Sinar mentari yang begitu terik tak menyurutkan niat gadis berusia dua puluh tahunan yang menjadi mahasiswa di salah satu fakultas ternama di kota j untuk pergi ke kampusnya.
Tazkia Adelia Maharani atau yang kerap di panggil Kia mengambil ponsel miliknya dan mengetik sebuah pesan singkat pada sebuah group chat miliknya.
"Kumpul di kantin 10 menit lagi."
Setelah mengetikan pesan tersebut Tazkia lantas tersenyum kemudian melajukan mobilnya menuju ke arah kampus.
Alunan musik dari MP3 yang di putar di mobil, membuat Tazkia ikut bersenandung kecil mengikuti alunan musik tersebut.
"Aku sungguh tidak sabar menantikannya." ucap Tazkia di sela sela ia bersenandung.
Ketika sedang asik bersenandung tiba tiba saja Tazkia di kejutkan dengan seekor kucing hitam yang tiba tiba melintas di depan mobilnya.
Ckit
Suara decitan rem yang di injak mendadak akibat kucing yang tiba tiba melintas membuat Tazkia cukup terkejut, dengan posisi Tazkia yang sedikit condong ke depan setir dengan tubuh membungkuk sedangkan rambut Tazkia yang tergerai menutupi wajahnya yang tengah menunduk karena terkejut.
Dalam posisi tersebut tiba tiba saja Tazkia seperti tertarik di alam bawah sadarnya dan mendapat sebuah bayangan yang berputar di kepalanya bak sebuah alur film.
Bayangan penglihatan itu sangat cepat berputar di kepalanya namun masih bisa Tazkia tangkap dengan detil setiap kejadiannya.
"Penglihatan apa itu barusan? Aneh sekali." ucap Tazkia setelah tersadar.
Tazkia kemudian lantas bergegas keluar dari mobil untuk mengecek kondisi kucing hitam tersebut.
Tazkia berjalan ke arah depan mobilnya mencari keberadaan kucing tersebut berharap kucing tersebut masih hidup dan dapat di selamatkan, namun ketika sampai di depan mobilnya Tazkia bahkan tidak menemukan kucing hitam di mana pun, awalnya Tazkia mengira kucing tersebut mati terlindas namun lagi lagi ketika Tazkia mengecek seluruh ban mobilnya sama sekali tidak ada kucing tersebut ataupun bercak noda darah si kucing.
"Aneh, apa tadi kucingnya selamat ya? Hem syukurlah deh kalau memang selamat" ucap Tazkia kemudian kembali masuk ke mobil dan melanjutkan perjalanannya kembali menuju ke kampus.
Setelah kepergian Tazkia tanpa ia sadari dari kejauhan nampak seorang nenek nenek tengah berdiri sambil memegang kucing hitam di tangannya menatap ke arah Tazkia sedari tadi hingga mobil yang di tumpangi Tazkia hilang dari pandangannya.
"Sebentar lagi akan terjadi! apa yang seharusnya terjadi akan terjadi walau kalian menghindar dengan cara apapun." ucap nenek nenek tersebut.
*********
Tazkia memarkirkan mobilnya di parkiran kampus dan langsung menuju ke kantin. Tazkia menyusuri beberapa koridor menuju kantin dengan perlahan, suasana kampus begitu ramai mungkin karena ini masih pagi jadi masih banyak beberapa mahasiswa yang berlalu lalang sebelum kelas di mulai.
"Masih pagi ya? Sinta pasti ngamuk nih di suruh otw sepagi ini." Ucap Tazkia sambil sesekali terkekeh mengingat sahabatnya tersebut.
Saat melintas di koridor tiba tiba saja Tazkia melihat seperti bayangan hitam dari ujung sudut matanya sedang mengintip di balik pohon besar, karena sedikit terkejut serta penasaran Tazkia lantas langsung menoleh ke arah pohon tersebut memastikan bayangan apa yang baru saja dilihatnya itu, namun saat Tazkia menoleh tidak ada apapun di sana hanya ada beberapa mahasiswa yang sedang bercengkrama di area bangku sebelah pohon tersebut.
"Bayangan apa itu barusan? Mungkin aku sedang halusinasi kali ya?" Ucap Tazkia pada diri sendiri.
Baru saja Tazkia mengatakan hal tersebut tiba tiba saja di telinga sebelah kirinya terdengar suara seseorang tengah berbisik kepadanya.
