NovelToon NovelToon

Sebarkas Harapan Diatas Penantian

Persahabatan

Saat itu jam menunjukkan pukul 06.30 pagi. Terlihat seorang gadis kecil tengah duduk menikmati sarapan paginya dengan segelas susu di depannya dan sebuah piring yang berisi roti panggang. Dia adalah Jasmine Anshari, putri dari seorang polisi terkenal di kota. Beberapa saat kemudian terlihat seorang wanita keluar dari kamarnya lalu ia memeluk Jasmine sambil menyapa Jasmine dengan manja. Dia adalah Vidya Anshari, ibu kandung dari Jasmine.

Saat itu Jasmine terlihat tengah muram, karena Ayahnya masih saja belum pulang bertugas. Ia sangat merindukan Ayahnya namun setiap kali Jasmine bertanya kepada Ibunya tentang Ayahnya, Ibunya selalu meminta Jasmine untuk menunggu, menunggu, dan menunggu. Jasmine yang terus mendengar Ibunya meminta menunggu akhirnya ia kesal dan marah. Ia terlihat pergi meninggalkan Ibunya tanpa berpamitan dengan sang ibu.

Beberapa saat kemudian terlihat Jasmine sampai di sekolahan nya, namun sesampainya di sekolah ia melihat seorang laki laki turun dari sebuah mobil. Dia adalah Ijaz, teman baiknya namun saat itu Ijaz diantarkan oleh seseorang yang Jasmine tidak pernah lihat. Laki laki itu bertubuh kekar dan tinggi. Melihat Jasmine sudah berada di gerbang sekolah Ijaz langsung bergegas memperkenalkan laki laki itu kepada Jasmine. Ijaz mengatakan kalau laki laki itu adalah Ayahnya. Mendengar ucapan itu Jasmine pun tersenyum kepada Ayah Ijaz lalu ia mencium tangan Ayah Ijaz dengan baik.

"Ya sudah Pa, Ijaz sama Jasmine masuk ke sekolah dulu," ujar Ijaz untuk meminta izin kepada Ayahnya lalu ia mencium tangan Ayahnya dan mengucapkan salam. Setelah itu Ijaz dan Jasmine pergi bersama masuk ke dalam kelas.

Beberapa saat kemudian terlihat Jasmine sedang duduk di dalam kelas sendiri dengan raut muka yang sedih. Tak berselang lama Ijaz melintas di depan kelas Jasmine, melihat Jasmine sedang sedih Ijaz pun menghampiri Jasmine lalu ia duduk di kursi yang berada di samping Jasmine.

"Ada apa Jasmine? Kenapa kamu terlihat sedih?" tanya Ijaz kepada Jasmine.

"Tidak papa, aku hanya sedikit sedih. Kamu bisa di antar oleh Ayah kamu, tapi aku sama sekali tidak pernah di antar oleh Ayah ku sendiri!. Dia lebih sibuk dengan pekerjaannya dan tidak memperdulikan aku lagi," jawab Jasmine dengan sedih.

"Kamu tenang aja, aku yakin, suatu hari nanti Ayah kamu akan mengantarkan kamu ke sekolah seperti Ayah ku tadi. Sekarang kamu jangan sedih lagi, gimana kalau besok aku minta Ayah untuk menjemput kamu juga?" tawar Ijaz dengan memberikan senyuman di wajah manisnya.

"Tidak perlu, aku akan pergi dengan supir saja," jawab Jasmine lalu ia menundukkan kepalanya.

Waktu berlalu begitu cepat, matahari terasa sudah berada di atas kepala. Jasmine terlihat keluar dari kelasnya dan saat itu terlihat Ijaz sudah berada di luar kelas untuk mengajak Jasmine pulang. Mereka pun berjalan bersama sama, saat mereka sudah berada di gerbang sekolah terlihat Ayah Ijaz sudah menunggu Ijaz begitu pula supir Jasmine.

"Ayah ku sudah menunggu aku, aku duluan ya Jasmine," ucap Ijaz sambil tersenyum kecil di bibirnya.

Mendengar ucapan itu Jasmine menjawab senyuman, Ijaz pun bergegas pergi meninggalkan Jasmine untuk menghampiri Ayahnya. Saat itu Ijaz terlihat sangat bahagia di jemput oleh Ayahnya.

"Nak Jasmine, ada apa? Kenapa kamu sedih?" tanya Ayah Ijaz saat melihat Jasmine berjalan menuju ke supirnya dengan sedih.

"Tidak papa kok Om, " jawab Jasmine lalu ia tersenyum dan masuk ke dalam mobil "Om, Ijaz, aku duluan ya," ucap Jasmine lalu ia melambaikan tangannya ke arah Ijaz dan Ayahnya. Ayah Ijaz dan Ijaz pun membalas lambaian itu secara bersamaan, setelah itu Jasmine pun meminta si supir untuk melajukan mobilnya.

