mendengar pernyataan yang begitu menyakitkan untuknya. Tak ada kepastian dan penjelasan dari Derald karen sulitnya ia di hubungi.

Bingung dan tak tahu harus berkata apa kepada ayahnya nanti. Janji yang Derald berikan tak sesuai dengan perkataannya.

Janji pernikahan yang ia ucapkan di hadapan sang ayah ternyata hanya bohong semata. Semua yang Aline berikan seakan berbalas kepedihan. Aline tak mempermasalahkan uang yang sudah ia keluarkan tapi ia sangat kecewa dengan sikap Derald yang tak pernah menjelaskan kebenaran kepadanya. Selama ini ucapan manis dan janji yang Aline terima, sampai harapan dan impian itu hancur seketika.

Bersambung

Bab 2

Kepergian Aline dari rumahnya membuat Bu Leli merasa lega. Di belakang Aline, Bu Leli merasa bersyukur anaknya tak lagi pacaran dengan Aline.

Ia lebih setuju Derald bersama Chyntia. Beberapa kali ikut dengan Derald kerumahnya membuat Bu Leli dengan bangganya memperkenalkan Chyntia kepada teman-temannya. Bahwa calon menantunya adalah artis yang sedang banyak di gemari para ibu-ibu sekarang ini.

“Untung Derald enggak jadi sama dia. Kalau benar jadi malu banget ibu, sama teman ibu punya calon mantu enggak ada cantik dan menariknya sama sekali.” Gerutu Bu leli seraya mengintip kepergian Aline dari kaca jendelanya.

“Loh, sudah pulang Kak Aline nya. Ko cepet banget! Ini minumannya kan baru jadi, minum dulu, kek!” ucap Siska heran seraya meletakkan minuman yang akan disuguhkannya untuk Aline.

“Sengaja ibu omongin hubungan kakakmu dengan Chyntia biar cepet pulang. Lagian apa sih yang di lihat Derald ko, mau pacaran sama Aline. Sekarang Ibu bersyukur deh Derald dekat sama Chyntia.”

“Jangan begitu Bu! kasihan Kak Aline. Dia baik banget ‘kan sama kita. Ibu juga terima terus kalau ngasih sesuatu. Bahkan Ibu pernah meminta bantuan dia loh, minjem uang buat lunasin Bank Emok.” Sarah mengingatkan.

“Itu dia yang kasih ya, bukan Ibu yang minta! Ya, Ibu terima saja, namanya juga di kasih. Pamali nolak rejeki.” elaknya.

Siska menggelengkan kepala. Heran dengan sikap ibunya yang langsung berubah di belakang Aline.

“Yeh, itu sih emang maunya Ibu!” Siska meninggalkan Bu Leli dengan nampan di tangannya menuju dapur lalu tinggalkannya gelas berisi minuman itu di atas meja.

Bu Leli kembali duduk di sofa setelah melihat Aline pergi meninggalkan halaman rumahnya.

“Ini minuman kelihatannya ko seger banget ya! Ibu minum aja ya, Sis? Sayang sudah di bikin, enggak ada yang minum!” teriak Bu Leli mengarah ke dapur agar Siska bisa mendengarnya.

Tak mendengar respon dari Siska. Bu Leli segera meneguk minuman jeruk dingin yang tersaji di meja tamu. Bu leli merasa puas sudah membuat Aline patah hati dan pergi dengan cepat dari rumahnya.

***

Aline meninggalkan Rumah Derald dengan rasa kecewa di hatinya. Karena masih penasaran dengan kebenaran yang di ucapakan Bu Leli, ia melanjutkan perjalanan ke tempat syuting di mana Derald berada di sana.

Sebelumnya Derald sering mengingatkan Aline agar tak menemuinya di lokasi syuting karena di sana akan ada saja wartawan yang akan meliput semua gerak geriknya.

Padahal sebelum sibuk seperti sekarang ini, Derald sering menemuinya di tempatnya bekerja meski tak banyak yang tahu pertemuan mereka.

Dengan tekad dan rasa penasaran yang masih memenuhi pikiran Aline, Ia berusaha mencari Derald meminta penjelasan tentang semua ini. Aline sering melihat berita tentang kedekatan Gerald sebagai aktor pendatang baru dengan artis cantik yang menjadi lawan aktingnya di sinetron, tapi dia percaya Derald tidak akan mengkhianatinya.

