NovelToon NovelToon

A DREAMER

Episode 1 - Awal Perjuangan

Zendaya atau yang biasa di panggil Zee adalah seorang gadis yang berasal dari desa yang memiliki mimpi setinggi langit, baik dalam karir nya maupun kisah asmara nya. Ia berasal dari keluarga yang tak mampu, pekerjaan ayah nya hanya buruh pabrik dengan gaji yang hanya cukup untuk makan sehari hari. Beruntung Zee mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah nya di kota, dan Zee sangat berharap dengan pendidikan nya nanti ia bisa menjadi orang sukses. Memberikan kehidupan yang layak untuk orang tua nya.

Di tempat yang baru, Zee sangat membutuhkan teman namun asal muasal nya yang dari dari kota kecil serta penampilan nya yang terkesan kampungan membuat Zee di jauhi oleh teman teman nya. 

Di kampus nya, Zee juga menaruh hati pada salah satu teman kelas nya yang terkenal pintar dan tentu sangat tampan. Namun lagi lagi penampilan Zee seolah tak bisa menarik perhatian pria mana pun, termasuk pria pujaan nya. Zee masih bermimpi, suatu hari nanti akan datang pangeran yang mau melirik nya dan jatuh cinta pada nya.

Zee sempat sedih dan merasa minder, namun Zee berusaha tidak perduli dengan hal itu, ia tetap berusaha fokus pada kuliah nya sehingga ia lulus menjadi salah satu lulusan terbaik di kampus nya. Setelah lulus, ia berharap mendapatkan pekerjaan yang bagus sehingga bisa memperbaiki ekonomi keluarga nya.

Namun, empat bulan setelah kelulusannya, Zee belum juga mendapatkan pekerjaan. Ternyata realita takkan selalu sesuai dengan ekspektasi, tak perduli dengan nilai Zee yang bagus namun itu tak menjamin ia mendapatkan pekerjaan dengan segera.

Zee sudah melamar ke beberapa perusahaan namun belum ada satu pun yang mau memanggil nya untuk interview.

Zee sudah hampir frustasi, apa lagi Ibu nya sakit sakitan sementara ayah nya hanya buruh pabrik.

Zee sangat membutuhkan pekerjaan secepatnya untuk membantu ekonomi keluarga nya.

Dan setelah menunggu cukup lama, akhirnya Zee mendapatkan surat panggilan interview dari salah satu perusahaan yang cukup besar dan itu membuat Zee sangat senang dan antusias. Zee mempersiapkan diri dan membangun rasa percaya diri nya, Zee tahu dengan kemampuan nya dan ia yakin ia akan mendapatkan pekerjaan

Orang tua Zee yang mengetahui bahwa putri mereka di panggil untuk interview pun tentu sangat senang dan sangat berharap Zee bisa memperbaiki ekonomi keluarga nya yang selama ini selalu sama saja.

..........

Pagi ini Zee bersiap siap untuk melakukan wawancara pekerjaan di perusahaan Sky's Group. Zee pernah membaca artikel tentang perusahaan itu yang di bangun oleh seorang wanita biasa yang berhasil sukses bahkan memiliki perusahaan sendiri. Itu menjadi motivasi tersendiri bagi Zee dan ia berharap bisa menjadi seperti sang pendiri Sky's Group.

Zee mengenakan blouse warna putih lengan pendek, di padukan dengan jeans biru dan flat shoes. Zee mengikat rambut nya ala ekor kuda, dan ia berdiri di depan cermin dengan gugup. Memandang diri nya yang kata teman teman nya penampilan nya kampungan, ia tidak cantik dan juga tidak menarik.

Zee memang selalu berpenampilan sederhana, selain memang tidak tahu cara berdandan, Zee juga tidak punya modal untuk mempercantik diri seperti teman teman sebaya nya.

Zee memperhatikan wajah nya yang terlihat masih pucat dengan olesan make up yang sederhana dan tipis. Ia pun mengambil sebuah lips gloss dan mengoleskan di bibir nya untuk memberi kesan lebih fresh.

Setelah itu, Zee pun bersiap untuk pergi dengan di iringi doa restu dari orang tau nya.

