_Siapa lagi yang akan merubah hidupmu, kalau bukan dirimu sendiri_
.
.
.
Surabaya city.
Malam itu terlihat sunyi. Bunyi jarum jam terdengar sangat keras. Di sebuah kamar terlihat seorang gadis muda yang tengah menangis meratapi nasibnya yang begitu malang.
Nazila Qorri' Aina. Gadis manis yang baru 20 tahun itu dipaksa oleh sang ayah untuk menikah dengan anak bisnis temannya.
Merasa tak mau di kekang, Zila pun nekat melarikan diri. setelah membawa beberapa baju dan uang tabungan nya, ia mengendap - endap berharap misinya berhasil.
Dan setelah menghindari cctv dan mengelabuhi beberapa pengawal iapun lolos.
Ya. Rumah Zila lumayan bagus karna ayahnya memiliki bengkel motor dengan 8 cabang. Jadi penghasilan nya cukup banyak untuk menghidupi keluarganya.
Apalagi Zila cukup pintar dan kuliah dengan beasiswa jadi tidak memerlukan biaya. malah di kasih uang sama pemerintah perbulannya.
Ia wisuda di umur 20 tahun karena kepintarannya. Sayangnya disaat ia mau merintis karir malah dipaksa nikah sama orang tua.
Kata sang Ibu "mau jadi apapun seorang wanita pasti akhirnya juga jadi ibu rumah tangga" seperti itulah tutur sang ibu.
Tapi sudahlah yang penting ia bisa kabur dari rumah.
Dalam hati ia berjanji akan kembali menjadi anak yang sukses dan bisa membanggakan orang tua tercinta.
Melalui kereta, Zila merantau di Jakarta. Ia menyewa kos yang cukup murah dan berencana mencari kerja keesokan harinya. Karena perjalanan yang begitu jauh ia pun tertidur seharian.
🌷🌷🌷🌷
Surabaya city.
Cuaca hari itu terlihat mendung. Menemani suasana hati sepasang suami istri yang merasa kehilangan separuh hati mereka. Mereka adalah orang tua Zila.
Mereka menyesali perbuatannya. Karena itulah mereka di tinggalkan sang anak. Hanya sebuah surat saja yang tersisa.
@Zila..
" Ayah, ibu... Zila sayang sama kalian. Zila mungkin akan pergi jauh dalam waktu yang sangat lama. Zila janji akan kembali setelah sukses. Maafin Zila ya, udah mengecewakan ayah sama ibu. Jangan khawatirkan Zila. Zila akan menjaga nama baik ibu sama bapak. Zila akan baik - baik saja. Zila sayang sama ibu. Zila sayang sama ayah. Do'akan Zila ya. 🙂"
🌷🌷🌷🌷
Pagi itu sang mentari tengah bersemangat menampakkan dirinya. Kota metropolitan itu terdengar bising seperti biasanya.
Seorang gadis dengan tinggi yang hanya 158 itu tengah bersiap untuk mengawali karirnya. Rambut panjangnya ia kuncir dua dilengkapi dengan kaca mata kebesaran yang bertengger di hidungnya. Tak lupa Baju kebesaran yang selalu di pakainya.
Ya. Gadis itu adalah Zila. Bukan tanpa alasan ia dipaksa nikah. Alasan yang paling utama adalah karna Zila tak pernah terlihat dekat dengan lelaki. Teman pria saja tidak punya. Jadi karena itulah ia mau di jodohkan.
Semua itu adalah akibat dari penampilannya. Zila selalu tampil culun. Mana ada yang mau meliriknya. Zila sengaja berpenampilan seperti itu.
Saat sekolah ia pernah hampir dilecehkan oleh salah satu temannya. Kejadian itu membuat ia trauma. karna itulah ia merubah dirinya. Berharap kejadian seperti itu tidak terjadi lagi.
Setelah merasa sudah cukup rapi Zila segera keluar dari kosnya. Halte bus adalah tujuan pertamanya.
Ia telah mencari beberapa perusahaan yang tengah membuka lowongan. hari ini ia akan mencoba melamar disana. Ia kuliah jurusan bisnis. Walau tanpa pengalaman tapi ia lulus dengan nilai yang memuaskan. Ia berharap bisa di terima di perusahaan.
Setelah lama menunggu, bis kota pun datang. Di perjalanan ia melihat banyak sekali ambulan berlalu lalang. 'apa ada kecelakaan?' begitu pikirnya.
🌷🌷🌷🌷
Satu minggu telah berlalu dan tak ada panggilan satupun untuk dirinya. Dalam hati ia memaklumi saingan para pencari rupiah cukup banyak. Apalagi Zila yang minim pengalaman. Penampilannya yang culun membuatnya dipandang sebelah mata oleh pihak HRD.
