Dasa memutar bola matanya melihat Marlot memiringkan kepalanya menatap goa didepannya. Perasaan takut dan khawatir dirasakan Marlot tapi melihat Dasa yang cemberut, terpaksa ia masuk dan menguatkan diri.
"ayo cepat masuk"
"kamu nyakin ini tempatnya"
Marlot berjalan masuk sambil memperhatikan sekelilingnya diikuti Dasa. Dasa nyengir dibelakangnya, ia sendiri takut. Kakinya mengikuti gerakan kaki Marlot yang pelan.
"mereka bilang begitu"
"siapa?"
"pak tua diujung jalan"
"dan kamu percaya itu"
"aku sudah lelah miskin"
Marlot menggeleng kepala mengingat ide gila Dasa tapi ia juga capek miskin jadi ia ikut saja.
mereka berdua masuk lebih jauh. goa ini sangat menakutkan bagi mereka karena perlahan-lahan kegelapan mulai dirasakan dan itu sulit untuk melihat, apa yang ada di dalam.
"mana senter"
"sebentar"
Dasa mengeluarkan handphone miliknya dan menyalakan senter. Marlot diam saja sambil mengamati sekitarnya,takut ada binatang merayap kalau tiba-tiba muncul.
"apa yang kita cari?"
"kata pak tua, tongkat"
"tongkat?"
"aih mana ada"
"cari saja"
"gelap begini"
mereka berdua mulai mencari tongkat yang dimaksud tanpa tau bentuk tongkatnya seperti apa.
marlot merasakan perubahan udara disekitarnya yang membuat perasaan lain, ada tekanan tak kasat mata yang ingin keluar dari badannya. gejolak itu bertambah seiring ia masuk lebih dalam di goa.
Dasa diam saja sambil mengamati setiap sudut yang bisa lihat dengan penerangan minim itu. tubuhnya terasa mulai tidak nyaman.
"pak tua itu bilang apa lagi"
dasa berhenti mengingat perkataan pak tua. marlot lelah jadi ia duduk bersandar ke dinding goa terlebih badannya, ia rasakan ada yang salah.
dasa ikut duduk disebelahnya. kakinya capek, ia pijit pelan untuk meringankan sedikit. marlot melirik gerakan dasa yang entah bagaimana membuatnya berminat. ia bukanlah pria baik-baik, entah berapa banyak wanita yang sudah memuaskan nafsunya tapi dasa sahabatnya tak pernah ia sentuh karena ia tahu batasan.
"apa"
"kata pak tua, harus perawan dan pendosa"
"aku pendosa gitu"
"bukan gitu ,aku juga bilang pendosa maksudnya apa. trus dia bilang yang sudah tidak perjaka dan banyak melakukan hal-hal yang salah, gitu"
"kenapa harus perawan"
"kalau itu, pak tua tidak jawab"
dasa merasakan udara disekitarnya mendadak dingin yang amat sangat. marlot merangkulnya, dasa diam saja.
"dingin?"
"ya"
"jalan lagi aja"
dasa menyetujui usulan marlot, mereka berdua berdiri melanjutkan perjalanan ke dalam mencari tongkat, bedanya mereka berangkulan sekarang untuk mengusir dingin.
gesekan badan mereka membuat marlot tahu yang dimaksud perawan dan pendosa. sumpah serapah dilontarkan dalam hati untuk pak tua.
hawa dingin bercampur nafsu mulai dirasakan marlot ketika mereka sampai di penghujung goa. dasa menatap kecewa ternyata tongkat yang dimaksud tidak diketemukan oleh mereka.
"udah diujung"
"tongkatnya belum ada"
dasa menoleh kearah marlot dan tertegun melihatnya mendadak ia melihat Marlot berbeda. dasa melepaskan rangkulan marlot, marlot berdiri diam ketika dirasakannya badannya kepanasan. perasaan yang tidak dimengerti olehnya mulai masuk kedalam badannya. mendadak udara yang tadinya dingin menjadi panas.
"kok panas ya marlot"
"panas?"
"ya"
entah mengapa dasa merasakan kepanasan sehingga berkeringat dingin, karena tidak tahan dibukanya satu persatu pakaiannya dan itu membuat marlot diam memperhatikan gerakan dasa yang seperti slow motion.
