Morgan Aelisius Hastanta, siapa yang tak mengenalnya? Dengan wajah tampan, tinggi badan jauh diatas rata-rata dan kekayaan keluarga Hastanta mendukungnya bahkan dia di gadang-gadang menjadi salah satu pria tampan yang paling diminati di Asia.
Putra bungsu keluarga terpandang Hastanta ini terkenal playboy namun tidak ada 1 pun wanita yang dapat menaklukan hatinya. Pemilik Bar dan seperempat kekayaan Hastanta membuatnya di gilai banyak wanita segala kalangan bahkan ibu-ibu pasti ingin anaknya jadi pendamping seorang Morgan.
"Jangan mendekatiku lagi kalau kau ingin status! Aku gak suka berhubungan dengan status kau mengerti itu kan!?" Bentak Morgan pada wanita cantik di depannya, mereka sedang berada di salah satu Bar milik Morgan yang terkenal elit dan mahal.
"Kau jahat Morgan! Aku sudah 4 bulan ini menemanimu dan kau bilang kau tidak ingin memberiku status?" Balas si wanita tak kalah emosi.
"Hei Shenna, kau kan tau sendiri kalau Morgan gak pernah berkomitmen dengan siapapun, kaya kita-kita ajalah hepi dan yang penting bersama kaya gini. Ya gak?" Timpal wanita cantik lainnya dan merangkul pundak Morgan yang telah duduk di salah satu kursi di Bar-nya.
"Jangan samakan aku dengan kalian bodoh, aku gak semurahan kalian, aku adalah wanita terhormat!" Bentak Shenna membuat salah satu dari beberapa wanita disana marah dan menamparnya.
"Kau terhormat? Oh mai gat... lalu untuk apa kau di sini dan 2 hari lalu kau check-in dengan sutradara Robby apa kau lupa?"
"Jangan sembarangan.. apa buktinya aku check-in dengan sutradara itu, kami hanya membicarakan naskah dan beberapa masalah. Jangan memnfitnahku dasar ******!!"
"Kau yang ******, mana ada bicara sampai pagi baru keluar!"
Morgan yang lelah mendengar pertengkaran para wanita memilih pergi dari sana tapi sebelum itu dia telah memperingatkan para wanita itu jangan lagi mendekatinya karena sudah mulai muak dengan kelakuan wanita bar-bar seperti mereka.
"Dan kau Shenna, jangan berharap terlalu tinggi. Aku gak pernah sekalipun menyuruhmu mengikutiku apalagi menjalin hubungan, kau sendiri yang mengikutiku dan bagiku kau sama dengan wanita lainnya, aku harap kau mengerti maksudku." Tegas Morgan lalu pergi dari sana.
"Sial kau Morgan!! Akan kubalas kau nanti." Teriak Shenna tak kalah berisik dari musik yang diputar di Bar itu, membuat keributan seperti itu sudah menjadi pemandangan biasa apalagi para wanita yang memperebutkan seorang Morgan.
Morgan memilih masuk ke ruangan kantornya di Bar pertamanya yaitu Today Bar yang biasa di sebut TB, dia mulai pusing dengan banyaknya wanita di sekelilingnya yang hanya bisa ribut dan ribut.
"Aku bosan.. gangguin bang Fano aja ah.." Morgan menelepon saudaranya yang sedang ada si Singapura untuk pekerjaan dan bisnisnya, setelah hampir sejam dia ngobrol akhirnya diakhiri juga dan gantian dia menelepon Tatiana kakak satu-satunya dan merupakan artis yang sedang naik daun, sama dengan Fano tadi dia ngobrol hampir 1 jam dan diakhiri lagi, Morgan ingin mengganggu Damian juga saudara tertuanya tapi diurungkan niat itu karena Damian sedang patah hati.
"Hah lega rasanya mengganggu 2 saudaraku yang paling bawel itu." Morgan pergi dari kantornya dan pulang ke rumah setelah tengah malam.
\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~
"Shen, beneran mau ke NYC nih?" Tanya asisten Shenna yang merupakan pria kemayu.
"Iya, aku mau buktikan sama Morgan itu, setelah 2 tahun aku akan kembali menjadi Shenna yang berbeda dan dia pasti gak akan nolak aku lagi." Tekad Shenna dan dia segera menyiapkan semua kebutuhannya, dia akan berangkat besok untuk mulai berkarir disana sebagai model.