Keesokkan harinya, terlihat Jasmine sudah berada di sekolahan. Dia terlihat berjalan sendiri tanpa Ijaz, saat itu terlihat beberapa kakak kelasnya menghampiri dirinya untuk meminta uang kepada Jasmine. Saat itu Jasmine tidak memberikan uangnya kepada mereka. Merasa kesal dengan Jasmine, akhirnya kakak kelasnya mengancam Jasmine jika tidak memberi uang ia akan di pukul dengan gagang sapu. Melihat hal itu Jasmine pun merasa takut, akhirnya mau tak mau ia harus memberikan uangnya kepada kakak kelasnya. Melihat Jasmine yang sedang kesusahan Ijaz pun membantu Jasmine, dengan bertindak seperti seorang pahlawan. Ia menghadang dan menghadapi kakak kelasnya tanpa rasa takut sedikit pun.

"Kembalikan uangnya!" ucap Ijaz dengan nada tegas dan berani.

"Kalau aku tidak mau, kenapa? Masalah buat kamu, iya?" jawab salah satu kakak kelasnya yang meminta uang ke Jasmine.

Mendengar jawaban itu Ijaz terlihat sangat kesal dan marah, ia kemudian mendorong si kakak kelasnya hingga terjatuh ke lantai. Melihat hal itu kakak kelasnya yang lainnya berusaha menyerang Ijaz namun gagal karena salah satu guru, melintas di dekat mereka dan memisahkan mereka semua. Saat guru itu sudah dapat melerai Ijaz dengan kakak kelasnya. Guru itu terlihat membawa kedua anak yang terlibat perkelahian ke ruang kepala sekolah, begitu pula Jasmine. Sesampainya di ruangan kepala sekolah guru itu menjelaskan apa yang di lihatnya tadi.

"Jelaskan ke saya, kenapa kalian berdua ribut tadi?" tanya kepala sekolah.

"Pak, ini semua salah saya kok Pak!" jawab Jasmine dengan sedikit takut.

"Kenapa? Jelaskan ke saya!" jawab kepala sekolah itu dengan nada sedikit kesal.

Jasmine pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, melihat hal itu kakak kelasnya menolak dan membantah apa yang di ceritakan oleh Jasmine. Ia mengatakan kalau Jasmine berbohong dan lain sebagainya, saat itu kepala sekolah itu tidak percaya dengan si kakak kelas dan lebih percaya dengan Ijaz dan Jasmine. Akhirnya si kakak kelas yang mengambil uang Jasmine pun harus mengembalikan uang Jasmine dan menerima hukuman dari kepala sekolah.

Tak berselang lama, terlihat Ijaz dan Jasmine keluar dari ruang kepala sekolah bersama sama.

"Makasih ya, karena kamu sudah mau membantu aku untuk meminta kembali uang ku dari kakak kelas!" ucap Jasmine dengan baik.

"Sama sama, bukanya sudah selayaknya seorang teman membantu temanya yang sedang kesusahan," jawab Ijaz dengan senyum di bibirnya.

Semenjak hari itu, Ijaz terlihat sangat perhatian dengan Jasmine. Kemana mana mereka terlihat selalu bersama kecuali ketika ke toilet atau pun saat pulang ke rumah. Selain itu, mereka juga sering berbagi satu dengan yang lain. Mereka sudah seperti bunga dan kumbang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Hari demi hari mereka lalui bersama sama, persahabatan mereka pun semakin lama semakin erat dan kuat antara satu dengan yang lain. Ijaz dan Jasmine saling melindungi satu dengan yang lainnya. Mereka saling berbagi jawaban saat ujian dan mereka saling menyontek satu dengan yang lain. Mereka juga sering di hukum bersama.

Saat itu terlihat, Ijaz dan Jasmine tengah berdiri di depan kelas dengan tangan memegangi kedua telinga mereka. Hal itu terjadi karena saat itu Jasmine dan Ijaz ketahuan menyontek satu dengan yang lainnya saat ujian di kelas. Mereka terlihat sangat bahagia ketika mendapatkan hukum dari guru, mereka berpikir kalau tanpa ujian ia akan bebas namun hal itu tidak benar ketika waktu ujian tersisa hanya 5 menit guru yang menghukum kedua anak itu langsung menyelesaikan hukumannya dan meminta kedua anak itu mengerjakan ujiannya.

Mendengar ucapan itu Jasmine dan Ijaz langsung bergegas masuk ke dalam ruangan ujian dan mengerjakan ujian itu dengan terburu buru. Tak berselang lama, bel sekolah pun berbunyi menandakan kalau ujian sudah selesai. Satu persatu siswa mengumpulkan tugas ujiannya ke guru yang bertugas menjaga ujian.

