Pagi itu suasana masih begitu hening. Gelap masih nampak terlihat dari jendela. Udara dingin menelusup melalui celah celah kecil.
Di sebuah bangunan berlantai dua. Diantara tumpukan barang barang, Sepasang manusia terlihat terlelap saling berpelukan Di atas kasur busa yang tergeletak di sana. Kasur busa yang sejatinya muat satu orang itu, kini terisi dua tubuh yang masih terpejam.
Dialah Jaka dan Melati. Sepasang insan yang sedang terpanah asmara, terlelap bersama.
"Euhhhgg."
Terdengar suara lirih nan lembut dari salah satunya. Dan suara itu berasal dari mulut sang perempuan yang nampaknya mulai terbangun dari tidurnya.
Tubuhnya menggeliat namun tak bisa bebas bergerak. Melati sedikit tersentak. Dia merasa ada tangan yang melingkar di pinggangnya. Perlahan matanya terbuka. Dada bidang terbungkus kaod ketat terlihat jelas berada di hadapannya. Matanya memicing. Namun tak lama kemudian senyumnya terkembang. Dan dia menyadari sesuatu.
Setelah kencan yang tak ingat waktu hingga mereka pulang terlalu malam. Mereka memutuskan untuk tidur di dalam kios milik Melati. Apalagi Melati begitu terlihat lelah dan mengantuk setalah acara kencan pertama mereka. Hingga Jaka tak tega membiarkan Melati pulang ke rumah sendirian dalam keadaan mengantuk membawa motor.
Jaka memberi saran menyuruh Melati tidur di kios saja. Mamun Melati menolak karena kalau malam di kios tempat usahanya terlihat sangat menyeramkan. Hingga Jaka akhirnya ambil keputusan dia akan menemani kekasihnya. dan akhirnya mereka tertidur bersama.
Dan kini, Melati lebih dulu membuka matanya. Dia perlahan melepas tangan kekar yang mendekap tubuhnya. Melati bangkit duduk bersimpuh menatap wajah lelap sang kekasih.
"Bahkan saat tidur pun kamu terlihat begitu tampan yang." Gumamnya.
di angkatnya salah satu jari dan perlahan jari itu mengusap semua bagian wajah tampan yang sedang terlelap itu. sSenyum wanita itu terkembang tepat saat jari itu menyentuh bi*bir kehitaman sang kekasih.
Wanita itu mendekatkan kepalamya dan
Cupp.
Bi*bir kehitaman itu dia ke*cup. Setelah itu dia menggeliat sembari memutar tubuhnya. Diraihnya ponsel didalam tas yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berada.
"Baru jam empat lebih. Mending aku turun dan beres beres toko. Terus nyari sarapan." Gumamnya. Sebelum dia beranjak dia kembali menge*cup bi*bir dan pipi kekasihnya kemudian Melati bergegas turun kelantai dasar.
###
"Eughhh."
Kembali terdengar suara lenguhan. Kali ini terdengar beda. Dari suaranya, kali ini terdengar suara berat seorang pria.
Nampaknya beberapa menit setelah Melati terbangun, Kini gilaran Jaka yang terbangun. Dia terlihat menggerakan tubuhnya. Jaka terhenyak saat tanganya meraba di depannya, sudah tidak ada siapa siapa. Matanya langsung terbuka. Ternyata benar kekasihnya sudah terbangum. dia pun segera bangkit.
Pria itu mengusap wajahnya dan merapikan rambut dengan jari tangannya. Tak lupa dia juga meregangkan otot ototnya. Jaka melirik jam tangan yang melingkar. Di sana menunjukan pukul lima pagi.
"Melati bangun jam berapa? jam segini sudah tak ada?" Gumamnya.
Ketika dia hendak beranjak tiba tiba terdengar suara seseorang dari lantai bawah. dan sepertinya orang itu sedang menuju lantai dua. Jaka tak jadi beranjak, dia malah memilih merebahkan tubuhnya kembali dan memejamkan kedua matanya.
Benar saja, tak lema setelah itu, Melati datang kembali dan menghampiri kekasihnya.
"Udah siang kok belum bangun juga ya?" Gumamnya. Dia duduk di dekat sang kekasih.
Kembali dia memperhatikan wajah yang sedang pura pura tertidur itu. senyuman Melati terkembang.
" Hai pria tampan, bangun, sudah siang." Ucapnya lirih.
"Tapi jangan dulu lah, aku belum puas memandangi wajahmu hihi.." Lanjutnya sembari terkikik.