Hari pun berganti hari. Tak terasa ini sudah 1 bulan semenjak ia meninggalkan rumah. Sampai saat ini Zila masih belum bekerja. Ia hampir frustasi. Ternyata sesulit ini mencari pekerjaan. Otak cerdasnya tak membantu sama sekali.
Kini keuangannya semakin menipis. Ditambah biaya hidup di kota Jakarta berbeda dengan Surabaya.
Tau gini ia akan menikah dan bersantai dirumah. Suami yang cari uang, dirinya yang menikmati. Ingin rasanya ia menertawakan diri sendiri. Ia sudah terlanjur di Jakarta sekarang.
Apa jadi simpanan orang kaya saja ya ? ia menggeleng kan kepalanya. karna lelah ia jadi berfikiran yang negatif.
" Zila, kamu hanya akan memperburuk nama orang tua mu!" ia memarahi diri sendiri.
Sorenya Zila tengah belanja di salah satu swalayan yang cukup murah. Membeli beberapa bahan yang dikiranya cukup buat satu minggu.
Uangnya benar - benar menipis. Ia berharap dapat pekerjaan walau tidak di perusahaan.
Zila hanya jalan kaki karna jaraknya tak jauh dari kos nya. Belanjaanya banyak, ia terlihat kesusahan membawa nya.
Brukkkk
Kecelakaan tak bisa di hindari. Sebuah mobil tiba - tiba berbelok kearahnya dan menabraknya.
Beberapa tubuhnya sedikit memar dan menyedihkan nya barang belanjaannya jadi tercecer di jalanan. Uang nya sudah menipis pula.
Ingin rasanya ia meratapi nasibnya yang begitu malang. Ya Tuhan, apa ini karma karna aku telah pergi tanpa meminta restu orang tua.
Zila memungut beberapa bahan yang masih bisa di masak.
Si pengendara mobil pun segera turun, wanita paruh baya itupun membantu Zila.
" Maaf ya mbak. Saya banyak fikiran jadi kurang fokus." ucap wanita itu dengan tulus.
" Iya bu gpp."
" Saya buru - buru mbak. Ini saya ada sedikit rezeki buat mbak." ucap wanita itu sambil menyodorkan beberapa lembar uang berwarna merah.
" Gpp kok bu. Saya baik - baik saja." tolak Zila halus. Walau dalam hati nya ia menjerit. 'wow duit,,, duit,, aku mau'
" Ayolah mbak. Anggap saja sebagai biaya pengobatan luka mbak." paksanya lagi.
" Ngga bu. Ini cuma luka biasa. Palingan beberapa hari juga sembuh." tutur Zila dengan lembut.
Sejenak Zila memperhatikan wanita paruh baya itu. Wanita itu terlihat seperti orang kaya. Mendadak ide tak tau malunya muncul.
" Ekmm.. bu." Zila berhenti sebentar sebelum melanjutkan kalimatnya. Ia agak ragu juga sedikit malu.
" Iya mbak." tanya si wanita.
" Ekmm.. itu.."
Wanita paruh baya itu masih menunggu. Zila menghirup udara banyak banyak lalu berkata.
" Nama saya Zila. Saya asal Surabaya. Saya baru sebulan disini. Tapi sampai sekarang saya belum mendapat pekerjaan. Seandainya kalau ibu tau ada lowongan bolehkah beri tau saya ?" pinta Zila dengan lancar.
Ia sedikit grogi berkata seperti itu didepan orang yang terlihat kaya di depannya ini.
Si wanita paruh baya tertawa kecil.
" Oh, mbak butuh pekerjaan ya. emm.. Sebenarnya pembantu saya ada yang mengundurkan diri karna usia. mbak bisa memasak ?"
" Iya bu."
" Baiklah. Panggil saya bu Susi. Datanglah ke alamat ini. Dan temui saya." ucap si wanita.
" Terima kasih, bu."
Zila sangat senang dapat pekerjaan. Walau cuma pembantu. Seperti nya ia harus berbisnis sendiri setelah mengumpulkan uang lagi nanti.
-To Be Continued-
_Manusia ibarat wayang, dan Allah lah sang dalang nya_
🌷🌷🌷🌷
Kadang ekspektasi tak seindah realita. Padahal dalam hati Zila sudah yakin bisa merintis karir melalui perusahaan di Jakarta. Namun jalannya tak semulus yang ia kira. Sepertinya ia harus mengumpulkan uang kecil dulu buat bisnis sendiri.
