Sambil merapikan pakaiannya kedalam koper kanaya menemani anak bungsunya yang lagi tidur dikamarnya. Kanaya Febriyanti Rahayu seorang janda beranak tiga. Anak sulungnya bernama Randy Malik Fadillah berusia 12 tahun, yang kedua seorang putri bernama Raniya Putri Malik berusia 10 tahun dan sibungsu bernama Revan Putra Malik berusia 7 tahun. Kanaya sedang bersiap untuk keberangkatan nya ke Jakarta menghadiri acara pernikahan saudari angkatnya yang bernama Adestya putri. Walaupun jarak yang jauh tak memutus tali keluarga antara Kanaya dan Ades. Iya, Kanaya mengenal Ades saat Ades ada tugas praktek untuk kuliahnya di Kalimantan.
"Sayang kamu berangkat jam berapa ke Jakartanya?" tanya Farida kepada Kanaya. Putri satu-satunya.
"Jam 11 siang nanti ma. Memangnya kenapa? " tanya Kanaya kepada mamanya.
"Ini ada bingkisan buat Ades. Dia kan paling suka bingka kentang jadi mama nitip ini ya. sama satu ini. Hadiah buat pernikahannya. Bilangin maaf mama ya mama sama bapa nggak bisa pergi ke acara Ades" ucap mama Farida dengan wajah lesunya karena merasa sedih tidak dapat menghadiri acara bahagia anak angkatnya tersebut.
"Iya ma. Nanti Kanaya sampaikan. Kan kemarin mama juga sudah ngomong kalau nggak bisa datang. Kalau mama sama bapa mau pergi ke Kotabaru ada acara keluarga disana" sahut Kanaya.
"Hati-hati disana ya kamu sayang" ucap mama Farida sambil mengelus rambut Kanaya.
Mama Farida selalu memperlakukan Kanaya masih seperti anak kecil walaupun dia sudah memberikan 3 cucu yang ganteng juga cantik untuk menemani kesehariannya. Malah anak-anak Kanaya lebih banyak diurus oleh Farida ketimbang Kanaya. Makanya kepergian Kanaya ke Jakarta tidak diperbolehkan oleh Farida untuk membawa anak-anaknya.
***
"Oh... Kakaku yang paling cantik" sambut Ades dibandara setibanya Kanaya di Jakarta. Kanaya langsung diburu dengan pelukan hangat yang menyatakan kerinduan dari Ades.
"Bagaimana kabarmu dek?" tanya Kanaya.
"Alhamdulillah baik kak" jawabnya dengan senyuman yang manis.
"Kamu seharusnya tetap dirumah bukan malah keluyuran begini menjemputku. Pamali tau kata orang banjar kalau mau menikah itu keluyuran" ucap Kanaya sambil mencubit pipi chubby Ades.
Bukannya marah atau merasa sakit Ades malah ketawa ketiwi karena kangen mendengar omelan kakak angkatnya yang paling dirindukan nya selama ini.
"Ayo kak kita pulang. Aku sudah nggak sabar mau cerita-cerita sama kakak seperti dikalimantan dulu" ajak Ades sambil menarik koper Kanaya.
"Kakak kenapa sih keponakan-keponakan aku nggak dibawa kesini? Aku kan pengen meluk mereka" tanya Ades wajah kecewa.
"Kamu tau sendiri kaya gimana sih mama. Mana diijinin sama mama aku bawa anak-anak. Lagian anak-anak pada nggak mau ikut gara-gara sudah disogok sama mama bakal dibeliin HP baru kalau mereka nggak ikut. Ya pada mau lah mereka" jawab Kanaya sedikit kesal karena harus berpisah beberapa hari dengan anak-anaknya.
"Oh ya. Calon suami kamu beneran pria baik-baik bukan?" tanya Kanaya penuh selidik.
"Insyaallah dia orang baik ka" jawab Ades.
"Walaupun dia hanya seorang pegawai biasa di sebuah perusahaan. Tapi dia sangat baik banget ke aku. Treat me like a queen" jawab Ades malu-malu namun terlihat begitu bahagia.
