NovelToon NovelToon

Terjerat Ranjang Dua Mafia

Kecelakaan yang disengaja

.

.

Seorang gadis yang memakai jaket bertudung warna hitam memasukkan sebungkus mie instan ke dalam keranjang belanjaannya. Dia tidak belanja banyak, hanya beberapa mie instan dengan rasa pedas atau super pedas, keju, sosis dan kopi instan. Sebenarnya dia juga ingin membeli ice cream tapi ia sudah tidak memiliki uang lain, jadi ia urungkan niatnya tersebut.

Namanya Yua, dia hanyalah gadis yang berasal dari keluarga miskin. Kedua orangtuanya telah meninggal beberapa tahun lalu karena kecelakaan dan kini dia hidup menumpang pada paman dan bibinya. Seluruh rumah serta aset orangtua Yua telah dijual dan digunakan untuk membayar hutang-hutang orangtuanya lalu sisanya sudah dibayarkan untuk biaya sekolah Yua.

Paman dan bibinya terpaksa menampungnya karena Yua juga masih 16 tahun lebih, mereka juga terpaksa memberi uang bulanan pada Yua yang sebenarnya tidak seberapa, bahkan untuk digunakan dua minggu saja tidak cukup. Tapi Yua masih mensyukurinya, setidaknya paman dan bibinya sangat baik dan tidak mengusirnya.

Setelah membayar semua belanjaannya, Yua menutup kepalanya dengan tudung jaketnya lalu keluar dari mini market. Hujan gerimis sedang membasahi kota, hawa dingin terasa menusuk tulang, padahal Yua sudah memakai jaket.

Dia terus berjalan dengan santai, tanpa tahu ada sebuah mobil mengikutinya.

Rumah pamannya sudah hampir dekat, Yua buru-buru menyebrang jalan mumpung jalanan masih sepi.

Akan tetapi, mobil yang tadi mengikutinya melaju dengan kencang, refleks Yua menghindari mobil itu namun naas ... sebuah truck dari arah yang berbeda mendekat.

Kecelakaan tak dapat dihindari.

***

Saat Yua sadar, dia sudah berada di rumah sakit, badannya terasa sangat sakit, berat, dan beberapa bagian juga mati rasa. Meski dia sadar, dia belum dapat bergerak bahkan untuk membuka kedua matanya.

Yang dia ingat terakhir kali ada sebuah mobil yang menabraknya, Yua sudah berusaha menghindar, namun kecelakaan itu terjadi juga.

Bagaimana ini? Apakah sekarang dia baik-baik saja? Atau apakah ada tulang yang patah? Memikirkan semua itu membuat Yua sangat frustasi. Tapi dia berusaha untuk menenangkan diri, dia tidak boleh stress karena dia masih sakit saat ini.

Sampai kemudian ada suara mendekat, Yua bisa mengenalinya sebagai suara paman dan bibi yang menampungnya. Yua sudah senang akan hal itu, dia sudah akan berusaha membuka matanya untuk menyapa mereka dan mengatakan dia baik-baik saja tapi ....

“Dia akan mati kan?” ini suara bibinya.

“Tenang saja, orang suruhan ku bilang dia tertabrak sangat keras, mustahil dia selamat.”

Dia tidak salah dengar kan? kenapa pamannya mengatakan hal seperti itu?

“Haha akhirnya ... jika dia tidak ada, kita bisa terbebas dari mengurusinya, kita juga bisa mendapatkan uang asuransi itu” sahut bibi, yang kemudian disahuti dengan kekehan dari pamannya.

Yua berusaha untuk tidak menangis saat mendengar itu. Kemudian suara lain datang, Yua masih menutup matanya namun dia bisa menebak jika yang datang adalah suster karena bibinya langsung memanggilnya suster.

“Bagaimana keadaan keponakan saya suster?” tanya bibi, kali ini pura-pura sedih.

“Selamat tuan dan nyonya, keponakan kalian baik-baik saja, dia bisa keluar dalam beberapa hari, namun sangat disayangkan karena ada luka besar di wajahnya karena kecelakaan itu.”