"Aduh, gimana nih? Waktu ujian sudah selesai lagi," ucap Ijaz dengan gugup lalu ia menjawab ujiannya dengan asal. Begitu pula Jasmine, ia juga melakukan hal yang sama dengan yang di lakukan oleh Ijaz.

Beberapa detik kemudian, guru yang menghukum Ijaz dan Jasmine meminta kedua anak itu mengumpulkan hasil ujiannya. Dengan perasaan percaya diri yang tinggi Ijaz berjalan menghampiri guru yang menghukumnya. Sedangkan Jasmine, ia terlihat ragu dan takut saat ia mengumpulkan hasil ujiannya kepada guru yang bertugas saat itu. Ia terlihat sedih dengan tindakannya.

"Bu, tolong ya jangan kasih tau Ibu saya tentang kejadian ini!" pinta Jasmine dengan baik lalu ia memegangi kedua telinganya sebagai tanda minta maaf.

"Kalau kamu tidak mau Ibu kamu tahu, maka jangan kamu ulangi lagi kejadian ini. Kamu juga Ijaz," jawab guru itu lalu guru itu mengambil hasil ujian dari Jasmine dengan baik. Setelah itu guru itu pergi meninggalkan kelas dan meninggalkan Jasmine dan Ijaz.

Saat guru itu sudah pergi meninggalkan ruangan, Jasmine menghampiri Ijaz dengan kesal.

"Kenapa kamu tidak minta maaf tadi?" ucap Jasmine dengan marah.

"Kenapa harus minta maaf? Aku kan tidak salah, " jawab Ijaz dengan santai dan tidak takut kalau di laporkan oleh kepala sekolah ke orang tuannya tentang sikap Ijaz.

"Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu? Ini adalah kesalahan kita, kalau seandainya kita tidak saling mencontek mungkin tidak akan menerima hukuman. lagi pula, apa kamu tidak takut kalau nanti tindakan kita di laporkan ke orang tua kita?" ucap Jasmine.

"Tenang saja, orang tua ku sangat menyayangi aku kok jadi kamu jangan khawatir kalau aku di laporkan ke orang tua ku!" jawab Ijaz dengan santai lalu ia pergi meninggalkan Jasmine di ruangan itu.

Mendengar ucapan itu Jasmine hanya terlihat sedih, karena Ijaz terlihat tidak peduli dengan apa pun yang terjadi di masa depannya. Ia hanya melihat ke arah Ijaz yang pergi meninggalkan dirinya. Hal yang tidak di inginkan Jasmine pun terjadi di mana guru yang bertugas di waktu itu menceritakan tindakan Jasmine dan Ijaz, hingga membuat perdebatan antara orang tua Ijaz dan Jasmine. Mereka saling menyalahkan satu dengan yang lainnya. Guru yang menceritakan semua kejadian itu pun berusaha menengahi kedua orang tua dari muridnya tersebut. Saat kedua orang tua dari kedua anak itu sudah tenang. Guru itu meminta orang tua Ijaz dan Jasmine meminta untuk berdamai karena di sini guru itu menjelaskan kalau kesalahan ini di buat oleh mereka berdua.

Beberapa saat kemudian, di rumah Jasmine di marahi habis habisan oleh orang tuanya begitu pula Ijaz. Saat itu Jasmine hanya mendengarkan Ibu dan Ayahnya yang memarahi dirinya karena ia sadar kalau dirinya yang bersalah. Sedangkan Ijaz terlihat melawan orang tuannya hingga membuat Ayahnya mengatakan akan menyekolahkan Ijaz ke Pakistan. Mendengar hal itu awalnya Ijaz diam saja dan tidak percaya dengan Ayahnya. Ia terlihat masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu kamarnya dengan membanting pintu kamar itu.

"Ini Pa, ini yang aku tidak suka kalau Ijaz di Indonesia. Dia melawan sama kita, udahlah Pa lebih baik kita bawa pergi dia ke Pakistan. Mungkin kalau kita tinggal di sana dia akan berubah!" ujar Ibu Ijaz karena kesal dengan tingkah sang anak yang keterlaluan.

Mendengar permintaan istrinya Ayah Ijaz pun mengiyakan apa yang di minta oleh istrinya. Tanpa berbicara terlebih dahulu dengan Ijaz.

Berbeda

Keesokkan harinya terlihat Ijaz keluar kamarnya dengan sangat malas, terlihat salah satu pembantu tengah berada di kamarnya untuk membereskan barang barang Ijaz, karena ia akan pergi ke Pakistan. Saat itu Ijaz tidak memperhatikan si pembantu yang membereskan barang barangnya. Ia baru menyadari ketika dirinya sudah berada di luar kamar karena ia melihat koper berdiri di depan pintu.

"Ma, Pa!. Kenapa ada banyak koper di sini? Dan kita mau pergi kemana?" tanya Ijaz dengan heran.