Sekarang Aline sudah berada di lokasi syuting. Matahari sudah mulai mencondongkan dirinya ke ufuk barat, sehingga suasana di lokasi tersebut terlihat sedikit gelap. hanya beberapa lampu yang menyala sehingga memberikan sedikit pencahayaan.

Para Kru yang membantu saat syuting pun terlihat meninggalkan lokasi satu persatu. mungkin waktu syuting sudah berakhir.

Aline berjalan menyusuri gedung dan taman dengan penerangan lampu yang kurang. Ia terus berjalan menyusuri lokasi syuting itu menuju ruang istirahat yang di tunjuk oleh salah satu kru yang ada di sana. Aline menyebut dirinya saudara dari Derald sehingga kru memberitahu keberadaan Derald.

Aline masih menyusuri setiap ruangan yang di lewatinya sambil menyedot minuman Boba rasa cokelat dengan wafer rasa kacang di tangan kiri yang di beli di jalan saat menuju lokasi syuting. Masih keadaan sedih dan kecewa perasaannya akan lebih tenang jika ia meminum dan ngemil makanan manis bercampur gurih. Itulah sebabnya jerawat yang ada di wajahnya masih betah hadir menghiasi wajahnya.

Di sudut ruangan, saat berbelok mendekati ruang istirahat para artis, Aline menabrak seseorang dan membuat minuman di tangannya tumpah mengotori pakaian orang yang ditabraknya.

Byuurrr

“Aaagrhhh, Sialan! Eh, lu kalau jalan lihat jalan dong, gimana sih! Basah ‘kan baju gue, tanggung jawab enggak lu?” omel Galen tanpa memandang ke arah si penabrak dirinya. Ia sibuk mengibaskan cairan berwarna cokelat menggunakan sapu tangan yang di ambilnya di saku celananya.

Galen Alexander -- Pria berumur 28 tahun, menyukai kebebasan. Berpenampilan urakan dengan beberapa anting di telinganya. Kerap kali di sebut preman karena penampilannya. Ia Pandai menutupi jati dirinya.

Aline langsung menunduk takut, melihat penampilan Galen yang seperti preman dengan dua anting di telinga kanannya.

”Maaf, Aku enggak sengaja,” ucapnya pelan takut orang yang ada di hadapannya bertambah marah kepadanya. Aline sadar kalau dia yang salah di sini.

Galen menegakkan pandangannya setelah membersihkan cokelat dan butiran boba yang menempel di bajunya. “Lu, udah pake kacamata setebal ini, masih aja enggak lihat jalan.” Galen menunjuk kacamata yang di pakai Aline. Membuat orang yang disudutkan itu semakin menundukkan pandangannya.

“Maaf” lirih Aline semakin tertunduk.

“Eh, lu dari tadi Cuma bisa ngomong maaf doang. Kalau ngomong tuh sini lihat lawan bicara lu!” Galen menyentuh dagu Aline lalu mengangkatnya membuat kedua netra milik mereka bertemu.

Galen terpaku saat melihat Netra berwarna cokelat milik Aline dengan bulu mata lentik di balik kacamata besar yang di pakainya. Netra itu terus mengedip kearahnya. dihempaskan kasar tangan yang memegang dagu itu oleh Aline, membuat Galen tersadar sudah mengagumi keindahan mata indah itu.

“Lepasin, aku kan sudah minta maaf!” Aline sedikit menjauhkan dirinya dari hadapan Galen.

“Sini ... ikut gue!” Galen menarik tangan kiri Aline dan menariknya ke belakang gedung tersebut.

“E-eh mau kemana nih, aku lagi nyari orang. Nanti keburu pulang orangnya.” Cegah Aline.

Tanpa mendengar ocehan Aline. Galen mengajaknya ke sudut ruangan menuju toilet pria.

Sesampainya di depan toilet tersebut Galen baru melepaskan genggaman tangannya dengan Aline.

“Lu, tunggu di sini, gadis bermata empat. Awas jangan coba lari dari tanggung jawab. Gue bakalan bikin perhitungan sama lu!” ancam Galen saat hendak masuk toilet pria.