..........

Zee menghentikan motor nya di depan sebuah gedung pencakar langit. Ia mendongak dan tercengang melihat gedung di depan nya yang bertuliskan Sky's Group.

"Wow..." hanya satu kata itu yang mampu ia ucapkan.

Ia pun masuk ke dalam gedung itu setelah memarkirkan motor nya, ia pergi ke resepsionis dan memberi tahu maksud kedatangan nya. Seorang wanita kemudian datang dan meminta Zee mengikuti nya.

Wanita itu membawa Zee bergabung dengan beberapa orang yang juga akan melakukan interview di perusahaan tersebut. Zee memperhatikan mereka dengan perasaan gugup, mereka semua cantik dan berpenampilan sangat rapi juga modis. Hal itu membuat Zee merasa sedikit minder namun ia tetap berusaha mempertahankan rasa percaya diri nya dan meyakinkan dirinya akan kemampuan nya.

Satu persatu mereka di panggil, hingga tiba nama Zendaya pun di panggil. Saat Zee berdiri dan hendak masuk ke ruang interview, beberapa orang menatap nya sambil tersenyum miring. Bahkan dari beberapa orang di sana terdengar berbisik bisik membicarakan penampilan Zee.

"Mau melamar pekerjaan di perusahaan sebesar ini tapi berpenampilan seperti mau pergi ke supermarket" Zee mengabaikan komentar itu dan ia masuk ke ruang interview.

Dan di sana sudah ada dua pria dan satu wanita yang akan meng-interview para calon karyawan.

Zee di persilahkan duduk di kursi yang sudah di sediakan. Dua pria di depan nya itu tersenyum ramah pada Zee, berbeda hal nya dengan satu wanita yang duduk di antara kedua pria itu. Wanita itu tampak sinis pada Zee, bahkan menatap Zee seperti mengintimidasi. Zee merasa tak asing dengan wanita ini, dan setelah di ingat ingat, ia tahu wanita ini adalah Sabina Mahendra. Salah seorang model yang wajah nya hampir ada di setiap majalah.

"Jadi, silakan perkenalkan diri mu" kata salah seorang pria di depan nya.

Sebelum memperkenalkan diri, Zee menarik nafas dalam dalam dan kemudian menyunggingkan senyum.

"Nama Saya Zendaya, biasa di panggil Zee. Usia saya 22 tahun dan saya anak tunggal dari kedua orang tua saya" jawab Zee dengan lugas.

Wanita itu membuka berkas yang berisi CV Zee, begitu juga dengan dua pria lain nya. Interview pun mulai berjalan, dan Zee selalu mampu memberikan jawaban yang bagus. Kedua pria itu tampak menyukai rasa percaya diri Zee dan kecerdasan nya apa lagi Zee tampak sangat tenang, namun berbeda dengan Sabina.

"Kenapa kami harus menerima mu bekerja di perusahaan besar ini?" hingga tiba pertanyaan itu di ajukan oleh Sabina dengan senyum miring di bibir nya.

"Saya orang yang percaya diri, pekerja keras dan giat, Bu. Saya berasal dari sebuah desa kecil, dan ketika saya memiliki kesempatan untuk berkuliah di kota, saya bertekad akan menyelesaikan kuliah saya selama 3,5 tahun dengan nilai tinggi dan saya berhasil mencapai target saya. Jadi saya sangat yakin, saya bisa memberikan yang terbaik untuk perusahaan," jawab Zee dengan percaya diri

"Jadi itu kelebihan mu?" tanya Sabina.

"Iya, Bu," jawab Zee pasti.

"Lalu apa kekurangan mu menurut mu?" tanya Sabina lagi, Zee tak bisa langsung menjawab. Ia masih memikirkan jawaban yang tepat, namun belum sempat Zee berbicara, Sabina sudah kembali berkata "Kekurangan mu adalah apa yang sangat kami butuhkan," tegas Sabina yang membuat Zee mengernyit bingung.

"Karyawan yang kami butuhkan adalah yang percaya diri, pintar dan berpenampilan menarik itu juga point yang sangat penting. Dan kamu sangat tidak sesuai dengan kriteria kami, jadi kami bisa memastikan kamu tidak akan di terima di perusahaan ini."

