...Karya ini diselenggarakan untuk memeriahkan Event Kategori Wanita (Mengubah Takdir) Dengan judul CINTA SI BURUK RUPA....
...Semoga kalian suka dengan cerita Author....
...Diwajibkan untuk seluruh Reader untuk memberikan like, dan komen setelah membaca ya!!...
...Jangan lupa juga dukung Author dengan memberikan vote pada cerita ini....
...🌼Happy Reading🌼...
Bab 1 Pengenalan Tokoh (Prolog)
Diva Anastasia. Kerap kali di sapa dengan Diva. Ia adalah Seorang wanita berusia 24 tahun, dengan postur tubuh yang gemuk di atas rata-rata.
Penampilannya yang jelek dan juga gemuk kerapkali membuat Diva di hina oleh semua orang di sekitarnya. Termasuk rekan kerjanya yang juga bekerja di perusahaan yang sama dengannya.
Diva bekerja di sebuah perusahaan ternama dengan menjabat sebagai seorang Cleaning Servis.
Ya, Cleaning Servis adalah satu-satunya pekerjaan yang bisa menerima dirinya.
Walaupun dirinya adalah lulusan Sarjana Ekonomi, namun karena faktor tubuh yang ia miliki, banyak perusahaan menolak lamaran pekerjaan dari nya.
Diva hanya bisa mencintai pekerjaannya sebagai bentuk rasa syukur darinya, karena masih bisa diberikan kesempatan untuk bekerja.
Bekerja di sebuah perusahaan ternama, telah membuat Diva menyukai seorang presdir ternama. Sang pemilik perusahaan.
Namun, apakah cintanya itu akan terbalas?
Dengan penampilan nya yang gemuk dan jelek, ia cukup tau diri dan hanya bisa memendam perasaan itu untuk dirinya sendiri.
***
Alfa Hidden Sagala. Seorang pria berumur 25 tahun itu kerapkali di sapa dengan Sagala.
Sagala adalah seorang pria tampan dengan tubuh jangkungnya yang terlihat sangat elastis dan penuh karisma yang menggoda.
Di usia yang terbilang masih sangat muda, Sagala sudah menjabat sebagai seorang Presdir di sebuah perusahaan ternama yang bernama PT. Bumiraya Indah. Sebuah perusahaan yang bergerak di dalam bidang telekomunikasi dan jejaringan di seluruh dunia.
**
Pagi hari yang cerah.
Itulah yang dapat di gambarkan oleh mata indah Diva pagi ini. Namun tidak pada hari-hari yang Diva lalui, Yang terlihat suram tanpa arah dan tujuan.
Berjejalnya lamunan yang berseliweran tanpa arah. Diva berjalan menyusuri jalanan setapak khusus pejalan kaki dengan langkah yang gontai tanpa semangat. Ia benar-benar merasa sangat kecapaian setelah beraktivitas seharian di kantor, lalu malam harinya mengurus sang ibu yang juga sedang sakit di rumahnya.
"Si gendut. Si gendut"
Sial. Seketika lamunan Diva buyar mendengar Ejekan seorang pria berseragam SMP itu. Walaupun Diva tidak mengenalnya, namun mereka selalu saja mengejek Diva tanpa ampun.
Diva hanya bisa bersikap dingin tanpa harus mendengarkan ejekan orang-orang yang ia lewati itu.
Kata-kata itu selalu ia dapatkan dari setiap orang yang melihat tubuh gemuknya.
Sebagai pelampiasan kemarahannya, Diva hanya bisa memakan roti sobek yang ada di tangannya itu dengan lahap. Persis seperti seseorang yang sedang kelaparan tiga hari tiga malam.
Di depan parkiran Perusahaan PT. Bumiraya Indah.
"Diva, Diva! Selera makan mu semakin membaik saja. Porsi makan mu juga meningkat. Pantas saja tubuh mu itu gak kurus-kurus. Hahahha"
Diva langsung menghentikan dirinya memakan sisa roti yang ada ditangannya itu.
"Melihat Diva kurus mah mimpi" Sambung wanita itu dengan gelak tawa mengejeknya.
Lagi-lagi teman sekantornya mengejek Diva karena memiliki tubuh yang gemuk.