Shenna akan memulai kehidupan barunya disana dan menjadi model terkenal untuk brand ternama seperti impiannya, setelah dia mendapatkan nama besar dia akan kembali dan mendekati Morgan untuk menjadi menantu dari keluarga Hastanta.
Bukan karena dia mencintai Morgan tapi karena obsesinya yang ingin masuk ke keluarga terhormat. Targetnya adalah Morgan sebab dia yang paling mudah untuk di dekati, kalau Damian, dia tak punya kesempatan karena ada Dayana teman baiknya yang selalu didekatnya, Stefano? Sangat dingin dan terkenal kejam.
Pernah Shenna mendekati keluarga Sadana, Archer dan Leo sangat sulit di jangkau karena sama seperti ayahnya Aries yang tidak suka dekat dengan wanita yang tidak mereka kenal. Jadi target paling mudah dijangkau hanyalah Morgan.
"Aku pasti akan mendapatkanmu Morgan, saatnya tiba nanti aku akan singkirkan semua wanita disampingmu." Gumam Shenna dan matanya tajam menatap foto Morgan.
Morgan masih tidur di pagi menjelang siang, sejak tadi ibunya Lusia sudah berteriak di depan tempat tidurnya tapi si anak bungsunya itu masih enak terlelap dengan digulung selimut.
"Morgan ya ampun mami capek bangunin kamu." Keluh Lusia dan menarik selimut Morgan dengan kasar sampai Morgan terbagun dan menggeliat meregangkan ototnya.
"Iya mami, Morgan bangun nih.." Ucapnya masih dengan suara serak dan malas.
"Kamu pulang jam berapa? Mabuk ya?" Tanya Lusia curiga karena Morgan tidak biasanya susah dibangunkan.
"Ya ampun mamiku yang cantik, Morgan ini anak baik loh meskipun pemilik Bar tapi ga pernah minum sampai mabuk ataupun kebablasan." Ujar Morgan tapi Lusia malah memicingkan matanya tidak percaya.
"Ih mami, tanya bang Fano atau kak Ana deh, tadi malam Morgan teleponan sama mereka sampe tengah malam mami..." Morgan kini duduk dan memandang Lusia dengan sorot mata serius dan tidak bercanda agar maminya percaya.
"Kenapa telepon abang kamu tengah malam? Dia tuh lagi kerja dan butuh istirahat."
"Duh mami, bang Fano baik-baik aja disana dan dia juga butuh temen ngobrol jangan gitu deh mentang-mentang anak kesayangan mami."
"Ya udah.. mandi dan kuliah, kamu tuh uda taun terakhir jangan bikin malu."
"Loh tapi taun terakhirnya S2 kan mi hahaha.."
Lusia menjewer Morgan gemas barulah dia keluar dari kamar anak bungsunya yang selalu bisa saja bikin kesal.
Morgan segera mandi dan turun untuk makan siang bersama Lusia yang sedang makan sendirian. Ya karena anak-anaknya sudah besar dan Ken juga masih sering syuting jadinya dia lebih banyak sendirian atau pergi ke rumah adik iparnya Elara yang hanya beda beberapa rumah dari rumahnya.
"Mami.. masak apa hari ini?" Tanya Morgan bergitu sampai di meja makan.
"Hari ini makanan kesukaan mami karena yang lainnya gak pulang makan siang." Jawab Lusia dan mengambilkan makanan untuk Morgan juga yang duduk di sebelahnya.
"Nih ada soto ayam bening, perkedel kentang dan ceker."
"Wah enak nih.." Morgan melahap soto dan nasi yang langsung dia campurkan sampai habis membuat Lusia tersenyum senang melihat Morgan yang tidak pemilih dalam hal makanan.
"Nah kenyang, Morgan pergi ya mami.." Pamit Morgan dan mencium pipi Lusia lalu mengambil kunci mobil yang dia letakkan di meja tadi dan pergi untuk kelas siangnya yang akan dimulai 15 menit lagi.
Dengan santai dia menyetir mobilnya dan menikmati kemacetan sedikit di dekat kampus.