Zendaya tercengang, sebuah jawaban yang tak pernah ia sangka di interview kerja nya. Zendaya berfikir, hanya teman teman kampus nya yang akan mengolok olok penampilan nya namun di sebuah perusahaan sebesar seperti ini pun, ternyata penampilan nya tetap di permasalahkan.

Zendaya kembali menarik nafas dan tetap menyunggingkan senyum meskipun hati nya begitu sakit.

"Saya ... saya bisa memperbaiki penampilan saya, Bu" ujar Zee namun Sabina menggeleng tegas.

"Pintu keluar nya di sana, masih ada banyak calon karyawan yang menunggu untuk di interview," tegas Sabina yang langsung memporak porandakan perasaan dan harga diri Zendaya, rasa percaya diri nya musnah seketika.

.........

Seminggu telah berlalu semenjak penolakan Sabina pada Zendaya dengan begitu memalukan, Zee tak bisa melupakan apa yang di katakan Sabina pada nya.

Zee mencoba mencari pekerjaan yang lain namun mencari pekerjaan di kota besar memang tidak mudah. Rasa percaya diri Zee yang dulu ia pegang teguh kini sudah terhempas begitu saja.

Zee berdiri di depan cermin, ia mengambil make up milik nya yang hanya seadanya. Zee mencoba meng aplikasikan make up itu ke wajah nya namun Zee memang tak pandai memakai make up dan itu membuat nya semakin frustasi.

Zee kembali memikirkan apa yang di alami nya selama ia tinggal di kota besar ini, apa lagi masa masa kuliah nya. Dimana sebagian besar teman teman nya selalu meremehkan nya dan menertawakan nya hanya karena penampilan nya.

"Apa itu cantik?" Zendaya bertanya pada pantulan diri nya sendiri di cermin. Ia mengusap alis nya yang asli, memegang hidung nya yang mungil, dan menangkup kedua pipi nya yang sebenarnya kulit wajah nya itu bagus.

"Zee..." terdengar suara sang Ibu beramaan dengan pintu yang terbuka "Ada apa? Belum mendapatkan pekerjaan lagi?"

"Belum, Ma. Aku..." mata Zee sudah berkaca kaca dan suara nya tercekat di tenggorokan nya "Aku rasa tidak akan ada perusahaan yang mau mempekerjakan ku, Ma," kata Zee lirih.

"Jangan putus asa, Nak. Mama yakin pasti nanti kamu mendapatkan pekerjaan seperti yang kamu mau."

Zee hanya menanggapi ucapan Mama nya itu dengan senyum.

"Sebenarnya, Mama memutuskan mau bekerja," kata Bu Susan yang tentu saja membuat Zee terkejut.

"Kerja apa? Mama kan sakit, " ucap Zee.

"Kerja jadi pembantu, Bu Umi kemarin cari orang untuk bekerja di rumah teman boss nya."

"Pembantu?" lirih Zee.

Tbc...

Episode 2 - Tak Ada Jalan Lain

Sekolah tinggi tinggi dan berakhir menjadi seorang pembantu?

Tentu tak ada yang pernah memikirkan hal ini begitu juga dengan Zendaya, ia bekerja keras untuk menyelesaikan kuliah nya dalam waktu 3,5 tahun. Bekerja keras mempertahankan nilai nya meskipun terkadang mental nya tertekan dengan berbagai macam bully-an yang ia dapatkan, berharap suatu hari nanti semua perjuangan nya itu akan terbayar dengan kesuksesan nya, tapi kenyataan nya?

Zee memilih bekerja sebagai seorang pembantu sembari mencari pekerjaan yang lain. Setidak nya Zee tak hanya berdiam diri di rumah tanpa menghasilkan sepeserpun. Dan juga, Zee tak mau sampai Ibu nya yang bekerja sedangkan Ibu nya punya penyakit asma dan darah tinggi.

Dan hari ini, Zee di buat terpukau dengan sebuah rumah mewah bak istana yang ada di hadapan nya. Zee datang ke rumah ini bersama dengan Bi Umi, yang mengenal Nyonya pemilik rumah ini.