Saat itu Ibu Ijaz terlihat tengah sibuk merapikan barang barang tanpa menjawab pertanyaan dari Ijaz.

"Jawab Mah!. Kita mau pergi kemana?" ucap Ijaz dengan nada mulai kesal.

Mendengar ucapan itu Ibu Ijaz pun menghampiri Ijaz dan mendekati Ijaz lalu ia memegangi kedua bahu Ijaz dengan erat dan berkata dengan nada serius kepada Ijaz

"Apa kamu lupa? Apa yang di katakan oleh Ayah kamu kemarin?" jawab Ibu Ijaz.

Mendengar ucapan Ibunya, Ijaz pun kembali mengingat malam sebelumnya, di mana Ayahnya mengatakan kalau ia akan membawa Ijaz pergi ke Pakistan. Mengingat hal itu Ijaz sangat terkejut dan menolak untuk pergi ke Pakistan. Ia kemudian menjauhi Ibunya dengan kesal dan marah.

"Tidak Ma, Mama kan tahu kalau aku tidak suka tinggal di Pakistan. Lalu kenapa? Kenapa Mama membiarkan semua ini?" jawab Ijaz dengan marah dengan Ibunya.

"Ini juga demi kebaikan kamu, supaya kamu tidak terus terusan jadi anak yang nakal!."

"Tapi aku tidak suka Ma tinggal di sana. Aku sendiri, tidak punya teman di sana," jawab Ijaz dengan nada masih tinggi.

"Mama dan Papa melakukan ini demi kebaikan kamu," jawab Ibu Ijaz dengan nada masih rendah lalu ia mendekati Ijaz dan kembali memegangi lengan Ijaz. "Sayang, Papa dan Mama melakukan ini demi kebaikan kamu. Mama tidak ingin kalau kamu jadi anak yang terus nakal. Mama mohon, kamu menurut sama Mama."

Mendengar hal itu Ijaz pun luluh lalu ia mendekati Ibunya dengan sedikit sedih.

"Mama tau kalau aku tidak suka tinggal di sana, tapi kenapa? Tapi, tidak papa. Hari ini aku masih sekolahkan Ma?" tanya Ijaz dengan sedih.

"Iya, hari ini kamu masih sekolah dan hari ini adalah hari terakhir kamu sekolah di sekolahan kamu!" jawab Ibu Ijaz.

Mendengar ucapan itu Ijaz kemudian memeluk Ibunya beberapa saat lalu ia melepaskannya dan pergi ke dalam kamarnya. Saat berada di dalam kamar Ijaz terlihat mencari sesuatu, namun ia tidak bisa menemukan apa yang dia inginkan.

"Ada apa Den? Aden mencari apa?" tanya si pembantu yang berada di dalam ruangan itu.

"Bibi, apa Bibi lihat sebuah buku berwarna coklat muda di laci?" ucap Ijaz sambil membuka buka laci yang ada di kamarnya.

"Saya lihat Den, Bibi masukkan ke dalam tas sekolah Aden!" jawab si pembantu itu lalu ia membuka tas yang di maksudkan oleh si pembantu itu. Setelah membuka ternyata terlihat buku yang di maksudkan oleh Ijaz.

Hari pun terlihat sudah mulai siang, saat itu terlihat Ijaz tak sarapan dan langsung bergegas pergi bahkan ia juga tidak pamitan dengan orang tuanya karena ia terburu buru.

Beberapa saat kemudian ia terlihat sudah sampai di sekolahan, ia langsung bergegas menuju ke kelas. Sesampainya di kelas Jasmine terlihat duduk sendirian dengan raut muka sedih.

"Ada apa?" tanya Ijaz lalu ia duduk di kursi kosong di depan Jasmine.

"Kemarin Ibu ku memarahi aku karena kita saling menyontek," jawab Jasmine dengan sedih.

"Aku juga, aku juga di hukum sama Ayah," jawab Ijaz lalu ia tersenyum seakan tidak terjadi sesuatu.

Setelah itu Ijaz terlihat membuka tasnya dan mengambil buku yang berwarna coklat muda itu. Ia kemudian meletakkan buku itu di atas meja dan di depan Jasmine. Jasmine terlihat sangat heran, saat ia melihat Ijaz mengeluarkan sebuah buku dari tasnya.

"Apakah ada tugas dari guru di hari ini?" tanya Jasmine dengan terkejut.

"Tidak, aku hanya ingin memberi ini untuk kamu!" jawab Ijaz lalu ia memberikan buku itu ke Jasmine.

"Tapi untuk apa?" jawab Jasmine dengan kebingungan.

"Aku mau kamu menulis semua harapan kamu tentang aku di buku ini, tapi sebelum kamu menulis harapan kamu, aku yang akan menulisnya terlebih dahulu!."

