Kehidupan kota yang penuh dengan jadwal sibuk sebuah kontrakan dekat jalan raya tak jauh juga dari gang dimana haltebus yang langsung sampai.
Gadis itu adalah,
Damanda, terbangun di pukul tujuh pagi untuk segera bersiap karena busnya yang akan datang menjemput segera datang.
Damanda baru keluar dari kontrakannya melangkah ke depan gang.
Damanda Alista. Gadis berusia 21 tahun tinggal sendirian di kontrakannya Damanda memiliki rambut hitam kemerahan dan mata besar coklat tubuhnya tinggi kurus 168 cm. Damanda selalu seperti itu bisa jadi ke siang bisa jadi terlalu rajin ya suka hati ia saja.
"Masih pagi, Gak telat... gak telat." Bermonolog pada dirinya sendiri.
Tidak lama Damanda bicara pada dirinya sendiri sebuah bus berhenti dan satu penanggung jawab turun bicara pada Damanda sambil membawa kertas dan papan juga pena. Damanda diam berdiri di hadapan orang itu orang itu menggunakan tanda pengenal sebagai penanggung jawab.
"Kamu Damanda?" Orang itu menatap Damanda lalu mencentang sesuatu dan memberikan sebuah kartu dan ada talinya.
"Iya saya." Damanda mengangguk dan tangannya menerima benda itu
Damanda tidak sabar untuk naik dan di berikan tanda pengenal mahasiswanya. Bus kembali berjalan Damanda duduk di paling belakang bersama anak mahasiswa lainnya yang bertubuh sedikit berisi. Sedikit terjepit tapi, tidak apa.
Laju bus normal hingga halte tempat menjemput Damanda tadi sudah mulai tak terlihat, tidak terasa Bus sampai di musium dengan banyak benda sejarah kerajaan dan peninggalannya ada juga benda pusaka berupa senjata atau wadah kramat yang bisa membawa petaka atau keberuntungan.
Semua maha siswa turun dari mobil bus dan baru saja mereka menginjakkan kaki di halaman musium mereka sudah di sambut deretan patung prajurit di pinggir dekat tangga masuk ke dalam yang tinggi, di tengah tangga ada patung singa besar di atas sebuah pondasi bertuliskan keterangannya di buat dengan ukiran warna emas.
Semua maha siswa masuk ke dalam dan sudah di sambut dengan banyak pengunjung juga benda-benda bersejarah.
Penanggung jawab berbalik badannya menghadap muridnya.
"Kalian bisa menjelajah dan berkeliling dengan sesuai tanda pengenal kalian, berkelompok dan jangan pisah! Kita berkumpul disini di jam sepuluh nanti. Jangan lupakan ini tugas pembuatan makalah." Penjelasan penanggung jawab pada mahasiswa yang datang bersamanya. Beberapa maha siswa mengangguk paham ada juga yang sebatas lewat.
"Iya pak," jawab mereka bersamaan. Mereka sungguh berpencar secara kelompok sesuai dengan tanda pengenal yang mereka pakai di lehernya dan sudah ada kode pembagian kelompok mereka tinggal berkumpul dengan klompok yang kodenya sama dengan yang ada di tanda pengenalnya.
Damanda satu kelompok dengan dua lelaki dan tiga perempuan termasuk Damanda disana. Mereka mendatangi setiap pajangan dan juga mendengarkan penjelasan seorang pemandu yang kebetulan menjaga benda dan pajangan dalam lemari kaca. Sebelum mengambil gambar mereka juga meminta izin lebih dulu.
"Silakan ambil gambar jika melihat tanda ini jika tidak ada jangan di ambil gambarnya atau di sentuh," ucap seorang pemandu yang mereka tanyai.
Mereka berpindah kesebuah lemari kaca besar dengan senjata cantik terdapat permata.
"Ini adalah pedang dengan permata merah dan putih pedang. Pertama di miliki oleh Raja Damian lalu pedang ke dua di miliki putranya. Kenapa bisa ada dua sejarahnya masih rahasia satu peneliti yang bisa mengetahui jika pedang itu ada dua dan di miliki oleh raja bernama Raja Damian dan pedang kedua di miliki putranya. Peneliti itu langsung meninggal Dunia setelahnya karena penyakit aneh."
"Setelah itu penelitian di lanjutkan tapi, tidak pernah di temukan apapun lagi setelah munculnya nama Raja Damian. Dan ketika akan mencari tahu siapa putranya para peneliti tidak bisa dan ada saja penghalangnya dan masih sangat misterius. Sebelum ilmuwan itu meninggal beliau sempat mengatakan jika pedang di temukan sebelum masehi jelas kapan tahun sebelum masehi itu atau priode keberapa, masih belum ada kejelasannya."