Bi Umi menceritakan bahwa pemilik rumah itu adalah Nyonya Celine, seorang designer yang cukup terkenal. Nyonya Celine hanya tinggal berdua dengan putra nya yang bernama Kenzo Alvian dan mendengar nama Kenzo Alvian, Zee merasa tak asing dengan nama itu namun Zee tak bisa mengingat nya dimana ia mendengar nama itu.

Bi Umi juga mengatakan tak ada yang betah bekerja menjadi pembantu di rumah Nyonya Celine meskipun hanya bekerja paruh waktu. Karena putra Nyonya Celine terkenal dengan sikap dingin dan arogan nya, sementara Nyoba Celine sendiri adalah pribadi yang sangat baik dan ramah.

Pak Tono, satpam di rumah itu membuka gerbang dan mempersilahkan Bi Umi dan Zee masuk.

Mereka di sambut oleh Nyonya Celine yang masih tampak cantik meskipun ia sudah hampir berusia 50 tahun.

"Jadi kamu yang akan bekerja dengan ku?" tanya Nyonya Celine pada Zendaya.

"Iya, Nyonya. Nama saya Zendaya, biasa di panggil Zee" jawab Zee dengan sopan.

"Baiklah, Zee. Ayo masuk, aku akan menjelaskan apa saja yang akan kau lakukan di rumah ini" kata Nyonya Celine

"Terima kasih, Bi Umi" ucap nya kemudian dan Bi Umi pun pamit.

Nyonya Celine membawa Zendaya keliling rumah nya. Rumah itu terlihat sangat besar dari luar namun setelah Zee masuk, ternyata tidak sebesar yang di bayangkan Zee.

"Aku rasa kamu sudah tahu di sini aku hanya tinggal dengan putra ku, Zee..." kata Nyonya Celine yang kini berjalan ke dapur.

"Iya, Nyonya. Bi Umi sudah bercerita" kata Zee.

"Apa dia juga menceritakan bahwa putra ku seorang pria yang sangat arogan?" tanya Nyonya Celine sambil terkekeh, Zee hanya menanggapi nya dengan senyum samar.

"Sebenar nya aku dan Ken sangat jarang di rumah, jadi pekerjaan mu hanya membersihkan rumah. Kamu tidak perlu memasak untuk kami, tapi kamu harus memasak untuk Pak Tono dan kamu sendiri. Kamu bisa datang jam 7 pagi dan kamu boleh pulang jam 5 sore" Zee mendengarkan baik baik apa yang di jelaskan majikan nya itu.

"Jadi seharian kamu akan di rumah, apa kamu tidak masalah?" tanya Nyonya Celine

"Tidak masalah, Nyonya" kata Zee karena yang ia fikirkan saat ini adalah pekerjaan yang menghasilkan uang.

"Oh ya, apa pendidikan terakhir mu, Zee?"

"Saya..."

"Ma..." ucapan Zee terhenti saat mendengar suara bass Seorang pria bersamaan dengan suara langkah kaki yang menuju dapur, langkah yang terdengar tegas dan cepat.

"Itu pasti putra ku. Ayo, aku akan mengenalkan mu dengan nya" kata Nyonya Celine dan ia pun melangkah keluar dari dapur, Zee mengekori nya dari belakang.

Bola mata Zee langsung membulat sempurna saat melihat rupa dari seorang Kenzo Alvian yang terkenal arogan, tubuh nya tinggi, rambut nya hitam legam, alis nya tebal, mata nya begitu tajam, hidung mancung dan bibirnya tipis, bulu bulu halus yang tumbuh di rahang nya membuat penampilan Kenzo semakin sempurna. Zee bahkan tak mampu berkedip melihat pangeran yang bak dewa yunani ini di hadapan nya, Zee bahkan merasa Ken jauh lebih tampan dari pada seorang pria yang pernah ia taksir di kampus.

"Ken, kenalkan, ini Zee..." suara Nyonya Celine membuyarkan lamunan Zee yang terpana pada ketampanan sang tuan Arogan "Dia akan bekerja di sini, dan tolong jangan terlalu galak pada nya" ucap Nyonya Celine namun Kenzo tak menggubris nya.

