NovelToon NovelToon

Wanita Dalam Liontin

Hei! Siapa Kau?

"Dasar perempuan tak tau diri!" Teriakan lelaki itu nyaring terdengar di telinga beberapa orang yang juga melihat pertikaiannya dengan sang kekasih. Dia menegur wanita yang berdiri di depannya, napasnya memburu menahan amarah. Sorot mata tajam jelas menggambarkan kekecewaan yang begitu mendalam. Keduanya saat ini berada di sudut restoran hotel ternama di pusat kota.

“Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Honey. Aku hanya makan malam dengannya,” terang seorang wanita, dia berusaha menjelaskan keadaan sebenarnya di sebuah restoran hotel.

“Oh, makan malam? Dan kamu bilang itu ‘hanya’? Kamu pikir lelaki mana yang tidak akan berpikiran negatif, saat dia melihat tunangannya makan berduaan di hotel dengan seorang lelaki? Lihat! Pakaianmu saja seperti wanita murahan!” Sepasang kekasih itu tampak berdebat tiada henti.

“Honey, please ... pelankan suaramu, ini tempat umum. Malu jika didengar orang.”

“Argh! Rupanya kau masih punya malu. Sudahlah! Nikmati saja malam indahmu dengan lelaki itu, wanita sialan!” Lelaki itu melepas cengkeramannya di bahu sang wanita, lalu meninggalkannya dengan langkah yang dibuat tergesa-gesa.

“Sayang, tunggu!” teriak si wanita berusaha mengejar prianya, tetapi tak dihiraukan. Lelaki itu gegas menuju mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan tinggi.

Sesaat kemudian, mobil itu sampai di sebuah pantai yang sunyi. Semilir angin beradu kencang bersamaan dengan datangnya ombak dari tengah lautan. Menerpa tumpukan batu karang dan pasir yang setia menerima empasan gelombang air yang deras. Terlihat seorang lelaki menyusuri pantai dengan penampilannya yang lusuh, sesekali ia mengacak rambutnya kasar.

“Aarrgghh!”

Dia menenggak minuman keras di genggamannya. Melepas segala beban yang ada di pikirannya. Wanita yang sangat dia cintai, kini tega menghianatinya, hatinya seperti hancur berkeping-keping. Dia melampiaskan semua kekesalannya pada botol yang mampu melupakan sejenak semua peristiwa yang menyakitkan.

Semakin lama, kesadarannya mulai pudar. Lelaki itu tergeletak di atas gundukan pasir. Untuk ke sekian kalinya, air laut menyapa tubuhnya yang terkulai lemah. Tak peduli jika dia harus mati tenggelam di lautan yang luas itu.

Dalam hitungan detik matanya mulai terpejam, dia bermimpi dipeluk seorang wanita yang sangat cantik bak bidadari. Dari tubuh wanita itu juga tercium aroma bunga lili yang begitu menenangkan. Segala pikiran kalut yang ada di kepalanya seakan menghilang seketika. Calvin sangat menikmati tidur panjangnya yang sangat nyaman dan tenang.

Fajar mulai merangkak naik menampakkan cahaya yang menyilaukan, dengan kelopak mata yang berat, Calvin perlahan membuka mata coklat itu. Dia masih mencoba menyadarkan separuh nyawanya yang belum kembali seutuhnya akibat mabuk.

“Apa ini?” Calvin terkejut melihat benda kecil di genggamannya. ‘Dari mana aku mendapatkannya, dan siapa yang mengantarku pulang?’ gumamnya dalam hati.

Dia menatap benda aneh di tangannya. Sebuah liontin yang sangat cantik dan berkilau, berbentuk seperti tetesan air.

Liontin Opal berwarna hitam keabu-abuan itu mempunyai  bintik-bintik biru dan merah seperti api yang menyala di dalamnya. Calvin sangat kebingungan dan berusaha mengingat-ingat kejadian semalam. Padahal, seingatnya terakhir kali dia sedang mabuk di tepi pantai, tetapi tiba-tiba paginya dia sudah berada di kamar.