Setelah bertemu dengan bu Susi keuangannya lumayan bertambah. Hidup nya cukup tenang. Gajinya juga naik 3,8 juta karna berkat kesabaran hatinya ia ditunjuk sebagai pengasuh nenek Merry.
" Gini ya ternyata kalau kerja, gak segampang yang aku bayangkan" gerutunya sambil memasukkan beberapa bahan masakan.
Zila sangat berterima kasih pada sang ibu. Berkat bakat ibunya yang pintar urusan dapur, Zila juga bisa. Yah, walau harus diomelin terus waktu bantuin dulu. Biasalah ibu - ibu. Kurang afdol rasanya kalau gak cerewet.
Tak terasa sudah hampir setengah tahun Zila kerja dirumah mewah itu. Banyak sih pelayanannya, hanya saja Zila dapat bagian dapur dan bantu jagain nenek Merry bersama suster pribadinya. Biasalah penyakit lansia. Pribadi Zila yang menyenangkan membuat nenek Mery terhibur.
Setiap bulannya para pelayan akan dapat libur sehari bergantian. Dan hari ini adalah hari libur Zila.
Pagi sekali Zila membersihkan diri dan bersiap. Ia ingin berburu kuliner yang ada di jakarta.
Berbagai makanan ia coba dari berbagai daerah. Makanan lokal memang sangat menggoyang lidahnya. Puas banget.
Pokoknya Zila mau memperbesar perut biar bahagia.
Setelah berputar - putar Zila memutuskan untuk mengakhiri perjalanan nya ke taman kota.
Bunga - bunga yang bermekaran membuat suasana hatinya membaik. Jujur, ia sangat merindukan ayah dan ibunya.
Sebuah cairan bening meluncur di pipinya, ia menangis dalam diam. Ia malu pulang. Apa yang harus ia katakan pada mereka ?
Pendidikan S1 jurusan bisnis. Itupun cuma dalam 3 tahun dan nilai nya sangat baik. Dan berakhir menjadi pembantu.
Drrtt... Drtt...
Zila menerjabkan matanya berkali-kali. Kedua matanya melihat sekeliling nya.
" Astaga aku ketiduran di taman. Ahh... lelah sekali." meregangkan otot-otot nya yang cukup kebas.
Drtt... Drrtt....
Zila merogoh ponselnya yang sendari tadi berdering. Dilihatnya sudah pukul delapan malam. Ia pun memencet tombol hijau.
" Iya bu Susi." jawab Zila sopan pada majikannya.
" Kamu dimana Zila." tanya si majikan yang mengkhawatirkan pelayan kesayangannya.
" Maaf bu Zila ketiduran di taman."
" Ya Allah,, kok bisa sih, Zil. Ya sudah cepat pulang ya. Hati-hati loh pulangnya, udah malem soalnya. Apa tak suruh jemput supir saja Zil." bu susi memang baik pada bawahannya.
" Makasih bu tapi ngga usah. Ini juga bus masih beroperasi 24 jam. " tolaknya halus.
" Ya sudah udah makan belum."
" Sudah bu." tadi maksudnya sebelum ketiduran.
Setelah basa basi panggilan pun berakhir. Zila memutuskan untuk mampir ke restoran. namun saat Zila ingin ke kamar mandi, seseorang membungkam mulut nya dengan obat bius dan ia langsung pingsan. Zila di jual oleh orang itu di club malam dan di beli oleh orang kaya.
🌷🌷🌷🌷
Seorang pria tampan yang berpengaruh di tempat itu memerintahkan salah satu anak buahnya untuk membeli seorang gadis.
ia melakukannya karna ada rekan bisnis yang bermain curang. Rekan bisnis nya memberi nya obat perangsang dan berniat jahat padanya.
Dan saat di club malam itu lah, anak buah nya menemukan gadis perawan yang baru di jual.
🌷🌷🌷🌷
Cahaya indah di pagi hari membangunkan Zila. Kepalanya terasa sangat sakit. Ia merasakan perutnya tertimpa sesuatu yang berat.
Tangan ? tangan siapa ini dan ohh tidak !! kenapa ia tak memakai sehelai benang pun. Ia menyingkirkan tangan bajingan itu dan mencoba melarikan diri.
Zila memungut beberapa pakaiannya. Namun semuanya tak layak pakai, bajunya sobek semua. Alhasil ia memakai kaos pria itu yang terlihat kebesaran.
" Dasar sampah ! jahat ! teganya bajingan itu. hiks apa yang terjadi semalam ? kenapa aku ngga ingat sama sekali. Ya Allah, hamba telah melakukan dosa yang besar. maafkan hamba ya Allah." gerutunya dalam hati. Berbagai sumpah serapah ia lontarkan.