Sampai di parkiran dia sudah melihat Syifa yang sedang digoda oleh seorang pria, Morgan menghampiri mereka dan membuat pria itu otomatis menjauh saat Morgan dan Syifa sudah ngobrol.
"Hahaha dia pergi, nah kalo mau cowo tuh suruh aku aja yang milih, kalo yang kaya gitu ga usah, masa aku dekati aja udah ketakutan." Goda Morgan yang kini berjalan bersama Syifa masuk ke dalam gedung UHS.
"Yah kamu lupa tuan muda Hastanta? Siapa yang berani sama kamu?"
"Nah kalo ada cowo yang berani berarti cocok tuh jadikan suami, berarti memang dia pemberani dan serius sama kamu Sipa.."
"Ck.. uda ah.. masuk sana aku mau ke ruang dosen, dan jangan tidur ini kelas terakhirmu di semester ini sebelum lulus."
"Iya bawel, ih pusing deh kalo uda jaidi sekretaris beneran nanti."
Hari ini Morgan serius dengan belajarnya dan minggu depan dia akan ujian akhir untuk gelar S2 nya, dari semua saudaranya dia paling lama menyelesaikan kuliahnya tapi bukan karena dia bodoh tapi karena Morgan sangat serius dengan bisnis Bar dan beberapa restorannya yang kini sudah ada 4 cabang Bar dan 8 cabang restoran di seluruh negara ini, dan itu adalah hasil dari kerja kerasnya tanpa bantuan dana dari keluarga Hastanta.
TBC~
Hazel Catalina Gauthier, wanita cantik keturunan Brazil, Indonesia, Inggris. Ayahnya asli dari Brazil dan ibunya keturunan Indonesia dan Inggris, jangan tanyakan kecantikannya. Hazel wanita tercantik di kampusnya dulu dan dia sangat di puja-puja di salah satu universitas ternama di London. Dengan tinggi badan 172cm, badan sintal berbentuk gitar spanyol, kulit mulus sedikit kecoklatan eksotis ala wanita Brazil dan rambut coklat pirang yang menambah keseksiannya.
Tapi Hazel kini hanya seorang wanita dan istri yang tersiksa di sangkar emas, dia diperlakukan seperti tahanan dan disiksa oleh suaminya yang telah dia kenal sejak masih kuliah dulu.
Flashback 6 tahun lalu,
Hazel yang masih 21 tahun telah menjadi primadona kampus karena kecantikannya yang sempurna dimata para lelaki, sayangnya hati Hazel sudah dipenuhi oleh Juan Ignatius kekasihnya yang juga tampan dan gagah, di sekitarnya juga ada Nicholas Wang yang terus mengejarnya meskipun Hazel telah memiliki kekasih sejak setahun yang lalu.
"Nicho, jangan begini pleaseee... Juan bisa marah kalau kau terus memberiku bunga." Mohon Hazel, Nicho tidak pernah menyerah dan terus saja ingin meluluhkan hati Hazel gadis yang sangat dia cintai tapi Hazel sudah bersama Juan dan tidak mau menghianati kekasihnya.
"Aku cuma beri bunga, emangnya ada larangan ga boleh kasih bunga ke seseorang?" Elak Nicho padahal dia memang bermaksud merayu Hazel.
"Hei Wang.. enyah kau! Karna kau kaya seenaknya merayu pacar orang." Hardik Juan yang baru saja sampai disana. Lorong itu begitu banyak mahasiswa yang memandang mereka seperti menonton pertunjukan.
"Jangan ribut, kita mau ujian dan sebentar lagi lulus jadi jangan bikin masalah." Lerai Hazel karena melihat Juan sudah mengangkat tangannya dan mencengkram kerah baju Nicho. Juan melepaskannya dan merangkul Hazel untuk berjalan bersamanya ke ruang ujian di hari terakhir mereka.
"Napa Hazel? Juan ribut lagi dengan Nicho?" Tanya Olivia sahabat Hazel saat dia duduk di kursinya di sebelah Oliv.
"Iya, aku pusing lihat Nicho yang gak ada kapoknya padahal Juan beberapa kali memukulnya." Keluh Hazel tapi pembicaraan mereka berakhir sebab dosen pengawas sudah masuk untuk ujian terakhir mereka.