Melati mengangkat jarinya mengusap lembut wajah tampan yang terpejam itu.
"Kenapa pipi ini begitu menggemaskan sih yang?" Ucap Melati saat jarinya berhenti di pipi. Kemudian jari itu bergerak lagi.
"Ini mata kalau sedang menatap, uhh seakan akan mau menerkamku tahu nggak?" Ucap Melati lagi saat jari itu menyentuh mata kekasihnya. Dan jari itu bergerak lagi.
"Ini kenapa hidung bisa sebagus ini?" Ucapnya saat Jarinya menyentuh ujung hudung Jaka. kambali jari itu bergerak
"Bi*bir yang indah. Kamu tahu nggak kamu tuh punya bi*bir yang begitu manis, Jangan di obral loh ya, ini sudah jadi milikku." Gumam Melati dan dia terkekeh sendiri.
Tanpa Melati sadari, sebenarnya Jaka juga mendengarnya. Dan dia sekuat tenaga menahan diri agar tak bergerak maupun tertawa.
Setelah jarinya puas menjelalajah, Kini dia mengusap pipi Jaka dengan lembut.
"Sayang, kita mengenal belum lama. Bahkan pertemua kita saja tak terduga. Namun apakah hubungan kita akan berlangsung lama? di luaran sana begtu banyak wanita mengharapkan cintamu, namun aku yang beruntung mendapatkannya. Tapi apakah cintamu akan selamanya untukku Jak? Maaf bukannya aku meragu. Tapi keadaan dirimu membuat aku resah Jak."
Melati menghentikan gerakan tangannya. Dia berpaling dan hendak berdiri, namun tiba tiba
Happ.
Ada tangan kekar yang menarik tubuhnya hinga dia terjatuh di dada bidang kekasihnya.
"Jaka...!" Pekiknya.
"Kenapa? Kok kaya kaget gitu?" Tanya Jaka dengan senyum manis tertuju pada kekasihnya.
Pria itu langsung memiringkan tubuhnya dan mengunci tubuh Melati yang terbaring dihadapannya.
"Lepas Jak, sebentar lagi siang." Pinta Melati.
"Bentar lagi, aku juga ingin memandang wajahmu.Biar adil."
Mata Melati membelalak. Dia baru sadar Jaka sudah bangun dari tadi. Meski dia tak tahu entah jam berapa Jaka bangun.
"Kamu sudah bangun dari tadi?" Tanya Melati namun Jaka tak menjawabnya.
Dia malah meniru gerakan jari yang dilakukan kekasihnya.
"Pipi ini kenapa begitu menggemaskan?" Ucap Jaka meniru ucapan Melati. Perempuan itu wajahnya memerah.
"Mata ini, kalau sedang memandang, seperti mau menerkam." Melati menjadi salah tingkah.
"Kenapa hdung bisa seindah ini sih?" Ucap Jaka menahan senyum.
"Jaka, sudah siang?" Rengek Melati namun Jaka tak peduli. Kini jarinya menyentuh bi*bir Melati.
"Ini bi*bir kenapa manis banget sih? awas loh kalau sampai di kasih keorang lain. Bibir ini hanya milikku." Ucap Jaka sambil senyum senyum sedangkan Melati wajahnya merona menahan malu.
Setelah itu, kini Jaka mengusap pipi Melati dengan lembut. Degup jantung Melati sudah Meloncat loncat tak menentu.
"Perkenalan kita memang belum lama sayang. Tapi kita boleh berharap hubungan kita bertahan sangat lama. Jangan ragu akan kesungguhan hati ku. Aku tak peduli dengan statusmu. Selama aku yakin berarti kamu pantas aku perjuangkan. Aku ingin selau ada bersamamu disetiap lelah dan bahagiaku. Jadi tolong jangan berpikir tentang wanita wanita diluaran sana. Yang harus kamu tahu, hatiku sudah ada pemiliknya dan itu kamu, paham?" Melati mengangguk. hatinya pun terasa begitu damai.
Kini mata mereka saling menatap dan terdiam. seakan akan mata mereka berkata.
"Aku mencintaimu.."
@@@@@@
Kisah Jaka masih berlanjut nih, jangan lupa dukungannya ya teman teman. Yang masih bingung dengan alur cerita ini, bisa kunjungi dulu judul terdahulunya PERJAKA DAN TIGA JANDA setelah itu baru lari ke sini. Okey..