Hati Yua langsung hancur mendengarnya. Bukan hanya dia baru mendengar paman dan bibinya merencanakan pembunuhannya demi mendapatkan uang asuransi dan menyingkirkannya, tapi sekarang dia juga memiliki luka yang besar di wajahnya.

Apa salah Yua? Kenapa semuanya jadi seperti ini?

Tentu saja paman dan bibinya sangat kesal karena Yua baik-baik saja, setelah suster pergi mereka menyumpah serapahi Yua karena tidak jadi meninggal. Tapi tentu saja dengan suara pelan, karena Yua belum mau membuka kedua matanya.

Seminggu berlalu, kini Yua sudah dapat keluar dari rumah sakit.

Keadaan sudah berbeda, paman dan bibi semakin membencinya, akan tetapi sepupu Yua yang bernama Nia sangat senang. Alasannya tentu saja karena sekarang Yua memiliki luka besar di wajah, wajah Yua jadi buruk dan tidak secantik dahulu.

Luka tersebut tidak dapat disembuhkan kecuali dengan operasi plastik, namun tidak mungkin mereka memiliki uang untuk melakukan operasi itu. Jadi Yua harus menahan ejekan demi ejekan yang dilayangkan padanya.

Hidup Yua jadi lebih berat dari sebelumnya, sekarang dia tidak hanya miskin, namun dia sudah punya julukan lain, yaitu monster.

Apakah memang Yua seburuk itu hingga bisa disebut sebagai monster?

Tidak hanya mendapat ejekan di sekolah, Yua juga mendapat cacian dari paman dan bibinya, belum lagi sepupunya Nia yang selalu menganggapnya pembantu. Yua mengerjakan semua pekerjaan rumah hingga tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri.

Protes?

Itu tidak dapat Yua lakukan, dia menumpang di rumah ini, dia pun masih dibiayai sekolah dan kebutuhannya oleh mereka, dia juga masih diberi makan dengan layak.

Yah ... meski dia mendapat kekerasan juga.

Tapi Yua harus sabar, dia yakin suatu hari dia bisa mandiri dan keluar dari neraka ini.

***

BRAK

Yua didorong oleh anak lainnya hingga jatuh dari kursinya, kaca mata bulat yang tadinya terpasang dengan baik di wajahnya kini agak miring. Dengan tangannya yang gemetar ketakutan ia perbaiki lagi letak kaca mata itu.

CUURRRR

Yua berjengit tatkala anak yang mendorongnya malah menyiramkan air mineral dari botol ke tubuhnya, sekarang seragamnya basah.

Anak-anak yang ada di kelas itu hanya diam memperhatikan, tak ada niatan menginterupsi, apalagi menolong. Mereka hanya berbisik-bisik membicarakan dirinya yang menyedihkan.

“Yua lagi? Kasian banget anak itu.”

“Seragamnya basah deh.”

“Dasar Chris, gak bisa emang sehari aja tanpa gangguin Yua.”

“Tapi seru juga ngliatnya, Yua yang ketakutan lucu sih.”

“Ih, kasian tau!”

Tidak berguna.

Jangan bilang kasihan kalau tidak berniat menolong, brengsek!

Yua berusaha bangkit, tapi anak yang mengganggu malah berjongkok sambil meraih dagunya, namanya Chris.

Chris menyeringai saat dilihatnya Yua kembali bergetar ketakutan.

“Kau sangat jelek ... seperti monster” gumam Chris, sebelum melepaskan tangannya dari Yua lalu bangkit berdiri, mengajak teman-temannya keluar dari kelas itu.

Chris adalah kakak kelas Yua, dia merupakan salah satu siswa tampan yang saking tampannya banyak di puja oleh para gadis-gadis, bahkan beberapa anak laki-laki pun juga banyak yang menyukainya. Selain itu, Chris berasal dari salah satu keluarga konglomerat yang terkenal, jelas tak ada yang berani padanya.

Jika dua hal itu saja cukup bagi kalian untuk takut dan kagum pada Chris ... maka kalian salah, tentu saja banyak kelebihan Chris yang lainnya.

Chris merupakan atlet kebanggaan sekolah mereka, kalau tidak percaya, lihat saja semua otot-otot yang tercetak indah di tubuhnya, membuat Chris seakan sebuah pahatan patung yang begitu indah.