Diva hanya terdiam. Dengan wajah tertunduk malu, Ia berjalan melewati teman sekantornya itu dengan langkah yang cepat menuju ruang penyimpanan barang.
**
"Kusut amat wajah kamu. Kenapa?" Sahabat Diva yang bernama Anis langsung duduk di kursi samping Diva seraya menatap wajah Diva yang nampak begitu sedih.
"Apa tubuh ku sejelek itu ya? sampai teman-teman di kantor ini selalu mengejekku setiap hari" Keluh Diva dengan wajah tertunduk tanpa semangat.
Anis nampak menghela nafas berat. Kasihan? itulah yang Anis rasakan.
"Sudahlah. Jangan hiraukan mereka! Walaupun tubuh mu gak sebagus mereka, tapi hati mu jauh lebih baik dari orang-orang itu. Jadi, kamu harus semangat" Ucap Anis kemudian memberikan semangat.
Diva mengangkat wajahnya perlahan, menatap Anis dengan wajah yang berkaca-kaca.
"Terimakasih ya Nis! Kamu selalu ada di saat aku lagi sedih" Ucap Diva dengan sudah memeluk Anis dengan erat.
"Sama-sama Diva. Sudah! Sekarang semangat dong! Saatnya kita kerja! Nanti di marahin lagi sama bos lama-lama di sini"
"Iya kamu bener. Ayo kita kerja dulu" Ucap Diva menyetujui.
Diva dan Anis pun berlalu dari sana setelah meletakkan barang-barang mereka masing-masing di dalam laci khusus karyawan.
"Aku pergi dulu ya Diva" Pamit Anis.
Diva hanya menganggukkan kepalanya pelan.
Ya. Anis bekerja satu kantor bersama Diva. Namun mereka menempati jabatan yang berbeda.
Anis menjabat sebagai Staf Admin disana. Sementara Diva yang juga merupakan lulusan Sarjana Ekonomi hanya bisa menjabat sebagai seorang Cleaning Servis. Sungguh miris bukan? Hanya karena penampilan yang tidak memadai, seseorang harus meninggalkan ijazahnya yang seharusnya sudah menjadi jaminan masa depan untuknya.
Walaupun begitu, Diva tidak pernah mengeluh akan pekerjaan yang ia dapatkan. Selagi itu baik dan halal baginya, maka ia akan menerimanya dengan ikhlas.
"Huhh. Capek juga ya harus turun naik tangga kayak gini" Keluh Diva dengan mengusap keringatnya sekejap yang sudah membasahi wajahnya.
"Hus, Hus. Minggir!"
Diva segera menepi di saat salah satu wanita cantik menuruni anak tangga itu dengan menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri. Sebut saja namanya Amelia. Amelia merupakan seorang sekertaris cantik dan modis yang memiliki tubuh Yang seksi bak gitar spanyol.
"Bau banget. Kamu belum mandi ya" Celetus Amelia tidak suka.
Diva mencoba mencium bau badannya sendiri, Hal itu membuat Amelia semakin merasa jijik.
"Nggak bau kok" Elak Diva kemudian.
"Udah gendut, bau lagi. Uwekkk. Jijik banget deket-deket sama kamu" Hina Amelia. Lalu ia berlalu pergi dari sana dengan kesal.
Nampak beberapa karyawan juga menatap jijik akan Diva setelah mendengar perkataan Amelia. Mereka bersama-sama dengan sengaja menutup hidungnya masing-masing Setiap melewati Diva yang masih di ambang pertengahan tangga.
Diva hanya bisa menatap sedih para orang-orang itu, yang dengan sengaja menjauhi dirinya karena tubuhnya yang gendut dan juga di katai bau oleh Amelia barusan.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Mohon untuk memberikan like dan komen kalian ya setelah membaca.
Karena karya ini sedang mengikuti event/Lomba. Jadi mohon dukungannya ya!
Terimakasih🥰
Diva hanya bisa menatap sedih para orang-orang itu, yang dengan sengaja menjauhi dirinya karena tubuhnya yang gendut dan juga di katai bau oleh Amelia barusan.
Siang harinya.
Lebih tepatnya di jam istirahat semua karyawan.
Diva berjalan seraya membawa tas kecilnya menuju rumah makan langganannya bersama Anis yang letaknya berada di depan kantor tempatnya bekerja.