"Lalu pedang hilang di curi dari tempat penyimpanan sebelum masuk musium ini dan di temukan oleh satu keluarga yang sedang berpiknik Hanya di temukan sebelah dengan permata satu tapi warnanya seperti merah dan putih menyatu."
"Pedang di bawa kemari oleh keluarga tersebut dan menjelaskan kejadian itu lalu ketika polisi akan meminta penjelasan lebih lanjut satu keluarga itu sudah tidak tinggal di negara ini dan di periksa data keluar negri dan penerbangan atau pasport tidak ada catatan atau Data di temukan, mereka di buat bingung, di mana pihak berwajib juga tidak bisa menemukan mereka, masih dalam misteri. Pedang ini sangat di dijaga karena membawa wabah konon katanya."
Pemandu itu masih menjelaskan tentang pedang di hadapan teman-temannya. Damanda hanya memperhatikan pedang itu dari atas bawah dan menatap dengan tatapan tak asing.
Damanda dan ke empat temannya berjalan lagi melihat hal lainnya tapi, ketika sampai di batu permata zamrud. Jam sudah menunjukan pukul sepuluh dan waktunya mereka menjelajah selesai.
"Kayaknya kita udahan aja, nanti kita bagi tugas lewat pesan," ucap Fahmi.
"Iya.. kurangnya tentang informasi kita cari di buku perpustakaan atau perpustakaan kota." Tambah Alea.
"Ok." Damanda Galey dan Hans mengangguk. Ketika mereka melewati tempat pedang tadi semakin ramai saja orang yang melihat dan seperti tertarik mendengar penjelasan pemandu itu
Mereka berkumpul dan mulai mendengarkan penanggung jawab yang membawa mereka ke musium bicara panjang lebar. Setelah selesai mereka lalu kembali lagi masuk ke bus setelah kunjungan hari ini selesai mereka diantar pulang.
Di perjalanan pulang seketika bus mereka oleng dan mengalami kecelakaan ketika itu semua warga mengevakuaisi beberapa yang selamat.
Damanda merasa lemah dan pingsan di dalam bus.
seketika tubuhnya terasa terangkat dan ketika matanya terbuka perlahan.
Damanda ada di tempat yang asing bersandar pada dinding tanah liat yang seperti pagar rumah seseorang.
Suasananya gelap dan tidak ada cahaya Damanda terdiam dan menatap sekitar Damanda melirik ke arah lain.
"Ini malam?"
Kepalanya terasa pusing Damanda memegangi kepalanya dan seketika melihat ke bawah dirinya memakai sandal aneh dan putus Damanda memilih melepaskannya dan bertelanjang kaki ketika itu merasa dirinya menggendong membawa sesuatu seperti tali, tunggu bajunya berubah gaun dan rambutnya di kepang eh.. ini?
"Aku di mana?" Damanda sadar.
"Loh Baju aku..." Seketika sebuah kuda berlari dan penunggang kuda itu lelaki dengan pakaian seperti zirah pengawal atau perajurit kerajaan mengulurkan tangannya.
Damanda ragu dan mundur kebelakang. Damanda menjauhkan diri seketika, orang penunggang kuda melepaskan helem zirahnya dan mengulurkan tangannya sambil berteriak cepat ayo pergi!.
"Heeey... Nona ayo cepat."
"Haah..." Tanpa banyak tanya lagi Penunggang kuda itu menarik Damanda tanpa sadar sudah di atas kuda dengan cara yang aneh dan dari kejauhan kuda pergi membawanya sebuah gerombolan prajurit berkuda mengejar mereka.
"Tunggu aku mau muntah... Kau salah membawaku," ucap Damanda yang kesal seketika itu juga Damanda muntah dan membuat penunggang kuda itu berdecak malas.
Memutar kudanya dan berhenti di suatu tempat dengan benar Damanda duduk di belakang penunggang dengan posisi benar.
"Kenapa kau membawaku kau siapa?"
"Apa maksudmu jangan bertanya aneh-aneh, apa kau mau mati nona?"
"Mati apa maksudmu?" Damanda bersuara lagi tapi tidak di jawab, penunggang itu kembali fokus pada kuda dan jalanan. Damanda juga melihat sekitar adalah hutan dan ini adalah...
"Ini dimana?"
"Kau disinilah memangnya kau ada dimana nona Damanda. Kau ini penjaga pedang Vampir memangnya apa.
Haa...
"Apa aku penjaga pedang... apa? Tunggu sebentar ini pedang." Damanda memberikan pedang itu memperlihatkan ada penunggang kuda yang baru saja turun dari kudanya. Penunggang kuda itu menatap aneh dan memundurkan langkahnya.
"Anda itu jangan sembarang, Aku Tristan panggil nama jangan kau kau." Damanda melongo melihat Tristan melangkah pergi memasuki sebuah pondok tua sederhana ada beberapa kuda di ikat di halamannya termasuk kuda Tristan tadi.