Tidak cukup sampai disana, Chris juga merupakan siswa yang cukup pandai, ia selalu mendapat rangking yang tidak jauh-jauh dari 1, 2 atau 3 di kelasnya.

Kekurangannya???

Ada kok, yaitu Yua.

Gadis yang berpostur cukup tinggi dan kurus itu mampu membuat Chris sangat terobsesi, dia suka sekali menjahili Yua, setidaknya sehari sekali lah. Dan tidak boleh ada orang lain selain dirinya yang mengganggu Yua, kalau Chris sampai tau ada yang menyakiti Yua selain dirinya, Chris tidak akan segan-segan menghajarnya.

Iya, Chris memang gila.

Dan Yua sudah muak dengannya.

Karena perlakuan Chris padanya, tak ada yang berani mendekati Yua, jadi Yua tak punya teman. Yua sangat kesulitan bersekolah karena Chris. Apalagi dengan keadaan Yua saat ini, yang memiliki luka besar di wajahnya hingga semuanya memanggilnya monster.

Ingin pindah juga tidak bisa, Chris memiliki banyak uang, dia akan menghalangi Yua untuk kabur darinya, berhasil kabur pun, Chris tidak akan sulit untuk menemukannya. Lagipula, dapat dari mana Yua uang untuk pindah? Dia saja menumpang hidup dalam keluarga paman dan bibinya.

Seakan berada dalam lingkaran setan, Yua sulit untuk keluar.

“Hiks ... hiks ....”

Lagi-lagi Yua bersembunyi, di sudut paling pojok perpustakaan sekolah, ia menangis sendirian, agar tidak ada yang menemukannya. Karena jika ada yang melihatnya mungkin Yua akan diganggu lagi.

Entah itu bisa disebut melegakan atau menyedihkan, Yua tidak peduli, ia hanya ingin menangis melampiaskan rasa sakit di hatinya.

‘Aku benci Chris... siapapun tolong bawa aku pergi darinya... aku sudah tidak tahan lagi ....’

Ting!

Suara keras menggema di kepala Yua, dia segera mengangkat wajahnya untuk melihat kira-kira suara apa yang baru saja ia dengar.

Betapa terkejutnya dia melihat sebuah layar hologram berada di depannya, Yua mengangkat tangan kurusnya untuk menyentuh layar itu.

Klik!

[Kau butuh pertolongan? Aku bisa membantumu]

Yua membelalakkan kedua mata bulatnya, dia benarkan kacamata yang sedikit merosot lalu takut-takut dia mengeluarkan suara.

“Kamu ini ... apa?”

[Aku adalah sistem]

[Lebih tepatnya Princess Mission System]

[Jika kau mau menjalankan misi-misi dariku, aku bisa saja merubah hidupmu yang menyedihkan ini]

Yua tau hidupnya menyedihkan tapi ... haruskah dia menerimanya?

[Apa kau ingin terus seperti ini selamanya?]

Buru-buru Yua menggeleng.

[Kalau begitu, mau atau tidak?]

Yua berpikir sejenak sebelum menjawab “Aku mau.”

.

.

Kedatangan murid baru

.

.

Layar sistem di depan Yua berubah, kini ada tulisan ‘SELAMAT’ besar warna-warni yang berkelip, namun beberapa detik berikutnya ada proses loading.

10%... 30%... 60%... 100%

[WELCOME TO PRINCESS MISSION SYSTEM]

[Kamu akan menerima berbagai misi untuk mendapatkan poin dan koin]

[Poin berguna untuk menaikkan level]

[Semakin tinggi level maka akan semakin banyak yang bisa kau dapatkan]

“Bagaimana dengan koin?” tanya Yua.

[Koin adalah uang sistem yang dapat kamu tukarkan menjadi uang sungguhan]

[Mau itu dollar, yen, rupiah, ringgit, peso, yuan, won ... koin akan langsung menjadi uang tunai sesuai mata uang yang kau inginkan]

Mata Yua membelalak tidak percaya, ini seperti game virtual. Apakah ini nyata? Kenapa dia mendapatkannya?