“Apaan si lu, nyebelin banget. Emang gue ngapain lu, sampai harus tanggung jawab segala? Satu lagi jangan pernah nyebut gue gadis bermata empat denger enggak lu! gue punya nama, ALINE ...,Panggil nama itu,” hardik Aline.

Emosinya langsung naik saat mendengar Galen menyebutnya gadis bermata empat. Ia menjadi teringat dengan ejekan dari teman sekolah kepadanya. Ia selalu mendapatkan panggilan gadis bermata empat saat mereka memanggil dirinya.

Galen terkejut dengan sikap Aline yang langsung berubah seketika. Gadis penakut yang di lihatnya tadi berubah ganas saat ia menyebut gadis bermata empat.

“Waw ... bisa galak juga nih cewek. Berani nyebut lu, gue” batin Galen.

“Kenapa lu bengong cepetan masuk, gue enggak bakalan kabur. Apa mau gue anter lu kedalam” berang Aline. Bicaranya masih dengan nada emosi.

“Engga usah. Gue bisa sendiri.” Galen hendak masuk ke dalam toilet pria sejenak langkahnya terhenti dan berbalik badan ke arah Aline lalu kembali berkata, awas jangan kabur lu,” tunjuk Galen pada Aline.

“Iya tenang aja” balas Aline masih emosi.

Aline berdiri menyender pada dinding. Di ujung koridor dekat toilet, Aline melihat sosok yang begitu ia kenal sedang menggandeng wanita berambut panjang dengan pakaian yang memperlihatkan bentuk tubuh se*sinya. Tangannya terlihat memeluk pinggang wanita itu. Postur tubuh dan suara yang tak asing baginya membuat Aline tanpa sadar berjalan mengikuti langkah mereka.

Tubuh wanita cantik dengan bodynya mirip gitar spanyol yang ia ketahui sebagai Chyntia lawan akting Derald. Alone melihat Derald mendorong dan menghimpit wanita itu ke dinding. Aline melihat tubuh kekasihnya tak berjarak dengan Chyntia, kedua bibir mereka menempel lekat, saling beradu lalu saling membelit lidah dengan gerakan saling menuntut. Tubuh Aline mematung, matanya membulat, jantungnya di paksa berhenti saat itu juga. Menyaksikan kekasihnya melakukan hal itu di depan matanya.

Aline hanya bisa menutup mulut dengan kedua tangannya. Hatinya sakit, perih, ingin rasanya ia berteriak saat itu.

Perlahan ia mundur selangkah demi selangkah saat melihat satu tangan Derald menyelinap ke dalam balutan kain atas yang menempel di tubuh Chyntia. Aline makin membulatkan matanya, menggelengkan kepala melihat Derald melakukan itu kepada Chyntia.

Hal yang tidak pernah Derald lakukan pada Aline. Bahkan untuk mencium bibirnya pun tidak pernah. Hanya kecupan singkat di kepala. Pernah Aline menanyakan hal itu kepada Derald. Jawabannya kalau sayang tidak akan merusak, Itulah alasannya Derald tidak pernah mah mencium bibir Aline.

Ia terus berjalan mundur, tak melihat ada tong sampah di belakangnya membuat benda tersebut jatuh dan menimbulkan bunyi keras di koridor itu. Aktivitas kedua insan yang sedang di mabuk asmara itu terhenti.

Derald pun terkejut dengan kehadiran wanita yang menutup mulut di hadapannya. Air mata sudah menetes perlahan di pipi Aline.

“Aline ...” ucap Derald pelan, Ia meregangkan tangan yang memeluk tubuh Chyntia, lalu menjauh dan berbalik mendekati Aline, kemudian kembali berucap, “Aline, Aku bisa jelaskan ini.” Derald mencoba berbicara lalu berjalan mendekat kearah Aline.

Chyntia terlihat merapikan pakaiannya yang tersingkap karena ulah Derald lalu menatap kesal ke arah Aline karena sudah menganggunya.

Aline menggeleng lalu mengangkat tangan agar Derald berhenti melangkah.