Damanda mengikuti Tristan masuk dan melihat ada di pria lagi dan satunya sangat tampan satunya seperti anak nakal satu, ya lng satunya seperti sudah memiliki anak atau hot daddy. Pikiran Damanda membayangkan ketiga pria di dalam pondok itu melayang jauh.
Seketika kibasan tangan dari lelaki yang rambut putih mata prak itu mengibas didepan wajah Damanda lalu berdiri didepan Damanda. Terkejut Damanda mundur selangkah ke belakang
"Aku Marcus, Kau penjaga pedang itu ya.. Pantas lah Darah Guarding ada padamu mata coklat besar hidung tidak terlalu mancung tubuh kerempeng rambut hitam kemerahan sebahu. Cocok sesuai dengan yang kita cari." Marcus memperkenalkan diri dengan wajah menyebalkannya.
"Sejak tadi dia aneh hanya bertanya aku dimana. Aku akan jelaskan..." Suara Tristan menambahkan ucapan Marcus yang ada didepan Damanda.
"Aku sebenarnya Bukan...." Damanda ingin bicara tapi, terpotong lagi menatap tajam si rambut putih.
"Dia itu Damanda aku menemukannya terduduk berlindung di balik tembok kami sempat berlarian karena desanya diserang dengan brutal hingga dirinya terkena timpukan batu besar. tadinya kukira mati ternyata tidak, keras juga untuk ukuran kepala wanita seperti mu." Suara tristan lagi terdengar di telinga Damanda sedangkan dua pria lainnya lagi tidak bersuara.
Damanda terkejut tidak mungkin jangan-jangan pemilik tubuh ini sudah mati dan sekarang dirinya ada disini itu karena jiwanya tertukar dan jiwa orang ini mati dan dirinya bagaimana dengan masa depan bagaimana dengan tugasnya, kontrakan.
Tunggu kontrakan sepertinya tak masalah tapi, sekarang posisinya adalah masalah besar ini tempat apa? dunia apa? sekarang tahun berapa? Damanda bingung!
Damanda menatap ruangan dan bedang yang di pegang lalu ke empat lelaki dan satunya mengupil. Pertemuan yang buruk untuk orang berambut putih bernama Marcus lalu Tristan.
Lalu yang berdiri dekat jendela dengan tunik kebesaran wajahnya seperti Hot Dady dan lumayan tampan itu.
Lalu satunya tampan mata coklat rambut hitam dan kulit putih bersih sepertinya dua lelaki kulit putih si Marcus dan satunya lelaki rambut hitam mata coklat.
Dilihat jika mereka laki-laki itu memiliki tubuh tinggi sekitar 180 untuk Tristan dan 183 untuk Marcus dan si hot Daddy itu 182 dan satunya lagi si tampan rambut hitam mata coklat 185.
"Hey.. kau mengamati kami," suara Marcus mengganggu Damanda.
"Jangan ganggu Dia," ucap Tristan yang berkutat dengan alat masaknya.
Damanda diajak Marcus duduk dan menghadap minuman semua berkumpul di meja makan.
Malam ini Teristan membuat masakan dari daging rusa yang baru di buru hanya mereka berempat di meja makan kecuali, satu orang diantara mereka duduk di luar di depan api unggun buatan dirinya sendiri.
Damanda seperti kasihan kenapa yang lainnya di dalam sedangkan dirinya di luar.
Damanda menatap Marcus lalu Seorang dengan wajah hot Daddy dan satunya penunggang kuda yang namanya adalah Tristan.
"Tristan kau memasak sebanyak ini untuk kami lalu dia yang ada didepan bagaimana apa dia diet atau menurunkan berat badan," ucap Damanda dengan berani seketika pria berwajah Hot Daddy itu tersedak air.
"Uhuk..uhuk... Nona perhatikan nada bicara anda anda mengejek seorang pangeran dan mempermalukannya." Semua yang ada di meja makan menatap Damanda.
Damanda menggeleng cepat dan menatap pria yang menunjuknya seperti penjahat.
"Siapa? Aku, tidak! Aku hanya bertanya karena dia lebih senang di luar dan tidak makan bersama kita." Marcus mengangguk dan memakan paha daging rusa itu, sambil mendengar damanda menyanggah ucapannya.
"Huuh.." Menghela nafasnya.
"Saya Limino, anda bisa panggil dan bicara dengan nyamannya nona saja. Saya adalah panglima beliau ayahnya meminta saya menjaganya. Ia tidak akan makan jika tidak lapar. Nona, saya sarankan jangan ganggu beliau karena beliau sangat pemarah."
Damanda menoleh keluar pintu di mana api unggun sudah mulai menyala.
Damanda berpikir dengan wajah seperti mengerti ucapan panglima Limino. Padahal Damanda tidak mengerti dan belum mencoba mencari tahu sendiri apa orang itu benar pemarah atau tidak.