Setelah itu Ijaz terlihat mulai memegangi sebuah pena, ia pun mulai menulis di buku itu.

"Aku berharap, hati ku selalu mencintai kamu Jasmine," ucap Ijaz bersamaan dengan menulis di buku itu. Jasmine yang mendengar ucapan itu hanya bisa diam, tanpa bisa berkata kata lagi. Setelah itu Ijaz memberikan buku itu berserta penanya kepada Jasmine. "Sekarang kamu, aku minta kamu tulis harapan kamu!."

Jasmine pun mulai mendekatkan bukunya ke arah dirinya dan ia kemudian memegangi pena itu. Ia kemudian mulai menulis harapan nya di buku itu juga.

"Aku berharap, cinta ku tidak pernah berubah untuk kamu Ijaz," ucap Jasmine sambil menulis di buka yang sama. Mendengar hal itu Ijaz pun hanya tersenyum kecil di bibinya.

"Aku minta sama kamu, tulis semua harapan kamu untuk aku di buku ini. Nanti kalau seandainya aku sudah besar aku akan ambil lagi buku harapan ini," ujar Ijaz dengan baik.

"Tapi untuk apa kamu memberikan aku semua ini?" jawab Jasmine dengan heran dan kebingungan menjadi satu.

"Tidak ada, aku hanya ingin kamu selalu mengingat aku!."

Mendengar hal itu Jasmine hanya diam tak bisa berkata kata, ia hanya bisa memandang Ijaz dengan tatapan sayup seperti memendam kepedihan yang sangat dalam.

Beberapa saat kemudian bel sekolah berbunyi, murid murid yang lain terlihat satu persatu masuk ke dalam kelas lalu di lanjutkan oleh seorang guru yang mengajar saat itu. Waktu pembelajaran berjalan normal Jasmine tak menyadari kalau Ijaz akan pergi meninggalkan dirinya. Saat itu Jasmine merasa sikap Ijaz sangat berbeda di mana dia hanya diam dan fokus mendengarkan guru mengajar.

Jam pertama pun sudah selesai, bel sekolah juga sudah berbunyi menandakan waktunya istirahat sudah tiba. Saat itu Ijaz terlihat hanya duduk di kursinya dengan memegangi pensil dan sebuah kertas di depannya. Menyadari ada yang aneh teman Jasmine yang bernama Ria menghampiri Ijaz untuk mengajak ke kantin.

"Ijaz, ayo kita ke kantin. Apa kamu tidak mau ke kantin sama kita?" tanya Ria dengan lantang kepada Ijaz.

"Tidak Ria, aku tidak ingin ke kantin. Kalian pergi saja, aku mau sendiri di sini!" jawab Ijaz.

Mendengar jawaban itu Jasmine dan Ria pun pergi namun saat Jasmine melangkah pergi ke luar kelas pandangannya selalu melihat ke arah Ijaz, hingga membuat ia hampir jatuh namun di tolong oleh Ria.

"Kamu kenapa?" tanya Ria saat melihat Jasmine hampir terjatuh.

"Tidak papa," jawab Jasmine lalu mereka berdua pergi meninggalkan Ijaz di dalam kelas.

Saat mereka berada di kantin, mereka berdua duduk dengan saling berhadapan.

"Jasmine, Kenapa sih dengan Ijaz?" tanya Ria dengan nada sedikit lantang dan keras.

"Aku juga tidak tau, aku merasa dia menyembunyikan sesuatu. Biasa nya diakan selalu aktif dan tidak sopan, tapi hari ini dia benar benar berbeda!."

"Iya, tadi aku perhatikan dia di kelas. Dia hanya diam, dan mendengarkan penjelasan dari guru, padahal biasanya diakan tidak seperti itu!" ucap Ria dengan heran lalu ia memesan makanan ke pelayan kantin itu.

"Selain itu, tadi pagi waktu kelas masih sepi dia datang menemui aku. Dia mendengar cerita ku waktu aku di hukum, dia juga menceritakan kalau dia juga menerima hukuman dari Ayah nya!."

"Terus..." jawab Ria mendengar cerita Jasmine dengan serius.

"Terus, dia minta aku menulis harapan aku dan harapan dia. Aku menulis perasaan ku ke dia, begitupun dia. Dia juga menulis perasaannya ke aku!" ucap Jasmine dengan nada baik.

"Jadi, maksudnya kalian pacaran," jawab Ria dengan semakin mendekat ke arah Jasmine.

"Tidak, dia hanya ingin aku menulis semua harapan ku untuk dia di buku itu!."

"Ya ampun, Ijaz manis banget. Saat kecil aja dia seperti itu, gimana kalau dia udah gede? Pasti dia sangat romantis," jawab Ria dengan bertindak aneh. Melihat hal itu Jasmine hanya menanggapi Ria dengan senyuman kecil di bibirnya.