"apa yang kamu lakukan"
"tidak tahu"
"dasa?kamu sadarkan"
"ya..marlot ada yang aneh dengan badanku"
akhirnya marlot tidak betah juga mengikuti gerakan dasa. panas yang teramat sangat dirasakan keduanya padahal udara di goa sangat dingin.
mereka berdua bertatapan melihat satu sama lain, tanpa aba-aba keduanya mendekat dan melakukan kegiatan yang dilarang yaitu aktivitas fisik layaknya suami istri.
tongkat itu membesar dan masuk kedalam lembah yang dimiliki dasa, memberikan apa yang dicari dasa dan dibutuhkan marlot.
pak tua itu duduk menatap goa dari jauh dan mengucapkan sesuatu dari mulutnya
"aku kembalikan semua kembali pada tempatnya seiring berjalannya waktu yang dilakukan oleh mereka, aku sudah selesai"
setelah mengucapkan kalimat itu, pak tua merasakan sakit yang teramat hingga akhirnya nyawanya melayang. tubuhnya menghitam seperti disambar petir. perlahan menghilang begitu saja tanpa jejak ditelan angin.
marlot akhirnya mengerti apa yang dimaksud dengan tongkat oleh pak tua. terasa menyenangkan bahkan nikmat yang luar biasa bisa merasakan kemurnian seseorang yang memang di cintai. berbeda dengan dasa, yang ia rasakan seperti masuk kedalam lembah sebuah penjara tak kasat mata yang merantai seluruh tubuhnya.
menurut pandangan manusia dan penalaran manusia, apa yang mereka lakukan hanyalah hubungan badan semata tapi sebenarnya membuka kunci antara dunia lain dan dunia manusia.
Binatang buas diluar goa bergerak gelisah membuat suara-suara yang mampu membuat bulu kuduk berdiri.
Angin berhembus sangat kencang, hujan deras turun mendadak menutup akses siapapun yang ingin masuk kedalam hutan keramat. Kabut tebal menyelimuti goa, sebuah wajah duduk melihat semua kejadian di depannya seperti menonton sebuah pertunjukan yang manis.
entah berapa lama mereka melakukan aktivitas fisik itu. tiba-tiba terdengar suara bunyi klik yang cukup keras dan marlot berubah menjadi agresif sedangkan dasa sudah tidak berdaya.
dasa diam memperhatikan tingkah marlot yang menakutkan, ingin ia berteriak tapi mulutnya tidak bisa terbuka seakan ada yang menempelnya dengan sesuatu.
tangan dan kakinya terasa berat seakan ada rantai panjang yang membelenggunya. badannya sakit semua. marlot tidak ingin melakukan hubungan intim itu lagi, badannya sudah tidak kuat tapi seperti ada yang mengamati alih tubuhnya.
marlot merasakan kenikmatan tapi ia tidak ada didalam tubuhnya sendiri saat ini. dilihatnya rantai ada di tangan dan kakinya yang menghubungkan dengan dasa dan makhluk tak kasat mata yang menguasai tubuhnya. sungguh menakutkan, bentuk badan makhluk itu tinggi besar dengan mata membunuh.
dirabanya mulutnya yang tidak dapat dibukanya untuk memberitahu dasa ,apa yang sebenarnya terjadi.
tiba-tiba ia tersedot kembali masuk kedalam tubuhnya dan ia kembali melakukan yang tadi dilakukan olehnya hingga keduanya kelelahan.
akhirnya marlot ambruk disamping dasa dan mereka tertidur pulas dengan kondisi tubuh telanjang.
makhluk itu menyeringai menampakkan giginya yang tajam dan badannya penuh peluh. ia sangat menyukai badan dasa dan marlot.
"hehehe...pak tua itu sungguh tahu apa yang aku mau sebagai pengganti dirinya"
setelah itu ia meniupkan udara yang masuk kedalam lubang dasa dan tongkat marlot. sejenak tubuh keduanya menggelinjang dan melonjak seakan udara yang ditiupkan memberikan efek yang dahsyat untuk badan mereka.
