NovelToon NovelToon

Pelet Selendang Ijo

Episode pertama (asal mula)

Di jaman penjajahan Belanda, sekitar tahun 1900 M, terdapat suatu wilayah di bawah bukit, dan wilayah itu dinamakan desa kembang.

Penghuni Desa kembang terkenal di seluruh pelosok negeri karena di desa itu, terdapat banyak penari yang cantik dan rupawan.

Beberapa prajurit belanda terkadang singgah di desa itu untuk menyaksikan penari cantik sambil melepaskan kepenatan setelah seharian bekerja.

Di pinggir jalan desa, sosok wanita berusia 13 tahun yang bernama Ririn, sedang berjalan bersama kakak nya Tumini yang berusia 15 tahun.

"Kakak, apakah kita hampir sampai di rumah aki mamang?" tanya ririn sambil terus berjalan mengikuti kakak nya.

"Ririn, kita hampir sampai"

"Jika nanti kita telah sampai di rumah aki mamang, sampaikan salam kepadanya dan jangan lupa menundukkan kepala kepadanya" ujar Tumini mengingatkan adiknya.

"Baiklah kak" jawab ririn tanpa bertanya lagi kepada tumini karena dia tau kakaknya tak mungkin menjawab pertanyaannya.

"Nah, sudah sampai" ucap Tumini sambil tersenyum senang.

"Ini rumahnya aki mamang, pemilik ilmu pelet yang terkenal itu" ujar Tumini sambil terus masuk ke halaman rumah aki mamang.

"Tok tok tok" Tumini mulai mengetuk pintu rumah aki mamang yang terlihat masih tertutup rapat.

Tiba-tiba pintu terbuka sendiri tanpa ada yang membukakan pintu. Rupanya aki mamang memiliki seorang jin penunggu pintu rumahnya yang setia menunggu para tamu yang datang ke rumahnya.

"Ayo, ririn"

"Masuklah" ajak Tumini kepada Ririn

"Jangan lupa bungkukkan badanmu" kata Tumini mengingatkan Ririn.

"Iya kak" jawab Ririn pendek.

Setelah mereka berdua masuk ke dalam rumah aki mamang, pintu rumah aki mamang tertutp dengan sendirinya.

"Ah, kak tumini, aku takut" ujar Ririn. wajah takut terlihat di raut wajah Ririn yang masih sangat lugu.

"Sudahlah"

"Kau tak perlu takut"

"Apakah kau tak ingin kita menjadi penari terkenal di desa?" ujar Tumini sambil menadik lengan Ririn.

"Ya mau kak,"

"Tapi, tidak dengan rasa takut seperti ini" jawab Ririn polos

"Kau jangan takut"

"Ada aku disini"

"Bersembunyilah di belakang tubuhku"

"Biar aku yang akan menghadap Aki mamang"

"Kau diam saja"

"Ikuti apa yang aku lakukan" jawab Tumini mengarahkan adiknya.

"Baiklah kak" jawab Ririn.

Tak terasa Ririn dan Tumini sampai ke tempat praktik aki mamang. Suasana sedikit remang-remang. Hanya ada lilin kecil di kamsr itu.

Terlihat aki mamang telah duduk di tempat praktik nya dengan membawa sebilah keris di hadapannya.

Wewangian dupa dan kembang melati sangat menyengat hidung membuat bulu kuduk Ririn makin berdiri tegang.

Tumini segera duduk disusul Ririn yang ikut duduk dibelakangnya. Setelah memulai duduk, Tumini segera mengutarakan keinginan nya.

"Aki mamang, saya datang ke kediaman aki mamang karena ingin menjadi penari yang disukai banyak orang" ucap Tumini

Aki mamang terdiam dan hanya memandang ke arah Tumini dan Ririn sambil menghisap rokoknya.

Setelah selesai menghisap rokoknya, aki mamang segera menjawab

"Apa kau sudah membawa persyaratannya?" tanya aki mamang pendek.

"Siap aki, saya telah membawa persyaratan yang aki perintahkan tempo hari" jawab Tumini kepada aki mamang.

"Baiklah, segera bawa kemari" ucap aki mamang kepada Tumini.

