NovelToon NovelToon

A Maze Of Memories

Maze 1 - Lucy

Paris, Prancis.

2019

Derap langkah kaki terdengar menginterupsi gang gelap nan kumuh yang dipenuhi dengan bak tong sampah besar yang isinya begitu penuh dengan tumpukan kantong sampah yang begitu bau.

Seorang wanita, berambut pirang dengan pakaian hitam ketat berlari bersama lelaki berambut cokelat yang pakaiannya sama membentuk tubuhnya.

Di belakang mereka, sekelompok pria berjas berusaha mengejar mereka berdua. Sesekali mereka menembak keduanya dengan menggunakan pistol yang berada dalam genggaman mereka.

Dorr!

Beberapa tembakan beruntun menuju ke arah mereka. Timah panas berhamburan keluar dari moncong pistol yang di genggam sekelompok lelaki di belakang sana.

Lucy, melompat ke arah lain guna menghindari setiap serangan mereka.

Pun Aland yang bergerak zig-zag untuk menghindar. Keduanya tidak tinggal diam, mereka balas menembak sekelompok lelaki itu dengan senjata yang mereka miliki.

Dorr!

Aland menembak salah satunya dengan pistol yang digenggamnya. Salah satu dari mereka berhasil ia lumpuhkan.

"Kalian tidak akan lolos begitu saja!" teriak Gerald yang mana adalah pimpinan dari lelaki berjas itu.

Gerald balik menembak. Aland dengan mudahnya menghindar, bergerak menuju dinding dan sedikit melakukan aksi parkour yang sempat ia geluti sebelum terjun ke dunia gelap.

"Sial?!" Umpat Gerald penuh geram saat lelaki itu berhasil menghindari setiap serangannya. Ia berbalik arah, menyerang Lucy yang berlari di dekat Aland.

Dorr!

Satu tembakan lagi. Namun, beruntung Lucy dalam keadaan siaga. Dengan mudah, ia mengelak dari timah panas yang melesat menuju arahnya.

Tadi itu hampir saja, pikirnya sembari tersenyum simpul. Ia lega karena serangannya berhasil dihindarinya.

"Arghh!" Gerald kesal bukan kepalang. Ia segera melemparkan pistol digenggamannya ke arah anak buahnya yang lain.

"Isi dengan peluru yang baru!" titahnya sembari terus berlari. Tangannya beralih memencet tombol yang ada pada handsfree yang terpasang pada telinga kirinya.

"Kami butuh bantuan disini, kirimkan beberapa pasukan lain!" ujarnya pada seseorang di seberang sana, meminta bantuan.

Sepertinya kita akan bisa melarikan diri semudah sebelumnya, batin Lucy saat mendengar lelaki di belakang sana sudah mulai frustasi karena gagal menangkapnya.

Lucy dan Aland mempercepat langkahnya, pergerakan mereka yang begitu cekatan menunjukkan betapa jelasnya bahwa mereka telah dilatih dengan sangat baik dalam aliansi yang telah membesarkan mereka.

Lucy Lacina. Memiliki julukan Lucy Thorny Rose, si cantik bak mawar berduri, tipu daya adalah keahliannya. Ia benar-benar seperti mawar. Cantik, namun berbahaya. Menawan dan menggoda, tetapi bisa melukai siapa saja yang berani mengusiknya.

Parasnya cantik, matanya indah, dan sosoknya anggun. Adalah seorang mata-mata yang bekerja dibawah naungan badan intelijen swasta bernama SGLS Agent, agen mata-mata yang bertugas dan bergerak dalam bidang pengintaian dan pemberantasan dalam menjaga kota serta wilayahnya dari berbagai tindakan yang tidak dibenarkan dalam segi hukum.

Lucy, sedang menjalankan tugas bersama Aland. Berusaha menangkap seorang mafia pelaku penyelundupan narkoba jaringan internasional yang selama ini sudah membuat kekacauan di negara tempatnya berasal, Inggris.

Sialnya, penangkapan mereka gagal. Pelaku utamanya melarikan diri ke Prancis, dan baru beberapa hari yang lalu, Lucy serta timnya berhasil menemukan keberadaan mereka.

Lucy berusaha mengambil barang buktinya, tapi apa yang terjadi justru diluar dugaan. Lucy malah harus berhadapan dengan Gerald yang merupakan orang yang hendak melakukan transaksi dengan tersangka mereka.