Perjaka
Melati
Siang kini menjelang. Jaka kembali tertidur setelah semalam menginap di kios milik kekasihnya. Dan siang ini dia baru terbangun setelah tertidur beberapa jam.
Memutuskan berhenti bekerja memang bukan perkara mudah. Jaka pun merindukan rutinitas itu. Namun jika teringat pahitnya dunia pekerjaan yang dia jalani, keputusan untuk berhenti memang layak diambil dari pada terus mempertaruhkan iman dan emosinya.
Dan sepertinya saran yang Jati berikan akan benar benar serius dia kerjakan. Sudah saatnya dia bekerja untuk dirinya sendiri juga mimpinya.
Perkenalannya dengan Melati dan kedekatannya juga membawa pengaruh sendiri bagi seorang Jaka. Melati yang hanya seorang janda, dia mampu berdiri di kakinya sendiri dengan usaha yang keras dan pantang menyerah. Kehidupan pahit yang menderanya seakan akan menjadi kekuatan bagi Melati untuk melawan jalan hidup yang perih.
Sungguh meski Melati seorang janda, Jaka merasa beruntung bisa memilikinya.
"Jak..!! Jaka.." Teriak emak dari luar kamarnya.
"Iya mak.." Jawab Jaka dengan suara khas bangun tidur.
Jaka dengan malas bangkit menuju pintu dan membukanya.
"Ada apa mak?"
"Tuh ada yang nyariin." Jawab emak.
"Siapa?"
"Tejo. katanya ada perlu."
"Ya udah, mak nggak kepasar?"
"Bentar lagi. mak belum selesai masak." Ucap emak sembari berlalu ke arah Dapur.
Dan Jaka beranjak ke teras menemui orang yang memang dia kenal.
Tejo adalah salah satu teman Jaka, dia berasal dari kampung sebelah. Meski sekarang tak begitu akrab, namun dulu Tejo dan Jaka pernah sangat akrab pada saat saat masih sekolah. Hubungan mereka renggang karena Tejo harus merantau. Kini Tejo kerjanya serabutan. Entah apa sebabnya Jaka tidak terllau ingin tahu.
"Eh Jo, tumben main?" Sapa Jaka begitu langkah kakinya menapaki teras rumah.
"Iya nih Jak. lagi pengin aja kesini." Ucap Tejo beralasan.
"Kamu nggak kerja Jak? Aku pikir kamu jam segini kerja? Tahunya kata emak kamu sudah keluar?" Tanya Tejo lagi.
"Iya Jo. Cape kerja mulu. Pengin belajar usaha aja." Jawab Jaka setelah mendudukkan dirinya di kursi sebelah Tejo.
"Malah lebih bagus tuh usaha sendiri. usaha apa? kaya orangtua?" Tanya Tejo antusias.
"Nggak, rencananya mau buka bengkel."
Jaka mengambil rokok yang tergeletak dimeja. Rokok yang tadi pagi dia lupa bawa ke dalam saat pulang dari kios Melati.
"Nah iya, kamu kan punya bakat di bidang itu." Ucap Tejo.
Untuk sementara mereka terdiam sambil menikmati rokok masing masing. Jaka memperhatikan gerak gerik Tejo. Di lihat dari tingkahnya, sepertinya Tejo sengaja kesini memang mau ngomong sesuatu. Namun Jaka tak mau menanyakannya, dia menunggu Tejo saja yang bicara nanti
"Kamu sekarang lagi pacaran sama orang mana Jak?" Tanya Tejo tiba tiba.
"Kenapa?" Tanya Jaka heran.
"Ngga, pengin tahu aja, kali aja kamu lagi deket sama sesorang." Ucap Tejo. Wajahnya nampak jelas terlihat memang dia ada maksud datang kesini.
"Hahhah, bingung mau jalan sama siapa?" Ucap Jaka dusta. Dia sudah mencium bau tak sedap dari arah pembicaraannya dengan pria disebelahnya.
"Masa bingung, yang suka sama kamu kan antri Jak, tinggal tunjuk pasti
nggak ada yang nolak." Ujar Tejo.
"Hhah maunya, tapi nyari yang pas di hati tuh susah, kalau nggak pas ya malas Jo."
"Iya sih. Eh mau aku kenalin nggak sama cewek?" Tawar Tejo dan dalam hati Jaka berkata akhirnya dia tahu tujuan Tejo kesini mau apa.
"Siapa?" Tanya Jaka sedikit penasaran.
"Kenal Ayu nggak?" Ucap Tejo. Wajahnya terlihat semangat.