"mulai hari ini kalian adalah budak! manusia bodoh dan serakah hahaha...pak tua itu benar-benar bagus memilih pengganti dirinya...hanya orang ***** yang mau dijadikan budak"
makhluk itu mengamati hasil karyanya. badan dasa dan marlot terikat rantai panjang yang menghubungkan dengan dirinya serta lubang dan tongkat itu tertutup rantai besi yang cukup kuat dan keras. makhluk itu menyeringai puas dan pergi meninggalkan mereka berdua yang masih tidur.
udara dingin berubah menjadi biasa dan perlahan tempat itu berubah menjadi terang dan jelas.
matahari sudah bertengger manis diatas kepala manusia. dasa terbangun dari tidurnya dan berusaha bangun perlahan. mulutnya ingin membangunkan marlot tapi tidak bisa. ditepuk-tepuk badan marlot dengan takut dan bingung. suara yang keluar dari mulutnya hanya a..u..a.. untungnya marlot terbangun menatap kebingungan, iapun berusaha bicara tapi tak satupun keluar.
sejenak mereka diam saling berpandangan kemudian memperhatikan disekitarnya. mereka berdua dapat melihat rantai yang membelenggu kedua tangan dan kaki bahkan malu ketika melihat alat vital mereka tertutup dengan sebuah besi lalu dasa mencoba mengetuknya, terdengar suara nyaring.
mereka berdua menghela nafasnya bersamaan, tidak tahu harus berbuat apa. perut terasa lapar, mulut haus, badan sakit dan lengket. mereka mencoba bergerak tapi setiap bergerak rantai itu bertambah berat berkali-kali lipat. akhirnya mereka berdua menyerah dan duduk berdampingan menunggu apa yang terjadi lagi.
entah berapa lama waktu, matahari kembali masuk kedalam peraduannya berganti dengan bulan.
dasa dan marlot ketakutan melihat kedatangan makhluk itu yang menjulang tinggi dihadapannya.
"kalian sudah bangun rupanya"
makhluk itu menatap mereka dengan mata bersinar merah dan tangannya memegang sesuatu
"apapun yang kalian inginkan akan kuberikan tapi ada syaratnya"
makhluk itu diam sebentar menunggu reaksi keduanya. dasa mengangguk pelan sambil mengamati wajah makhluk itu sedangkan marlot waspada, ia tidak menyukai kata syarat.
"setiap tanggal 15 kalian akan datang melayaniku selama 3hari.kalian akan menyerahkan tubuh kalian dengan sukarela.kalian tidak akan bisa melakukan hubungan intim dengan siapapun tanpa ijin dariku.kalian tidak akan punya anak kalaupun bisa anak itu akan menjadi makanan.kalian mengerti!"
Dasa dan marlot terkejut mendengar penjelasan makhluk itu. mereka berdua tidak mengira bahwa harga yang harus dibayar sangatlah mahal.
"kalian tidak bisa membatalkan apa yang sudah terjadi"
setelah mengatakan kalimat yang diucapkan, makhluk itu membuka penutup mulut dan alat vital mereka. tak lama kemudian dihadapan mereka terpampang makanan lezat yang menggugah selera. dasa yang terlalu lapar tidak lagi peduli segera saja ia makan dengan lahap berbeda dengan marlot yang diam menahan lapar karena dimatanya yang ia lihat adalah gumpalan bayi yang dimakan dasa.
marlot mau muntah melihat dasa, mulutnya berlumuran darah segar dan amis. makhluk itu tertawa terbahak-bahak melihat itu dan tersenyum puas.
"kau tidak akan bisa melepas wanita itu karena kamu akan memberikan makanannya seperti itu disetiap tanggal 15"
marlot menatap heran mendengar perkataan makhluk itu. dasa bingung dengan marlot yang tidak juga makan.
"buruan makan marlot"
"apa maksudmu"
"darah daging milikmu yang akan dimakannya setiap tanggal 15"
mata marlot melotot, dasa bertambah bingung mendengar kalimat makhluk itu.
"kau!!!"
"semua itu ada harganya, manusia"
marlot diam membisu memperhatikan dasa menghabiskan semua gumpalan daging itu yang tersisa hanyalah sayuran, iapun mulai makan sayuran tersebut daripada tidak makan. makhluk itu kembali tertawa terbahak-bahak senang bahkan mengguncang goa yang ditempati mereka.
dasa yang sudah kenyang, mendadak badannya terasa panas dingin. marlot merasakan hal yang sama setelah sayuran itu habis.