Zila pun segera pergi dari tempat terkutuk itu tanpa melihat rupa lelaki yang tengah merebut kesuciannya.
Ini lah kesalahan Zila. seharusnya ia melihat rupa dari pria itu.
Semenjak hari itu Zila menjalani hari-hari nya yang terasa berat. Ia sering sakit kepala juga mual.
Zila mulai takut, dari gejala yang ia alami ia tau betul ia kenapa.
Setelah meminta izin ia pun pergi ke apotek untuk membeli sebuah testpack.
Setelah mengikuti langkah langkahnya ia pun dengan was was melihat hasilnya.
Dengan perasaan yang takut akhirnya.
Positif.
Zila merosot didepan pintu kamar mandi. Ia membekap mulutnya. Ia menangis meraung dalam diam.
Mengapa ? mengapa nasibnya tak pernah baik. Ia selalu berperilaku dengan baik.
tok.. tok.. tok..
" Zila." panggil bu Susi.
" Ya bu." sahut Zila dari dalam dengan suara sedikit nyaring.
Zila pun mencuci wajahnya dengan cepat kemudian mengambil kaca matanya yang baru ia beli setelah kejadian satu malam itu. Soalnya saat itu kacamata nya hilang.
Pintu pun terbuka. " ada apa bu." tanya Zila halus di barengi senyum khasnya.
" Zila tolong masakin cumi, udang goreng, sama ayam ya. Malam ini tambah menunya. Soalnya anak saya mau pulang kerumah." tutur bu Susi.
" Iya bu." jawab Zila dengan suara yang lemah.
" Zila kamu sakit ?" tanya bu Susi sedikit mengkhawatirkan kondisi Zila.
" Gpp kok bu. cuma lagi kangen sama keluarga." ucap Zila.
" Ohh.. kamu kalau mau pulang gak papa. Saya izinin kok. ngga perlu nangis diam diam." canda bu Susi yang kemudian melakukan aktivitas biasanya.
🌷🌷🌷🌷
malam harinya.
" Mama." panggil Rafa pada ibu tersayang.
" Anak nakal." Susi menjewer telinga anak semata wayangnya itu yang betah sekali tinggal di apartemen nya sendirian.
" Ngga pulang pulang. Kamu itu bukan bang Toyib, Rafa." umpat Susi melampiaskan kerinduannya dengan amarah. Begitulah cara Susi melampiaskan perhatian nya untuk sang putra.
" Maaf ma. Nanti aku akan menambah sekertaris lagi biar ngga sibuk banget." tutur Rafa mencoba bernegosiasi.
Susi mengambil nafasnya dalam dalam. mencoba mengontrol emosi nya.
" Ya sudah. Ayo makan. Chef mama baru. Masakannya enak banget." Rafa pasrah saat sang mama menyeret paksa dirinya ke meja makan.
Dimeja makan pun terjadi hal yang sama. Karna neneknya yang walaupun masih tua tapi omelan pedasnya masih berlangsung lama.
Inilah satu alasan kenapa ia malas pulang kerumah.
Malam itu Zila tidur lebih awal karna memang bagiannya cuma memasak.
🌷🌷🌷🌷
Pagi harinya Zila sudah pergi meninggalkan rumah itu. Ia tak mungkin tinggal disana. Perutnya akan membesar dan ia takkan bisa menampik fakta kalau ia sedang berbadan dua.
Ditempat lain, di sebuah gedung pencakar langit termewah di Jakarta, berdiri lah sebuah perusahaan besar. AS Corporation. Almarhum Arief Sarfaraz adalah pendiri perusahaan ini.
" Apa kau sudah menemukan gadis itu ?" tanya si pewaris perusahaan.
" Belum Tuan maafkan saya. Mencari orang tanpa tau nama dan wajah gadis itu tidaklah mudah." jawab si sekertaris yang merasa bersalah karna tak membawa hasil bagus untuk tuannya.
" Cihh. Ternyata ada juga yang tidak bisa kamu lakukan." ucap pewaris sambil menendang keras mejanya.
Sebenarnya sekertaris nya ini sangat bisa diandalkan. Anggap saja saat ini ia mendapatkan kasus yang sangat sulit.
" Maaf Tuan."
" Sana keluar. Minta bantuan sama Roy" Roy adalah seorang hacker sekaligus tangan kanannya si bos.
" Baik Tuan." Sekertaris itupun melangkah meninggalkan tuannya.