Beberapa saat kemudian bel sekolah kembali berbunyi menandakan kalau jam pelajaran sudah di mulai lagi. Mendengar hal itu Jasmine dan Ria langsung bergegas pergi ke kelas dengan membawa sisa makanannya ke dalam kelas. Sesampainya di kelas Jasmine dan Ria masih melihat Ijaz duduk di bangkunya sambil memegangi sebuah pensil di tangan kanannya dan kertas di atas meja. Melihat hal itu Jasmine terlihat mendekati Ijaz untuk menanyai Ijaz kenapa dirinya sangat berbeda dari hari hari yang lainnya.

"Kamu kenapa? Kenapa kamu tadi tidak ke kantin?" tanya Jasmine dengan heran dan terlihat kebingungan dengan sikap Ijaz yang berbeda dari hari hari yang lainnya.

"Tidak papa kok, aku hanya ingin sendiri aja hari ini," jawab Ijaz lalu ia memasukkan kertas itu ke dalam tasnya. Tak berselang lama guru yang mengajar di kelas itu datang. Melihat hal itu Jasmine pun meninggalkan Ijaz karena ia takut mendapatkan hukuman lagi dari guru dan orang tuannya.

Sepanjang pelajaran Jasmine terlihat tidak fokus ke guru yang mengajar dan ia lebih fokus melihat ke arah Ijaz, karena ia merasa Ijaz benar benar berbeda dari hari hari sebelumnya.

"Kenapa kamu memandangi Ijaz seperti itu?" tanya Ria dengan berbisik di dekat telinga Jasmine.

"Aku merasa, Ijaz menyembunyikan sesuatu. Dia sangat berbeda hari ini," jawab Jasmine lalu ia kembali melihat ke arah guru yang mengajar dan berpura pura tetap fokus dengan mata pelajaran yang di ajarkan saat itu.

Waktu berlalu begitu cepat, jam sekolah pun sudah berakhir seperti biasa Ijaz di jemput

oleh Ayahnya namun saat itu Ijaz terlihat sangat sedih dan hanya berjalan dengan menundukkan kepala. Melihat hal itu Jasmine kemudian memanggil Ijaz untuk meminta Ijaz berhenti. Ijaz pun menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Jasmine.

"Kenapa kamu hari ini berbeda sekali?" tanya Jasmine saat ia sudah berada di dekat Ijaz.

"Besok kamu juga tahu kenapa," jawab Ijaz dengan singkat lalu ia masuk ke dalam mobil.

"Ya udah Jasmine Om duluan ya, " sahut Ayah Ijaz lalu ia masuk ke dalam mobilnya.

Mendengar ucapan dari Ijaz, Jasmine terlihat semakin penasaran dengan apa yang terjadi esok. Ia mengira kalau besok adalah hari yang sangat istimewa di hidupnya, ia tidak berpikiran kalau akan berpisah dengan Ijaz. Tak berselang lama mobil Ijaz pun melaju, terlihat Ijaz melambaikan tangannya kepada Jasmine. Melihat hal itu Jasmine pun semakin kebingungan dengan apa yang terjadi kepada Ijaz.

Berpisah

Keesokkan harinya, waktu menunjukkan pukul 05.50 pagi. Matahari masih terlihat bersembunyi di balik awan, embun pagi masih terlihat menetap di dedaunan di dekat rumah Jasmine. Di saat itu, Jasmine di bangunkan oleh salah satu pembantunya untuk menggosok giginya dan pergi sarapan karena orang tuannya tidak bisa menemani sarapan nanti siang.

"Non, bangun Non. Sama Bapak dan Ibu sudah di tunggu untuk sarapan," ujar pembantu itu sambil sedikit menggoyang goyangkan tubuh Jasmine.

"Aduh Bibi, kenapa pagi sekali bangunin aku?

Kalau Ayah sama Ibu ingin sarapan dulu, duluan aja nanti biar aku sarapan sendiri!" jawab Jasmine dengan malas lalu ia menarik selimutnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut itu. Tak berselang lama terlihat samar samar suara Ayah Jasmine berpamitan kepada Jasmine begitu pula Ibunya. Mendengar hal itu Jasmine pun langsung membuka selimutnya dan bergegas menggosok gigi dan keluar dari kamarnya untuk sarapan. Tapi semua terlambat, orang tua Jasmine sudah pergi meninggalkan dirinya. Di situ Jasmine terlihat sangat sedih.

"Bibi kan sudah katakan sama Non tadi, kalau Bapak sama Ibu tidak bisa menemani Non makan kalau Non tidak keluar sekarang!" ucap pembantu Jasmine.

"Ya sudah lah," jawab Jasmine.

Mendengar hal itu Jasmine pun meminta pembantu nya menelepon seseorang.