"Hai!" Sapa Anis seraya melambaikan tangannya kala melihat Diva yang sudah berjalan mendekati rumah makan langganan mereka dengan di balut senyuman indah yang merekah dari bibir manisnya.
"Seneng banget. Kenapa?" Tanya Diva penuh selidik. Karena tidak biasanya Anis sesenang ini.
"Duduk dulu" Anis langsung menarik tangan Diva dan menyuruhnya untuk duduk di sampingnya.
Diva hanya menurut dan langsung duduk di samping sahabatnya itu. Seraya menunggu jawaban dari Anis akan apa yang membuatnya senang kali ini.
"Kamu tau gak? Aku di promosikan naik jabatan sebagai kepala admin" Ungkap Anis senang.
"Oh ya? Syukurlah, ternyata sahabatku ini sangat hebat. Gak kayak aku, dari dulu mentok aja jadi Cleaning Servis" Ucap Diva merendah. Namun rasa kecewa akan dirinya saat ini di tutupi oleh rasa bahagia akan sahabatnya yang kini akan menjadi kepala admin di tempatnya bekerja.
"Kamu jangan gitu dong. Aku sedih nih dengernya" Rengek Anis.
Diva hanya tersenyum tipis, "Yuk pesan makanan. Kamu yang traktir ya! Kan sekarang sudah naik jabatan, harus di rayain dong" Goda Diva dengan sedikit melirik manja kepada Anis.
"Kamu bisa aja merayunya. Kali ini aku yang traktir. Kamu bisa pesan apa saja di sini" Ucap Anis senang seraya tersenyum manis.
Keduanya pun memesan makanan sesuai dengan permintaan masing-masing.
Seperti biasa, Diva akan memesan 3 mangkok bakso untuk ia makan siang ini. Sementara itu, Karena Anis adalah seorang vegetarian, jadi ia hanya memesan capcai di sana.
Setelah selesai makan, dan jam juga sudah memasuki jam kerja. Anis dan Diva pun segera kembali ke kantor mereka yang letaknya berada di depan rumah makan yang saat ini mereka tempati.
"Bye Nis!" Ucap Diva seraya melambaikan tangannya di kala ia akan berpisah dengan Anis.
Di dalam ruangan penyimpanan barang.
Nampak Diva sedang membuka laci khusus penyimpanan barang miliknya.
"Diva? Kenapa kamu lama sekali? Pekerjaan sudah menumpuk. Ayo cepat-cepat"
Diva seketika tersentak kaget, lalu secepat kilat ia segera meletakan tas miliknya ke dalam laci.
Diva pun segera pergi dari sana dan menyusul kepala pimpinan nya disana dengan tergesa-gesa. Tanpa sadar, sebuah buku kecil dengan cover luarnya bergambar Doraemon terjatuh dari dalam tasnya.
Sementara itu, seorang perempuan yang baru masuk ke ruangan itu menatap nanar sebuah buku yang tergeletak di lantai.
Dengan rasa penasaran, ia mengambil buku itu dengan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan untuk memastikan apakah di ruangan itu benar-benar tidak ada siapapun.
"Buku Deary?" Ucapnya kemudian setelah membolak-balik cover buku itu.
Tanpa menunggu lama, ia segera membuka halaman pertama buku itu yang bertuliskan sebuah biodata pribadi pemilik sang buku itu sendiri.
Di sana tertera nama Diva Anastasia, yang menunjukan bahwa pemilik buku itu adalah Diva, teman sekantornya yang memang sangat ia benci.
Ya, dia adalah Clara Braunisa. Clara juga merupakan seorang Cleaning Servis seperti Diva. Namun bedanya Clara selalu mendapatkan pekerjaan yang sangat sulit di bandingkan Diva. Oleh sebab itu Clara sangat membenci Diva yang selalu bertampang polos di depan kepala pimpinan mereka, sehingga membuat kepala pimpinan itu merasa kasihan kepada Diva jika mengerjakan pekerjaan yang berat.
Tanpa mengurangi rasa penasarannya, Clara segera membuka halaman kedua dan mulai membaca tulisan tangan Diva yang tercoret indah di buku Deary itu.