Zee menyunggingkan senyum ramah nya pada Ken namun Ken juga tak menggubris nya.

"Aku akan berangkat ke kantor sekarang, Ma" kata Ken kemudian ia mencium pipi Nyonya Celine.

"Hati hati" kata sang Mama yang hanya di tanggapi dengan senyum yang bahkan hampir tak terlihat di bibir Ken.

Ken pun melangkah keluar namun tiba tiba ia menghentikan langkah nya dan menoleh, tatapan nya tertuju pada Zee yang masih berdiri di belakang sang Mama.

"Kamu pembantu di sini, kan? Bawakan tas ku dan buka pintu nya, apa kau tidak tau tugas mu?" seru Ken yang langsung membuat Zee terkesiap. Baru beberapa menit lalu ia bekerja dan sekarang ia mendapatkan bentakan?

"Zee, bawakan tas kerja Ken" ucap Nyonya Celine sambil meringis, ia lupa memberi tahu Zee tentang Ken dan kebiasaan nya.

"Cepat, kau ini sehat apa sakit? Jalan nya seperti keong saja" hardik Ken lagi yang membuat Zee hampir pingsan, namun ia berusaha bersabar dan segera mengambil tas kerja Ken. Ia juga membukakan pintu utama dan tak lupa membuka pintu mobil Ken yang ternyata Ken tak mempekerjakan supir .

Setelah Ken pergi, Zee kembali ke dalam dan ia di sambut dengan senyum manis Nyonya Celine.

"Maaf ya, Zee. Ken orang nya memang seperti itu dan tolong kamu ingat juga, Ken itu selalu mau di layani dalam segala hal, termasuk bawakan tas kerja nya dan juga bukakan pintu utama. Dan kalau kamu membersihkan kamar Ken, jangan sampai ada barang yang jatuh, apa lagi sampai rusak. Jangan sampai ada yang kamu pindahkan tempat nya meskipun cuma dengan jarak beberapa senti dari tempat asal nya, dia bisa marah" Zee meringis membayangkan ia akan bekerja dengan pria tampan namun sangat arogan itu. Bak iblis, fikir Zee.

"Sanggup, Zee?" tanya Nyonya Celine "Kalau kamu kamu sanggup dan bekerja dengan baik, aku akan kasih kamu gaji yang tinggi dan juga beberapa bonus lain nya"

"Sanggup, Nyonya" Zee menjawab dengan cepat, tak apa bekerja dengan tuan muda yang arogan yang penting ia mendapatkan pekerjaan, fikir nya lagi.

Episode 3 - Menciptakan Kesempatan

Iblis tampan, mungkin dua kata itu sangat cocok untuk menggambarkan seperti apa seorang Kenzo Alvian. Seminggu menjadi pelayan nya sudah seperti seminggu berada di neraka bagi seorang Zendaya. Kenzo Alvian bukan hanya memeras keringat nya tapi juga air mata nya, pekerjaan Zee sebenarnya sangat gampang. Hanya bersih bersih dan masak sekedr nya namun perlakuan Kenzo benar benar membuat nya selalu ingin menangis. Bagaimana Ken mengintimidasi nya, membentak nya bahkan Ken juga sering mengumpat pada nya. Zee hanya bisa mengelus dada, mencoba bersabar dengan apa yang sedang di jalani nya saat ini.

"Sabar, Zee. Roda kehidupan itu berputar, nanti akan ada saat nya kamu di atas. Dan saat kamu di atas, kamu harus mempertahankan diri supaya kamu tidak jatuh lagi" Zee berkata pada diri nya sendiri, saat ini ia sedang menyapu rumah majikan nya. Hingga tiba tiba terdengar suara dering telfon, Zee segera berlari dan mengangkat telfon.