"Ayu?"
"Iya Ayu, yang buka salon di deket smp kita itu loh. Dulu kan dia adik kelas kita." Ucap Tejo dan Jaka sejenak mengingat ingat.
"Ayu, mantan istrinya Arif?"
"Iya, dia. Kamu mau aku kenalin sama dia?"
"Kenalin? orang udah kenal juga."
"Iya tahu, tapi kan maksud aku, kamu aku deketkan sama dia? mau nggak? dia sudah lama loh naksir kamu. Bahkan ketika dia masih nikah sama Arif." Tawar Tejo benar benar terlihat antusias.
"Kenapa nggak sama kamu aja?" Jaka membalikkan penawaran.
"Kalau mau Jak, dianya nggak mau." Ucapnya terlihat sendu.
"Tapi sayang baget tuh jo, aku nggak minat." Ucap Jaka jujur.
"Loh kenpa? dia cantik loh, baik, pintar masak pintar merawat diri dan punya usaha. Cocoklah Jak sama kamu." Tejo benar benar sangat semangat meyakinkan.
"Ya menurutmu Jo, tapi menurutku, aku nggak cocok gimana?" Tanya Jaka berusaha santai.
"Ya kan bisa dicoba dulu jak." Ucap Tejo sedikit memaksa.
"Nggak mau Jo. aku kalau nggak cocok ya engak, mana ada pake coba coba segala."
"Ayolah jak, Mending mau, dia serius loh beneran mau sama kamu."
"Kok kamu jadi maksa? kenapa nggak sama kamu aja."
"Tapi dia serius pengin sama kamu Jak."
"Bodo amat, kamu jauh jauh kesini cuma mau nawarin janda?" Tanya Jaka dan kepalanya tergeleng geleng saking herannya.
"Ya bukan gitu Jak, aku kesini memang pengin main, sekalian gitu." Dusta Tejo.
"Halah, sudahlah males, mending aku masuk." Jaka segera bangkit dan masuk ke dalam rumahnya.
"Jak jangan gitu dong, Ayu serius suka sama kamu...!!" Teriak Tejo namun Jaka tak peduli.
Tejo terlihat sangat frustasi. Rencananya gagal. Dia berjalan gontai menuju motornya.
"Aku alasan sama Ayu apa lagi yah? Jaka benar benar nolak." Gumamnya. Dan tak lama kemudian dia pun melajukan kuda besinya.
Jaka memasuki kamarnya dengan perasaan berkecamuk. Marah dan heran, itu yang sedang Jaka rasakan. Bagaimana bisa ada orang jauh jauh kesini hanya untuk menawakan janda yang naksir sama dia. Dikiranya dia pria gampang apa bagaimana
Dalam diri Jaka, ini memang sudah sering dia alami. Hanya karena dirinya terlalu tampan, Dia sering mandapat penawaran yang kadang sangat tidak menyenangkan.
Jaka merebahkan kembali tubuhnya. Diraihnya ponsel yang tergelatak di lantai dengan kabel carge yang masih menancap. Banyak pesan masuk yang memenuhi aplikasi chat berwarna hijau. Dia hanya bisa menggelengkan kepala.
"Heran sama perempuan, udah sering aku cuekin, kok ya masih aja ngirim pesan."
Jaka hanya membalas pesan chat yang menurutnya penting saja. Terutama pesan chat dadi Melati. Bahkan kontak Melati dia tandai di paling atas.
Sementara di pasar. Tepatnya di kios, Melati terlihat sedang melayani pembeli. Begitu juga Dodit. Mereka terlihat sangat sibuk.
"Jadinya seratus dua puluh tujuh ribu mba." Ucap Melati kepada salah satu pembeli. dan pembeli itu menyerahkan uang pas kemudian pamit.
Melati melangkah menuju laci menaruh uang. Dia juga mengecek ponselnya. Keningnya berkerut dan sejenak kemudian senyumnya terkembang saat dia membaca pesan.
"Jangan telat makan calon makmum ku. Karena cantik juga butuh tenaga loh ya."
@@@@@
Nah tersangka kebun bambu dan keranda sudah keluar tuh. Makasih reader semua yang sudah mau nyampe sini. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yah? dukung othor semampu kalian. Biar othor terus semangat nulisnya. Akan othor usahakan up dua kali sehari. Yang penting dukungan kalian tetap mengalir. Like Vote Rate Love dan promoin Jaka ke temen temen juga ya. Makasih Jaka Lover.