Seketika, Clara membulatkan matanya dengan sempurna. Bahkan wajahnya tidak bisa menyembunyikan keterkejutan dirinya saat ini, setelah membaca beberapa bagian isi buku itu.
"What? Diva menyukai tuan Sagala?" Ucap Clara terkejut.
Clara menggelengkan kepalanya tidak menyangka. Ia merasa Diva sudah benar-benar kehilangan akal.
Bagaimana tidak? Seorang Diva yang hanya menjabat sebagai Cleaning Servis dengan postur tubuh yang gemuk di atas rata-rata menyukai seorang pria tampan pemilik perusahaan? Apakah itu pantas?.
"Aku harus kasih tau ke teman-teman nih. Parah banget si Diva. Aku aja yang lebih cantik dari dia gak berani menyukai tuan Sagala" Rungut Clara.
Secepat mungkin, ia mengabadikan tulisan Diva dengan mengambil gambar dan membagikannya ke grup WhatsApp khusus karyawan Cleaning Servis dan beberapa grup lainnya.
Tidak lupa juga Clara mengetikan beberapa kata disana.
"Guys. Lihat nih! Si wanita cupu bikin Deary. Nyesek banget ya. Kasihan cintanya ketinggian" Ungkap Clara dengan melampirkan beberapa foto yang ia ambil tadi.
Tringgg Tringggg
Seketika dunia grup di buat heboh olehnya. Perbincangan hangat pun terjadi serta cacian yang mereka lontarkan kepada Diva seolah hanya sebuah perbincangan singkat saja..
"Ehh lihat nih. Clara membagikan foto tulisan tangan Diva. Ya ampun, gak nyangka banget"
"Udah gendut, bau, dan jelek lagi. Bisa-bisanya menyukai bos utama gitu" Hina salah satunya.
"Apa? Si gendut itu suka sama presdir utama perusahaan Bumiraya?" Amelia nampak memasang wajah tidak suka. Itu terlihat jelas di wajahnya yang baru saja ia unggah di akun grup. Ia juga merupakan salah satu pengguna grup itu.
"Gak sadar diri banget. Halu kali suka sama si bos. Udah jelek, dekil, gendut. Pokoknya lengkap deh" Sahut Lina lanjut mencibir.
Begitulah cibiran yang mereka lontarkan di grup WhatsApp khusus karyawan perusahaan.
Di ruangan lain.
Diva sedang asyik dengan pekerjaannya membersihkan sebuah meja seorang karyawan yang sudah berhenti bekerja.
"Eh itu Diva. Dengar-dengar, dia menyukai tuan Sagala loh" Sindir Salah satu karyawan disana yang dengan sengaja membesarkan volume suaranya supaya Diva mendengar perkataan nya.
Serrrrrrr. Deg Deg
Tiba-tiba hati Diva terasa menyegat seakan menusuk raganya yang paling dalam.
Diva segera menoleh kepada para staff kantor itu. Yang keberadaannya tidak terlalu jauh darinya.
"Idih. Udah jelek gitu mana mau pak Sagala sama dia" Sahut teman yang sebelahnya.
"Apa maksud mereka? Lagi pula Kenapa mereka tau kalau aku menyukai tuan Sagala?" Batin Diva curiga.
"Diva, Diva, Diva" Teriak Anis histeris yang sudah berlari mendekati Diva yang masih mengelap meja.
"Kenapa?" Tanya Diva bingung akan sahabatnya itu.
"Kamu udah lihat grup?" Tanya Anis balik tanpa menjawab pertanyaan Diva.
Diva hanya menggelengkan kepalanya dengan polos. Karena sejatinya ia benar-benar tidak memegang handphone di saat bekerja.
"Ini loh. Semua orang membicarakan kamu!" Ungkap Anis yang sudah menunjukan beberapa grup yang mengunggah foto buku Deary itu.
Diva pun melihat layar handphone yang berbentuk pipih itu, yang ada di tangan Anis.
Seketika Diva membulatkan matanya dengan sempurna.
"Bagaimana bisa?" Ujar Diva terkejut.
.
.
.
.
Bersambung.
Mohon untuk memberikan like dan komen kalian ya setelah membaca.
Karena karya ini sedang mengikuti event/Lomba. Jadi mohon dukungannya ya!