\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~
Pesta meriah diadakan di area kampus dan berakhir pada tengah malam, tentu tidak berakhir begitu saja dan para mahasiswa masih melanjutkan pesta kelulusan mereka disalah satu rumah teman mereka yang kaya raya dengan rumah mewah dan banyak tempat untuk pasangan memadu kasih.
Hazel dan Juan masih menikmati pesta namum Hazel sama sekali tidak menyentuh alkohol karena memang dia alergi dan akan gatal-gatal jika meminumnya maka hanya Juan yang sudah sedikit mabuk saat itu.
"Juan jangan minum terlalu banyak, kamu harus nyetir nanti." Hazel mengingatkan tapi Juan tidak peduli dan malah semakin banyak menghabiskan minuman beralkohol di gelasnya.
Hazel hanya pasrah saat Juan sudah terjatuh sempoyongan, akhirnya dia membawa Juan ke salah satu ruangan sepi disana yang sepertinya adalah sebuah mini theater.
Hazel mendudukkan Juan dan memberikannya minum air mineral dan menunggu Juan hingga sadar disana sambil membuka film yang memang sudah terpasang di video dan menampilkannya ada layar besar disana.
Setengah jam berlalu dan Hazel mulai mengantuk dan dia tertidur, tapi Juan malah terbangun tapi masih dalam keadaan belum sadar sepenuhnya, dia melihat Hazel yang cantik tertidur sambil duduk terlihat sangat cantik lalu menciumnya dengan ganas.
Hazel yang terkejut lalu mendorong Juan, dia tidak terbiasa di cium dengan kasar seperti itu tapi Juan terus melakukannya sampai Hazel kesal dan menampar Juan.
"Kau.. dasar!! Plakk!!" Juan balas menampar Hazel lalu dengan paksa membuka gaun Hazel sampai dia polos lalu memperkosanya dengan kasar diruangan kedap suara itu.
Hazel meronta dan berteriak keras tapi tidak ada yang menolongnya hingga Juan puas melampiaskan napsunya. Hazel terus menangis, kesuciannya telah direnggut paksa oleh orang yang dia cintai. Mungkin remaja disana sudah biasa dengan **** bebas tapi tidak dengan Hazel yang telah ditanamkan norma ketimuran oleh ibunya tapi kini sia-sia dia telah hancur.
Juan pergi begitu saja setelah menikmati tubuh Hazel meninggalkannya dengan luka dan sakit yang teramat dalam.
Sampai pagi Hazel masih menangis disana, tidak ada yang mencarinya bahkan hapenya masih sepi karena orangtuanya juga sudah pindah ke Hongkong untuk bekerja dan dia sendirian di sini meratapi nasibnya.
"Hazel.. Hazel, kau baik-baik saja?" Tanya Nicho yang sejak tadi mencarinya.
"Kenapa kau tau aku disini?" Tanya Hazel masih dengan tangisnya, dia terlihat kacau dan Nicho langsung memeluknya.
"Si brengsek Juan yang bilang dan dia juga menceritakan ke semua orang dengan bangganya kalau kalian sudah.. sudah..." Nicho tak sanggup melanjutkan kalimatnya.
Juan sengaja menceritakan kalau dia telah mengambil keperawanan Hazel, primadona kampus agar membuatnya dipandang hebat oleh semua lelaki disana. Hazel tambah hancur saat itu dan terus menangis. Nicho tetap disampingnya sampai tangisnya reda dan memutuskan untuk pulang.
2 Bulan berlalu dan Hazel ada di sebuah klinik kecil di kota London dan dia masih tidak percaya kalau saat ini dia tengah hamil dan sudah 7 minggu, Hazel ingin mengugurkan kandungannya tapi dia tidak bisa setelah mendengar detak jantung janin dalam perutnya.
Hazel mendatangi Juan yang sedang bekerja disalah satu club malam sebagai bartender, dia sebenarnya sudah memutuskan hubungannya dengan Juan, tapi karena kehamilannya dia harus beritahukan ke Juan agar dia tanggungjawab.
"Kau hamil? hahahaha aku gak yakin itu anakku." Juan tertawa menanggapinya.
"Kau brengsek Juan! Kau tau sendiri aku pertama kali melakukannya denganmu." Hardik Hazel marah. Tapi Juan malah makin terkekeh.