'Pangeran, pantas juga fisik dan wajahnya sangat sempurna keturunan Raja ternyata,' pikir Damanda mengangguk angguk.
Seketika itu Damanda mengambil semangkuk sup dan membawanya keluar seketika itu Marcus menghalanginya dan meminta Damanda duduk lagi di tempatnya.
"Jangan Sok kenal nona. Rhapael tak suka dengan anda, jadi jangan mengodanya." Ucapan Marcus seketika membuat Damanda tertuduh lagi dan Damanda mengalah saja. Lagi pula ini tempat baru dan mana mungkin Damanda dekat dengan lelaki itu secepat itu.
'Aneh memang tempat yang aneh.' Damanda menjerit dalam batinnya.
Damanda makan malam bersama yang lain lalu minum,
Hem... Pedang, ini tidak lepas! Sejak tadi Damanda tidak melepaskan pedang ini ketika di lepas pedang ini kembali lagi dan terpaksa Damanda bawa kemana pun sampai mandipun dirinya bawa.
"Ini ada pakaian wanita kau bergantilah dengan ini dan jubah ini pakailah juga aku sudah menyamarkan banyak bau ketika jubah ini di pakai orang yang dirinya tiga atau empat hari tidak mandi sepertimu, bisa jadi kita tidak akan mandi dalam beberapa hari jadi untuk mu wanita harap jangan banyak merepotkan, karena menambah beban tidak baik," ucapan Marcus buat bibir kiri atas Damanda terangkat dan melayangkan tatapan tak suka.
"Sebenarnya pamri tidak memberikan pakaian ganti atau memang tidak mau." ucapan Damanda menatap pakain itu.
Marcus mendorongnya dan memberikannya agar Damanda berganti pakaian cepat karena mereka ingin bergegas pergi.
Damanda yang akan berganti pakain seketika berbalik lagi dan mencegah Marcus pergi menarik asal jubahnya membuat Marcus tercekik.
"Apa lagi nona?" Geram Marcus membuat Damanda memasang wajah imut tanpa dosa tapi, sepertinya tidak mempan malah Damanda kesal dengan wajah Marcus yang menyebalkan.
"Aku mau tanya siapa nama orang itu?" Damanda menatap dengan wajah serius. Marcus berdiri tegak menghela nafasnya. Damanda menunggu karena Marcus malah menatapnya.
'Perasaan aku sudah mengatakan namanya, dia ini perempuan tapi, telinganya tersumbat,' batin Marcus.
"Dia pangeran Rhapael pewaris satu-satunya di kerajaan Damian, Ayahnya meninggal, jangan pernah dekat dengannya karena dia monster." Marcus menakuti Damanda. Damanda mengangguk.
Tatapan mata Damanda menggambarkan sebaliknya seperti ada tulisan di dahinya 'apa iya dia monster aku tidak percaya,' Marcus menghela nafasnya dan mendorong dahi Damanda hingga terhuyung ke belakang.
"Yaaa.. Jangan seperti ini," ucap Damanda.
"Kau mau tahu kenapa kami membawamu kemari?" ucap Marcus seketika Damanda menatap Marcus tapi, Marcus malah memancing Damanda untuk bicara duluan.
Benar tidak aneh jika gila duluan dekat dengan Marcus selain wajah Bad Boy nya yang tampan dirinya sangat menyebalkan Damanda harus menahan kesal untuk di membuat babak belur wajah tengil di hadapannya. Damanda menghembuskan nafasnya.
"Kau malas tahu? ya sudah aku pergi, malah menghela nafas depan wajah orang tidak baik tahu."
"Lalu kenapa kalian membawaku kemari," ucap Damanda menatap Marcus dengan gigi berbaris rapi, mirip sekali Damanda memaksakan senyum lebarnya.
"Karena pedangmu yang keluargamu jaga adalah milik Pangeran Rhapael." Damanda melongo dan heran kenapa bisa bagaimana ceritanya dirinya baru datang tidak tahu apapun dan kecelakaan bus itu dirinya bagaimana dan pedang ini Aaargh.. semua mengingatkan Damanda lagi.
"Ya sudah berikan saja lalu aku pergi." Asal Jawab Damanda membuat Marcus menarik lengan baju kirinya seperti anak kucing.
"Hey.. Nona bisa saja kau pergi begitu saja dan tanpa alasan kau memberikannya. Tapi, jika itu bisa Tristan akan meminta pedang itu saja dan tidak membawamu sekalian dengannya Kenapa kau bingung? Jangan tanya tentang pangeran Rhapael karena telinganya cukup tajam sekarang, bergantilah kami semua ada di luar berteriak jika ada serangga. " Damanda menutup pintu ketika Marcus baru menutup mulutnya. Marcus terdiam menatap pintu yang ada didepan wajahnya hampir saja hidungnya di patahkan oleh hantaman pintu kemarahan Damanda.