...***...

Maze 2 - Aland

Brumm!

Mendadak cahaya menyilaukan memecah kegelapan malam. Seorang lelaki melajukan motornya dengan kecepatan tinggi membelah beberapa pria lain yang berlari dihadapannya. Atensi semua orang seketika tertuju padanya yang baru saja tiba.

Bantuan telah tiba, pikir Gerald seraya tersenyum penuh kemenangan.

Lucy menghentikan langkahnya spontan saat cahaya menyilaukan membuatnya tidak bisa fokus menembak sekelompok lelaki di sana.

"Lou, awas!" Aland mendorong tubuh Lucy cepat saat menyadari wanita itu berada dalam bahaya.

Aland menarik tangan Lucy menuju sudut lain gang.

Pria dengan motor itu gagal melindas tubuhnya. "Lari! Kejar mereka!" teriak Gerald pada anak buahnya yang lain. Bergegas mereka menyebar mencari Lucy dan Aland yang bersembunyi di gang rumit yang ada di sekeliling mereka.

Aland, menarik Lucy menuju gang yang lebih gelap. Berdiri di dekat pojokan dengan menghimpit tubuhnya di antara dinding.

Lucy termangu ketika jarak mereka begitu berdekatan satu sama lain. Tubuh mereka benar-benar rapat, satu centimeter lagi saja. Hidung mereka akan bersentuhan.

Lucy menggerakkan tubuhnya saat ia merasa tidak nyaman. Berada di dekat Aland seperti ini, benar-benar membuatnya risih.

"Berhenti bergerak atau kita akan ketahuan," bisik Aland dengan wajah cemas. Ia kembali mengalihkan fokusnya pada gang yang semula dilewatinya.

Aland berusaha mengecek keberadaan orang-orang yang berusaha menangkap mereka.

Di sebuah sudut belokan di balik bak sampah besar, Aland mendekap tubuh Lucy. Wanita beriris biru indah itu mendongak menatap wajah tampannya yang berada tepat di bawah sinar cahaya bulan purnama yang begitu terang.

Keduanya terdiam, deru napas mereka terdengar di antara keheningan malam yang kini dihiasi cahaya bulan yang bersinar.

Untuk sesaat Lucy merasa jika degup jantungnya berhenti. Dirinya shock bukan main ketika pria itu menarik tubuhnya ke sudut. Di tambah lagi jaraknya dengan Aland yang hampir bersentuhan membuat ia semakin terkejut.

Untuk sesaat, ia dapat mencium harum aroma peppermint yang keluar dari mulutnya. Napas Aland masih terengah-engah, ia merasa lelah bukan main karena sejak tadi terus berlari tanpa henti untuk bisa lolos dari orang-orang di belakang mereka.

Lucy memandangi wajah Aland yang dipenuhi dengan peluh. Lelaki itu masih sama tampannya seperti dulu, apalagi ketika bulan menyinari sosoknya.

Ternyata tidak ada yang berubah darimu. Kau masih memiliki aroma yang sama, dan wajah yang masih setampan dulu, batin Lucy menatap lebih lekat sosoknya yang rupawan.

"Kami tidak bisa menemukan mereka di manapun."

"Jangan menyerah! Terus cari mereka. Aku yakin, mereka belum jauh!" teriak Gerald.

Samar-samar Lucy dapat mendengar suara mereka berada di jarak yang cukup dekat dengan tempatnya berada.

Aland semakin merapatkan tubuhnya ke arah Lucy hingga membuatnya makin tidak bisa bergerak.

Lucy berusaha mendorong tubuh Aland agar memberikannya sedikit ruang untuk bergerak. Aland bergeming, ia tak berniat untuk melepaskan Lucy dari dekapannya.

"Sudah aku bilang jangan banyak bergerak, kalau tidak mereka bisa mengetahui keberadaan kita!" bisiknya dengan suara pelan sembari beradu tatap dengannya.

Lucy mematung seketika saat iris mata mereka saling beradu satu sama lain.

Tidak ada yang berubah darimu semenjak aku meninggalkanmu, kau masih tetap Aland yang aku kenal. Kau selalu melindungiku dari bahaya tanpa pernah peduli dengan dirimu sendiri, pikir Lucy yang terdiam.