"Heh.. kau bisa saja setelah itu melakukan dengan siapapun, bisa aja dengan si Wang itu yang selalu ke rumahmu kan. Jangan membodohiku Hazel, aku sudah banyak menemui wanita sepertimu." Ejek Juan lalu tiba-tiba Nicho datang dan menghajar Juan. Hazel sangat terkejut melihatnya, bagaimana Nicho bisa ada di tempat seperti ini?
Setelah Nicho dan Juan selesai baku hantam, Nicho di lempar keluar oleh petugas keamanan dan Hazel mengikutinya.
"Hazel, menikahlah denganku, aku akan jadi ayah anakmu dan akan melindungi kalian." Ujar Nicho tulus tapi Hazel menolaknya.
"Gak bisa Nicho, kau terlalu baik untuk menanggung ini, bukan salahmu aku gak bisa membiarkanmu yang bertanggungjawab, biarlah aku saja yang merawat anak ini." Tolak Hazel, dia tau Nicho tulus tapi hal sebesar ini tidak mungkin keluarga Nicho akan menerimanya.
Hazel tau keluarga Nicho sangat kolot dan masih menjunjung tinggi norma agama dan sosial, jika Hazel menikah dengannya hanya menambah masalah di hidupnya.
Hazel meninggalkan Nico begitu saja tanpa menjelaskan alasan dia menolak Nicho dan hal ini membuat Nicho sangat marah pada Hazel dan bersumpah akan mendapatkan Hazel jika tidak sekarang pasti ada cara di lain waktu.
Kini Hazel sudah pindah ke Indonesia, setelah dia memberitahukan ke orang tuanya dan untung saja ayahnya sangat mendukung Hazel meskipun sang ibu tampak kecewa, tapi mereka tetap mendukung apapun keputusan Hazel. Di kota kecil ini dia tinggal bersama neneknya dari pihak ibunya.
Nenek sangat menyayangi Hazel dan sejak kecil dia beberapa kali bertemu dengan sang nenek yang kini hanya tinggal bersama 1 cucu angkatnya yang bernama Carla.
"Cucuku, kamu tinggal sama nenek aja ya disini kita rawat dengan baik anakmu dan dia akan tumbuh dengan kasih sayang melimpah dari nenek dan Carla.
"Iya nek Hazel akan disini saja sambil membesarkan anak ini." Ujar Hazel sambil mengelus perutnya yang masih belum terlihat sama sekali kalau dia sedang hamil.
Tapi mereka akhirnya hanya 3 bulan tinggal di kota itu dan nenek memutuskan untuk pindah saja ke kota J yang lebih individualis dalam masalah kehidupan, karena gunjingan orang terhadap Hazel sudah tidak sanggup mereka dengar.
Setelah terlihat perutnya yang membesar, besar juga akibatnya karena omongan orang yang menganggap Hazel hanya wanita murahan palagi dia bule dan cantik. Hazel, nenek dan Carla tinggal di sebuah apartemen di kota J sampai Hazel melahirkan anak perempuannya yang dia beri nama Amber Gauthier.
Setelah Amber lahir, 2 tahun kemudian nenek meninggal dan Carla yang masih harus melanjutkan kuliahnya membutuhkan banyak biaya, sedangkan kiriman dari ibunya juga semakin sedikit. Hazel sendiri bekerja menjadi penulis lepas dan translator tapi itu tidak cukup.
"Kakak jadi model aja deh.. ada yang tawarin kemarin." Ujar Hazel dan Carla setuju karena Hazel yang sangat cantik. Hazel mengawali karier modelnya menjadi model pakaian dalam sejenis lingerie yang seksi, cocok dengan tubuhnya yang indah menggoda dan semakin montok sehabis melahirkan. Setelah 7 bulan dia bekerja barulah dia dipertemukan dengan salah satu pencari bakat di Bellatrix untuk menjadi foto model dan memulai karier modelnya.
Flashback end
TBC~
Hazel masih duduk termenung di tepi tempat tidurnya di kamar dengan lampu remang, sengaja dia tidak menghidupkan lampu kamarnya karena ingin menikmati suasana dingin karena hujan yang mengguyur sejak sore tadi.