[Karena kau adalah gadis baik yang tabah, tujuan sistem memilihmu agar kau dapat menyebarkan kebaikan untuk orang lain, dan membantu sesama yang membutuhkan]

Benar juga, di dunia ini, yang kurang beruntung dari pada Yua ada banyak. Jadi dengan Yua mendapatkan bantuan sistem, dia juga dapat membantu orang lain juga.

[Sekarang, apa yang kau inginkan?]

Yua terlihat berpikir sejenak, kemudian menjawab dengan nada hampir berbisik “Aku menginginkan seorang teman yang tulus.”

[Serius? Hanya itu?]

Yua mengangguk pelan “apa itu berlebihan?”

[Tidak, baiklah untuk sementara, ini adalah statusmu]

--*--

Nama: Yuanna Berlian

Umur: 17 tahun

Tinggi: 166 cm

Berat: 45 kg

Level: 1

Poin: 0/100

Koin: 100

--*--

“Aku memiliki koin 100?” tanya Yua bingung.

[Itu hadiah untukmu]

“Kalau ditukar menjadi uang ada berapa?” tanya Yua lagi, karena dia sangat penasaran dengan harga rupiah dari koin tersebut.

[1 koin sama dengan 500 ribu rupiah]

Tentu saja Yua terkejut melihatnya, dia tidak salah lihat bukan? Itu artinya saat ini Yua memiliki uang 50 juta? Tidak! Ini pasti bohong!

[Apa aku harus mengeluarkan uangnya agar kau percaya?]

Kemudian tiba-tiba di depan Yua ada tumpukan uang warna merah, dia kembali tercekat, tapi detik berikutnya dia panik.

“Aku percaya, jadi simpan lagi uangnya, kalau ada yang lihat bahaya.”

[Baiklah, sekarang lebih baik kau kembali ke kelas, kau melewatkan pelajaran olah raga]

Yua menunduk sedih “Tidak apa, lagipula aku tidak suka olah raga, aku juga tidak pandai.”

[Jika kau mau, kau bisa membeli berbagai skill, tapi kau harus membuka toko sistem dulu]

Yua terlihat sedikit bersemangat “Caranya?”

[Naikkan poin hingga levelmu naik ke level dua]

Semangat Yua luntur lagi “Cara mendapatkan poin?”

[Misi: mendapatkan nilai sempurna dalam ulangan matematika dadakan, jangan memberi siapapun contekan]

[Hadiah misi: 50 poin dan 50 koin]

Mata Yua kembali berbinar-binar, jika itu matematika dia mungkin bisa melaksanakannya. Jam pertama olah raga tidak dia ikuti, guru olah raga sudah tau jika Yua tidak mau mengikuti pelajarannya. Lagipula guru olah raga adalah seorang pria yang kurang baik, dia hanya suka dengan siswi-siswi cantik saja. Jadi dengan Yua tidak ikut kelasnya, dia akan sangat bahagia.

Jadi meski Yua tidak ikut, guru itu tetap memberi nilai rata-rata saja untuk Yua. Itulah kenapa Yua masa bodoh dengan pelajaran olah raga.

Alasan Yua tidak mengikutinya sangat simpel, karena olah raga membuatnya berbaur dengan anak-anak lain, dan dia tidak menyukai itu. Lagipula teman-teman sekelasnya menganggap dia monster karena jelek.

Maka dari itu, Yua akan memanfaatkan jam yang tersisa untuk belajar ulang materi matematika sebelumnya. Dengan ini dia ada persiapan untuk ulangan matematika.

“Heh jelek!”

Yua yang sedang asyik mempelajari materi beberapa hari lalu di kelas mendongak untuk melihat beberapa siswi dari kelasnya datang, mungkin pelajaran olah raga sudah selesai.

“Belajar aja terus! Dasar cupu.”

Ternyata mereka hanya ingin mengejek Yua lagi, Yua pun menyabarkan dirinya dan kembali mempelajari catatannya.

Karena Yua tidak mempedulikan mereka, salah satu dari mereka melemparkan botol kosong mengenai kepala Yua. Namun, Yua tidak marah, dia malah mengambil botol itu lalu ia simpan, dia akan membuangnya nanti saat waktu istirahat tiba.

[Kau berhasil menahan amarahmu! Kau mendapatkan 10 poin]

Yua sangat bersemangat, karena dengan adanya sistem, hari-harinya yang suram mungkin akan berubah.