“Cukup, Derald tak perlu kamu jelaskan semua itu. Aku sudah mengetahui semuanya dari Ibumu. Ternyata benar ya, ini bukan sekedar settingan pacaran yang kamu ucap kan kepadaku agar menaikkan popularitas semata. Tapi ini adalah kebenaran yang kamu tutupi dari Aku,” ucap Aline dengan senyum kecewa.

“Sudahlah, Sayang! Dia sudah tahu sendiri ‘kan jadi kamu tak pelu repot menjelaskan kepadanya.” Chyntia mendekati Derald dan mengapit tangannya.

“Lagian apa sih, istimewanya gadis norak ini! Tampang dan penampilannya tak menarik sama sekali. Dia cewek yang selalu nelpon kamu ‘kan? enggak tau diri ya ni cewek, udah di tolong sama Derald, jadi pacar bohongan di depan ayahnya, memanfaatkan uang kamu juga sekarang malah minta lebih." ejek Chyntia. "Kasih uang aja deh, biar dia cepet pergi dari sini, Beb! uang kan yang dia minta?” ucap Chyntia seraya menggoyangkan tangan Derald.

Ucapan Chyntia membuat Derald diam tak bersuara. Merasa takut Aline akan membongkar semuanya kebohongannya di depan Chyntia dan menghancurkan segalanya.

Aline mengepalkan tangan mendengar penuturan Chyntia, kebohongan apalagi yang di ucapkan Derald kepada Chyntia. Dengan keberanian Aline mengangkat dagu memberikan tatapan sinis kepada Derald.

“Kenapa kamu diam saja, apa Kamu takut ucapan itu terbukti hanya omong kosong atau ucapan itu untuk kamu sendiri, memanfaatkan kebaikanku demi terwujudnya keinginanmu." Aline menatap Derald dengan rasa kecewa dan marah.

"Jangan pernah membawa nama ayahku dalam kebohongan mu, Derald. Mulai sekarang aku tidak lagi mengenalmu!" ucap Aline tegas.

Aline baru sadar dengan kebodohannya selama ini, ternyata ia hanya di manfaatkan oleh Derald.

"Dan kamu, wanita cantik yang saat ini berada di atas angin, ingatlah dunia terus berputar hari ini kalian berada di atas. Suatu saat nanti kalian akan merasakan keberadaan kalian di bawah. Dan di saat itu kecantikan ku akan melebihi dirimu dan posisi kita akan bertukar. aku lebih terkenal dari kalian!" Aline menekankan perkataan terakhirnya. Ia murka dengan penghinaan dan kebohongan yang di dapat saat ini.

Derald dan Chyntia terpaku melihat keberanian Aline yang menantang mereka.

Aline berbalik arah berjalan keluar koridor dengan mengusap air mata yang masih mengalir di pipinya. Di hatinya ia berucap akan membalas semua sakit hatinya. Ia bertekad akan merubah penampilannya melebihi Chyntia.

“Heh, tuh cewek. Ngadi - ngadi aja kalau ngomong! mana bisa penampilan kaya gitu berubah melebihi penampilanku. Mimpi dia! Ayo, sayang antar aku dulu ke toilet mengganggu kemesraan kita saja,” ajak Chyntia seraya menarik tangan Derald yang masih terkejut dengan sikap Aline yang tak pernah di lihatnya.

Di balik tembok tak jauh dari mereka bertiga, ada seseorang yang memperhatikan pertikaian ketiga orang itu. Dia mendengar semua ucapan yang mereka ucapkan.

“Kasian banget tuh cewek bermata empat. E-eh, Aline. Ternyata dia di manfaatin itu orang! gue paling enggak bisa lihat orang memanfaatkan orang lemah, gue bakal bantu lu, gadis cupu," batin Galen.

Langkah Aline terhenti di ujung ruangan sepi. Tubuhnya merosot ke lantai begitu saja, di ditenggelamkannya wajah yang penuh air lelehan air mata itu diantara kedua kakinya yang di tekuk. Tak ada orang lain di tempat itu, beberapa kru sudah mulai pamit pulang. Hanya tinggal beberapa yang masih berada di sana.

Galen berdiri di samping Aline, menyandarkan tubuhnya di dinding dengan tangan yang di lipat di depan dada dan kaki yang di silang di atas satu kaki yang menahan tubuhnya.