"Zee, ke kantor sekarang. Bawakan berkas yang ada di kamar, di atas ranjang" terdengar suara dingin Kenzo dari sebarang telfon dan setelah itu sambungan telfon langsung terputus begitu saja. Zee tentu tidak terkejut, ini sudah menjadi hal biasa bagi nya. Zee pun segera berlari naik ke kamar sang tuan muda dan menumpukan tumpukan berkas di atas ranjang. Zee mengambil nya dan suara telpon kembali berdering, Zee dengan cepat berlari menuruni tangga dan mengangkat telpon.

"Pakai sepeda motor biar cepat, paling lambat 20 menit. Kalau telat satu menit saja, aku pecat kamu tanpa pesangon" lagi lagi perintah penuh arogan dari sang tuan muda yang hanya bisa membuat Zee menelan ludah.

Ia pun segera menyambar kunci motor nya dan juga helm nya, Zee memasukan berkas berkas itu ke dalam plastik yang ia ambil dari dapur. Karena berkas itu tidak mungkin muat di ransel nya yang kecil.

Matahari tepat berada di atas kepala, terik matahari seolah membakar kulit Zee yang hanya memakai kaos lengan pendek. Apa lagi jalan masih macet namun Zee harus bisa sampai ke kantor secepat mungkin. Saat di jalan, Zee sambil mengecek alamat kantor Kenzo dan Zee mengerutkan kening nya saat menyadari kalau itu adalah perusahaan yang menolak nya mentah mentah karena Zee tak berpenampilan menarik, bukan hanya menolak tapi perusahaan itu juga melukai rasa percaya diri nya.

Zee sudah sampai di kantor nya dan ia berlari masuk, Zee melihat Ken ada di lobi dan ia sedang berjalan bersama beberapa orang. Tanpa fikir panjang Zee langsung menghampiri Ken dan menyerahkan berkas yang ia bungkus dengan plastik, yang tentu membuat Ken tercengang begitu juga dengan beberapa orang di samping nya.

"Kenapa di bungkus pakai plastik? Kampungan" hardik Ken.

"Saya buru buru, kalau pakai tas saya ya tidak muat" jawab Zee.

"Ken..." seru seorang wanita yang muncul dari belakang Zee dan Zee pun menoleh, Zee dan wanita itu sama sama terkejut dengan keberadaan mereka masing masing.

"Kamu kan yang...."

"Ada apa, Sabina?" tanya Ken dingin .

"Kamu memperkerjakan dia?" tanya Sabina sambil melirik sinis Zee.

"Dia pembantu di rumah" Ken menjawab dengan santai dan jawaban itu berhasil membuat Sabina berseringai penuh ejekan, sementara Ken langsung bergegas pergi begitu saja.

Sabina masih berdiri di depan Zee dan memperhatikan Zee dari ujung kepala hingga ujung kaki. Wajah Zee kusam karena ia baru saja berjemur di bawah terik nya matahari dan juga terkena polusi dari luar.

"Ya ampun, kamu jadi pembantu? Itu lebih cocok sih buat kamu dari pada bekerja di perusahaan sebesar ini. Bahkan cleaning service Di kantor Ini tuh penampilan nya jauh lebih baik dari pada kamu" tukas Sabina yang tentu saja membuat Zee begitu malu, apa lagi ketika ada beberapa karyawan yang memperhatikan nya.

"Coba kamu lihat Mita, itu Mita..." kata Sabina menunjuk salah satu resepsionis yang terlihat cantik "Dia melamar barengan sama kamu, dia cantik dan berpenampilan menarik. Jadi dia pantas mendapatkan pekerjaan di sini"

Zee menarik nafas dan kemudian pergi meninggalkan Sabina begitu saja dengan air mata yang coba ia tahan.

Sementara Ken yang belum pergi jauh sempat mendengarkan apa yang di katakan sepupu nya itu pada pembantu nya namun Ken tak mau perduli.

.........

Keesokan hari nya, Zee bekerja seperti biasa dan kali ini Ken kembali berulah. Ia meminta Zee mengantarkan sepatu nya ke kantor dan lagi lagi itu di tengah hari. Saat di kantor, lagi lagi Zee bertemu dengan Sabina dan lagi lagi Sabina melontarkan hinaan yang begitu menyayat hati Zee. Kali ini Zee tak hanya di hina secara fisik, tapi tempat asal nya juga di ungkit.