***

Felix, merupakan pewaris tunggal keluarga Rivez, seorang konglomerat yang paling berpengaruh di Sidney, Australia, kini sedang menatap bosan pak tua yang mengatakan banyak hal memuakkan dengan bahasa Indonesia.

Felix sedang berada di Indonesia untuk tujuan tertentu, jadi ia pindah sekolah di sini juga, hitung-hitung mencari pengalaman baru, mungkin saja ada sesuatu yang menyegarkan. Dan lagi pula, ada sesuatu yang ia incar ... maksudnya seseorang, yang kebetulan bersekolah disini juga.

Tidak, tidak, tentu saja bukan kebetulan, nyatanya Felix sudah menyuruh orangnya untuk mencari informasi, karena itu dia ada disini.

“Diam lah, hentikan ocehan mu, aku akan menyumbang dana untuk sekolah ini tentu saja ... berapa pun yang kau inginkan akan ku berikan, aku baik bukan?” kata Felix.

Kepala sekolah yang dari tadi berusaha menjilatnya agar mau menyumbangkan dana untuk sekolah ini sekarang tersenyum puas, tidak peduli dengan ucapan kurang ajar dari murid baru yang bahkan masih kelas dua SMA tersebut.

Uang adalah segalanya, tentu saja anak kelas dua SMA bisa jadi lebih terhormat darinya.

“Terimakasih tuan muda Rivez, ada sangat pengertian” ya ya ya, kata-kata memuakkan itu lagi, Felix sudah sangat terbiasa sampai muak dibuatnya, kata-kata jilatan yang membuatnya jadi makin sombong saja.

Jadi sekarang kelakuan Felix yang seperti ini itu salah siapa?

“Urus semuanya Guan, aku serahkan padamu” Felix menoleh pada bodyguardnya yang semuanya masih kelas satu SMA, sama dengannya.

Memang Felix sengaja mencari bodyguard yang bisa masuk dengan bebas di sekolah bersamanya, dan lebih baik jika setingkat dengannya, jadi tidak repot.

Oh iya, bukan hanya Guan yang Felix bawa dari Taiwan, ada juga dua orang lagi yaitu Kai, keturunan Amerika-Indonesia dan juga Yuna, gadis asli Indonesia.

Bersama ketiga pengawalnya, Felix mulai berjalan menuju kelas barunya, tentu saja kelas baru pengawalnya juga. Felix sudah bayar mahal, keterlaluan jika pak tua itu tak mau memasukkan pengawalnya ke kelas yang sama.

“Anak-anak, hari ini kita kedatangan anak-anak baru yang akan menempati kelas ini, ayo kalian silahkan masuk” kata bu guru yang merupakan wali kelas yang mereka masuki.

Felix dan ketiga pengawalnya masuk, beberapa reaksi yang tidak penting ditunjukkan anak-anak seisi kelas, Felix tak peduli, dia hanya mengenalkan dirinya seperti perintah bu guru, lalu duduk di tempat kosong yang tersedia.

Padahal ini sudah jam ketiga pelajaran, satu jam lagi sudah waktu istirahat, tapi Felix tidak peduli meski dia datang terlambat.

Tempat duduk disini satu anak satu meja dan kursi, jadi mereka duduk sendiri-sendiri.

Sudah tersedia beberapa meja kosong di belakang yang disediakan untuk mereka.

Felix memilih untuk duduk di sebelah gadis manis yang diam saja dan terkesan tak peduli dengan kedatangan Felix dan para pengawalnya.

Malah bisa dibilang, anak itu tak begitu peduli dengan sekitarnya.

‘Apa anak ini penyendiri?’ pikir Felix ‘bukan urusanku sih, terserah saja ... malah bagus kalau dia tidak banyak tingkah.’

Guan duduk di depan Felix, Kai di depan anak penyendiri itu, lalu Yuna duduk di sebelah Felix yang lain.

Pelajaran yang membosankan pun dimulai.

“Anak-anak, hari kita akan ada ulangan, jadi siapkan diri kalian.”

Beberapa protes bersahutan menggema di seluruh ruangan, hampir semua murid protes mendengar ada ulangan dadakan. Tapi tentu saja ada yang biasa saja seperti Felix dan ketiga pengawalnya.