Calvin membuka matanya dan mengerjap beberapa kali, mencoba menyadarkan dirinya yang masih mengantuk. Dia terkejut saat mendapati seorang wanita di dalam kamarnya hinggaa hampir melompat dari tempat tidur.

“Hei! Siapa kau? Kenapa berada di kamarku?” Calvin melotot menatap wanita cantik di depannya. Dia hanya memakai sehelai kain putih polos yang melilit bagian dada hingga menjuntai ke lantai.

“Kamu sudah bangun?” tanya wanita itu dengan nada lembut.

“Apa yang kamu lakukan di kamarku?” Calvin mengernyitkan dahinya dan terus memandangi wujud wanita itu dari atas hingga bawah.

Kulit wanita itu sangat putih, matanya berkilau kebiruan, senyumannya juga sangat manis. Dia berjalan perlahan ke arah Calvin yang bersandar lemas di kepala ranjang. Kepalanya masih sakit akibat terlalu banyak meminum alkohol.

“Terima kasih karena sudah menyelamatkanku.” Wanita misterius itu membelai pipi Calvin hingga membuatnya terlena, sentuhan itu begitu lembut dan menghanyutkan.

"Stop!"

Calvin tersentak, lalu menepis tangan wanita itu. Tatapannya penuh tanda tanya. Aneh, itulah yang dirasakannya sejak terbangun tadi. Ya, saat ini Calvin sangat kebingungan karena banyak kejadian yang tak masuk akal.

“Sebaiknya kenakan pakaianmu! Kau sedang berduaan dengan seorang pria di dalam kamar. Jangan menyesal jika aku menerkammu!” ucap Calvin dengan nada mengancam. Tak dapat dipungkiri, sebagai lelaki normal matanya sulit untuk dikendalikan. Dia berusaha untuk tidak mengarahkan bola matanya ke tempat yang tak semestinya.

Wanita itu memandangi tubuhnya sendiri, dia sadar dirinya tak mengenakan apa pun di dalam kain yang melilit tubuhnya saat ini. Kain tipis itu mampu mencetak lekukan indah di tubuhnya.

" A—aku hanya ...."

.

.

Bersambung ...

Jangan lupa like sama hadiahnya ya,

terima kasih sudah mampir.

Zhivanna dan Calvin Alexei

“Aku hanya punya kain ini untuk menutupi tubuhku,” tutur wanita yang bernama Zhivanna, seraya sedikit membentangkan kainnya yang menjuntai panjang.

“Kau ini manusia macam apa, di era sekarang kenapa tidak punya baju? Dasar aneh!” umpat Calvin sambil menggelengkan kepala.

“Aku benar-benar tidak punya, bisakah kamu memberiku pakaian?”

“Katakan dulu siapa kau sebenarnya, dan bagaimana bisa masuk ke kamarku?”

“Aku bersemayam di dalam liontin yang kamu genggam itu,” terang si wanita dengan senyum tipisnya.

Calvin terdiam lalu tertawa geli mendengar penjelasannya. “Kau sangat lucu!” ucapnya dengan senyum menyeringai sambil menggelengkan kepala.

Dia tidak percaya dengan pengakuan wanita di depannya, baginya ini sangat tidak masuk akal. ‘Apa wanita ini gila?’ Begitulah yang Calvin pikirkan.

“Terserah jika kamu tidak percaya, tapi itu memang kenyataannya. Mulai sekarang aku adalah milikmu, aku akan melakukan apa pun yang kamu mau, asal aku bisa selalu di sampingmu.”

Calvin mengernyitkan dahinya, hingga kedua alisnya hampir menyatu.

“Siapa kau seenaknya mengaturku? Aku juga tidak mengenalmu. Jadi, pergilah! Aku tidak suka ada orang asing berada di kamarku!” seru Calvin dengan wajahnya yang mulai terbakar emosi.