Kamar mewah itu menjadi saksi bisu begitu menderitanya seorang Hazel yang pernah menjadi model terkenal di Bellatrix selama setahun. Kariernya harus berhenti kala menikah untuk melunasi hutang jutaan dollar yang diakibatkan hilangnya salah satu berlian besar yang sedang dikerjakan oleh ayahnya, Pablo Gauthier.
Setahun lalu Hazel dipaksa menikah dan kini dia tengah mengandung 4 bulan dan suaminya sama sekali tidak memperhatikannya bahkan makin sering menyiksanya sama seperti awal pernikahan.
"Mama.. " Suara yang begitu lembut memanggil Hazel.
"Ya Amber sayang.. ada apa?" Sahut Hazel begitu tau Amber yang membuka pintu kamarnya dan memanggilnya. Bocah cantik itu sekarang sudah 5 tahun dan sangat pintar.
"Mama, dipanggil oma galak." Bisik Amber begitu Hazel sudah mendekatinya.
"Jangan ngomong gitu nak, nanti oma dengar dimarahi loh." Tegur Hazel tapi mereka malah tertawa bersama.
Hazel membawa Amber kembali ke kamarnya dulu baru menemui mertua galaknya agar Amber tidak melihat dan mendengar ucapan menyakitkan yang dilontarkan untuknya.
"Iya ma.. ada apa?" Ujar Hazel menghampiri mertuanya yang dengan mata mendelik kesal melihat Hazel di depannya.
"Kamu besok ke pesta ini dan jangan berbuat atau bertingkah macam-macam atau membuat malu keluarga." Dengan ketus Merry Zhao melemparkan sebuah undangan ke meja dan Hazel mengambilnya.
"Ini pernikahan siapa ma? Agar aku tau mau menyapa disana." Tanya Hazel sopan.
"Itu hanya sepupu jauh dan gak perlu sapa siapapun hanya tulis nama dan berikan angpau saja trus pulang." Jawabnya masih ketus.
"Baik ma, ada hal lain lagi?"
"Gak, sana..! "
Usir Merry dan Hazel bernapas lega karena hari ini tidak mendengar kata-kata kasar dari mertua galaknya itu, Hazel kembali ke kamar dan sepertinya malam ini suaminya juga tidak pulang. Hazel merasa lega jika tidak ada suaminya yang berarti dia akan tidur dengan tenang.
.
.
Hazel sudah berdandan, hanya sekedar memoles bedak dan lipstick nude kesukaannya, gaun yang dipakai juga tidak terlalu mencolok hanya terusan dengan panjang sebetis dan sebisa mungkin tidak memperlihatkan lekuk tubuh atau kulitnya karena suaminya itu sangat posesif.
Sampai di pesta itu, Hazel menulis nama keluarga suaminya di buku tamu dan angpao yang diberikan oleh mertuanya lalu mengedarkan pandangannya melihat mungkin ada yang dia kenal, untung saja disana dia melihat Tatiana teman satu agency di Bellatrix dulu.
"Ana.." Panggil Hazel begitu mendekat pada Tatiana yang biasa di sapa Ana.
"Hai Hazel, apa kabar?" Sahut Ana begitu tau Hazel yang memanggilnya.
"Beginilah.. kau tau sendiri sejak nikah aku ga bisa lakukan apapun." Jawab Hazel dengan wajah sendunya. Ana sempat mendengar penderitaan Hazel di awal pernikahannya yang kerap di siksa oleh suaminya yang kejam dan posesif.
"Masih sama kaya dulu?" Tanya Ana dan Hazel mengangguk pelan. Lalu datang beberapa teman Ana ada 1 wanita dan 2 pria mendekati mereka dan mengobrol sebentar.
"Eh tapi kau kenapa ada disini deh?" Tanya Ana bingung karena setaunya Hazel tidak diperbolehkan untuk keluar.
"Oh.. mertuaku yang suruh dan ini aku juga mau pulang deh.. nanti takut dia ngamuk kalo kelamaan, bye Ana aku pulang dulu." Ana memeluk Hazel sebentar sebelum melepas kepergiannya.
"Kak.. siapa tuh? bening banget." Tanya Morgan pada Ana yang masih menatap sedih pada Hazel yang semakin jauh.