Terimakasih.
"Bagaimana bisa?" Ujar Diva terkejut.
Secepat kilat, Diva segera pergi dari sana dengan sedikit berlari.
"Diva mau kemana?" Teriak Anis. Namun Diva sama sekali tidak menggubris nya. Dan Anis pun terpaksa harus menyusul Diva dengan sedikit mempercepat langkahnya.
Sesampainya di sebuah ruangan. Diva segera membuka laci penyimpanan barangnya. Dan benar saja, buku Deary yang selalu ia bawa di dalam tas miliknya sudah menghilang.
Diva tidak tau siapa yang telah mengambilnya. Ia benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih saat ini.
Diva tertunduk dengan lemas.
"Bagaimana ini bisa terjadi" Ucap Diva frustasi.
Sementara itu di ruangan lain.
Sagala nampak masih sibuk dengan pekerjaannya, sehingga tidak menyadari seseorang sedang masuk ke dalam ruangan kerjanya.
"Sibuk banget kayaknya" Tegur Haris. Sahabatnya Sagala.
Sagala seketika terkaget, "Kalau mau masuk, ketuk pintu dulu!" Ucap Sagala dengan ekspresi serius.
"Jangan terlalu sibuk. Tuh diluar banyak yang ngegosipin kamu" Celetus Haris.
"Aku gak perduli" Jawab Sagala dingin yang masih fokus dengan pekerjaannya.
"Yakin?" Tanya Haris sekali lagi dengan sedikit menaikkan sebelah alis ke atas.
Sagala menatap tajam pria yang saat ini berada di depannya.
"Kamu gak ada kerjaan? Gak lihat aku lagi sibuk" Ujar Sagala ketus. Lalu ia kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Ya ada sih. Tapi aku cuma mau ngasih tau. Kamu lagi di gosipin sama semua karyawan disini. Kamu tau kan Cleaning Servis bernama Diva Anastasia itu?" Tanya Haris. Kali ini wajahnya nampak mulai serius.
"Tau. Kenapa?" Tanya Sagala balik.
"Aku dengar dia suka sama kamu. Dan semua karyawan di sini juga tau hal itu. Dan lebih parahnya lagi, buku Deary yang Diva bikin untuk kamu sudah tersebar luas di kantor ini" Jelas Haris.
"Emangnya kamu diam aja gitu? Wanita cupu dengan postur tubuh yang gemuknya super duper besar menyukai tuan Sagala yang tampan ini?" Lanjut Haris.
Sagala tersentak kaget. Kedua alisnya saling bertautan dengan menatap Haris dengan tidak percaya.
"Masa sih?" Tanya Sagala.
"Coba kamu lihat ini. Kebetulan aku juga masuk ke dalam grup karyawan. Jadi aku tau dong" Jawab Haris. Lalu ia mengeluarkan sebuah benda pipih dari dalam saku celananya.
Haris pun langsung menunjukan beberapa foto yang sempat di bagikan kedalam grup itu.
"Berani sekali wanita itu menuliskan kata cinta kepada ku. Apa dia sudah kehilangan akal?" Ucap Sagala geram.
"Aku akan membuat perhitungan kepadanya. Lihat saja nanti" Lanjutnya dengan senyuman liciknya.
Keesokan harinya.
Haris membagikan selebaran undangan kepada seluruh karyawan untuk menghadiri acara pesta perayaan atas di bukanya cabang perusahaan baru di Kota xx.
"Huhhh. Akhirnya selesai juga" Ucap Haris senang.
Sementara itu di ruangan lain.
Nampak Diva menatap selebaran undangan yang ada di tangannya itu dengan wajah yang sendu.
"Apa aku harus mengikuti pesta ini?" Ucapnya dengan ragu.
Tringgg Tringggg.
Seketika Diva tersentak kaget kala sebuah dering handphone miliknya berbunyi. Segera ia mengangkat kala mengetahui bahwa sahabatnya Anis yang telah menelpon.
"Halo Nis?" Diva membuka suara.
"Kamu ikut pergi ke pesta kan malam ini?" Tanya Anis dari seberang sana.
"Gak tau Nis" Jawab Diva yang terdengar tidak bersemangat.
"Kamu gak dapet undangan nya?" Tanya Anis lagi memastikan bahwa temannya itu mendapatkan undangan atau tidak.