"Bibi, boleh minta tolong," ucap Jasmine.

"Iya non."

"Bibi bisa telepon teman Jasmine, yang bernama Ria lagian hari kan hari Minggu mungkin teman ku masih di rumah. Aku mau ajak mereka buat makan sama aku," ucap Jasmine dengan baik namun saat si pembantu baru memegangi telepon ternyata Ria sudah menelepon dahulu. Ia ingin memberi tahu Jasmine sesuatu yang sangat penting.

"Non, ada Non Ria telepon Non. Dia ingin bilang sesuatu yang penting, katanya!" ucap pembantu itu lalu Jasmine pergi menghampiri si pembantu dan menerima telepon itu.

"Ada apa Ria?" tanya Jasmine.

"Jasmine aku punya kabar buruk buat kamu, ini tentang Ijaz," jawab Ria dengan tergesa gesa.

"Ada apa dengan Ijaz?" jawab Jasmine masih santai.

"Aku tahu kenapa kemarin Ijaz itu berubah sangat drastis Jasmine?" jawab Ria.

"Kenapa Ria?" mendengar ucapan Ria Jasmine berubah sikap ia terlihat serius dan mulai menaruh perasaan penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya dengan Ijaz.

"Ijaz akan pergi ke Pakistan dan dia akan tinggal di sana selamanya," jawab Ria.

Mendengar jawaban itu Jasmine terlihat sangat terkejut, ia hanya bisa diam mematung mendengar penjelasan Ria tentang kepergian Ijaz ke Pakistan. Saat Ria sudah selesai menceritakan apa yang terjadi dengan Ijaz, Jasmine meminta salah satu supirnya untuk mengantar ke rumah Ijaz. Saat Jasmine sampai di rumah Ijaz, Jasmine langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Saat itu Ijaz dan keluarganya sedang sarapan pagi di ruang makan. Mereka terkejut saat melihat kedatangan Jasmine dengan berlari dan nafas yang terengah engah, naik turun tak teratur.

"Ijaz, " panggil Jasmine saat melihat Ijaz tengah duduk menikmati sarapannya.

Melihat kedatangan Jasmine, Ijaz pun turun dari kursinya dan menghampiri Jasmine. Saat Ijaz berada di depan Jasmine tiba tiba mata Jasmine berkaca kaca. Dan tak berselang lama Jasmine meneteskan air matanya. Dengan sedih Jasmine memeluk Ijaz dan ia mengatakan hal hal sedih ke Ijaz.

"Kenapa? Kenapa kamu tidak memberi tau aku kalau kamu akan pergi ke Pakistan? Apakah aku bukan teman kamu?" ucap Jasmine dengan sedih lalu ia melepaskan pelukannya.

"Aku tidak bisa memberi tau kamu Jasmine, aku tidak ingin kamu sedih, " jawab Ijaz dengan nada rendah dan menunduk.

"Tapi aku akan lebih bahagia kalau mendengar kabar ini dari mulut kamu bukan orang lain," jawab Jasmine dengan air mata yang terus mengalir.

Melihat hal itu Ibu Ijaz pun menghampiri Jasmine dan berusaha menenangkan Jasmine.

"Nak Jasmine, jangan sedih. Ijaz tidak akan tinggal selamanya kok di Pakistan, dia pasti akan kembali. Kembali dengan Ijaz yang baru, kamu tidak perlu sedih atas semua ini!" ucap Ibu Ijaz dengan nada rendah sambil memegangi kedua lengan Jasmine.

"Tapi Tante... "

"Nak Jasmine, Ijaz pergi ke Pakistan agar di bisa berubah menjadi lebih baik lagi. Agar dia tidak nakal, nakal dan terus nakal!" jawab Ibu Ijaz dengan baik lalu ia mengajak Jasmine sarapan bersama sama untuk pertama dan terakhir kali sebelum Ijaz pergi ke Pakistan.

Beberapa saat kemudian, sarapan pun terlihat sudah berakhir. Orang tua Ijaz mulai memasukkan satu persatu koper yang akan di bawah oleh Ijaz dan keluarganya. Melihat hal itu Ijaz hanya terlihat sedih meninggalkan Jasmine, begitu pula Jasmine ia terlihat juga sedih kehilangan Ijaz. Saat semua koper sudah di masukkan ke dalam mobil, Ijaz terlihat menghampiri Jasmine dan berdiri di depan Jasmine.

"Jasmine, aku pamit ya. Tapi aku janji sama kamu, aku akan kembali dan bertemu dengan kamu setelah tumbuh dewasa nanti!" ucap Ijaz dengan baik lalu ia menundukkan kepalnya ia kemudian melanjutkan "sama, aku minta tolong sama kamu. Tolong, kamu jaga buku yang aku kasih buat kamu. Aku minta kamu tulis semua harapan kamu di buku itu hingga buku itu menjadi sebuah berkas yang nanti aku akan ambil setelah dewasa!."