“Omongan orang yang meremehkan penampilan lu itu, harus lu jadikan motivasi buat lu berubah. Jangan cengeng begini. Payah ... bangun! jadi cewek tuh harus kuat. Gue bantu lu kalau lu mau merubah penampilan?” hibur Derald.

bersambung.

Bab 3

Aline mendongak ke arah sumber suara di sampingnya. Ia melipat kaki bersila di atas lantai, lalu membuka kacamata lebar yang menutupi mata yang penuh dengan air mata.

Di usapnya mata yang masih menyisakan sedikit lelehan butiran bening sambil sesekali terisak.

“Lu enggak ngerasain sakit hati yang gue rasain!” Aline masih menangis tersedu-sedu. Ia sepeti anak kecil yang menginginkan sesuatu.

“Gue udah puas merasakan sakit hati, hidup tuh dinikmati lu bisa balas sakit hati dengan buktiin kalau lu bisa lebih baik dari pada mereka!"Galen berdiri di hadapan Aline kemudian melempar baju kotor ke pangkuannya.

“Nama gue Galen! Itu ... baju kotor yang kena cokelat karena lu nabrak gue! Dan lu harus tanggung jawab, besok balikin ke gue dan itu harus bersih dan wangi!” ucap Galen lalu berbalik hendak meninggalkan Aline yang terkejut di lempar baju kotor oleh Galen.

“Besok temuin gue di alamat yang gue selipkan di baju itu pukul sepuluh pagi. Sekalian lu harus udah balikin baju gue, inget harus bersih dan wangi” titahnya. Galen pun berlalu dari hadapan Aline, meninggalkannya yang termangu mendengar perkataan Galen.

“Tuh orang nyebelin banget sih. Mau nolongin, apa memerintah sih? Ko kayak yang kudu banget di ikutin.” Aline menggeleng heran. Di bukanya baju kotor yang terkena noda cokelat dari minuman, diambilnya kartu nama yang diselipkan pada baju kotor sesuai ucapannya.

“Rumah Beautiq’. LPS (Lembaga Pendidikan Sanggarwati). Aline termenung sambil berpikir saat membaca tulisan pada kartu yang dipegangnya. Ia sangat tahu betul, tempat yang berada dalam kartu nama itu adalah lembaga pendidikan yang mengajarkan kursus pendidikan untuk kepribadian, optimalisasi diri, etika berkomunikasi dan serta cara berpenampilan ala model di atas panggung dan kepercayaan diri.

Dirinya sempat berkeinginan untuk masuk kelas tersebut, tapi diurungkannya karena keterbatasan waktunya. Dia sibuk dengan pekerjaan yang menguras waktu dan otaknya.

Aline teringat akan bujuk rayu Derald yang sudah menipunya memberikan cinta palsu kepada Aline dan memanfaatkan kebaikannya. Aline berpikir, apakah dia harus ikut bimbingan di sanggar itu.

 Akhirnya Aline pulang dengan hati sedih dan terluka. Rasa sakit itu masih membekas. Mengenai Informasi dari Galen ia akan memikirkannya nanti. Saat ini, Aline hanya ingin segera pulang kerumahnya.

 Semalam Aline pulang kerumah cukup larut malam. Dia sering membawa kunci cadangan rumah sehingga tak perlu repot membangunkan penghuni rumah yang sudah tertidur lelap.

Pagi ini Aline sudah mengambil keputusan ia akan datang ke alamat yang diberikan Galen. Bukan untuk menerima, melainkan untuk menolaknya. Aline tidak mau orang lain ikut campur dalam masalahnya.

Aline duduk bersama ibu dan ayahnya di meja makan. Ia diam tak bersuara. Beruntung mata sembab nya tak begitu terlihat oleh ayah dan ibunya. Tertutupi oleh kacamata besar yang selalu dipakainya.

“Bagaimana dengan rencana pernikahan mu dengan Derald? Sudah kamu sampaikan pesan Ayah kepadanya?” tanya Ayah serius.