...***...

Maze 3 - Amanda

Aland tersenyum, masih menatap Lucy yang kini wajahnya hanya berjarak satu centimeter dari wajahnya. Entah kenapa berdekatan seperti saat ini dengan Lucy membuatnya merasa seakan di paksa untuk kembali mengingat masa lalu indahnya bersama dengan Lucy.

Aland pernah melihat wajah cantik itu dari jarak yang jauh lebih dekat, menyentuh bibirnya yang lembut, serta merangkul tubuhnya yang mungil.

Sayangnya hanya sebatas kenangan antara dirinya dan Lucy.

Hubungan mereka kandas tepat saat Aland hendak mengucapkan janji suci untuk mendampinginya sehidup semati.

Tepat di hari pernikahan mereka. Lucy membatalkan acaranya, dan meninggalkan Aland dengan beribu pertanyaan yang sampai saat ini masih di pertanyaan akan alasan wanita itu meninggalkannya tanpa sebab. Padahal sebelumnya, hubungan mereka baik-baik saja sampai hari H.

Tapi mendadak semuanya berubah kacau. Hari yang dibayangkannya akan memori indah yang paling bersejarah dalam hidupnya, justru malah berubah menjadi mimpi buruk yang terus menghantuinya.

Aland masih sangat mencintainya. Bahkan sampai saat ini, sampai Lucy yang kini sudah berpaling pada pria lain.

Aland, masih berharap kalau mereka akan bisa kembali bersatu seperti dulu.

"Aku jadi teringat masa lalu. Saat itu, kita pernah memiliki kenangan indah bersama. Kita pernah menghabiskan waktu bersama, dan kita pernah melakukan segalanya bersama," bisik Aland.

Lucy hanya diam dengan air muka murung. Tatapan matanya perlahan turun, berubah sayu menatap Aland penuh rasa bersalah.

Kedua iris mata biru indahnya mendadak berkaca-kaca saat secara perlahan serpihan ingatan menghampiri dirinya.

Setiap kenangan indah mereka dulu, mendadak berputar di otaknya bagaikan sebuah film yang di putar ulang.

Hatinya mencelos. Dadanya sesak, dengan air mata yang nyaris tumpah membasahi pipi mulusnya. Namun berhasil ia tahan. Lucy tidak ingin Aland melihat air matanya dan kembali mempertanyakan alasannya meninggalkannya dulu.

"Kyaa~ senior Al, kau berbicara seperti itu membuat hatiku berdebar, dan pikiranku melayang membayangkan bagaimana indahnya hubungan kalian dulu." Suara histeris itu membuat keduanya tertegun.

Suara itu tidak lain berasal dari handsfree yang terpasang pada telinga mereka berdua.

Yang baru saja berucap itu tak lain dan tidak bukan adalah satu anggota mereka. Amanda. Anggota termuda sekaligus yang paling ahli dalam bidang IT serta hacking. Ia bertugas untuk mengawasi serta menuntun mereka dari jarak jauh.

"Tapi senior Al harus ingat kalau senior Lou sudah bukan milik senior lagi. Senior Lou sekarang sudah menjadi milik Felix," sambungnya.

Lucy hanya diam dengan bibir terkatup, ia menatap wajah Aland yang kini merah padam.

Aku lupa kalau handsfree nya masih terpasang dan Amanda masih bisa mendengar setiap ucapanku dengan Lucy, pikir Aland yang malu bukan kepalang karena kepergok sedang menggoda Lucy oleh juniornya sendiri.

Terima kasih, Am. Kau penyelamatku, batin Lucy yang merasa lega karena Amanda sudah berhasil menghancurkan atmosfer tak sedap yang semula menyelimuti kebersamaannya dengan Aland.

"Apakah kau mendengar semuanya?" tanya Aland yang kini mengusap wajahnya kasar, ia berusaha menutupi sebagian wajahnya yang merah padam.

"Tentu saja. Dengan sangat jelas!" Amanda, selalu berucap dengan penuh semangat. Hal itu membuat Aland makin merasa malu.

Aku benar-benar ceroboh. Aland merutuki nasibnya.

"Senior Al, apakah kau tahu? Ucapanmu benar-benar membuat pikiranku melayang. Aku jadi membayangkan bagaimana hubungan kalian dulu."

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!