“Aku tidak akan pergi, Calvin, kamu sudah mengambilku, jadi kamu harus bertanggung jawab atas diriku!” tukas wanita yang berdiri di depan Calvin.

Suhu kamar itu begitu dingin masuk ke dalam pori-pori kulit Zhivanna. Namun, hal itu tak sedikit pun membuat dia menyerah untuk mendapatkan kepercayaan Calvin atas asal usul dirinya.

“Bagaimana bisa, kau tahu namaku? Sedangkan aku saja belum memperkenalkan diri.” Calvin mengerutkan alisnya.

“Aku mengetahui semua tentangmu," katanya, "Calvin Alexei, 27 tahun, pria yang sangat mencintai tunangannya, tetapi sayang, sekarang sudah menjadi mantan sejak semalam. Ah satu lagi, aku juga tahu saat ini kamu sedang frustrasi karena wanitamu berselingkuh dengan pria yang lebih kaya darimu, bukan begitu, Calvin?” terang Zhi sambil membelai lembut pipi Calvin. Dia mengukir senyum kepuasan saat berhasil menggodanya.

“Cukup! Hentikan ucapanmu dan jangan terus menyentuhku!” Calvin menepis tangan wanita asing itu. Mendengar perkataan Zhi, Calvin merasa kesal, dia teringat mantan tunangannya yang entah sedang apa dengan kekasih barunya.

Zhi yang menerima perlakuan kasar Calvin justru malah tersenyum seolah melihat sesuatu yang lucu.

“Lebih baik, kau pergi dari sini. Aku tidak tahu kau siapa, dan apa tujuanmu ada di sini. Sangat gila jika kau bilang keluar dari liontin ini. Memangnya kau pikir aku percaya?” seru Calvin seraya mengempaskan liontin yang tadi dipegangnya.

Wanita itu berpikir sejenak, sepertinya dia harus melakukan sesuatu agar Calvin percaya kepadanya.

Zhi menggunakan kekuatannya, dia membuat benda yang ada di dalam ruangan itu melayang. Tubuhnya pun sama, di hadapan Calvin, kakinya tidak lagi menyentuh lantai. Terdapat kilauan cahaya di sekitar tubuh Zhi.

Calvin ketakutan melihat hal itu, dia berteriak membuat Zhe menghentikan perbuatannya. Semua benda yang melayang tadi, kini telah kembali ke tempat semula.

“Baiklah. Baiklah! Aku akan berusaha bersikap baik padamu, asal kau tidak berbuat aneh-aneh seperti tadi. Itu sangat menakutkan. Jadi, siapa namamu?” Calvin mendengus dan berusaha menormalkan pikirannya yang masih kebingungan.

“Namaku Zhivanna, kamu bisa memanggilku Zhi,” jawabnya dengan senyum yang begitu manis.

Zhivanna adalah perempuan yang lahir di negeri sihir bernama Luchania. Dia dikutuk oleh kekuatan sihir sang penguasa negeri tersebut sejak berusia lima belas tahun. Itu karena orang tuanya menolak pinangan seorang pangeran yang ingin menjadikan Zhivanna sebagai ratu. Zhi yang berada di dalam sebuah liontin di kirim ke dunia manusia oleh orang tuanya agar terhindar dari si penguasa tamak yang rakus akan wanita itu.

Orang tua Zhi berkata, ‘Bersemayamlah di dalam liontin ini. Suatu saat, kamu akan aman jika bersama dengan lelaki yang mencintaimu dan kamu akan abadi menjadi manusia. Erdo pasti tidak akan menginginkanmu lagi’.

Tujuan Zhi selama ini adalah untuk mencari cinta sejati yang benar-benar tulus mencintainya. Jika suatu saat pria yang dia temui tidak mencintainya dengan tulus, maka Zhivanna akan kembali ke dalam liontin. Lautan akan kembali menenggelamkannya hingga pria yang baru datang lagi kepadanya, berharap membawa cinta yang tulus, agar dia bisa selamanya menjadi manusia bumi.