Setelah mendapat pesan cinta dari sang kekasih, Melati beranjak keluar toko sejenak menuju warung makan langganannya. Sementara Dodit berjaga di toko sambil menunggu waktu gantian makan.
Letak warung makan langganan Melati tak terlalu jauh. Hanya berjarak sekitar tiga kios. Sebenarnya banyak warung makan di sekitar kios Melati, tapi dia lebih suka disitu karena faktor rasa dan kebersihannya.
"Eh mba Mel? mau makan?" Sapa si ibu penjual makanan begitu Melati masuk ke warungnya.
"Iya bu, ada sayur apa aja bu?" Tanya Melati sembari melongok etalase yang berisi bermacam macam masakan.
"Tuh mba biasa lah." Melati manggut manggut
"Ya udah bu, aku minta nasi pake lauk tumis selada,perkedel nya dua sama itu tumis kulit melinjo ya?" Pinta Melati.
"Siap mba Mel." Perempuan paruh baya itu dengan sigap segera mengambil piring dan langsung mengisinya sesuai dengan pesanan janda cantik itu.
"Bawa ke toko ya bu?" Ucap Melati begitu menerima piring yang sudah diisi makanan.
"Iya mba."
Melati kembali ke toko membawa sepiring makanan. Sudah jadi kebiasaan dia, lebih nyaman makan di toko. Setelah selesai makan, nanti pemilik warung akan datang mengambil piring dan bayarannya.
Sesampai di toko dan duduk di kursi kasir, Melati langsung menyuapi mulutnya dengan makanan yang tadi dia bawa.
"Mel? Lagi ngapain?" Panggil seorang perempuan beberapa saat kemudain. Melati yang lagi asyik menikmati makanannya sejenak terhenti.
"Eh Yan lagi makan ini, sini masuk." Orang yang disuruh masuk pun menurut permintaan Melati. Dia segera masuk dan mengambil kursi palstik yang tak jauh dari tempat Melati berada.
"Kamu mau makan ngga? Biar nanti suruh Dodit pesenin?" Tawar Melati.
"Nggak usah, aku udah makan tadi." Jawab Yanti yang kini tatapannya dia layangkan ke arah Dodit yang sedang melayani.
Melati hanya manggut manggut sembari melanjutkan makannya.
"Ngomong ngomong ada apa kamu nyuruh aku ke sini?" Tanya Yanti.
Sebelum menjawab Melati menghabiskan makananya dulu. Setelah habis, dia mengambil air minum terus kembali duduk di tempat semula.
"Aku disuruh pindah sama mas Falah." ucap Melati begitu selesai minum.
"Udah pasti tu Mel, bukankah keluargamu keberatan semua kamu tinggal disana sendirian?" Ucap Yanti. Dia menarik kursinya dan membawanya di dekat Melati duduk.
"Kamu ada pandangan nggak rumah yang bisa di kontrakin?"
"kamu mau ngontrak? kenapa nggak pulang aja ke rumah?" Tanya Yanti heran.
"Enggak lah Yan. Aku selalu ingin muntah jika lihat kelakuan Siti." Keluh Melati
Yanti yang memang mengetahui cerita perceraian Melati hanya menghela nafas dalam dan dia berpikir sejenak.
"Aku sih ada tempat Mel, deket rumahnya bang Jati. tapi itu ntar lantai bawah katanya mau digunakan Jaka buat usaha." Ujar Yanti.
Dan penawaran inilah yang ditunggu Melati. Sesuai saran Jaka pas kencan kemarin. Ternyata benar Yanti langsung menunjukkan.
"Susah yah yan?" Tanya Melati sembari menopang dagu.
"Susah sih enggak Mel, Ya nanti aku coba ngomong sama bang Jati dulu, dan juga Jaka keberatan enggak. Kalau dia nggak keberatan ya mungkin rumah itu bisa kamu tempatin." Ucap Yanti dan tentu saja Melati langsung mengangguk.
"Oke deh Yan, aku tungu kabarnya."
Selain ngobrol masalah rumah, kedua perempuan yang memang sudah bersahabat sejak smp itu juga terlibat dengan obrolan ke hal lainnya termasuk bergosip. Biasa perempuan kalau sudah ngobrol pasti ada saja yang jadi bahan pembicaraan sampai tak ingat waktu.
Sementara di waktu yang sama terlihat pria paruh baya di sebuah lapak di dalam pasar sedang memilah dan membungkus jagung manis dalam karung. jagung jagung itu ditakar persatu kilo dan dimasukkannya ke plastik.