'Wanita macam apa kau ini nona,' jeritan barin Marcus membuatnya mengelus dada. Rasa ingin menghajarnya tapi, ingat jika Damanda adalah perempuan.
Damanda sudah selesai dan bergabung di luar mereka bicara tentang hal yang Damanda sama sekali tidak mengerti dan bahasa mereka sama seperti apa yang Damanda ucapkan tunggu! Damanda baru sadar akan hal itu.
Damanda menatap Limino lalu Marcus Lalu Teristan yang terakhir Rhapael dan ketika dirinya di tatap malah kelabakan malu. Kenapa Damanda ada di tengah situasi para empat lelaki tampan kenapa? Kenapa? Apakah ini dilema?
"Hey.. Nona wajahmu mengisyaratkan kau menyukai kami berempat," ucap Tristan membuat Damanda semakin malu dan wajahnya langsung di tutup telapak tangan.
"Tidak... bikan begitu, Haaak.. Kalian membuatku malu," ucap Damanda seketika ke tiganya pergi meninggalkan Rhapael dan Damanda.
*
"Rasanya seru mengerjai wanita itu, terlalu polos dan mudah di tebak tapi, ada kalanya sulit di tebak." Tristan menyenggol lengan Marcus di sampingnya.
"Yaa.. Kau benar, setidaknya sampai Rhapael menjadi Raja kita harus menjaga pedang dan penjaganya agar aman, selagi itu pedang itu hanya akan ada disekitar wanita itu." Jelas Limino membuat ke duanya mengangguk.
Limino dan Marcus juga Tristan menyiapkan barang-barang untuk mereka bawa.
Damanda membuka telapak tangannya yang menutupi wajahnya ketika itu hanya melihat Rhapael yang melemparkan satu potongan kayu ke api yang masih hidup.
"Aku akan bicara kenapa kau di bawa kemari nona." Rhapael angkat suara dan menjelaskan. Damanda mulai menormalkan degup jantungnya dan menatap Rhapael.
"Benar apa yang mereka katakan tentangku, sebenarnya juga kau tidak perlu terlalu perhatian padaku Nona."
Damanda bingung ini orang maksudnya gimana?
"Maaf sebelumnya apa kamu gak laper gak makan atau ngemil sedikit makanan yang kita masak tadi, apa kamu terbiasa seperti itu," ucap Damanda menatap penasaran Rhapael.
"Tidak, Aku tidak makan, Kau bisa menilainya seperti itu nona, Satuhal aku minta darimu nona apapun yang terjadi jaga pedang itu karena Galen mengincarnya," ucap Rhapael menatap Damanda dengan mata coklatnya.
"Haah.. Menjaga bagaimana, Ehmm.. Kalo gitu boleh kamu beritahu sedikit tentangmu padaku sebagai ganti aku menjaga pedangmu, hanya permintaan kecil." Damanda memohon pada Rhapael yang menatap lurus ke depan.
"Baiklah," ucap Rhapael menatap api unggun.
*
...****************...
...Flashback.......
...Seorang Raja bernama Raja Damian hanya tinggal sendirian selama waktu yang tidak singkat hingga semua daerah bisa menjadi miliknya di bawah ke kuasaannya....
...Dimana sang raja itu berdiri hanya dirinya seorang. Suatu saat Raja bertemu dengan Seorang wanita yang pemberani memiliki kecantikan yang biasa dan selalu menjaga tatapannya pada orang yang tidak di kenal....
...Raja Damian tertarik dan mereka berdua akhirnya menikah dan menjadi pasangan Raja dan Ratu di sebuah kerajaan Karena sang Ratu adalah manusia Raja Damian dari Bangsa imortalia....
...Ratu tahu jika Raja adalah orang yang tidak suka basa basi dan banyak dengan hal yang bertele-tele. Ratu memberikan keinginan yang tidak bisa di bantah Raja yang sangat sudah mencintai Ratunya untuk membangun pemerintahan dan rakyat juga kehidupan di kerajaan ini....
...Selama lima tahun pernikahan Sang Ratu baru di berikan anak dan Raja khawatir dengan anak yang Ratu kandung Resikonya sangat besar kemungkinan besar jika anak yang ratu kandung adalah sama-sama bangsa imortalia....
...Singkat ceritanya Waktu kerajaan berjaya sangat baik hingga kelahiran putra mahkota semua bergembira menyambut kelahirannya tapi, sang Ratu meninggal setelah melahirkan putranya Sang putra mahkota yang sudah mendapat gelar sejak lahir sebagai putra mahkota kerajaan Damian itu tumbuh menjadi kesatria dan sudah bisa memainkan segala sihir dan senjata untuk bertahan dan melindungi diri dari ancaman....
...Ketika Rhapael masih sangat muda Kerajaan Damian di serang oleh Galen dengan sangat sadis hingga semua rakyat yang tidak sempat menyelamatkan diri di bunuh dengan cara yang tidak manusiawi Semua mati dan ada yang menjadi santapan mereka....