“Aline minta maaf yah, kemarin Aline dan Derald sudah mengambil keputusan untuk menundanya. Aline ingin bekerja dulu, banyak hal yang ingin Aline capai begitu juga dengan Derald. Dia sibuk dengan jadwal syuting nya akhir-akhir ini” Aline berucap tanpa memandang wajah ayah, Dia masih berbohong tentang putusnya hubungan dengan Derald. Rasanya tak sanggup, jika ia berkata jujur.

Ayah Aline menghela nafas. Mendengar keputusan Aline dan Derald. Beliau sangat mengharapkan anaknya bisa cepat menikah, tapi ia tak bisa memaksa semua keputusan berada di tangan anaknya.

“Ayah tidak bisa memaksa kalian jika itu sudah keputusan kalian berdua. Ayah hanya berpesan segeralah menikah, ayah sudah tua, ingin segera menimang cucu! Lagi pula kemana Derald akhir-akhir ini? apa setelah terkenal dia tak ingin bertemu dengan kita lagi? Apa di malu mempunyai calon mertua dengan keadaan kita seperti ini?” tanya Ayah sendu.

“Tidak yah, mungkin Derald sedang sibuk.” Aline masih membela Derald di hadapan Ayah dan ibunya.

“Ya sudah, kamu sudah bersiap pergi bekerja? Mau Ayah antar?” Ayahnya menawarkan diri untuk mengantarkannya.

Aline menggeleng cepat.“Enggak usah, Yah! Aline pergi sendiri saja,” tolaknya halus.

“Baiklah kalau begitu, hati-hati di jalan, jangan ngebut,” ucap Ayah.

Aline mengakhiri sarapannya. Makanan miliknya masih tersisa di piringnya. Rasanya Aline tak bersemangat mengisi amunisi untuk perutnya. Nafsu makannya hilang sejak kemarin.

Semalam ibu Winda tak sengaja mendengar Aline menangis sambil mengungkapkan kekecewaannya menatap foto Derald di tangannya. Ibu Winda tak menanyakan hal itu pagi ini karena ia tahu sifat Aline yang tak pernah ingin orang tua nya tahu keadaan sebenarnya. Ibu Winda hanya terus mendoakan yang terbaik untuk anaknya. Ia akan bertindak jika Aline sudah tak sanggup melewatinya.

Pagi itu pun Aline berpamitan kepada Ayah dan ibunya untuk pergi bekerja.

“Aline pamit berangkat dulu.” Aline berdiri lalu menghampiri ibunya untuk bersalaman, mencium tangan ibu dan Ayahnya dengan takzim kemudian bergegas ke arah garasi mengeluarkan motor matic andalannya.

“Maafkan Aline, ayah, ibu. Aline sudah membohongi kalian. Aline janji akan berusaha berubah lebih baik. Biar nanti kalian juga bangga sama Aline.” Ucapnya dalam hati.

Aline pun pergi ke kantor dengan berat hati dan tak ada semangat dalam dirinya.

Pukul sepuluh lebih lima belas menit Aline tiba di alamat yang Galen berikan kemarin. Kebetulan Rumah Beautiq’ dengan kantor stasiun televisi FMC TV tempatnya bekerja berseberangan. Karena itulah Aline begitu hapal dengan sanggar  Rumah Beautiq’ yang begitu terkenal memberikan pelajaran untuk membangun karakteristik seseorang.

Setiap hari Aline melewati gedung tersebut jadi tak asing baginya untuk datang menemui Galen di sana.

Galen sendiri sudah menunggunya lebih dulu.

Dengan langkah perlahan Aline mencoba masuk ke gedung itu, tapi suara seseorang mencegat membuat langkahnya terhenti.

“Gimana lu mau sukses, lu telat sepuluh menit dari waktu yang di janjikan.” Galen menatap arloji yang melingkar di tangannya.

Aline menoleh ke arah sampingnya.“Gue engga janji bakalan datang ke sini ya,” ucap Aline marah.

“Buktinya lu ke sini? Ck, lu buang-buang waktu berharga orang yang mau nolong lu!” Galen melangkah hendak meninggalkan Aline.

“Tunggu ...” panggil Aline.

Langkah Galen terhenti saat Aline memanggilnya.

”Sorry! Gue enggak bisa terima tawaran kebaikan dari lu.” Aline menunduk sedih.