"Teman, kasian deh dia selalu di siksa oleh suaminya." Jawab Ana lirih, Morgan sangat terkejut mendengarnya.
"Wanita secantik itu di siksa? Yang benar saja! Bahkan di sentuh juga harus hati-hati bening begitu." pikir Morgan.
.
.
"Kau kemana tadi hah!!" Hardik suami Hazel padahal dia baru saja sampai dirumah dan sialnya mertuanya tidak ada malam itu.
"Aku ke pesta nikahan saudara jauhmu disuruh mama." Jawab Hazel lirih dia tidak ingin suaminya marah dan gelap mata.
"Kau jangan banyak alasan, kalau ke pesta gitu aja kenapa harus dekat dengan 2 pria itu? Kau menggoda mereka. Jangan kira aku bodoh Hazel!!" Bentaknya lagi entah siapa yang ngadu ke suaminya kalau Hazel ngobrol dengan pria disana padahal hanya kenalan biasa saja, Hazel sudah ketakutan dan mundur beberapa langkah, dia tau suaminya pasti akan memukulnya lagi.
"Nicho aku mohon jangan pukul aku lagi, aku mohon... kau bisa tanya mama kalau ga percaya." Mohon Hazel sambil mengatupkan kedua tangannya tapi Nicho malah semakin emosi dan menarik rambut Hazel dan menyeretnya ke lantai atas untuk ke kamar mereka.
Dia menghempaskan tubuh Hazel kasar ke tempat tidur lalu menarik ikat pinggangnya dan mencambuk Hazel beberapa kali. Lalu dia menaikkan gaun Hazel dan menurunkan ********** dia langsung melakukan penyatuan tanpa pemanasan, tentu itu membuat Hazel berteriak kesakitan, dia merintih dan menangis.
"Tolong hentikan, jangan.." Tangisnya pilu, Hazel memikirkan anak dalam kandungannya.
"Dasar wanita ******, kau harus diberi hukuman atas kesalahanmu, kau beraninya merayu pria lain diluar sana dengan kecantikanmu hah..." Geram Nicho yang terus menghujam dalam dan kasar sambil mencekik kadang menampar wajah Hazel.
"Stop Nicho.. ingat anakmu, aku lagi hamil.. stop." Lirih Hazel lagi tapi Nicho tidak mau berhenti dia terus dengan kasar menggagahi Hazel sampai dia puas dan membiarkan Hazel menangis dan merintih kesakitan.
"Kau jangan keluar, aku akan ke Hongkong seminggu, awas saja kalau kau berani macam-macam." Ancam Nicho yang menaikkan lagi celananya dan keluar setelah puas memukulnya lagi berkali-kali.
"Sakit.. " Hazel memegang perutnya dan merintih kesakitan tapi rumah mewah ini sama sekali tidak ada pelayan hanya ada 1 security itupun jauh di gerbang sana, Nicho sengaja tidak memperkerjakan pelayan untuk tinggal dirumah agar tidak ada yang tau penyiksaannya pada Hazel.
Dengan sisa tenaganya Hazel menelepon seseorang yang ada di kontak hapenya, entah siapa yang dia telepon yang penting dia harus memanggil seseorang.
"Halo.. Hazel.." Terdengar suara wanita di seberang sana.
"Tolong aku..." Lirih Hazel dengan suara pelan.
"Hazel kenapa?" Tanyanya lagi.
"Aku sakit.. panggil dokter, aku... dirumaahh..." Hazel tak sadar lagi dan hapenya terjatuh begitu saja.
Setengah jam kemudian terdengar suara gaduh diluar, ternyata Ana yang datang bersama 2 orang pria padahal malam sudah lumayan larut.
"Pak biarkan saya masuk, Hazel sedang sakit dan tadi dia menelepon saya pak.." Bujuk Ana pada security yang sedang menjaga gerbang depan, untung Hazel pernah datang kemari waktu awal pernikahan Hazel dulu untuk menyapanya saja.
"Tidak bisa nona, aku bisa dipecat kalau ada orang yang masuk." Tolak security itu tapi Ana terus membujuknya sampai Amber yang keluar dari dalam rumah berlari dan berteriak.
"Tolong mama... tolong mama banyak darah." Tangis Amber terdengar dan dia berlari menghampiri security disana.
"Ada apa non Amber."