Tumini dengan sigap menyerahkan persyaratan yang diminta oleh Aki mamang. Diantaranya 5 helai rambut miliknya dan 5 helai rambut milik ririn, dua bunga kantil dan dua buah piring yang biasa digunakan untuk makan sehari-hari.

"Bagus tumini"

"Dua hari lagi, ritualku selesai"

"Kau boleh mengambil nya kemari" ujar Aki mamang

"Baiklah aki, kalau begitu kami berdua mohon pamit" ucap Tumini kepada Aki mamang

"Baiklah, pergilah"

"Jangan lupa, dua hari lagi, datanglah kemari untuk mengambil hasil ritual nya" ucap Aki mamang kepada Tumini.

Akhirnya, Tumini dan Ririn segera beranjak pergi dari rumah aki mamang.

Tampaknya rasa puas terbesit di hati Tumini karena misinya telah berhasil. Mereka hanya menunggu dua hari lagi untuk mengambil hasil ritual aki mamang.

Di perjalanan pulang, Ririn bertanya kepada Tumini tentang apa yang ditemuinya di rumah aki mamang.

"Kak, rumah aki mamang sangat seram"

"Aku sangat takut jika aku kembali ke sana lagi" ujar Ririn sambil menunjukkan wajah ketakutan

"Adikku, kau tak perlu takut"

"Serahkan padaku"

"Kau hanya terima beres saja"

"Jangan pikirkan hal buruk" ucap Tumini menasehati adiknya.

Akhirnya Ririn menerima nasehat kakaknya dan ikut meneruskan perjalanan pulang ke rumah mereka.

Tak terasa, perjalanan mereka berdua telah sampai. Sesampai di rumah, Tumini dan Ririn segera menutup pintu rumah mereka karena hari telah larut malam.

"Kak, aku tidak bisa tidur"

"Wajah aki mamang selalu ada dalam otakku"

"Wajahnya sangat menakutkan sekali" ujar Ririn kepada Tumini.

Tak ada jawaban dari Tumini dan rupanya, Tumini tertidur pulas di sampingnya.

"Ah, kak Tumini emang bikin aku kesal"

"Cepat sekali tidurnya" ujar Ririn berusaha tidur di samping Tumini

Sosok tumini dan Ririn adalah sepasang kakak beradik yang tinggal di desa kembang. Mereka berdua hidup sebatang kara karena kedua orang tua mereka telah meninggal.

Orang tua mereka meninggal akibat kecelakaan di lereng pegunungan desa sebelah. Hingga kini, kematian orang tuanya masih misteri.

Sementara itu, Di desa kembang yang merupakan desa tari, banyak tersedia sanggar tari yang dikelola oleh berbagai kalangan. Tiap perempuan di daerah itu wajib belajar tari dan les di sanggar-sanggar terdekat. Tentunya les tari membutuhkan biaya yang tak sedikit. Bagi anak perempuan yang masih mempunyai orang tua lengkap, sangat wajar jika mereka di les kan di sanggar yang terbaik.

Hal itu berbeda dengan kisah yang dialami Tumini dan adiknya. Mereka berdua tak punya uang untuk berlatih di sanggar yang mereka impikan.

Mereka berdua hanya belajar ala kadarnya di gubuk tua peninggalan orang tua mereka. Tak satupun pengelola tari yang mau menerima jasanya menari karena mereka berdua dianggap tak mempunyai sertifikat tari yang tentunya diperoleh jika mereka berlatih di sanggar resmi yang ada di desa mereka.

Karena masalah ekonomi yang mereka alami, akhirnya mereka berdua pergi ke rumah aki mamang, seorang dukun sakti yang mempunyai ilmu pelet.

Sebenarnya tujuan Tumini hanya satu, dirinya ingin mendapatkan kesempatan menari di panggung desa, walaupun dirinya tak mempunyai sertifikat tari Desa.

Aturan Desa yang ketat yaitu hanya menerima penari yang mempunyai sertifikat tari membuat Tumini dan adiknya tak bisa menunjukkan keahlian mereka di bidang tari.

Padahal jika diadu, tarian mereka tak kalah dengan penari yang lain. Hanya saja faktor kemiskinan yang menghalangi mereka untuk maju.

Bersambung

Tunggu kelanjutannya ya, ini kisah horor keduaku setelah aku menulis cerita tersesst di negeri setan..( di daftar cerpen pertamaku?