Oh, juga gadis manis dengan luka bakar di wajahnya yang diam saja.

Felix sempat melirik padanya dan ... apa Felix tidak salah lihat? Gadis itu tersenyum? Untuk ulangan dadakan matematika? Bahkan di Australia saja banyak yang membenci matematika, kecuali sepupu Felix yang bernama Jake – padahal dia tidak terlalu jago matematika.

Felix pikir, mungkin gadis itu salah satu murid nerd yang menyukai matematika.

Yah ... tidak buruk.

.

.

Perundung dan Penolong

.

.

BRAK

“OY! Yua!”

Padahal bel istirahat saja baru berdering tiga detik yang lalu, tapi Chris dan teman-temannya sudah merusuh di kelas Yua lagi.

Tentu saja hanya untuk mengganggu Yua.

Yua yang sudah terbiasa hanya menunduk dan terdiam.

BRAK

Setelah menggebrak pintu, kini Chris kembali menggebrak meja milik Yua.

“Kau tuli? Kenapa tidak menyahut? Sudah bisu?” Chris mencengkram dagu Yua lalu didongakkan agar menatapnya.

Yua yang sudah muak bahkan tak bergerak untuk melawan sama sekali.

“Yah!! Katakan sesuatu bodoh!!” teriak Chris lagi karena Yua tidak menanggapinya.

“Haish! Ikut aku!” tanpa meminta persetujuan sama sekali, Chris menyeret Yua untuk pergi menjauh dari kelas, tentu saja anak-anak yang bersama Chris ikut.

Setelah Chris sudah pergi, suasana kelas mulai hening, sampai kemudian terdengar suara tawa yang nyaring, bahkan mungkin masih terdengar sampai beberapa meter di luar kelas.

Suara tawa yang menggema di kelas itu membuat suasana kelas makin canggung dan hening.

Suara tawa milik Felix.

“HAHAHAHA wah... menarik sekali kelas ini HAHAHA ada bocah lemah yang dibully seperti itu tapi yang lain hanya berbisik-bisik di belakang saja HAHAHAHAHA menarik sekali!!!” bahkan sekarang Felix sedang bertepuk tangan heboh.

“Aku benar-benar terhibur... haah! Menyedihkan, kalian yang diam saja jauh lebih busuk dari pembully itu, aku kagum dengan kebusukan kalian, bau sekali sampai aku ingin muntah, ayo pergi.”

“Baik boss!”

Felix dan para pengawalnya pun ikut pergi dari kelas.

Keadaan kelas benar-benar hening sekarang.

***

Chris terus berjalan sambil menyeret Yua bersamanya, mereka menuju lapangan basket indor yang kebetulan masih sepi.

“Jangan biarkan ada seorang pun yang masuk kemari, mengerti?” perintah Chris.

“Beres Chris!” sahut seseorang anak laki-laki berwajah manis dengan kulit kecoklatan yang indah.

Chris membawa Yua ke pojokan, salah satu temannya membawakan kursi dan tali, seakan sudah tau apa yang ingin Chris lakukan. Yah... hal ini sering ia lakukan sih.

Mengikat Yua di kursi.

“Darren, ikat tangannya” perintah Chris lagi.

Anak laki-laki berwajah manis, Darren, mendengus kesal “Ah, aku lagi?” Chris melotot mendengar protesan Darren barusan “Baiklah baiklah ....”

Darren pun mengikat tangan Yua ke belakang kursi, sedangkan kaki Yua diikat sendiri oleh Chris.

Mereka selesai dengan cepat karena tak ada gerakan yang berarti dari Yua, gadis itu sudah pasrah, dia tau melawan mereka tak ada gunanya juga.

Setelah selesai, Chris kembali mencengkram dagu Yua dengan tangan kirinya, ia menyeringai tampan sambil berusaha mendekatkan wajahnya pada Yua.

“Yua ... kau imut sekali ... hahaha” seperti orang gila, Chris tertawa di depan wajah Yua, Yua sendiri berusaha untuk tidak melihat Chris.