“Gue masih belum siap buat ngelakuin apapun. Thank’s banget lu udah peduli sama gue. Ini baju lu, udah gue cuci semalem. Udah wangi dan bersih.” Aline menyerahkan baju Galen yang kotor karena ulahnya.

Galen menerima baju kotor itu dari tangan Aline. Ia diam melihat Aline yang lesu seperti tak ada gairah hidup.

“Cemen banget sih lu, jadi cewek. Kondisi lu tuh kaya hidup segan mati tak mau.” Ejek Galen.

“Bodo! Terserah gue, hidup gue yang jalanin. Kenapa lu yang repot!” Aline berbalik meninggalkan Galen.

Galen menatap kasian dengan kepergian Aline. Ternyata malam itu bukanlah pertemuan pertamanya dengan Aline. Sudah lama Galen sering bertemu Aline di setiap pagi saat Aline berbagi kebaikan dengan orang lain. Karena itulah kali ini ia ingin membantu Aline.

Satu bulan kemudian

Aline melewati hari-hari seperti biasa. Ia berusaha berdamai dengan keadaan. Putus dengan Derald membuatnya menyemangati diri sendiri agar bangkir dari keterpurukannya.

Berita hubungan Derald dan Chyntia pun ramai di perbincangkan di televisi dan media sosial. Aline lebih memilih mengacuhkannya.

Pagi ini, Aline tak sarapan di rumah. Dia akan membeli sarapan di warung makan tak jauh dari kantornya.

Aline selalu membeli dua bungkus dengan menu yang sama, tapi berbeda kantong. Setelah mendapatkan menu sarapan yang diinginkan, Aline memasuki tempat parkiran motor di gedung tempatnya bekerja.  Ia berjalan memutar setelah memarkirkan motor matic miliknya. Dicarinya sosok wanita tua yang selalu duduk di pinggir jalan tepat di depan gedung tempatnya bekerja.

Makanan yang dibelinya selalu di berikan kepada wanita tua itu. Aline merasa bersyukur jika tak bisa sarapan di rumah ia bisa bersedekah seperti ini, membelikan makanan untuk orang yang membutuhkan meski cuman satu bungkus nasi untuk sarapan.

Kebiasaan yang di lakukan Aline selalu di perhatikan oleh Galen. Pria yang hendak memberikan bantuan tapi di tolaknya.

Aline merasa senang dan mengembangkan senyum setiap habis bersedekah. Dalam hati Aline selalu meniatkan agar apa yang ia lakukan bisa mempermudah rejeki dan urusannya.

Tatapan teman sekantornya seakan meledek dan mencurigainya saat ia memasuki ruangan tempatnya bekerja.

“Eh tuh, lihat cewek bermata empat! Kenapa dia dari tadi senyum-senyum sendiri.” Risa berbisik kepada Mira teman satu ruangan dengan Aline.

Ting

(suara notifikasi pesan dari ponsel miliknya terdengar nyaring)

“Gila ... Tuli apa lu, Lin! Suara notifikasi pesan aja kenceng bener volumenya.” Risa Kembali mengejek Aline.

 Aline tak pernah menanggapinya. Aline cuek dengan sikap teman-teman nya di kantor yang selalu mengejek dan meremehkannya.

 Pesan siaran yang dikirimkan oleh salah satu temannya di sekolah dulu.

Undangan untuk seluruh Alumni SMAN 1 Bakti Nusa Jakarta.

Untuk acara reuni yang akan di selenggarakan pada:

Hari Minggu, 19 Februari 2019

Waktu: 08.00 malam sampai selesai.

Tempat : Gedung serbaguna karya kencana lantai 2

Tema kostum : kostum Halloween

Diharapkan kedatangan semua Alumni dari angkatan tahun 2013 Sampai 2016

Note: wajib berpenampilan sesuai tema kostum

Aline berpikir akan datang ke acara tersebut. Hal pertama yang ingin ia lakukan adalah mengobati jerawat yang masih melekat di wajahnya.

Masih ada waktu dua Minggu untuknya menjalani terapi di klinik kecantikan meski ia harus mengeluarkan tabungannya untuk itu.

bersambung.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!