Episode dua ( mulai beraksi )

Keesokan harinya, Tumini dan Ririn balajar tari seperti biasa dan kemampuan mereka berdua bisa di bilang mengalami kemajuan.

"Kak, ayo kita berangkat ke rumah aki mamang"

"Sepertinya, aki mamang telah memanggil kita" ucap Ririn kepada Tumini.

Tumini merasa janggal atas apa yang dikatakan oleh Ririn karena tak biasanya ririn berkata demikian. Biasanya Ririn selalu takut jika diajak pergi ke rumah aki mamang.

"Ririn, tumben kau mengajak ku terlebih dahulu?"

"Bukankah biasanya kau selalu takut jika aku ajak pergi ke rumahnya?" tanya Tumini penasaran

"Kak, entah mengapa setelah kita pulang dari rumah aki mamang, tekad ku untuk kembali ke sana makin tinggi" ujar Ririn jujur.

Perkataan Ririn membuat Tumini menggelengkan kepalanya.

Sambil memegang pundak Ririn, Tumini mengingatkan Ririn tentang hal yang diperintahkan oleh aki mamang kepada mereka berdua bahwa mereka berdua diminta untuk kembali lagi kerumah aki mamanh dua hari lagi.

"Ririn, kata aki mamang, kita diminta kembali ke sana dua hari lagi, sekarang masih satu hari, kamu emang suka terburu-buru" ucap Tumini mengingatkan.

"Oh iya kak, aku lupa"

"Memang, aku sudah tidak sabar ingin sekali pergi ke rumah aki mamang, dan aku tak tahu penyebab nya"ucap Ririn.

Dengan menghela nafas panjang, Tumini segera menenangkan kegundahan adiknya itu.

"Sudahlah Ririn, besok pagi kita berangkat bersama-sama"

"Kita persiapkan berangkat lebih pagi karena rumah aki mamang sangat jauh"

"Aku takut jika kita pulang saat keadaan telah gelap" ucap Tumini mengingatkan.

Ririn pun kembali ke tempat dimana dirinya belajar tari yaitu di ruang tengah, begitu juga dengan Tumini.

"Hem, sepertinya beberapa tarian lagi akan kita kuasai dengan cepat"

"Setelah kita mendapatkan pelet dari aki mamang, aku yakin kita akan cepat mendapatkan uang yang banyak dan bisa membeli apa yang kita mau" ucap Tumini kepada Ririn.

Mereka berdua pun terhanyut akan angan-angan mereka masing-masing. Tak terbesit sedikitpun efek dari pelet yang akan diperolehnya dari aki mamang karena dalam hati mereka telah diliputi keinginan duniawi yang tak berujung.

Satu jam kemudian, mereka berdua telah menyelesaikan latihannya. Dengan peluh yang masih menetes di kening mereka, Tumini mengajak Ririn untuk mandi karena suasana di sekitar rumah mereka sangat panas. Musim kemarau yang melanda desa nya membuat setiap warga jarang keluar rumah.

Tak terasa, waktu pun terus berlalu dan pagi telah tiba.

"Kakak, ayo kita berangkat sekarang saja" ajak Ririn.

Ririn terlihat sangat tergesa-gesa padahal waktu masih menunjukkan pukul 4 pagi.

Dengan mata masih terasa berat, Tumini menjawab ajakan Ririn dengan kata iya, tapi dia tertidur lagi karena rasa kantuk masih menempel di matanya.

"Loh, kak, kok tidur lagi"

"Ayo bangun" ajak Ririn sambil menarik tangan Tumini dan hal itu membuat Tumini terjatuh dari kasur.

"Ah, kau mengganggu tidurku saja" ucap Tumini

Akibat terjatuh dari kasur, akhirnya Tumini terbangun dan tak mengantuk lagi.

Dengan langkah malas, Tumini segera ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.

"Ayo kak, tak perlu kau mandi"

"Cuci muka saja, dan kita langsung berangkat" ajak Ririn dengan nada terburu-buru

"Baiklah", jawab Tumini pendek.

Akhirnya, Tumini benar-benar tidak mandi dan dirinya langsung berangkat bersama Ririn menuju ke rumah Aki mamang

Di perjalanan menuju rumah aki mamang, tidak terjadi hal-hal yang buruk. Mereka berjalan dengan lancar tanpa hambatan sama sekali.