"Akan terjadi! akan terjadi!"
Mendengar bisikan itu lantas membuat Tazkia mematung sejenak mencerna bisikan tersebut, kemudian langsung mempercepat langkah kakinya menuju kantin kampus karena Tazkia sudah mulai berpikir ada yang tidak beres dengannya hari ini.
"Ki" teriak Sinta sambil melambaikan tangan kepada Tazkia.
Tazkia yang mendengar teriakan tersebut lantas langsung bergegas menuju meja yang sudah di isi oleh sahabatnya.
"Kenapa sih lo ki? dateng dateng ngos-ngosan begitu? Di kejar setan?" ucap Aditya sambil terkekeh geli melihat wajah pucat Tazkia.
Tazkia yang mendengar ucapan Aditya lantas langsung menatapnya dengan tatapan kaget karena tebakan Aditya benar.
"Kok elu tahu dit? " ucap Tazkia sambil menatap ke arah Aditya.
"Jadi bener? Hahahaha Kia Kia mana ada hantu di era modern seperti ini, lo halu kali." goda Aditya.
"Hus gak boleh gitu dit, hantu itu ada tau! sayang aja lo gak punya kesempatan untuk melihat mereka, gue bertaruh deh kalau lo bisa lihat hantu, gue yakin tiap hari muka lo bakalan kayak zombi karena di kejar kejar oleh mereka yang meninggal secara tidak wajar." ucap Sinta menanggapi ucapan Aditya tersebut.
"Apaan sih lo? mana ada kayak zombi, yang ada tuh hantu malah gue ajak keliling jakarta dugem plus main gaplek seru kan? gue jadi ada temennya, daripada gue tiap hari sendirian." ucap Aditya dengan entengnya.
"Woi! kelamaan jomblo kali lo, mangkanya kalau ngomong jadi ngelantur gitu." timpal Prasetia yang baru saja datang dan langsung duduk di sebelah Tazkia.
Tazkia yang mendengar suara Prasetia lantas langsung menoleh ke sebelahnya, betapa terkejutnya Tazkia baju yang di gunakan Pras sama persis dengan baju yang ia lihat di penglihatannya tadi sewaktu akan menabrak kucing hitam di jalan.
"Baju Pras? tunggu tunggu tidak, jika Pras mengenakan baju ini dan duduk di sebelah gue detik selanjutnya pasti." ucap Tazkia dalam hati menggantung dan langsung berbalik badan menatap ke arah belakangnya.
Gerakan Tazkia yang tiba tiba membuat ketiga sahabatnya lantas langsung mengikuti arah tatapan Tazkia.
"Ada apa sih Ki?" tanya Sinta penasaran.
Benar saja seperti dugaan Tazkia, baru saja ia balik badan dari arah koridor datang laki laki setengah berlari menuju kantin dan detik berikutnya.
Bruk
"Awas paku!" teriak Tazkia dengan tiba tiba kala melihat laki laki tersebut jatuh persis sama dengan yang ada di penglihatannya.
Mendengar teriakan dari Tazkia lantas membuat ketiga sahabatnya menoleh kembali ke arah tatapan Tazkia.
"Aaaaa" ucap pria yang terjatuh tersebut dan detik berikutnya darah segar mengucur dari tangan laki laki tersebut.
Beberapa orang yang melihat kejadian tersebut lantas langsung dengan sigap membantunya berdiri dan membawanya ke klinik kampus sehingga tidak menimbulkan terlalu banyak kerumunan yang penasaran akan apa yang tengah terjadi.
Wajah Tazkia seketika berubah menjadi pucat kala rentetan rentetan kejadian dalam penglihatannya tadi berubah menjadi kenyataan.
"Apa yang terjadi denganku?" ucap Tazkia dalam hati sambil masih menatap kepergian laki laki tersebut.
Bersambung
Selamat datang di novel ketiga author, emang agak ekstrem sih dari genrenya apalagi novel pertama dan kedua author bergenre roman.
Tenang saja meski author baru di genre horor namun gak terlalu ngelantur lah ceritanya.
Terima kasih untuk yang sudah mampir jangan lupa untuk like, komen, serta tambahkan ke favorit ya.
Selamat membaca😊
Wajah Tazkia seketika berubah menjadi pucat kala rentetan demi rentetan kejadian dalam penglihatannya tadi berubah menjadi kenyataan.