“Kenapa kau diam saja? Heum? Padahal aku menyukai teriakan minta tolong yang biasa kau ucapkan dengan bibir mungilmu ini ... aku sangat menyukainya, karena itu aku melakukan ini setiap hari” kata Chris lagi, namun Yua tetap diam.

“Kita lihat apa kau masih diam jika aku menelanjangi mu disini”

Yua yang mendengar itu dengan cepat menoleh kembali pada Chris, menatapnya marah. Sebrengsek-brengseknya Chris, dia belum pernah melecehkan Yua ... iya, belum.

Apa ... sekarang Chris ingin melakukannya?

“Oh lihat ini!! Kau gemetar lagi!! Ahahaha lucu sekali!!”

Sekarang bukan hanya Chris, teman-temannya yang sama brengseknya juga tertawa.

Tentu saja Yua mengenal mereka semua.

Sepupu Chris, Darren dan Mark ... lalu pengikut setia Chris, Zio dan Jean. Sebenarnya, yang mengganggu Yua palingan hanya Chris, Darren dan Mark ... sedangkan sisanya hanya ikut-ikutan saja.

Bahkan, jika Yua diikat seperti ini dan kemudian Chris pergi ... Zio atau Jean akan kembali lagi lalu melepas ikatan Yua sambil menggumamkan kata ‘maaf’ berkali-kali.

Atau jika Yua dikunci di dalam toilet, Zio atau Jean akan menolongnya paling cepat tiga puluh menit kemudian.

Bahkan saat ini saja, Yua bisa melihat mata Zio dan Jean yang menatapnya dengan tatapan mengasihani, padahal mereka ikut tertawa bersama Chris.

Munafik!!

Yua benci semuanya ... benci ....

“Ja ... jangan ... jang ... an ....” cicit Yua yang tidak terlalu berguna, saat Chris mulai melepas satu kancing seragamnya, memperlihatkan sedikit kulit mulus dari tubuh atas Yua.

Chris bersiul lalu tangannya mulai bergerak untuk menyentuh kancing selanjutnya, saat tangan Chris benar-benar menyentuhnya mata Yua terpejam, ia tidak bisa melihat tubuhnya disentuh orang brengsek itu!!

“Le ... pas ....”

“HAH? Kau bilang apa? Aku tidak dengar tuh”

“Lepas ....”

“Tidak mau! Aku belum puas, bagaimana jika semuanya dibuka?”

Yua kembali membuka matanya “Jangan ... jangan! Ku mohon ....”

“Ah, kau bisa memohon lagi ternyata ... aku bahagia ... ahahaha”

Pandangan Yua beralih pada yang lainnya, ternyata Darren sedang memotretnya dengan ponsel, sedangkan Mark malah memvidionya.

“Buka saja!” kata Mark memprovokasi.

“Buka gak ya?” Chris terlihat berpikir.

Yua menoleh pada Zio atau Jean, meski harapannya tidak banyak, tapi Yua ingin punya sedikit saja harapan agar mereka menolongnya ... apa tidak mungkin?

“Chris, udah laper nih ... katanya mau nraktir” kata Jean

“Wah bener tuh! Cacing-cacing di perutku udah demo nih” sahut Darren

“Jangan makan terus makanya, cacingan kan?!” ejek Chris

“Yah sialan!!” Darren

“Bentar” Chris kembali pada Yua, kembali mencengkram dagunya agar menatapnya.

Yua kembali memejamkan matanya saat wajah Chris mendekat lagi, ia memberontak tatkala ia rasakan Chris berusaha menciumnya.

“YAH!! Diam kalau tidak ingin ku apa-apakan disini!!”

Dengan itu Yua diam ketakutan, kali ini ia pasrah saja saat Chris kembali mendekat untuk menciumnya, ia juga sudah merasakan sakit pada rahangnya karena cengraman Chris.

Sedikit lagi bibir Chris akan bisa merasakan bibir mungil nan menggoda milik Yua –

DOR

Sontak mereka terkejut dan berbalik.

Jauh di atas sana, karena tempat ini berlantai dua. Jadi ada lantai atas tempat untuk menonton pertandingan, jika yang di bawah tidak muat bisa ke atas.

Dan mereka disana.

Chris bisa melihat seorang anak laki-laki berkulit putih pucat memegang pistol, dia tersenyum lebar ke arah mereka, senyum yang cukup mengerikan.