"Dapat sih. Cuman aku ragu aja mau pergi" Ungkap Diva.
Nampak Anis mendengus, "Ya udah nanti malam siap-siap aja. Aku akan jemput kamu ya. Jangan membantah, karena ini wajib di ikuti karena kita juga butuh asupan nutrisi. Jarang-jarang kan ikut acara tuan Sagala kayak gini" Tutur Anis.
"Tapi Nis……" Belum sempat Diva menjawab, Anis sudah lebih dulu mematikan sambungan telepon, yang mengharuskan Diva menghentikan ucapannya.
"Dasar nih anak. Main matiin aja" Ucap Diva kesal.
Diva pun mengedarkan pandangannya, menatap jam yang terpasang di dinding.
"Jam istirahat sudah selesai. Sebaiknya aku kembali bekerja" Ucap Diva. Lalu ia berlalu pergi dari sana dengan membawa peralatan kebersihan.
**
Malam hari pun tiba.
Diva sudah bersiap dengan gaun pesta yang terpasang di tubuhnya.
Rambutnya terurai, dengan sedikit hiasan aksesoris rambut dengan berbagai bentuk. Tidak lupa, Diva memakai kacamata yang selalu ia pakai setiap harinya. Selain itu, ia juga menambahkan sedikit polesan bedak dan juga tidak lupa ia memakai lipstik di bibirnya yang tipis.
Tittttt Titttt.
Terdengar sebuah suara klakson mobil dari arah depan rumah. Diva segera menyelesaikan dandanan nya dan pergi keluar dengan tergesa-gesa.
Anis pun langsung melajukan mobilnya setelah Diva masuk ke dalam mobil.
Tidak berapa lama, kendaraan yang mereka bawa pun sudah terparkir di depan sebuah gedung hotel berbintang lima.
Diva dan Anis pun segera masuk kedalam gedung itu, lalu menuju Aula pesta. Tidak lupa mereka juga menunjukan sebuah card emas kepada penjaga sebagai tanda bahwa mereka di undang di dalam pesta itu.
Tidak lama setelah mereka masuk. Beberapa wanita cantik mencegat Diva dan juga Anis.
"Wah wah wah. Lihat siapa yang datang?" Ucap Amelia dengan gayanya yang centil.
"Tentu saja si gendut Diva!" Seru teman-teman Amelia serempak dengan gaya yang mengejek.
Amelia berjalan mendekati Diva dengan gayanya yang elegan, "Hei Diva. Berani ya kamu datang ke pesta tuan Sagala? Gak punya muka kamu sudah mempermalukan tuan Sagala dengan membuat Deary tentang dia?" Ucap Amelia geram.
"Heh. Semua orang berhak ada di pesta ini. Semua orang di undang kok di sini" Celetus Anis tidak terima.
"Berani kamu membentak saya,"
"Sudah Nis. Sebaiknya kita masuk saja, jangan hiraukan mereka" Ucap Diva cepat. Lalu ia menarik tangan Anis segera memasuki Aula yang sudah di penuhi oleh ramai orang. Sementara itu, Amelia menatap tajam kedua wanita itu.
"Awas saja kamu Diva. Kau tidak tau sedang berurusan bersama siapa!"
Tidak berapa lama, acara pun di mulai. Beberapa orang penting juga sudah memasuki aula. Termasuk juga tuan Sagala.
Diva nampak menatap Sagala dengan penuh kekaguman. Wajah tampan yang begitu mempesona.
Sagala naik ke panggung, lalu mengucapkan beberapa patah kata ucapan terimakasih kepada beberapa pihak yang telah mendukung perusahaan nya.
"Diva. Kamu tunggu di sini ya! Aku mau ke toilet sebentar" Ucap Anis. Diva hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Anis.
"Hai Diva!" Seketika Diva tersentak kaget. Kala seseorang menepuk sebelah bahunya.
"Kamu di perintahkan sama tuan Sagala untuk membawa bunga ini kedepan!" Ucap pria itu.
"Untuk apa?" Tanya Diva ragu.
"Katanya antar saja kedepan. Nanti kamu bakalan tau kok" Ucap pria itu lagi. Segera ia berlalu pergi setelah memberikan buket bunga itu ke tangan Diva.