"Apa yang terjadi denganku?" ucap Tazkia dalam hati sambil masih menatap kepergian laki laki tersebut.
Detik berikutnya setelah laki laki itu di bawa ke klinik kampus, tiba tiba saja telinga Tazkia berdenging dengan kepala yang terasa berat membuat Tazkia secara reflek menutup matanya.
"Ria ibu kita drop, dia membutuhkan mu Ria! tidak aku harus memberitahunya terlebih dahulu, kenapa aku malah mendapat musibah seperti ini?"
Ucapan tersebut terdengar jelas di telinga Tazkia, dengan disertai bayangan wajah laki laki tadi yang menahan sakit memegangi tangannya, sedangkan darah terus mengalir dari tangan laki laki itu.
Mendengar hal tersebut Tazkia lantas langsung membuka matanya dan menarik nafas dalam dalam menenangkan pikirannya yang terkejut akan penglihatannya barusan.
Sinta yang melihat wajah pucat Tazkia lantas langsung menepuk tangan Tazkia yang membuat Prasetia dan Aditya kemudian menoleh dan menatap ke arah Tazkia.
"Ada apa ki? kenapa wajahmu pucat sekali?" tanya Sinta dengan cemas.
"Are you oke?" tanya Prasetia sambil melihat kondisi Tazkia.
Tazkia yang mendapat pertanyaan tersebut bukannya mengucapkan sebuah kata atau kalimat ia lantas langsung bangkit dan melangkah menuju meja di sebelahnya, yang lantas membuat ketiga sahabatnya saling berpandangan satu sama lain dengan bingung.
"Kenapa dia?" tanya Aditya sambil menatap Prasetia dan Sinta secara bergantian, namun keduanya hanya menjawab pertanyaan itu dengan gelengan kepala.
*********
"Apakah kamu yang bernama Ria?" tanya Tazkia.
"Ya, kenapa?" ucap Ria.
"Ibumu kembali drop, dia sangat membutuhkanmu cepatlah kamu ke rumah sakit sebelum kamu menyesal nantinya." ucap Tazkia tiba tiba yang lantas membuat Ria terkejut mendengarnya.
Tazkia sendiri juga tidak tahu mengapa ia malah memberitahu Ria, yang pasti dia hanya tidak ingin menyesal seperti kejadian laki laki itu.
Ria kemudian lantas bangkit berdiri dan pergi secara terburu buru meninggalkan teman temannya, sedangkan Tazkia melangkah kembali menuju meja tempat sahabatnya duduk tadi.
"Lo tau dari mana Ki?" tanya Aditya ketika Tazkia kembali.
"Entahlah, gue juga bingung ngejelasinnya gimana?" ucap Tazkia yang semakin membuat ketiga temannya bingung.
"Ya kita gak bakal tau kalau elo nya gak ngasih tahu Juminem." ucap Aditya menimpali ucapan Tazkia.
"Kampret lo." ucap Tazkia dengan kesal karena Aditya tidak pernah bisa serius.
"Ayo katakan Ki, gue juga penasaran." ucap Sinta.
"Nanti aja kali ya, soalnya gue gak yakin sama apa yang terjadi hari ini." ucap Tazkia.
" Ah lo mah gak asik." ucap Aditya.
Tazkia hanya tersenyum kecut mendengar sindiran Aditya barusan, bukan bermaksud ingin main rahasia, hanya saja Tazkia belum sepenuhnya yakin tentang segala hal yang menimpa dirinya hari ini.
"Oh ya btw ada apa lo ngajakin kita ngumpul?" tanya Sinta.
Mendengar pertanyaan Sinta barusan Tazkia sedikit excited, karena saking fokusnya ia pada penglihatan yang datang secara tiba tiba, Tazkia sampai melupakan tujuan utama ia menyuruh teman temannya untuk berkumpul.
Tazkia kemudian lantas menjelaskan rencana awal yang ia susun secara matang tentang liburan semester mendatang.
"Nah kalau ini gue setuju." ucap Aditya dengan tersenyum cerah kala mengetahui rencana Tazkia barusan.
"Kalau lo Pras?" tanya Tazkia karena hanya Pras yang tidak menanggapi ide Tazkia.
"Apa kalian yakin?" tanya Pras yang di balas anggukan oleh ketiganya.