...Rhapael diajak bersembunyi oleh panglima Limino yang usianya lima belas tahun lebih tua dari Rhapael....
...Sang Raja bertarung hingga mati-matian dan menghancurkan beberapa tempat hanya karena pertarungan dua orang itu....
...Ketika saat dimana Pangeran Rhapael seharusnya tidak disana ia malah ada disana dan melihat Galen membunuh ayahnya dan memakan jantungnya....
...Rhapael muda tidak sempat bicara terakhir kali oleh ayahnya yang sudah menjadi abu....
...Limino membawa Rhapael pergi. Hari kelabu untuk saat itu dan sangat membuat hancur perasaan Rhapael....
...Semua kerajaan Damian menjadi tumpukan mayat manusia dan gugurnya sang raja Damian....
...Ketika itu semuanya berubah setelah ada harapan ternyata Ayahnya sudah membawa hal penting pergi beberapa hari sebelum bencana kematian Raja dan rakyat terjadi....
...Flashback off...
...****************...
Damanda meringis mendengar cerita Rhapael.
"Pasti sangat menyakitkan. Maafkan aku sudah membuat permintaan itu dan kau malah mengabulkannya, aku jadi tidak enak hati," ucap Damanda.
Rhapael menoleh. Lalu kembali menatap api unggun lagi dan mengangguk samar.
"Aku hanya mengabulkan apa yang bisa membuat seseorang menerimaku dekat dengannya, Aku hanya lah monster yang tidak pantas memiliki siapa pun walaupun aku punya Orang tua sekalipun," ucap Rhapael.
"Tidak... Pangeran, anda itu orang yang sangat baik buktinya permintaan aku itu bisa saja anda tolak tapi, anda malah menceritakannya." Damanda mengambil sesuatu dan membakarnya.
"Semua pasti memiliki kisahnya masing-masing tidak perduli seburuk apapun semua itu sudah di tentukan dari lahirnya kita ke dunia ini, Anda adalah penerus kerajaan ayah Anda dan Seharusnya Anda tidak boleh terus-terusan menyalahkan diri anda atas kematian ibu dan ayah anda," ucap Damanda lalu menoleh menatap Rhapael dari samping.
Damanda tersenyum.
'Aku bisa mengatakan kuat dan bahagia selalu pada orang lain kenyataannya aku sendiri ingin menyerah pada kehidupanku yang menyedihkan di tambah keberadaanku disini, Huuuhfh,' pikiran Damanda melayang pada kehidupannya yang dulu.
Rhapael menoleh menatap Damanda dari samping yang menyanggah Dahinya dengan gagang pedang yang berdiri lalu menghela nafas kasar.
'Apa ia benar-benar bukan berasal dari dunia ini. Aku memperhatikan sejak kedatangannya. Dilihat dari warna mata dan rambut serta sesuatu didalam dirinya bukanlah dirinya tapi orang lain yang masih berusia duapuluh satu tahun.' Rhapael menerka.
Informasi yang di dapat jika Damanda adalah gadis yang pemalu dan penyakitan juga lemah tapi, perempuan ini sangat pandai bicara dan tidak pemalu senyum dan tertawa bisa memperlakukan Marcus dengan berani.
"Pangeran.. Atau Rhapael nyamannya aku memanggilmu," ucap Damanda menoleh menatap Rhapael yang menatap api unggun didepannya.
"Terserahmu,"ucap Rhapael dengan nada bicara yang acuh.
Damanda mendengus kesal.
Seketika sebuah serangan mendadak membuat Rhapael refleks melindungi kepala Damanda.
"Ayo kita harus bergegas pergi!" Teriakan Marcus membuat Rhapael dan Damanda segera pergi.
Mereka pergi dari pondok sederhana tak berpenghuni dekat sungai itu dengan membawa kuda mereka menjauh sebelum mereka naiki.
Damanda berhenti seketika Damanda terkejut karena panah hampir menyobek lehernya.
Damanda menatap semuanya naik ke atas kudanya seketika Damanda diam karena tidak mungkin jika dirinya minta tumpangan. Lagian mereka tidak memberikan Damanda kuda sendiri.
Rhapael.
Limino.
Marcus dan Tristan mereka sudah naik kuda. Sudahlah terima nasip mu saja Damanda.
"Sedang apa kau, ayo," ucap Rhapael seketika mengulurkan Tangannya untuk Damanda raih.
"Tapi, kenapa harus... Aaa." Sekali tarik Damanda sudah duduk di atas kuda Rhapael dan ada di depan Rhapael Damanda langsung menggunakan tudung jubahnya takut rambutnya mengganggu pandangan Rhapael ketika menjalankan kuda.
"Aku tidak nyaman," cicit Damanda tapi, Rhapael tidak menanggapinya.