Zee segera bergegas masuk ke dalam lift dan kali ini ia tidak bisa menahan air mata nya. Zee menangis dalam diam namun saat lift terbuka, Zee langsung menghapus air mata nya dan pergi menuju ruangaan Ken.

Ken yang melihat wajah Zee sebab mengernyit bingung namun Ken tak bertanya, Ken bukan tipe pria yang mau tahu masalah atau urusan orang lain.

"Bawa sepatu ku yang ini dan letakkan di tempat nya" titah Ken dan Zee hanya mengangguk malas.

.........

Keesokan hari nya lagi, Ken kembali berulang dan sekarang ia meminta Zee datang ke sebuah restaurant dimana Ken bertemu dengan klien nya. Masalah nya lagi lagi berkas yang tertinggal dan Ken memberi waktu hanya 15 menit untuk sampai ke sana, ancaman nya masih sama. Di pecat tanpa pesangon.

Zee pun pergi ke restaurant itu dan ternyata di sana juga ada Sabina, melihat wanita itu sudah seperti lonceng peringatan dalam otak Zee.

"Hey, Mbak pembantu sudah datang..." kata Sabina yang membuat nafas Zee langsung tercekat di tenggorokan nya, sehina itukah pekerjaan nya?

Sementara Ken hanya melirik Sabina sekilas dan ia meminta berkas nya pada Zee.

Setelah memberikan berkas itu, Zee langsung pergi tanpa mengucapkan permisi pada Ken dan sekilas Ken melihat mata Zee yang sudah memerah.

"Kamu kenal dia dari mana?" tanya Ken kemudian pada Sabina.

"Dia sempat melamar di perusahaan, Ken. Tapi tentu saja kami tolak" ujar Sabina enteng.

"Kenapa?" tanya Ken dan kali ini raut wajah nya tampak penasaran, benar benar bukan seorang Kenzo.

Tentu saja Ken penasaran, bagaiamana bisa seorang pembantu melamar pekerjaan di perusahaan sebesar perusahaan nya?

"Kamu tidak lihat penampilan nya kampungan begitu? Cleaning service di perusahaan kita saja berpenampilan lebih baik dari dia" ujar Sabina yang membuat Ken sedikit tercengang namun kemudian ia mengabaikannya

.........

Saat malam hari, Ken kembali teringat dengan ucapan Sabina dan itu membuat Ken mulai penasaran dengan Zee. Ken menyuruh orang untuk mengirimkan CV Zee yang pasti masih ada di email perusahaan. Dan setelah mendapatkan nya, Ken langsung memeriksa nya dan dia tidak menyangka ternyata Zee punya gelar sarjana ekonomi dengan nilai yang bagi nya cukup bagus.

"Lalu kenapa dia menjadi pembantu?" gumam Ken dengan dahi mengkerut.

Keesokan pagi nya, jam 7 tepat seperti biasa Zee sudah sampai di rumah Ken dan karena hari ini hari minggu, Nyonya Celine dan Ken pun tetap di rumah.

"Buatkan aku kopi..." titah Ken pada Zee yang baru saja sampai.

Tanpa menjawab, Zee langsung bergegas ke dapur untuk membuatkan Ken kopi dan Ken mengekori nya ke belakang. Ken memperhatikan Zee dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Di mata Ken, Zee punya tubuh yang bagus namun memang seperti nya tidak terawat, cara berpakaian Zee juga asal asalan dan jauh dari kata fashionable.

"Kamu tahu..." kata Ken tiba tiba yang membuat Zee tersentak karena Zee tidak tahu kalau Ken mengikuti nya ke dapur

"Terkadang, kesempatan dalam hidup itu tidak bisa di tunggu, tapi harus di ciptakan" Zee hanya mengernyit mendengar ucapan Ken yang tak ia mengerti itu.