"Bagus lah kalau begitu. Aku takutnya kamu dapat pria seperti ayahmu. Kasar dan jahat" kata Kanaya dengan penuh perhatian
Kanaya benar-benar sudah mengetahui keluarga Ades apalagi perihal ayahnya yang jahat dan juga suka memukul,karena Ades menceritakan semua tentang hidupnya ke keluarga Kanaya. Untuk persiapan pernikahan pun diadakan dadakan. Lebih tepatnya dipercepat. Ades tidak menjelaskan secara detail hanya lebih cepat lebih baik. Ades menyangkal kalau dia sudah hamil duluan, karena Dio tidak pernah menyentuhnya sama sekali. Dia benar-benar menjaga Ades sampai benar-benar halal untuknya.
"Terus sekarang dimana ayah kamu Des? " tanya Kanaya.
"Nggak tau kak. Ayah nggak mau menikahkan aku sama Dio. Jadi dia pergi, makanya aku sama Dio memutuskan untuk mempercepat pernikahan kami. walaupun sebelumnya Dio tidak mau" kata Ades dengan lesu. Namun tersirat sesuatu yang disembunyikan oleh Ades. Hal itu dapat dirasakan oleh Kanaya.
Ades melihat dirinya yang sedang dirias dengan senyum-senyum sumringah. Tampak terlihat jelas gurat bahagia dari wajah bulatnya yang chubby. Riasan make up yang membuatnya terlihat menawan dengan baju kebaya putih untuk akad nikahnya nanti. Acara akan digelar jam sepuluh pagi nanti, sembari menunggu pihak mempelai laki-laki datang dengan rombongan Ades menghabiskan waktu berbincang-bincang dikamar ditemani Kanaya sedari tadi.
"Bagaimana perasaan kamu sekarang Des?" tanya Kanaya.
"Senang kak" jawab dengan senang.
"Tapi aku juga gugup kak. Aku takut tidak bisa jadi istri yang baik buat mas Dio" jawab lesu sekarang.
"Kenapa kamu berkata seperti itu? Apa ada yang tidak aku ketahui atau masih ada yang belum kamu ceritakan kepadaku?" tanya Kanaya untuk memancing kecurigaan nya terhadap Ades.
Ades menarik nafas panjang dan mengeluarkan seperti nafasnya seolah-olah begitu berat.
"Ceritakan saja. Siapa tau aku bisa membantu?" ucap Kanaya sembari memegang tangan Ades dan menatapnya penuh harap agar Ades mau berbagi beban yang ada dibenaknya.
"Sebenarnya aku... aku sudah digadaikan ayah untuk membayar hutang-hutangnya kepada seseorang kak" ucapnya sedih dan tiba-tiba buliran jernih mengalir pelan di pipinya yang chubby.
Kanaya terlihat begitu kaget mendengarnya, kenapa tidak masalah ini bukan masalah biasa. Ini termasuk masalah besar. Kanaya benar-benar tidak habis pikir seorang ayah tega menjual anaknya hanya untuk kepentingan dirinya saja.
"Apa kamu sudah dijual oleh ayahmu?" selidik Kanaya dengan penuh penasaran berharap semua yang dia pikirkan tidak benar.
"Belum kak. Aku menghilang beberapa waktu lalu dirumah temenku. Dan meminta Dio untuk segera melangsungkan pernikahan kami" ungkap Ades.
"Aku nggak mau kak, kesucianku direnggut oleh seseorang yang tidak aku cintai. Aku lebih memilih mati daripada harus menanggung malu kak" kata Ades yang tiba-tiba saja menangis histeris.
Kanaya merangkul Ades untuk menenangkan
dirinya yang terlihat begitu terguncang. Bagaimana tidak ayahnya Ades tidak pernah sekalipun membahagiakan dia, hanya memberikan luka dan trauma saja dihidupnya. semenjak ibunya meninggal ayahnya mulai berlaku kasar kepadanya, karena selama ini ibunya lah yang selalu jadi amukan ayahnya.
"Mempelai wanitanya silahkan keluar, pihak laki-lakinya sudah datang" ucap wanita paruh baya yang bertubuh besar bu Mariam pemilik kosan tempat tinggal Ades.