Walaupun suasana masih gelap karena matahari masih bersembunyi karena hari masih sangat pagi.

,"Ririn, apakah kau sudah menutup semua pintu rumah kita?" tanya Tumini kepada Ririn karena sejak awal berangkat, Tumini tergesa-gesa hingga tak memikirkan keadaan rumahnya sama sekali.

"Tenang kak, semua pintu sudah aku kunci'

"Tak kan ada orang yang bisa masuk" jawab Ririn pendek.

"Oh, baguslah"

"Kau memang bisa diandalkan" jawab Tumini sambil terus berjalan menyusuri hutan menuju ke rumah aki mamang yang sebentar lagi sampai.

Tak terasa, perjalanan mereka telah sampai di rumah aki mamang, dan rupanya kedatangan mereka telah disambut oleh aki mamang di pintu halaman rumahnya

"Permisi aki mamang" ucap Tumini memberi salam kepada aki mamang

"Iya, ayo masuklah ke dalam" jawab aki mamang pendek.

"Tumini dan Ririn akhirnya masuk ke dalam rumah aki mamang mengikuti arahan aki mamang yang masih sangat misterius.

"Tumben aki mamang tidak menunggu di dalam rumahnya"

"Dia malah menunggu kita di luar rumahnya" bisik Tumini di telinga Ririn.

"Ah, sudahlah kak"

"Kau membuat aku takut lagi"

"Ayo kita ikuti saja arahan dari aki mamang" jawab Ririn pendek.

"Baiklah" ucap Tumini sambil terus berjalan mengikuti aki mamang yang saat itu berada di depannya.

Aki mamang pun terlihat menuju ke sebuah ruangan gelap dimana hanya ada lilin yang meneranginya.

"Aki, kenapa kamar ini sangat gelap sekali?" tanya Ririn penasaran

"Ha ha ha, kalian tak perlu takut"

"Masuklah" ajak aki mamang kepada Ririn dan Tumini yang sejak tadi tetap berada di pintu ruangan gelap itu.

"Baiklah aki, kami berdua akan masuk ke dalam" ucap Ririn dan Tumini

dalam suasana hati yang masih penasaran, Tumini dan Ririn mencoba mengikuti semua arahan yang diberikan oleh aki mamang.

"Duduk lah di depanku" Tiba-tiba aki mamang memerintahkan mereka berdua untuk duduk.

Entah apa yang diinginkan aki mamang, mereka berdua pun mau saja mengikuti perintah nya

Setelah Ririn dan Tumini duduk tepat dihadapan aki mamang, barulah aki mamang berbicara panjang lebar kepada mereka berdua.

"Ririn, Tumini apakah kalian sudah siap konsekuensi yang dihadapi jika mempunyai pelet yang berasal dari ilmu ku?"tanya aki mamang sekali lagi.

"Siap aki, kami siap melakukan apapun asalkan tarian kami disukai banyak orang" jawab Tumini pendek.

Ririn hanya mengangguk tanda setuju sambil memegang tangan kakak nya dengan erat

"Baiklah kalau begitu"

Setelah berkata demikian, Aki mamang segera mengeluarkan dua selendang berwarna hijau.

Selendang itu dihiasi permata warna-warni dan tampak indah dipandang, bahkan dalam suasana kamar yang gelap sekalipun, selendang yang saat itu berada dalam genggaman aki mamang terlihat sangat berkilau seperti ada lampu yang menyinarinya

"Lihatlah Ririn, selendang yang aku pegang saat ini" ucap aki mamang sambil memandang reaksi takjub Ririn dan Tumini.

"Wah, indah sekali selendang nya aki" ucap Ririn dan Tumini bersamaan.

"Hem, ini bukan sembarang selendang"

"Selendang ini telah aku isi dengan mantra pemikat jiwa sehingga siapa saja yang melihat selendang ini, mereka akan tertarik kepada orang yang menggunakannya" ujar aki mamang memberi penjelasan.

Bersambung

Ikuti terus kisahnya..semangat semangat

Memulai kisah

Ririn dan Tumini mendengarkan penjelasan aki mamang dengan seksama. Di sela-sela aki mamang memberi penjelasn kepada mereka berdua, Ririn memberanikan dirinya untuk bertanya kepada aki mamang.