Melihat ekspresi ketiga temannya yang sangat bahagia, pada akhirnya mau tidak mau Prasetia menganggukkan kepalanya tanda setuju akan rencana mereka.
"Tapi kita mau pergi kemana?" tanya Sinta.
"Vila Edelweis." ucap Tazkia dengan senyum mengembang di wajahnya.
Mendengar kata Villa Edelweis baik Prasetia, Aditya dan juga Sinta lantas saling pandang satu sama lain, bagaimana tidak? masalahnya Villa tersebut sangat terkenal dengan keangkerannya yang sudah beredar luas di kalangan pecinta traveler.
"Harus banget Villa itu ya Ki?" tanya Aditya yang di balas anggukan oleh Tazkia.
"Di sana pemandangannya enak banget, letak vila tersebut kan juga berada di tengah hutan jauh dari kota, so jadi kita bisa sekalian nikmati petualangan kali ini tanpa kebisingan lalu lintas dan kemacetan ibu kota." ucap Tazkia dengan girang.
"Tapikan Villa itu terkenal horor banget, ya kan Dit? Villa itu milik bokap lo dan lo juga pasti tahu rumor yang beredar?" ucap Sinta.
"Gue denger sih, cuman kalau gue tentu saja gak percaya sama begituan, bisa saja kan itu akal akal.an saingan bisnis bokap gue." ucap Aditya dengan santai.
"Jangan sesumbar Dit entar di datengin baru tahu rasa kau." ucap Sinta.
"Terus gimana? kita jadi ke sana atau ganti destinasi lain nih." ucap Tazkia sambil menatap ketiganya secara bergantian.
"Gue mah ok ok aja tergantung kalian." ucap Aditya.
" Pras? Sinta? kalian gimana?" tanya Tazkia.
"Gue setuju." ucap Prasetia dan juga Sinta secara bersamaan.
*************
Singapura
Di sebuah balkon kediaman keluarga Pratama, nampak Arini tengah merenung sambil menatap ke arah langit malam yang di penuhi kelap kelip bintang di sana.
"Ada apa ma?" tanya Irawan dari arah belakang melangkah mendekat menuju balkon tempat Arini berdiri.
"Aku hanya sedang memikirkan putri kita pa.. seminggu lagi adalah ulang tahunnya yang ke 22, papa tahu bukan apa artinya itu?" ucap Arini dengan nada khawatir di setiap ucapannya.
"Ya, papa juga tahu hal itu, tapi kan kita sudah pernah menghalaunya ma, jadi papa pikir kita juga bisa mencegahnya sekarang." ucapan Irawan menenangkan istrinya.
"Mama hanya tidak mau jika Kia merasakan apa yang mama rasakan dulu." ucap Arini lagi.
"Iya papa tahu, kita cari jalan keluarnya oke?" ucap Irawan lagi.
"Cara apa lagi pa? kita sudah melakukan segala macam cara untuk menghalau semua hal buruk, namun naasnya semua hal yang kita lakukan hanya mampu mencegah di usia muda Kia, lalu bagaimana ketika usia Kia mencapai 22 tahun? bagaimana pa?" ucap Arini sambil menatap ke arah Irawan.
Irawan yang mendengar ucapan istrinya lantas terdiam tidak bisa menyangkal maupun mengiyakan karena semua hal yang di katakan Arini benar adanya.
"Tenanglah ma, kita pasti bisa mencari solusinya papa yakin itu." ucap Irawan dengan yakin.
"Ayo cari pa atau kita pulang saja dan dampingi Kia di rumah." ucap Arini.
"Ma! mama tahu kan jika energi mama dan energi Kia berkumpul menjadi satu itu malah akan semakin memancing mereka yang tak kasat mata mendekat karena rasa penasaran akan aura kalian berdua." ucap Irawan.
"Tapi kan ada papa yang memiliki aura positif yang mampu menopang kami berdua." ucap Arini lagi tak putus asa.
"Tentu papa bisa jika papa berada di rumah, jika papa di kantor atau dinas di luar kota apa yang akan terjadi dengan kalian berdua?" ucap Irawan.
Arini terdiam mendengar perkataan suaminya, karena apa yang di katakan oleh Irawan barusan mungkin akan sering terjadi jika mereka tinggal bersama.
"Mama sabar ya, kita cari solusi terbaiknya." ucap Irawan sambil memeluk erat sang istri memberikan kedamaian di setiap pelukannya.