"Iya bu terimakasih" kata Kanaya.
Bu Mariam pun berlalu pergi keluar, memang acara pernikahan ini dilakukan secara sederhana. Beberapa tetangga dan teman-teman Ades yang hadir. Tidak ada satu keluarga yang datang menghadiri karena memang Ades hanya memiliki ayahnya saja seorang. Untuk keluarga besar lainnya dia tidak pernah mengetahuinya.
"Ayo kita keluar" ajak Kanaya,dibalas anggukan oleh Ades.
Terlihat Dio sedang duduk menanti kehadiran Ades. Mata Dio tak berkedip sedikit pun karena terpesona melihat Ades yang nampak anggun dan cantik. Wajah Ades pun terlihat malu-malu mendapati tatapan Dio yang terkagum melihat penampilannya.
Semua para undangan yang hadir serta anggota pihak keluarga Dio tak berhenti memuji penampilan Ades yang memang terlihat sangat cantik dan menawan. Kanaya hanya bisa mendoakan dan berharap kebahagiaan lah yang kelak akan datang menghampiri kehidupan Ades.
Pak penghulu pun memulai acara ijab kabul, dan menanyakan beberapa pertanyaan terlebih dahulu kepada kedua mempelai sebelum melanjutkan ke acara ijab kabul.
Dio pun berjabat tangan dengan pak penghulu untuk proses ijab kabul yang akan dilaksanakan. Walaupun Dio terlihat tenang dan tidak tegang namun pasti dia pasti merasa sedikit ketakutan jika salah dalam mengucapkan ijab kabul nanti.
"Saya nikahkan dan kawinkan kamu Dio Permana dengan seorang wanita yang bernama Adesty Putri binti Anugrah Cahyadi dengan mas kawin perhiasan seberat lima gram dan uang tunai sebesar dua ratus ribu rupiah dibayar tunai" ucap pak penghulu dengan lantang.
"Saya terima nikah dan kawinnya Adesty Putri binti Anugrah Cahyadi dengan mas kawin tersebut dibayar tunai"sahut Dio dengan lantang dan mengucapkannya dalam satu tarikan nafas.
"Gimana saksi. Sah?"tanya pak penghuli kepada para saksi yang berhadir.
"Sah" teriak para saksi serta undangan yang behadir dalam peroses ijab kabul tersebut.
"Alhamdulillah" ucap pak penghulu seraya mengangkat do'a. Namun tiba-tiba semuanya terkejut dengan kedatangan seseorang yang berteriak.
"Pernikahan ini tidak sah dan saya ayah dari Ades tidak merestui pernikahan ini"ucapnya lantang penuh amarah.
Ades yang terkejut dengan kehadirannya merasa takut dan menangis histeris. Dio langsung merangkul Ades untuk menenangkan Ades. Bahkan ibunda Dio berulang kali menyapu air mata Ades dan mengusap kepalanya untuk menenangkan Ades yang terlihat sangat terpukul. Ibunda Dio tau tentang kehidupan Ades, dan merasa tersentuh dan bersedih atas segala penderitaan yang dialaminya. Ibunda Dio lah yang meminta Dio untuk segera menghalalkan Ades secepatnya. Agar Ades tidak diganggu lagi hidupnya dan dia pun sudah menganggap Ades seperti anak kandungnya sendiri.
Pak Nugrah pun berjalan menghampiri Ades, menatap Ades dengan tajam dan penuh amarah. Terlihat ada sedikit lebam diwajah pak Nugrah. Namun hal itu terlihat kurang nampak bagi mata yang kurang mengetahui penampakan bekas terjadinya kekerasan tersebut, mungkin sudah berhari-hari lebam tersebut dibuat pikir Kanaya.
Tiba-tiba saja datang pria berbadan besar sebanyak lima orang masuk ke dalam ruangan kos yang tidak terlalu luas tersebut.
Siapakah mereka? Apa yang terjadi dengan Ades nantinya?
Kehadiran lima pria bertubuh besar membuat suasan menjadi lebih tegang. Semua yang ada disana merasa takut dan bergidik ngeri melihat perawakan mereka seperti preman atau tukang begal.