“SIAPA KAU?!” teriak Mark

Anak laki-laki pucat itu tertawa keras, suara tawanya melengking dan menyebalkan, hingga yang mendengar bisa cepat naik darah.

Anak asing itu kemudian bertepuk tangan dengan heboh.

“Bravo bravo!! Pertunjukan yang menarik, Chris” anak asing itu lalu kembali mengangkat pistolnya, membidiknya ke arah mereka secara tiba-tiba.

DOR

“AAARRGGHHH SIALAN!!” Darren memegangi lengannya yang terkena tembakan, dia lega karena ternyata pelurunya adalah peluru karet, Darren baik-baik saja, tapi tetap saja ditembak rasanya sakit sekali.

“Apa perlu ku tembak kalian satu persatu agar kalian menyingkir? Mungkin kali ini tidak dengan peluru karet ... tapi ....”

Belum juga anak asing itu meneruskan perkataannya, Chris sudah mengisyaratkan pada yang lain untuk pergi.

“Hah! Dasar pengecut!”

“Boss Felix, apa perlu saya kejar mereka?” tanya seorang gadis yang bersama Felix, pengawalnya, Yuna.

Felix menggeleng “Tidak, lebih baik kau cari tau informasi mendetail tentang si brengsek itu, dan juga hubungannya dengan Yua...”

“Tapi apa itu diperlukan? Kita sudah memiliki bukti ini” Guan mengacungkan smartphonenya.

“Itu tidak cukup, aku ingin si brengsek dan seluruh keluarga brengsek itu hancur sehancur-hancurnya, bahkan aku tidak akan membiarkan mereka tersisa satu sel pun ... jadi cepat pergi Yuna.”

“Baik boss!” Yuna pun pergi mencari informasi yang diinginkan bosnya.

“Ayo turun” lalu mereka menuruni tangga menuju tempat Yua berada.

“Buka ikatannya” perintah Felix.

Kai mengangguk lalu pergi ke belakang Yua untuk membuka ikatan di tangannya. Sedangkan Felix berjongkok di depan Yua, dia menyeringai setelah melihat tubuh Yua dari dekat.

Yua sempat takut saat melihat ekspresi Felix, tapi kemudian ia lega setelah tangan Felix bergerak untuk menutup kancing seragamnya.

Yua mengenal dia, Felix, anak baru yang duduk di sebelahnya.

“Guan, kau bawa pisau? Ikatan ini terlalu kencang dan susah dibuka” pinta Kai.

Guan segera mengambil pisau lipat dari sakunya, membuat Yua bergetar ketakutan.

“Tenang saja, Kai itu profesional, dia tidak akan membuatmu tergores sedikit pun” kata Felix yang menyadari ketakutan Yua saat melihat pisau.

Yua menunduk melihat Felix yang tersenyum manis, lalu ia mulai tenang.

Felix sendiri mengeluarkan pisau dari saku jasnya untuk membuka tali yang mengikat kaki Yua.

“Nah, selesai –” belum juga Felix menyelesaikan kalimatnya, Yua sudah buru-buru pergi meninggalkan mereka.

“Apa perlu saya kejar boss?” tanya Kai.

Felix menggeleng “Tidak, kalian berdua cari saja makanan untuk kita, yang banyak... aku yang akan mengejarnya. Dia adalah berlian kita yang berharga.”

“Baik boss.”

Sementara itu Yua terus berlari menuju perpustakaan, masuk ke lorong sepi yang biasa ia gunakan untuk

bersembunyi. Tempat itu sepi karena hampir tidak pernah ada yang mengunjungi selain Yua.

Yua terus menangis karena kali ini perlakuan Chris keterlaluan, jika tidak ada yang menolong, mungkin Yua sudah – ugh! Yua sangat membenci Chris!

Yua berjanji dia akan berubah, tidak lagi cengeng, dia akan berubah menjadi sangat cantik hingga semua orang bertekuk lutut. Setelah semuanya sudah dalam genggamannya, dia akan membalaskan rasa sakit yang pernah mereka torehkan pada Yua selama ini.

Chris, Paman, Bibi, Nia, Laura, Mark, Darren, semuanya ... Yua membenci mereka.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!