Diva menatap buket bunga itu dengan tatapan ragu. Namun, ia juga tidak bisa menolak permintaan Sagala.
Diva pun akhirnya berdiri dan berjalan membawa buket itu kedepan panggung.
Sementara di tempat lain. Nampak Amelia dan beberapa temannya sedang menatap Diva dengan penuh kemenangan.
"Kita lihat apa yang terjadi setelah Diva memberi buket bunga itu. Kita akan lihat seperti apa kemarahan tuan kepadanya" Ucap Amelia dengan senyuman liciknya.
Sagala yang sedang berpidato, kini terdiam. Tatapan matanya mengarah kepada Diva yang sedang menaiki panggung dengan sedikit mengerutkan keningnya.
Semua pasang mata pun kini juga menatap Diva dengan tatapan menjijikkan. Bagaimana bisa, seorang wanita dengan penampilan yang jelek seperti Diva berani menaiki panggung dengan membawa buket bunga?.
"Tuan ini bunga untuk mu!" Ucap Diva.
Sagala tersenyum, lalu mengambil bunga itu dari tangan Diva. Membuat Diva juga tersenyum bahagia karenanya. Namun seketika raut wajah Sagala berubah menjadi merah padam.
Sagala menghancurkan bunga-bunga itu tepat di depan wajah Diva. Lalu membuangnya ke wajah Diva dengan kasar.
"Lihatlah dirimu sebelum memberikan bunga itu kepadaku" Ucap Sagala geram.
"Tapi tuan yang memintanya agar aku membawanya ke sini" Ucap Diva membela diri.
"Dengarlah ucapan wanita gemuk ini. Apakah aku sudah buta, meminta dia untuk membawakan bunga untuk ku? Hahah" Ucap Sagala dengan tertawa puas di sana. Suara gelak tawa dari tamu undangan pun terdengar saling bersahutan.
Sagala mengambil sebuah botol berisi air, lalu membuka tutupnya dan…… Byurrrrrrrr.
Sagala langsung menuangkan air itu tepat di atas kepala Diva. Yang membuat Diva menjadi basah kuyup.
Setelah itu, Sagala mengambilkan sebuah cermin, lalu mensejajarkan cermin itu tepat di depan wajah Diva.
"Lihatlah wajahmu! Pipi yang gembul seperti bulatan bakso, dengan jerawat ada di mana-mana apakah pantas untuk mu mengharapkan cinta ku? Lalu apa ini" Sagala mengambil sebuah kaca mata dari wajah Diva.
"Kacamata rongsokan mu ini sungguh membuatku jijik"
Sagala menggeram, lalu membanting kacamata itu dengan kasar dan melumatkan kacamata itu dengan sepatunya sehingga remuk tidak berbentuk.
Diva yang marah mulai mengepalkan tangannya dengan geram. Dan…..
Plakkk plakkkkk
Sebuah tamparan pun mendarat di wajah Sagala. Sagala memegang sebelah pipinya yang terasa menghangat akibat tamparan itu.
"Tuan Sagala yang terhormat. Terimakasih atas penghinaan mu. Aku berjanji, wajah yang kau hina ini akan membuat dirimu menyesal di kemudian hari" Ucap Diva lantang. Lalu ia pergi meninggalkan Aula dengan sedikit berlari. Membawa isakkan tangisnya yang sudah tidak bisa ia tahan.
Beberapa hari kemudian.
Diva memilih untuk mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya bekerja dan menghilang dari kehidupan sebelumnya, termasuk menjauhi Anis sahabatnya. Lalu Ia mencari seorang dokter gizi untuk membantunya melakukan diet. Serta tidak lupa ia juga mencari seorang desainer Dan ahli kecantikan untuk membantunya memperhatikan penampilan.
"Kamu pasti bisa Diva. Semangat" Ucap Diva menyemangati diri nya disaat dokter Gizi sudah menjelaskan beberapa makanan mengandung lemak yang tidak boleh Diva makan.
.
.
.
.
.
Bersambung
Mohon untuk memberikan like dan komen kalian ya setelah membaca.
Karena karya ini sedang mengikuti event/Lomba. Jadi mohon dukungannya ya!
Terimakasih.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!