Mencari pria yang benar-benar tulus mencintainya bukanlah hal yang mudah. Zhivanna selalu mengharapkan cinta yang tulus dari pria yang menemukannya. Namun, saat Zhi keluar dari liontin opalnya, mereka justru ketakutan dan lari meninggalkannya. Mereka semua menganggap dirinya adalah hantu.

Zhivanna mengetahui semua hal mengenai Calvin, karena dia bisa membaca pikiran seseorang saat dirinya berkonsentrasi, tetapi dia susah untuk menebak ketulusan hati manusia. Reaksi dari kutukan itu akan terlihat begitu ada lelaki yang menemukan liontin opalnya. Zhivanna akan keluar dan berwujud seperti manusia biasa.

"Kau ... jangan melihatku seperti itu!" seru Calvin yang sedikit ketakutan.

.

.

.

Bersambung ...

Please, like sama hadiahnya jangan lupa ya. Eh komen juga, terima kasih.

Kamu Mengerikan

Calvin beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan melewati wanita itu dengan perasaan yang sedikit mengerikan. “Duduklah di situ dan jangan berbuat macam-macam!” ancam Calvin sambil menunjuk sofa, matanya terus melirik ke arah Zhi. Wanita itu pun menurut, dia dengan antengnya duduk di sofa panjang itu.

“Tenang saja, Calvin. Aku wanita baik dan sopan.” Zhi tersenyum menggoda sambil menaik turunkan alisnya.

“Hiii ... kamu menyeramkan!” Calvin bergidik ngeri, dia mempercepat langkahnya menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri.

Di depan cermin wastafel, Calvin memerhatikan pantulan dirinya, dia menatap wajahnya sendiri tak berkedip. Kemudian, dengan gerakan cepat, dia menampar pipinya sendiri.

Suara tamparan itu terdengar nyaring karena cukup kerasnya pukulan telapak tangan itu. Dia meringis kesakitan akibat ulahnya sendiri. "Argh, sakit juga ternyata!"

“Apa ini nyata? Kenapa seperti mimpi, sungguh sulit dipercaya. Dari mana asal usul wanita itu? Sudah seperti hantu di film-film saja. Datang tak dijemput, pulang tak diantar.” Calvin masih termenung dan terus bertanya-tanya.

“Tunggu, apa dia akan pulang? Tapi, di mana rumahnya? Semoga dia tidak akan betah bersamaku, agar aku bisa bebas dari jeratan makhluk halus itu, hiii ....” Calvin terus berbicara sendiri seperti orang yang tak waras, beberapa kali dia membasuh mukanya.

“Ya Tuhan, semoga setelah ini, nyawaku aman. Panjangkanlah umurku, jangan sampai dia mengambil jantungku,” gumamnya lirih, dia bergidik ngeri membayangkan sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya.

“Calvin! Cepatlah mandi! Jangan terus membicarakanku di dalam sana! Tenang saja, aku tidak akan membunuhmu!” teriak Zhi dari kamar, wanita itu tergelak saat dirinya bisa mendengar ocehan Calvin dari dalam kamar mandi.

“Shit! Diamlah! Kau benar-benar meresahkan!” sahut Calvin dengan nada suara yang tinggi juga.

Ini sangat menakutkan, bagaimana aku akan bisa hidup tenang jika wanita itu terus bersamaku? Aku berbicara pelan saja, dia bisa tahu. Ah, aku akan siap-siap masuk rumah sakit jiwa setelah ini. Dia mendengus kesal.

Calvin pun tak berani lagi mengumpat Zhivanna, takut jika wanita itu mendengar lagi ucapannya. Dia gegas mandi dan mempercepat membersihkan dirinya.

Setengah jam kemudian, Calvin keluar dari walk in closet, dia sudah rapi dengan pakaian santainya. Kaus berwarna hitam polos, juga celana jeans panjang, membuat penampilannya terlihat sempurna.