Seketika kuda mempercepat larinya rombongan hentakan kuda menjauh seiringan itu pondok itu hancur dan dan terbakar.
Seorang wanita dengan kepulan asap hitam di sekitarnya dan wajah cantik tapi menyeramkan itu tersenyum.
"Pangeran baru saja dari sini periksa area sekitar," wanita cantik menyeramkan itu menunggu hasil anak buahnya. Nihil.
Wanita menyeramkan itu memenggal leher prajurit yang membawa informasi kosong tak berguna.
Mereka pergi dari pondok yang terbakar itu.
Di sisi lain Damanda masih menatap depan kuda terus berjalan cepat. Rasanya ingin muntah. Damanda sudah dua kali naik kuda tapi, kedua kali ini benar-benar membuatnya sangat tak nyaman.
"Berhenti aku ingin muntah," ucap Damanda.
Seketika Rhapael menghentikan kudanya bersamaan kuda lainnya.
"Damanda kau..." Tristan belum selesai bicara Damanda sudah muntah di balik semak.
"Jangan ajak aku bicara aku mual." Seketika semua diam dan hanya berusaha tidak mendengar apapun.
Damanda kembali dan mendudukan dirinya di tanah.
"Sebenernya kita kenapa lari dan anak panah, bukannya pondok itu bagus untuk tempat tinggal kenapa tidak kita jaga saja kenapa malah lari. Jadi kenapa?" Damanda menatap semuanya seketika itu Rhapael turun dari kudanya dan meminta tangan Damanda.
"Apa tangan ingin apa kau dengan tanganku," ucap Damanda menarik tangannya tanpa banyak suara yang keluar Rhapael menarik tangan Damanda lagi dan seketika memberikan sebuah permata berwarna hijau.
"Permata itu bisa membuatmu terbiasa dengan perperjalanan ini, kau tidak pernah naik kuda?" Damanda menggeleng dengan ucapan Rhapael.
Mereka melanjutkan perjalanan dan pergi melintasi hutan yang lebat dan sungai.
Sampai waktu subuh mereka sampai di sebuah pemukiman sebisa mungkin mereka menyamar.
"Ini dimana?" Damanda berbisik pada Tristan. Damanda Tristan dan Marcus sedang pergi ke pasar dan mereka juga mampir ke salah satu penginapan untuk beristirahat. Jika tidak membawa Damanda mereka mungkin akan melanjutkan perjalanan
"Ini masih daerah kekuasan Kerajaan Damian," ucap Tristan biasa.
"Lalu..." Damanda melihat dan berhenti di salah satu penjual pakaian.
Ini adalah pakaian asli yang orang jaman kerajaan buat dan ini sangat rapi, walaupun belum ada pewangi bahan kemasan dan sabun cuci atau deterjen pakaian disini wangi alami tumbuhan dan tidak eneg. Damanda memegang bahan dan mendekatkan sedikit pada hidungnya.
"Ini sangat bagus berapa harganya," ucap Damanda pada penjual.
"Harga pakaian itu Tiga puluh kepingan perak," ucap Penjual setelah melihat Damanda dan pakaian Damanda.
"Mahal sekali," ucap Damanda pelan.
Damanda pergi lagi dan berkeliling. Daman seketika tangan Marcus menariknya.
"Jangan bicara dengan siapapun disini jika ingin bicara katakan pada kami berdua saja." Marcus berbisik.
Tristan mengangguk.
"Memangnya kau tidak punya uang," ucap Tristan. Damanda menggeleng.
'Bagaimana punya uang aku kemari saja bertukar nyawa dengan pemilik tubuh, rasanya seperti tunawisma, kalian memberikan tubuh ini makanan minuman dan pakaian alakadarnya saja sudah sangat bagus dan bersyukur,' Pikiran Damanda melayang tentang betapa menyedihkan dan miskinnya dirinya ini.
Mereka kembali ke penginapan setelah membeli beberapa bahan perjalanan mereka.
Yang di butuhkan saja karena pasti di hutan banyak makanan. Damanda sedikit melirik pada bawaan Tristan dan Marcus.
Tanpa sadar jika seorang wanita tersenyum menatap punggung Marcus Damanda dan Tristan berjalan kepenginapan.
Malam harinya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Saat itu juga baru seratus meter mereka menjauh dari Desa itu seketika sebuah suara tawa wanita terdengar sangat kencang. Seperti menghalangi jalan mereka.
"Selamat datang pangeran Rhapael dan... Wanita itu, Aah.. pasti Guarding bukan? Kalo gitu kalian berikan pedang itu dan kami akan persilahkan kalian pergi," ucapnya dengan sangat anggun dan tersenyum manis di bibir merah dan gigi putih yang berukuran sedang.
Tidak ada ucapan atau jawaban saat itu juga Damanda bicara.