"Mama ga bangun dan banyak darah.." Ucapnya sambil menangis.
"Pak cepat buka pintu, ini saya bawa dokter." Teriak Ana tidak sabar lagi, security itu pun membukakan gerbangnya dan membiarkan Ana dan 2 pria itu masuk. Ana berlari sambil menggendong Amber dan menunjukan dimana Hazel berada.
Dokter yang melihat keadaan Hazel sangat panik lalu segera memanggil ambulace karena kondisinya tidak dalam keadaan baik.
"Tenang ya.. mama akan baik-baik saja." Ujar Ana mengelus punggung Amber yang masih menangis melihat Hazel tergeletak di tempat tidurnya.
Setelah ambulance datang Hazel dipindahkan ke RS terdekat untuk pertolongan pertama, Ana membawa Amber dengannya karena tidak ada orang dewasa di rumah itu.
"Suaminya gila.. " Ujar dokter setelah mereka sampai di UGD dan Hazel ditangani oleh dokter kandungan.
"Maksudmu?" Ana bingung, dia mendudukkan Amber di kursi dan dia menarik dokter itu yang merupakan temannya agar jauh dari Amber.
"Aku lihat masih ada sisa spe**a dan sepertinya selain disiksa fisik temanmu itu juga di siksa secara seksual." Jelas si dokter dan Ana menghela kasar, dia sangat marah mendengar hal itu.
"Bagaimana dok?" Tanya Ana pada dokter kandungan yang memeriksa Hazel.
"Untung kandungannya kuat jadi janinnya masih aman, tapi kalau ini terjadi lagi aku tak jamin akan baik-baik saja." Jelas dokter tapi tak lama Merry sudah sampai disana dan memerintahkan membawa Hazel pulang, security tadilah yang meneleponnya dan memberitau kalau Hazel pendarahan dan terlihat babak belur dengan wajah yang membengkak.
"Tapi Hazel masih belum sadar nyonya, anda tidak bisa membawa pasien begitu saja dan mendarahannya baru berhenti bisa membahayakan janin jika terkena benturan lagi." Cegah dokter melihat Merry dengan paksa menyuruh pengawalnya mengangkat tubuh Hazel.
"Nyonya Merry, jika anda memaksa saya akan melaporkan ini sebagai kekerasan dalam rumah tangga, anda tau siapa saya kan? Saya bisa melakukan apapun jika mau." Ancam Ana, dan Merry sedikit terkejut melihat Ana disana.
Ana sebenarnya sangat ingin melaporkan suaminya Hazel tapi dia tidak bisa karena Hazel akan dapat masalah lebih besar lagi.
"Ah, ternyata nona Tatiana, maaf bukan maksud saya begitu, baiklah biarkan Hazel disini sementara sampai pulih." Merry akhirnya menyerah dan meninggalkan Hazel disana bersama Tatiana, dia tidak mau menyinggung keluarga Hastanta, bisa berbahaya.
Akhirnya Hazel dirawat hampir seminggu di RS sampai kondisinya benar-benar pulih barulah dia pulang kerumah dan di rumah sudah ada Merry yang sangat kesal dengan Hazel setelah tau anak yang dikandungnya adalah perempuan.
"Huh.. perempuan, kau itu menantu gak berguna bagaimana bisa lahirkan anak perempuan dan sekarang anak dalam kandunganmu perempuan juga." Merry menatap sinis pada Hazel padahal menantunya itu baru pulang dari RS dan Amber juga masih di sampingnya.
"Maaf ma, kalau jenis kelamin kita tidak bisa mengaturnya, Tuhanlah yang mengatur itu." Ujar Hazel tapi Merry malah tampak marah dan makin menghinanya hingga Hazel harus menutup telinga Amber rapat agar tak mendengar ocehan mertuanya itu.
"Kau itu wanita gak berguna, ****** yang punya anak diluar nikah bicara tentang Tuhan apa pantas? Keluarga Wang hanya perlu cucu laki-laki kalau perempuan baiknya mati saja sekalian, gak berguna!"
Hazel memilih meninggalkan mertua gilanya itu dan naik ke atas tapi dia ke kamar Amber menemani putrinya yang sedang takut mendengar teriakan Merry sejak tadi.
TBC~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!