"Pernikahan ini tidak sah karena tidak ada restu dan izin dari saya" ucap pak Nugrah lantang.
"Kalau begitu bapak harus mengizinkan dan merestui pernikahan mereka" ungkap Kanaya yang merasa jengah dengan sikap pak Nugrah.
"Jangan ikut campur kamu" tunjuknya ke arah Kanaya.
"Dia milik tuan Adrian" jelasnya sambil meraih lengan Ades.
"Ayah... Ades tidak mau yah" jerit Ades yang ditarik paksa oleh ayahnya.
Dio pun spontan meraih tangan Ades dan memeluknya kedalam pelukannya setelah tangan Ades terlepas dari genggaman ayahnya.
"Adesty...." teriak pak Nugrah menggelegar.
Para tamu undangan yang berada di ruangan tersebut ada beberapa yang memilih pergi karena tidak ingin ikut dalam konflik keluarga yang sedang terjadi.
"Bawa dia sekarang juga" ujar pak Nugrah menyuruh kelima pria berbadan besar tadi. Mereka pun dengan patuh menuruti perkataan pak Nugrah tersebut.
Mereka dengan kasar menarik tangan Ades dan mendorong Dio dengan kasar sehingga membuatnya terjatuh. Ketika Dio mencoba berdiri lagi untuk menghalangi sebuah pukulan mendarat di wajahnya. Kanaya yang melihat kejadian secara refleks langsung memukuli pria yang memukuli wajah Dio.
Pria berbadan besar tadi terkejut mendapat pukulan keras dari Kanaya. Ke empat pria berbadan besar yang lainnya telah berhasil membawa pergi Ades kemudian disusul kepergian pak Nugrah. Pria berotot itu ingin sekali memukul Kanaya namun diurungkan niatnya karena menganggap dia wanita.
"Aku tidak ingin memukul wajahmu yang cantik itu nona" ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya.
Kanaya yang merasa jijik dengan respon cepat dia menendang aset berharga pria tersebut sehingga membuat dia jatuh dan tersungkur ke lantai. Kanaya segera berlari keluar namun sudah tidak didapatinya lagi Ades dan ayahnya serta pria berbadan besar tadi.
Kanaya kembali masuk kedalam mendatangi pria berbadan besar yang berhasil dia lumpuhkan tadi masih meringis kesakitan diatas lantai.
"Pergi kemana mereka tadi?" tanyanya ke pria berbadan besar tersebut. Namun dia hanya diam dan tak mengeluarkan sepatah kata pun.
Kanaya yang sudah merasa cemas dan khawatir dengan keadaan Ades tak ingin membuang waktu untuk menyelamatkannya. Ditariknya kain horden yang menggantung dan kemudian melilitkan ke leher si pria berbadan besar tadi. Semua yang berada disana terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Kanaya.
"Kak Kanaya" ucap Dio. Namun tak dihiraukan olehnya.
"Katakan kemana mereka membawa Ades pergi?" tanyanya lagi sambil mengeratkan lilitan kain horden yang telah terlilit dileher pria besar tadi.
"Kalau kamu tetap tidak mau mengatakannya aku tidak segan-segan untuk mengakhiri hidupmu" ucapnya dengan nada sinis penuh penekanan dan terlihat sangat begitu marah.
"Dia dibawa ke Aston Hotel untuk menemui bos Adrian" jawabnya.
Seketika Kanaya melepaskan lilitan kain horden tersebut.
"Antarkan aku kesana" ucapnya menatap ke arah Dio dan dibalas anggukan oleh Dio.
Bagaimana tidak, dia akan melakukan apapun untuk menyelamatkan calon istrinya tersebut sebagai bukti bahwa cintanya tulus apa adanya.
"Nak hati-hati ya. Bawa pulang calon mantu kesayangan mama sayang" kata bunda Dio yang menjadi penyemangat buat Dio untuk melangkah pergi menyelamatkan calon istrinya.
Apakah Kanaya dan Dio berhasil membebaskan Ades? Ditunggu ya kelanjutan ceritanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!