"kamu pikir itu sayuran? hahaha...hahaha... perhatikan baik-baik"
marlot memperhatikan sisa sayuran ditangannya berubah menjadi potongan jari manusia. sontak dilemparkan ke arah lain goa. dasa tetap melihat yang ada ditangan marlot adalah sayuran.
"apaan sih, itu sayuran"
mendengar kalimat itu marlot menatap dasa tajam, ia ingin mengatakan yang sebenarnya tapi tiba-tiba mulutnya tertutup rapat tidak bisa digerakkan. dasa yang tidak mengerti ingin mengoceh tapi mulutnya tidak bisa dibuka. mereka berdua berpaling ke arah makhluk itu.
"perut kalian sudah kenyang, sekarang kalian melayaniku"
rantai itu ditarik, dasa dan marlot terpaksa mengikuti dan entah mengapa mendadak makhluk itu berubah menjadi sosok yang menarik membuat mereka berdua antusias melayani makhluk itu sepanjang malam.
sementara itu di desa tampak beberapa orang bergerombol di rumah kepala dusun.
"bagaimana ini sudah 2hari Pak Kadus, anak saya dasa hilang"
Pak Kadus dan beberapa warga lainnya menghembuskan nafas panjang mengamati wajah Pak Jurak yang kusut dan Bu Jurak yang sembab karena terlalu banyak menangis sedangkan Mbah Painem diam memegang baju dasa, air matanya kering tak terlihat di wajah keriputnya. mereka semua sudah mencari dasa dan marlot diseluruh sudut desa tapi tidak diketemukan juga.
"Pak Kadus..masih ada satu tempat lagi"
mereka semua menoleh kearah suara. pria tua itu duduk sambil melinting rokoknya santai.
"dimana Mbah"
"hutan keramat"
"haduh Mbah, jangan disebut nanti penghuninya marah"
"yahh kan tinggal itu tempat yang belum dicari"
semua orang mulai kasak kusuk seperti membenarkan tapi juga takut. Pak Kadus merinding mendadak dan ia memutuskan untuk tidak melanjutkan sebelum banyak nyawa melayang sia-sia.
"sudah..sudah..besok kita cari lagi saja...kita tidak perlu ke hutan keramat daripada malah nyawa kita sendiri jadi taruhannya"
mereka menganguk-angguk perkataan Pak Kadus kemudian mereka membubarkan diri. pria tua itu menatap tajam kearah Pak Kadus, bagi orang lain pria tua itu hanyalah terlihat pria tua tapi untuk Pak Kadus yang dilihatnya adalah makhluk itu menyeringai lebar menantangnya untuk mengatakan sesuatu.
Pak Kadus diam membisu demi nyawanya sendiri dan membiarkan makhluk itu pergi dengan tawanya yang menyeramkan.
suara ayam berkokok lantang menyuarakan suaranya menandakan pagi sebentar lagi datang. Pak Kadus lelah tapi tidak dapat bergerak bebas ketika rantai tak terlihat itu menariknya masuk kedalam hutan keramat diikuti oleh wanita hamil yang berjalan tak jauh darinya.
hutan keramat memang terlihat menyeramkan tapi untuk mata yang haus akan harta dan keinginan akan terlihat sangat indah dengan pesonanya.
dasa dan marlot merasakan kelelahan yang luar biasa sehingga mereka tidak lagi peduli dengan sekitarnya yang mendadak kedatangan tamu. mereka melihat pak Kadus dan wanita tidak dikenal datang ke goa.
pak Kadus diam saja dan wanita itu berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi di dalam goa. rutinitas yang wajib dilakukan setiap kali perjanjian harus dibayar.
kehidupan mewah yang mereka terima harus dibayar mahal dengan nyawanya. manusia tetap saja tidak peduli selain harta yang berlimpah dan instan.
dasa dan marlot akhirnya keluar dari goa setelah makhluk itu mengisyaratkan bahwa mereka bisa pergi meninggalkan goa.
langkah mereka tertatih-tatih menyusuri jalan hutan. marlot memapah tubuh dasa agar tidak jatuh dan celaka.
"masih jauh?"