“Wow! Calvin, kamu lebih tampan sekarang!” Zhi berseru dan membulatkan matanya sambil tersenyum. "Suit, suit!" Zhi bersiul layaknya seorang pria yang menggoda wanita di jalanan.

“Sudah! Jangan melihatku seperti itu,” katanya, “menakutkan!”

“Tapi, kamu memang benar-benar ganteng, Calvin. Kamu memiliki energi yang begitu kuat, pesonamu mampu memikatku,” Zhi terus berbicara tanpa henti. Semakin lama, Calvin semakin mengabaikan ocehan wanita itu. Dia menganggap Zhi adalah makhluk aneh yang tak waras.

"Sebenarnya, kamu berwujud apa sih?" tanya Calvin, pandangannya tertuju pada Zhivanna, dia menatap dari atas sampai bawah.

"Tentu saja sekarang aku berwujud manusia, kamu bisa melihatku, kamu juga bisa menyentuhku. Pegang aku!" Zhi mengulurkan tangannya agar Calvin menyetuhnya.

Lelaki itu bergerak perlahan dan penuh kewaspadaan, dia mulai menyentuh tangan Zhi dengan jari telunjuknya. Namun, dengan gerakan cepat, Zhi langsung menggenggam tangan Calvin dengan erat.

"Hei! Lepaskan! Zhi, berhentilah seperti ini. Apa kamu tidak bisa normal layaknya manusia? Jangan terus membuatku jantungan." Jantung Calvin mendadak berdegul kencang, dia menahan takut atas perlakuan Zhi.

"Calvin, kamu sangat menggemaskan!" Zhi tertawa terbahak-bahak. "Apa kamu lupa? Tadi aku sudah membelai pipimu, kenapa masih bertanya wujudku apa? Kalau aku hantu, mana bisa aku menyentuhmu." Lagi-lagi Zhi berhasil menggoda kebodohan Calvin, dan segera melepaskan genggamannya.

“Mandilah! Aku akan mengajakmu keluar,” ucap Calvin seraya menyisir rambutnya.

“Mandi? Kenapa harus mandi? Tanpa mandi pun aku sudah cantik. Bahkan, tubuhku sangat wangi. Apa kamu tidak mencium aroma wangi tubuhku? Apa hidungmu terganggu?”

“Astaga! Kamu ... ahh! Cepatlah ke kamar mandi dan ganti pakaianmu! Jangan banyak bicara seperti radio rusak!” Calvin mulai frustrasi dengan suara Zhi yang terdengar tanpa jeda di telinganya. Rambutnya yang sudah rapi disisir tadi, kini diacaknya dengan kasar.

“Aku pakai baju apa?” Apa aku harus mengambilnya dari mal? Aku bisa saja menghilang sekarang dan mengambil baju di mal, tapi aku tidak mau mencuri, Calvin. Itu tidak baik.” Kesabaran Calvin teruji saat menghadapi Zhivanna.

Lelaki itu berdiri di dekat ranjang, dan mengambil baju yang tadi disiapkan untuk Zhe. Dia menarik napas panjang, dan mengembuskannya dengan kasar. Kemudian, baju itu diberikan langsung pada Zhe.

"Sekarang kamu pakai baju yang ada dulu. Aku hanya punya kaus dan celana ini, kita pergi ke pusat perbelanjaan," ucap Calvin seraya menyerahkan pakainya yang sudah kekecilan.

“Aku nggak mau baju ini, jelek. Aku mau baju yang itu saja!” seru Zhe sambil menunjuk ke arah kemeja yang menggantung di sudut kamar.

“Itu? Itu kan kemeja untuk ke kantor, itu pakaian lelaki.” Calvin mencoba menjelaskan.

“Kalau kamu nggak mau menuruti apa permintaanku, aku akan—“

.

.

Bersambung ...

Bagaimana ceritanya, tolong kasih komen dan likenya dong.🤭

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!