Bersambung
Karya author kali ini murni berdasarkan karangan belakang jadi jangan terlalu baper ya.
Selamat menikmati😁
Tazkia sampai di mansion tepat pukul 7 malam, sebenarnya tidak terlalu ada kelas untuk hari ini namun tadi Tazkia menyempatkan diri untuk mampir ke supermarket belanja bulanan.
Tazkia memasuki mansion miliknya dengan perlahan sambil membawa barang belanjaan di tangannya.
"Tumben gelap, di mana mbok Ratmi ya?" ucap Tazkia ketika melihat keadaan rumahnya yang gelap gulita. "Mbok? mbok Ratmi Kia pulang, mbok Kia bawa belanjaan nih." teriak Tazkia sambil berjalan menuju dapur namun tidak kunjung menemukan keberadaan mbok Ratmi.
Baru saja Tazkia mengatakan hal tersebut, dari arah belakang tiba tiba saja muncul mbok Ratmi yang berjalan terburu buru menuju ke arah mini bar tanpa bersuara sedikitpun.
"Astaga mbok bikin kaget aja, mbok dari mana aja sih? Kia cariin juga dari tadi." ucap Tazkia kala melihat kedatangan mbok Ratmi.
Tidak ada tanggapan apapun yang keluar dari mulut mbok Ratmi membuat Tazkia menatap punggung mbok Ratmi dengan bingung.
"Ada apa dengan mbok Ratmi? ah udahlah mungkin dia lelah." ucap Tazkia dalam hati.
"Belanjaannya Kia taruh di meja ya mbok jangan lupa untuk memasukkannya ke dalam kulkas, Kia naik ke atas dulu ya mbok." ucap Tazkia sambil melangkah meninggalkan mbok Ratmi di sana.
Tanpa Tazkia sadari ketika dirinya berbalik badan dan melangkah pergi dari dapur, kepala mbok Ratmi tiba tiba saja berputar 360 derajat dengan posisi tubuh yang masih tetap sama seperti tadi, wajah mbok Ratmi terlihat tersenyum menyeringai dan menatap tajam ke arah Tazkia.
********
Keesokan harinya Tazkia sudah bersiap dengan pakaian yang simpel untuk berangkat menuju ke kampus. Tazkia perlahan menuruni anak tangga satu persatu dan langsung menuju ke arah dapur.
"Pagi mbok." sapa Tazkia kala melihat mbok Ratmi yang di balas senyuman oleh Ratmi.
Namun ketika sampai di sana Tazkia sedikit terkejut karena belanjaan yang kemarin ia beli masih tetap berada di tempat yang sama seperti semalam.
"Loh bukannya kemarin aku menyuruh mbok Ratmi memasukkannya ke kulkas?" ucap Tazkia dalam hati sambil menatap beberapa kantung kresek yang berisi belanjaannya. "Loh mbok ini kok masih belum di tata? bukannya kemarin saya mengatakan kepada mbok untuk segera memasukkannya ke dalam kulkas?" tanya Tazkia sambil menunjuk ke arah kantung plastik.
"Gimana sih non? mbok kan sudah mengirim pesan singkat, kalau si mbok pulang sebentar karena anak si mbok sakit." ucap mbok Ratmi dengan bingung.
" Ha?" ucap Tazkia terkejut.
Tazkia lantas langsung mengambil ponsel miliknya dan melihat pesan singkat tersebut.
"Oh Good, jika mbok Ratmi pamit pulang pukul 10 pagi dan baru pulang pagi ini, lalu siapa yang tadi malam aku ajak bicara?" ucap Tazkia dalam hati dengan bingung sambil mengingat ingat kejadian semalam.
**************
Tazkia memarkirkan mobilnya di parkiran kampus, kemudian melangkah turun menuju kantin tempat tongkrongannya bersama ketiga sahabatnya.
"Woi Ki baru nyampe lo?" tanya Aditya ketika melihat kedatangan Tazkia.
"Iya, kalian sendiri udah dari tadi?" tanya Tazkia.
"Lumayan lah." jawab Sinta.
Tazkia mengambil kursi kosong di meja dengan lesu sambil memikirkan hal hal ganjil yang terus dialaminya beberapa hari ini.
"Ada apa?" tanya Prasetia sambil menatap Tazkia dengan penasaran.