"Yang membangun perusahaan ku, aku yakin kamu pasti tahu. Nenek dari Ibu ku, dia awal nya wanita biasa. Mencari kerja kesana kesini tidak bisa, hingga akhir nya ia menciptakan celah untuk diri nya sendiri dan dia terus mengasah celah itu sampai ia menjadi orang sukses dan di akui. Membangun perusahaan pun ia mampu meskipun dengan jalan yang pasti tidak mudah" Zee mendengarkan dengan baik namun ia masih bingung, tak ada angin tak ada hujan, si tuan muda tiba tiba berceramah?

"Dan kamu tahu apa yang membuat dia tidak pernah menyerah dalam hidup?" tanya Ken lagi dan ia menatap Zee, untuk pertama kali nya Zee dan Ken beradu pandangan dan itu membuat dada Zee berdebar kencang.

"Cinta, Zee..." jawab Ken karena Zee hanya terdiam "Dia mencintai diri nya sendiri, mencintai hidup nya, keluarga nya. Jadi dia harus bisa merubah cerita hidup nya, hal negatif yang orang lontarkan pada nya ia rubah menjadi hal positif sehingga orang berhenti memandang nya sebelah mata"

"Begitu pun kamu, cintai diri kamu, rawat diri kamu. Hal negatif apa yang orang katakan tentang mu, ubah itu menjadi hal positif!" tukas Ken lagi dan Zee berusaha mencerna apa yang yang di katakan Ken.

"Mak...." belum sempat Zee bertanya, Ken sudah pergi dari dapur dengan membawa segelas kopi yang sudah di buatkan Zee.

Zee pun hanya mengedikan bahu tak acuh dan ia bersiap membersihkan rumah.

Di meja yang ada di ruang keluarga, Zee melihat ada banyak kertas dengan gambar gambar baju yang sangat cantik, bahkan membuat Zee terpukau.

"Hai, Zee. Kamu sudah datang..." sapa Nyonya Celine dengan ramah dan ia mendaratkan bokong nya di sofa. Kemudian ia mengambil satu kertas yang belum selesai di gambar dan Nyonya Celine pun melanjutkan nya.

Seketika Zee teringat dengan apa yang di katakan Ken. Apa yang di pandang orang sebagai hal yang negatif harus di ubah menjadi hal positif.

Zee teringat dengan masa kuliah nya bahkan hingga detik ini, yang selalu menjadi pukulan untuk nya adalah penampilan nya. Bahkan ia di tolak di sebuah perusahaan juga karena penampilan nya.

"Ada apa, Zee?" tanya Nyonya Celine yang melihat Zee bukan nya bekerja malah berdiam mematung di samping nya.

"Emmm, Nyonya..." kata Zee lirih, Nyonya Celine menatap Zee penasaran.

"Kamu butuh sesuatu?" tanya Nyonya Celine.

"Iya, eh itu. Maksud saya, Nyonya. Ini_apa bisa Nyonya buatkan saya baju yang cantik dan mendandani saya seperti model?"

"Huh?" pekik Nyonya Celine.

"Orang bilang saya tidak cantik dan tidak berpenampilan menarik. Jika saya memakai gaun yang bagus dan bisa berdandan, apakah orang akan berhenti menghina saya, Nyonya?" lirih Zee lagi.

"Maksudnya?" tanya Nyonya Celine dan Zee pun menceritakan perjalanan hidup nya, bahkan sampai ia di tolak di sebuah perusahaan dengan alasan yang menurut nya tak masuk akal. Nyonya Celine tentu sangat terkejut dan tak menyangka apa lagi setelah ia tahu Zee punya gelar sarjana ekonomi tapi harus berakhir menjadi pembantu.

"Kamu cantik, Zee. Dan soal gaun dan dandan ala model, kamu tenang saja. Aku bisa merubah nya seperti magic" kata Nyonya Celine sambil tersenyum.

"Bagaiamana cara nya, Nyonya?" tanya Zee antusias.

"Bulan depan akan di adakan fashion show untuk mengumpulkan dana yang akan di sumbangkan ke panti jumpo dan panti asuhan, dan kebetulan aku salah satu desainer yang bertanggung jawab untuk busana. Aku bisa mendaftarkan mu menjadi salah satu model nya dengan syarat bulan depan kamu harus bisa berjalan layak nya model, kamu mau?"

"Mau sekali, Nyonya" jawab Zee antusias.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!