Aki mamang, setelah kita memiliki selendang ini, apakah kita harus melakukan ritual khusus?" tanya Ririn penasaran

Aki mamang segera menjawab pertanyaan Ririn sambil tertawa dan memegang jenggotnya yang panjang

"Ha ha ha"

"Ririn, kau memang sangat pintar"

"Benar"

"Kau dan kakak mu harus melakukan ritual tiap malam jumat kliwon"

"Ritual yang harus kalian jalani adalah ritual membakar dupa dan meletakkan selendang ijo itu diatas dupa yang sudah kalian bakar"

"Setelah itu, kalian harus menari mengelilingi rumah kalian sebanyak satu putaran saja" ucap aki mamang

"Hanya itu aki?" tanya Tumini memotong perkataan mamang

"Ya, hanya itu saja" jawab aki mamang pendek sambil menghisap rokonya yang hampir habis.

"Ingat"

"Jangan sampai kau lupa" jawab aki mamang pendek.

Mendengar pesan dari aki mamang, Ririn bertanya tentang rumatan selendang ijo selain melakukan ritual

"Apakah kami harus mencuci nya di tiap malam satu suro?" tanya Ririn

"Tidak Ririn"

"Kau tak perlu mecuci selendangnya"

"Kalian tak boleh mencucinya sama sekali, karena jika hal itu terjadi, selendang ijo milik kalian akan berkurang khasiatnya" ucap Aki mamang memberi penjelasan.

"Oh, lalu jika tidak kami cuci, bukankah nanti selendang itu menjadi kotor?" tanya Tumini mulai sedikit berani bertanya

"Tenanglah Tumini"

"Selendang itu tidak akan kotor, asalkan kalian merawatnya dengan baik"

"Setelah memakai selendang itu, letakkan di tempat yang sekiranya tak membuatnya cepat kotor" ucap aki mamang.

"Hem, baiklah kalau begitu aki"

"Lalu, hal apa yang terjadi jika kami sampai melanggar ritual?"

"Misalnya, salah satu dari kami lupa untuk melakukan ritual nya" tanya Ririn

"Jika kalian sampai lupa, maka selendang ijo akan membawa kalian ke alam mereka" ucap aki mamang

Tampaknya, aki mamang berkata serius untuk kali ini dan mewanti-wanti agar mereka berdua jangan sampai lupa untuk melakukan ritual tiap malam jumat kliwon.

Ririn tampaknya sangat ragu mendengar persyaratan yang dirasa berat baginya. Dengan sedikit keberaniannya Ririn segera berdiri tepat dihadapan aki mamang dan berkata

Aki, sepertinya aku tak sanggup menjalani ritual yang aki bebankan kepada kami"

" Aku takut, aku lupa melakukannya dan aku harus menebus dengan diriku sendiri" ujar Ririn menambahkan.

"Ririn, semua terserah padamu"

"Mumpung Selendang ijo belum aku berikan kepadamu" ujar aki mamang menjelaskan

Tumini yang melihat gelagat adiknya segera menarik lengan adiknya hingga adiknya tersungkur duduk ke tanah.

"Hai, Ririn"!

"Mengapa kau sangat tidak sopan dihadapan aki mamang?"

"Bukannya kau yang mengajak ke sini lebih awal?"bisik Tumini.

"Mengapa sekarang kau berubah pikiran?" tanya Tumini ketus

Pertanyaan kakak nya Tumini rupanya membuat Ririn mengutarakan pendapatnya yang masih masuk akal.

"Kakak, apakah kau tak merasa berat terhadap ritual yang harus kita lakukan?"

"Kita sebagai manusia terkadang lupa melakukan sesuatu dan tak bisa rutin"

"Boro-boro melakukan ritual"

"Makan saja kita lupa kak" ucap Ririn.

"Sudahlah Ririn"

"Kau tak perlu cerewet"

"Kita turuti saja arahan aki mamang dan kita pikirkan nanti saja cara melakukan ritual nya agar kita tidak lupa melakukannya" ucap Tumini kepada Ririn.