"Ada beberapa kejadian aneh yang menimpa gue, dan ini di mulai ketika gue hampir menabrak kucing hitam kemarin." ucap Tazkia dengan wajah serius.
"Wah kena sial lo, siapa suruh nabrak kucing item, itu kan pamali." ucap Aditya yang memotong pembicaraan Tazkia.
"Woi kampret dengerin dulu napa main potong potong aja lo." ucap Pras sambil menoyor kepala Aditya karena memotong pembicaraan Tazkia.
Tazkia kemudian melanjutkan kembali ceritanya yang terpotong karena Aditya barusan, Tazkia menceritakan kronologi kejadian yang di alaminya sedetail mungkin mulai dari hampir menabrak kucing, pendengaran sekaligus penglihatan yang datang tiba tiba dan berubah menjadi kenyataan, juga kejadian tentang Ratmi semalam semua tak luput dari cerita Tazkia, karena kali ini Tazkia benar benar sudah teramat bingung akan penjelasan kejadian demi kejadian yang telah ia alami beberapa hari ini.
Ketiganya langsung terbengong mendengarkan cerita Tazkia, seakan akan mereka bertiga antara percaya dan tidak percaya namun bukti sudah ada di depan mata dan mereka sama sama menyaksikannya kemarin.
"Jangan jangan lo pernah nguping pembicaraan mereka kali? sedangkan untuk mbok Ratmi, mungkin saja mbok Ratmi balik lagi karena ada sesuatu yang ketinggalan di rumah lo." ucap Aditya asal namun langsung di balas gelengan kepala oleh Tazkia.
"Gue udah memastikannya sendiri, bahkan gue sampai mengecek rekaman CCTV malam itu, dan kalian tahu hasilnya? di layar komputer sama sekali gak ada mbok Ratmi, sedangkan yang bikin tambah aneh lagi gue dengan jelas jelas terlihat sedang berbicara dengan seseorang di layar itu, namun di depan gue kosong tidak ada siapapun yang terlihat di sana kecuali gue." ucap Tazkia yang semakin membuat ketiganya berpikir keras.
"Halu kali lo." ucap Aditya.
"Adit." ucap Tazkia sambil memutar bola matanya malas.
"Ya kali ada......" ucap Aditya namun kepotong karena tiba tiba ada yang memanggil Tazkia.
Dari arah samping terlihat Ria setengah berlari memanggil nama Tazkia, sehingga menghentikan pembicaraan keempatnya.
"Kak makasih banyak ya kak, berkat kakak aku masih bisa bertemu ibu untuk terakhir kalinya, aku gak tahu lagi jika waktu itu kakak gak nyuruh aku pergi ke rumah sakit mungkin aku gak akan sempet ketemu ibu di saat saat terakhirnya." ucap Ria dengan mata yang sudah basah sambil memeluk Tazkia dengan erat.
Mendengar ucapan Ria barusan lantas membuat ketiga sahabatnya saling berpandangan satu sama lain, dengan mulut yang menganga lebar seakan membenarkan apa yang telah menimpa Tazkia kemarin.
"Tazkia bukan hanya sekedar halu Dit!" ucap Sinta yang masih terperangah tak percaya menatap ke arah keduanya.
"Lo bener, sepertinya gue yang halu." ucap Aditya datar namun dengan mata yang masih fokus menatap ke arah keduanya.
Mendengar ucapan Aditya sontak malah membuat Sinta dan juga Prasetia menoleh ke arahnya, bagaimana mungkin di saat seperti ini Aditya masih sempat sempatnya melawak, hingga tanpa sadar Prasetia dengan spontan mengusap wajah Aditya yang lantas membuat tawa Sinta terdengar tertahan kala melihat kelakuan absurd keduanya.
"Udah gue jampi jampi tangan gue barusan, gimana masih belum sadar?" ucap Prasetia sambil menahan senyum di bibirnya.
"Sue lo!" ucap Aditya dengan kesal.
Sedangkan Tazkia hanya bisa terdiam kaku menerima pelukan Ria yang tiba tiba, sambil menangis sesenggukan mencurahkan perasaan yang ada di dalam hatinya.
"Tenanglah, setidaknya kamu masih bisa melihat wajah ibu mu untuk yang terakhir kalinya bukan?" ucap Tazkia mencoba menenangkan sambil menepuk tepuk pelan bahu Ria memberinya kenyamanan.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!