Mendengar ucapan Ijaz, Jasmine hanya menjawab anggukan kepala dengan raut muka sedih.

"Ijaz, ayo Nak," panggil Ibu Ijaz di dalam mobil.

"Ibu sudah memanggil aku, aku pamit ya," ucap Ijaz dengan sedih.

"Kamu janjikan akan kembali ke aku," jawab Jasmine dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.

"Iya," jawab Ijaz lalu ia menganggukkan kepalanya dan memberikan senyuman di bibirnya.

Ijaz pun pergi meninggalkan Jasmine dan menuju ke mobilnya. Saat ia sudah berada di dalam mobil Ijaz terlihat terus memandangi Jasmine. Jasmine yang melihat hal itu hanya dapat menangis, lalu dengan perlahan dan mata yang penuh dengan air mata Jasmine mengangkat tangan kanannya. Ia kemudian melambaikan tangannya dengan sedih dan berurai air mata. Melihat hal itu Ijaz kemudian membalasnya dengan sebuah lambaian tangan juga.

"Selamat tinggal," ucap Ijaz dengan lirih dan melambaikan tangannya ke arah Jasmine.

Tak berselang lama kaca mobil yang di tumpangi Ijaz perlahan naik untuk menutup jendela mobil. Beberapa saat kemudian keseluruhan jendela mobil tertutup. Mobil pun hidup dan mobil itu melaju perlahan menjauhi Jasmine. Melihat hal itu Jasmine berusaha mengejar mobil itu namun salah satu pembantu yang berada di dekatnya menghalangi Jasmine mengejar mobil itu agar nanti tidak terjadi sesuatu.

Jasmine pun tidak bisa apa apa, ia hanya menangis dan menangis melihat mobil Ijaz yang perlahan menjauh dari dirinya dan rumah yang di tinggali Ijaz.

"Non Jasmine, jangan menangis lagi. Den Ijaz pergi ke Pakistan hanya beberapa tahun kok tidak akan lama. Inikan juga demi kebaikan Den Ijaz supaya Den Ijaz di izinkan lagi berteman dengan Non," ujar pembantu itu dengan duduk di tanah di samping Jasmine sambil memegangi kedua lengan Jasmine.

Mendengar hal itu Jasmine pun perlahan mulai berhenti menangis, ia kemudian menghapus air matanya dan ia tersenyum sambil melihat ke arah pembantu itu.

"Nah, gini kan cantik!" goda pembantu itu kepada Jasmine. "Ya sudah, sekarangkan hari Minggu. Emmmm, gimana kalau Non saya ajak buat bersih bersih kamarnya Den Ijaz?"

"Tapi.. Kalau aku pergi dari tempat ini, aku tidak bisa melihat Ijaz pergi ke Pakistan!."

"Non, Den Ijaz akan pergi 30 menit lagi. Jadi Non jangan khawatir kalau ketinggalan pesawat Den Ijaz," jawab pembantu itu.

Mendengar ucapan dari pembantu itu, Jasmine terlihat sempat berpikir beberapa saat dan ia juga terdiam beberapa saat. Setelah itu Jasmine pun mau membantu pembantu itu membersihkan kamar Ijaz. 30 menit kemudian, terdengar secara remang remang suara pesawat terbang akan segera melintas di atas rumah Ijaz. Jasmine yang mendengar hal itu langsung bergegas keluar dari rumah dan melihat ke langit. Tak berselang lama pesawat pun terbang melintasi area atas rumah Ijaz, melihat hal itu Jasmine hanya memandangi pesawat sambil melambaikan tangannya ke arah pesawat.

Melihat pesawat sudah melewati dirinya, Jasmine kembali menaruh tangannya dan dengan nada lirih dan penuh kasih ia berkata "aku akan selalu menanti kamu Ijaz!."

Di dalam pesawat, terlihat Ijaz duduk di samping Ibunya dengan mata memandangi ke arah rumah rumah yang ada di bumi yang seakan terlihat seperti segerombolan semut namun tidak bergerak. Ia terlihat sedih dan terus memandangi rumah rumah itu seakan berat hati meninggalkan Jasmine sendiri.

"Jasmine, aku akan kembali!" ucap Ijaz dalam hatinya lalu tangan Ibunya memegangi bahu Ijaz. Ia kemudian mengajak Ijaz berpelukan dengan dirinya.

"Ayah dan Ibu melakukan ini demi kamu Sayang," ucap Ibu Ijaz sambil memeluk Ijaz dengan sangat erat.

"Iya Ma, tidak papa. Ijaz tidak masalah," jawab Ijaz lalu ia melepaskan pelukan Ibunya dengan perlahan dan kemudian tersenyum kepada Ibunya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!