"Anda siapa? Pakaian anda seperti seorang wanita gampangan. Minggir lah kami mau lewat," ucap Damanda dengan berani. Rhapael dan lainnya melotot dan sedikit menahan tawa Damanda sangat pandai bicara.
Wanita itu marah dan kesal seketika menyerang. Saat itu juga semua melawan dan Damanda terjatuh dari kuda Damanda sedikit takut dengan situasi ini.
Damanda bersembunyi Bukannya tidak terlihat justru di incar.
Damanda terus berlarian menjauh seketika menabrak wanita yang di oloknya tadi.
"Berikan pedang itu," ucap Wanita itu.
"Tidak, Aku tidak mengenalmu," ucap Damanda keras didepan wajahnya.
"Dasar wanita aneh berikan!" Teriaknya ketika akan mencekik Damanda, seketika itu tangan Rhapael menghentikannya.
"Jangan sentuh Wanita itu," ucap Rhapael.
Semua orang yang wanita cantik dan seram bawa sudah mati di habisi Rhapael dan lainnya tinggal wanita itu saja.
"Apa kau ingin membunuhku pangeran, Ck..ck..." Damanda melihat jika Rhapael bingung.
"Ini membuang waktu Rhapael tebas saja kepalanya habisi dia," ucap Damanda dengan keras seketika Tristan dan Marcus membekap mulut Damanda.
"Yaa.. Amis darah tangan kalian," ucap Damanda kesal.
Rhapael terdiam seketika menghela nafas dan memejamkan mata lalu membuka matanya dan saat itu juga wanita cantik menyeramkan dengan pakaian terbuka dan asap hitam abu-abu di sekitarnya menghilang.
"Kau.. Tidak... Hanya Damian yang memiliki mata biru itu, tapi, Rmabutmu tidak berubah putih." Wanita itu menatap Maut didepannya dengan bicara tersendat seperti tercekik.
Serangan Wanita itu dengan sihir di sadari Rhapael dan di tangkis dengan baik Seketika Rhapael mencekik wanita itu dengan keras dan membantingnya ke tanah.
Marcus dan Tristan menutupi pandangan Damanda.
"Aku ingin lihat menyingkirlah...."
"Tidak Damanda kau ini mabuk perjalanan kau bisa muntah lagi," ucap Tristan.
"Iya.. Merepotkan kau ini sangat jorok jika sudah muntah di tengah perjalanan."
"Apa maksudmu Marcus.. Hey.. kau itu tukang ngupil sembarang jadi siapa yang jorok," ucap Damanda tidak terima.
"Kau tidak terima jika kau muntah ketika naik kuda kemarin." Marcus lebih kesal. Tristan malah bingung. Limino berpura-pura tidak lihat dan dengar apapun.
Rhapael dan wanita asap hitam masih dengan posisi Rhapael mencekik lehernya hingga melihat wajah wanita itu kesakitan.
"Kau yang telah membantu Galen menghabisi kerajaan Damian dan membunuh ayahku," ucap Rhapael.
Seketika sebuah percikan api biru yang tidak tahu dari mana datangnya, langsung membakar wanita itu sampai berterik tak karuan.
Damanda yang ingin melihat di halangi Tristan dan di tutup matanya oleh Marcus.
Rhapael menatap jasad wanita itu hangus terbakar hingga berubah menjadi bara dan membatu dan mengeras lalu berubah menjadi kerikil besar.
Rhapael berbalik seketika itu Damanda menatap Wajah Rhapael yang lelah berkelahi. Kembali melanjutkan perjalanan Damanda duduk di depan Rhapael lagi rasanya aneh ada hawa menyeramkan dan membunuh datang dari Rhapael.
Damanda mungkin takut tapi, Apa Rhapael ini benar-benar Monster dilihat jika tadi Rhapael bertarung menebas para orang suruhan wanita aneh tadi.
Damanda sedikit takut tapi, Menyadari Marcus Limino dan Tristan ada disana Damanda tambah ketakutan. Oh... bagaimana jika mereka semua sebenarnya penjahat tapi, Cerita Rhapael benar benar tergambar jelas dalam ingatan Damanda.
Damanda seperti melihat sendiri. Wajah ibu Rhapael tidak jelas tapi yang pasti yang Damanda pernah ingat dan tergambar di kepalanya Ibu Rhapael orang yang sangat berani dan pedang dengan permata putih pernah di milikinya.
Damanda menatap ke depan.
Kenapa Damanda memkirkan hal yang ada di musium waktu itu dan pedang yang Damanda bawa ini, sangat berat dan besar juga memiliki permata putih dan ingatan Damanda kembali bagaimana ibunya Rhapael mengayunkan pedang lalu tersenyum. Eh.. tunggu tersenyum sebenarnya Damanda ini sedang memikirkan apa? apa jangan jangan kekuatan pedang ini atau tiba-tiba kepalanya seperti rekaman tentang ibunya Rhapael yang sedang berputar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!