-To Be Continued-
_Banyak uang tidak menjamin kebahagiaan seseorang. Tapi waktu juga kasih sayang_
.
.
.
8 tahun berlalu....
Dalam hati Zila menyesal melarikan diri dari rumah. Ia merasa dengan hidup mandiri dan sukses dengan usahanya akan membuatnya puas.
Tapi ternyata semua itu tidak berguna sama sekali. Zila sudah punya uang banyak, bukannya merasa bangga tapi malah malu pulang kerumah.
L's Cafe adalah usaha yang didirikan oleh Zila dengan modal yang ia dapatkan dari kerjanya sebagai babu.
Tempat yang awalnya cuma sewa kini sudah menjadi miliknya.
Kerjaan Zila datang ke Cafe cuma memantau, soalnya ia lebih menghabiskan waktunya untuk anak - anaknya.
Bahkan sudah ada cabangnya walau baru 2 saja. Cafe itu cukup luas dan strategis dekat dengan perusahaan besar juga 2 perusahaan menengah.
Kampus besar juga berdiri tak jauh dari sana jadi Cafe yang cabangnya tak jauh dari tempat itu selalu ramai setiap harinya.
Karyawan nya juga para mahasiswa yang menggunakan waktu luangnya buat menambah rupiah.
Juga ada sepasang suami istri yang saat itu menolong Zila saat tak sadarkan diri di tengah jalan.
Ya, Zila pernah pingsan karna kondisi janinnya yang rentan.
Dulu ia hamil kembar 3, karna itu perutnya membesar lebih lebar dari pada perempuan hamil pada umumnya.
Leon, Leo, dan Liona adalah nama mereka. sampai saat itu juga Zila belum berani pulang ke rumah.
Siang itu terik matahari ☀️ tengah bersinar begitu panas. Sebuah mobil biasa terlihat tengah terpakir di depan sekolah.
" Mommy." teriak ketiga kembar itu ketika melihat Zila, mommy tercinta mereka.
" Bagaimana sekolah nya sayang ?" tanya Zila setelah mereka semua masuk kedalam mobil.
" Baik mom. Membosankan sekali." gerutu Leo. ia memang agak ceriwis berbeda dengan Leon yang pendiam.
Kadang Zila sedikit khawatir karna leon tidak pernah menangis bahkan sejak bayi. Leon adalah yang paling pertama lahir, Zila hampir frustasi karna tidak mendengar tangisan anaknya.
Saat bayi, ketika haus ia tidak menangis seperti saudaranya, tapi cuma bergeliat saja.
Kini Leon menjadi anak yang paling berprestasi. Bahkan kelasnya 2 tahun di atas adik - adiknya karna kejeniusannya.
" Mom, aku mau pizza." pinta Liona setelah sendari tadi menceritakan teman - temannya di sekolah.
" Aku juga mau mom. Yang paling besar." seru Leo tak kalah antusias dari Liona.
Zila cuma tertawa kecil menuruti permintaan buah hatinya. Tangan halusnya mengelus - elus kepala Leon yang selalu tenang.
Ia berfikir, siapakah ayah dari ketiga anaknya ? apakah ia adalah orang yang jenius seperti Leon. Atau yang pemarah tapi penyayang seperti Leo. Bisa juga yang pemberani seperti Leona.
Entahlah. Ia berharap takkan pernah bertemu dengan bajingan menyebalkan itu.
🌷🌷🌷🌷
Setelah mengantarkan anaknya ke sekolah Zila berniat untuk memantau Cafe yang sudah didirikannya.
" Selamat pagi, mbak." sapa Nuri, tangan kanan Zila yang sudah bekerja semenjak Cafe ini berdiri.
Awalnya Nuri hanya karyawan biasa dan masih kuliah. Namun setelah lulus ia di angkat jadi pengganti Zila karna kejujuran dan kedisiplinan nya.
" Pagi juga, Nuri." jawab Zila sopan. Memang itulah sifatnya. Ia sangat menghargai orang lain. Mengingat ia juga pernah di posisi mereka.
Sesekali bu Susi datang ke Cafe ini untuk berbincang. Namun ia belum memperkenalkan anaknya pada mantan majikannya itu, ia tidak mau membohongi banyak orang.
Hanya karyawan dan pengasuhnya saja yang tau kalau ia sudah punya anak. Ya,, sendari kecil memang ia menyewa pengasuh, Meli adalah pengasuh pertamanya disusul Yana setelah Cafenya berkembang pesat.
Karna tak mungkin ia bisa merawat tiga anak sendirian. Belum lagi ia harus memberi makan mereka dan makan butuh uang.
-to be continued-
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!