"sebentar lagi"
walaupun capek yang luar biasa, mereka berdua terdiam dan berjalan terus hingga ketemu jalan desa. sesampainya di desa , mereka pulang ke rumah masing-masing.
dasa membuka gubuknya yang sudah reyot dilihatnya Mbah Painem duduk meratapi bajunya.
"Mbah"
suara dasa pelan tapi tetap didengar Mbah.
"oalah Gusti nyuwun ngapura...putuku wes teko"
jeritan suara Mbah Painem terlontar begitu saja melihat dasa, cepat-cepat dipeluknya cucu kesayangannya.
"Mbah ambil maem Sik ya"
dasa mengangguk pelan sambil duduk di bangku rotan. tak lama Mbah membawa makanan dan langsung dimakan lahap oleh dasa.
sementara itu dirumah marlot ,tangisan dan pelukan hangat dari kedua orang tuanya diterimanya bahkan marlot tak diijinkan sendirian. marlot adalah anak tunggal pedagang beras di pasar, sudah pasti sangat dimanja oleh kedua orang tuanya.
sejak keluar dari goa itu, marlot merasakan perbedaan dengan tubuhnya yang mendadak menjadi kuat dan berenergi seperti memiliki ilmu. dilihatnya miliknya yang masih terpasang besi tak terlihat, iapun menghembuskan nafasnya mengutuk kebodohan dasa yang tidak meneliti lebih dulu, apa sebenarnya arti tongkat.
ini hari ketiga dari perjanjian dengan makhluk itu tapi mereka dibebaskan dan itu membuat marlot curiga. pandangan matanya meneliti seluruh ruangan kamarnya dan tubuhnya, takut ada kejutan yang tidak dapat dibayangkan jika ternyata makhluk itu muncul.
benaknya mengira-ngira apa yang akan terjadi selanjutnya. benar saja tiba-tiba tongkatnya merasakan panas yang luar biasa hingga membuatnya seperti terbakar dari dalam. untung saja hari sudah malam jadi tak seorangpun menyadari kalau marlot di kamar kepanasan menggeliat seperti cacing. belum sempat ia mencerna apa yang terjadi dengan tubuhnya, jendela kamarnya terbuka dan muncul dasa dengan keringat membasahi tubuhnya.
"ngapain kamu kesini"
"marlot ...panas"
setelah mengatakan itu dasa menghampiri dan dengan santainya memasukan tongkat marlot kedalam tubuh dasa. mata marlot melotot tapi ia merasakan dingin.
terdengar suara tawa yang menggelegak hingga siapapun yang mendengarnya akan berlari ketakutan.
"dasa"
"apa rencanamu"
"kita menikah saja"
"menikah?"
"ya"
marlot bangun dari posisi tidurnya yang baru saja menyelesaikan ritual yang dilakukan dengan dasa.
"kamu sudah gila"
"tentu saja tidak"
"aku..."
"dengar marlot, aku tahu kita tidak saling mencintai tapi itu tidak masalah asalkan kita kaya"
"tapi dasa.."
"please marlot, dalam kondisi sekarang ini siapa yang akan menikahi aku?"
marlot terdiam membenarkan perkataan dasa, diperhatikan kondisi dasa tanpa sehelai benangpun menutupi seluruh tubuhnya.
"bagaimana marlot"
"baiklah"
marlot mencintai dasa dan makhluk itu mengetahui keinginan terbesarnya. marlot bergerak menutupi tubuh dasa dengan kain sarung.
"tidurlah, besok kita ke Mbah dan orang tuaku"
dasa mengangguk dan cepat terlelap karena kelelahan. marlot mengusap air matanya yang membasahi pipinya, bagaimana ia manusia lemah, tidak mungkin ia membiarkan dasa mengalami sesuatu tanpa dirinya.
"cinta itu menyakitkan bukan? berjaga-jaga lah marlot, umur manusia tidak ada yang tahu"
marlot mendengar kalimat itu dan berusaha mencarinya tapi tidak ditemukan. hatinya sakit dan badannya sangatlah segar.
makhluk itu menyeringai lebar melihat Marlot yang putus asa tapi tidak bisa berbuat apa-apa. dasa menginginkan kekayaan sedangkan marlot menginginkan dasa.
hidup sungguh sebuah misteri hingga di hari ketiga itu telah disegel oleh kematian yang sewaktu waktu datang tanpa disadari.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!