"Hem, aku tidak sanggup kak"

"Kalau kakak mau, ya silahkan kakak berjalan sendiri"

"Aku tak mau tubuhku bersekutu dengan iblis" ucap Ririn

Tumini hanya diam mendengar ucapan Ririn yang ada benarnya. Namun, pikiran logis Tumini tertutup akan keinginan dunianya yang lebih kuat

"Ririn, kalau kau tidak mau, biar kakak saja yang memiliki selendang itu" ucap Tumini

"Semua terserah kakak"

"Jika kakak mau menerima konsekuensinya"

"Kalau aku sih, tidak mau" ucap Ririn polos

Tumini memandang ke arah Aki mamang dan menjelaskan kepadanya jika Ririn berubah pikiran sedangkan dirinya siap menerima selendang ijo dari aki mamang.

"Baiklah, ambillah selendang ijo dan simpanlah baik-baik" ucap aki mamang kepada Tumini.

"Apakah kau benar-benar siap Tumini?" tanya aki mamang memastikan jika Tumini tak berubah pikiran lagi.

"Tidak aki"

"Aku sudah siap menjalani ini dan dengan segala konsekuensinya" ucap Tumini serius.

"Kalau begitu, pejamkan matamu" perintah aki mamang kepada Tumini

Tumini segera memejamkan matanya dan menggenggam selendang ijo yang baru saha aki mamang berikan kepadanya.

Tampak aki mamang mengucapkan mantra dan meniupkannya tepat di kapala Tumini. Hal itu juga disaksikan oleh Ririn adik Tumini.

Air mata Ririn menetes. Dirinya takut jika kakak nya terjerumus dalam kesesatan tiada akhir. Namun dirinya juga tak bisa melarang Tumini karena Tumini adalah kakak nya. Dan sejak lama Tumini lah yang menjadi penentu segala keputusan.

Keputusan Tumini sepertinya tak bisa diganggu gugat dan tak terasa selesai sudah ritual yang dilakukan aki mamang dan Tumini.

Tiba saat nya mereka pulang, sebelum mereka pulang, aki mamang memberikan sebuah kotak kepada Tumini.

Kotak tersebut digunakan sebagai tempat untuk menaruh selendang ijo yang sudah sah menjadi milik Tumini.

"Tumini, jaga baik-baik selendang yang aku berikan"

"Jangan lupa, tiap bulan kau harus berkunjung ke mari untuk silaturahmi" ucap aki mamang kepada Tumini.

"Baiklah aki, akan saya laksanakan semua arahan yang aki berikan"

"Kalau begitu, pulanglah"

"Dan kau Ririn, kau harus membayar denda kepadaku karena kau telah batal membeli selendangku"ujar aki mamang kepada Ririn

"Baiklah aki, aku akan membayar denda"

"Saat ini aku tak punya uang"

"Tapi, aku punya kalung satu-satunya pemberian dari almarhum ibuku" ucap Ririn

"Baiklah"

"Aku terima kalung pemberian mu" jawab aki mamang

Ririn pun segera membuka kalung yang saat itu dipakainya. Dia tak peduli lagi akan harta satu-satunya yang dimilikinya karena dirinya tak mau nantinya menanggung beban yang berat.

"Ah, biarlah"

"Lebih baik aku kehilangan kalung milikku"

"Pasti nanti aku bisa membelinya lagi jika aku punya uang" gumam Ririn dalam hati.

Setelah memberikan kalung kesayangannya kepada aki mamang, Ririn dan kakak nya segera pulang ke rumah mereka.

Tumini terlihat sudah mulai tak sabar ingin cepat sampai di rumah. Dirinya ingin sekali mencoba selendang ijo pemberian aki mamang dan membuktikan keampuhannya.

"Aku jadi penasaran"

"Sedahsyat apa sih selendang ijo milik aki mamang?"

"Apakah bisa membuat aku terkenal dan menjadi penari handal?" gumam Tumini dalam hati

"Ah, sudahlah"

"Nanti aku pikirkan lagi setelah aku sampai di rumah"

"Sekarang, aku harus berjalan cepat agar aku bisa sampai di rumah" gumam Tumini dalam hati.

Sementara itu, Ririn sesekali melirik tingkah laku kakak nya selama di perjalanan. Entah apa yang dipikirkannya kala itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!