"Ini jagung sekilonya berapa Mat?" Merasa ada yang menyebut namanya, pria bernama Rahmat yang sibuk mengemas jagung pun menoleh.
"Eh Har tumben?" Abis ngapain?" Ternnyata kedua pria paruh baya itu sudah saling mengenal. Dan mereka langsung berjabat tangan.
"Ini beli benih cabe. Ini jagung manis kan Mat?" Tanya pria bernama Haryo itu.
"Iya, mau? Ambil aja." Tawar Ramhat.
"Heh, orang lagi dijual. Nggak usah." Tolak Haryo.
"Nggak apa apa, ambil aja. Aku nggak akan langsung bagkrut Har. Tenang aja." Balas Rahmat jumawa dan keduanya terkekeh.
"Bisa aja kamu Mat. Aku numpang duduk ya? Lumayan cape keliling pasar segede ini."
"Duduk aja Har. Mau minum ambil sendiri?" Ucap Rahmat. Dia sejenak menghentikan pekerjaanya.
"Tadi aku ketemu Jati dan Yanti. Usaha mereka juga kayanya makin maju aja." Ucap Haryo takjub.
"Alhamdulillah Har." Jawah Ramhat.
"Anakmu yang kedua gimana Mat?" Tanya Haryo lagi.
"Dia baru keluar kerja, mau buka bengkel katanya. Aku sih sebagai orang tua ya cuma bisa dukung doang Har." Jawab Rahmat. Dia meraih jagung jagung yang berserakan di dipan.
"Belum nikah apa gimana dia?"
"Belum, padahal banyak tuh yng nawarin anak gadisnya. Tapi entahlah. Selera anakku yang kaya apa."
"Namanya belum ketemu jodoh ya susah Mat, kaya anak bontotku itu."
"Oh iya yah, anak bontotmu katanya cerai?" Sekarang gantian Rahmat yang bertanya.
"Iya Mat. Anakku rela kerja jauh jauh eh malah suaminya selingkuh, mana selingkuhnya sama anaknya adikku lagi. Apa nggak gila." Meski kejadian itu udah lama, namun amarah dan kecewa masih menghujam di hati pria itu dan itu sangat jelas terlihat dari manik matanya.
"Benar benar keterlaluan ya Har." Ucap Rahmat
"Maka itu Mat, bingung aku sama anak bontotku. Dia bahkan nggak mau tinggal dirumah. Berkali kali mencoba di dekatkan dengan laki laki, susahnya minta ampun. Nolak mulu. Fokusnya dagang, dagang dan dagang." Keluh Haryo. Matanya menerawang, seakan akan beban hidupnya begitu berat.
"Ya sabar Har, entar kalau udah saatnya juga pasti dia mau." Ucap Rahmat dan Haryo hanya tersenyum kecut.
"Kamu mau nggak Mat punya mantu janda? Kalo mau coba anak kita suruh kenalan." Entah dapat ide darimana tiba tiba Haryo berkata seperti itu.
"Hhah bisa aja kamu Har. kalau aku sih nggak masalah anakku dapat perawan atau janda, asal wanita baik baik. Tapi kalau anak anakmu mah aku percaya Har didikanmu top." Puji Rahmat yang memang mengenal sangat baik bagaimana Haryo mendidik anak anaknya.
"Hahaha bisa aja kamu Mat."
"Ntar deh aku coba ngomong sama anakku, dia mau nggak kenalan sama anakmu." Ucap Rahmat tiba tiba.
"Kamu serius Mat?" Tanya Haryo tak percaya. Padahal tadi dia hanya niat bercanda namun malah ditanggapi serius oleh Rahmat.
"Ya kan nyoba dulu Har. Kalau anakku mau ya bisa kita bicarakan selanjutnya. Kalau nggak mau ya belum jodoh." Terang Rahmat dan Haryo menggagukkan kepalanya sebagai tanda kalau dia setuju dengan apa yang di katakan Rahmat.
"Baiklah Mat, bisa dicoba."
Kini kedua pria paruh baya itu kembali berbincang. Entah apa yang mereka perbincangkan, yang pasti terlihat menyenangkan dimata yang melihatnya.
@@@@@
Walah walah walah. Mungkinkah? Tau ah. Yang pasti makasih buat para reader yang setia mendukung Jaka. Makasih banyak. Jangan lelah ngasih dukungan ya. Vote like rate love and komen biar rame dan biar othor semangat terus. Makasih. Salam Jaka lover.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!