NovelToon NovelToon

Nikah Kontrak

PERJODOHAN

🕊🕊

Perjodohan, satu kata keramat yang tidak aku sukai. Karena menurutku perjodohan cukup di alami oleh Siti Nurbaya di zamannya. Di era modern seperti sekarang ini tidak memerlukan yang namanya perjodohan. Aku akui kedua orang tuaku bertemu dan saling jatuh cinta karena perjodohan.

Aku Varel, putra tunggal Vino. Papa bekerja sebagai sekertaris Kenzo pemilik Group Sanjaya. Siapa yang tidak mengenal Kenzo di kota ini. Dia adalah salah satu billionaire di kota ini.

"Varel, ada sesuatu hal yang ingin Papa dan Mama sampaikan padamu." Ucap Papa padaku suatu malam,ketika kami selesai makan malam.

"Ada apa pa?" Tanyaku penasaran

Tidak biasa Papa seserius ini.

"Hemmm, menarik nafas dalam sebelum berbicara.

"Begini Nak, Papa dan Mama telah berjanji pada sahabat kami akan menjodohkanmu pada putri mereka."

Ucap Papa pelan takut menyinggungku.

"Di jodohkan?"

Ini adalah kata keramat yang tidak aku sukai, tetapi mengapa aku harus mengalami perjodohan itu.

"Iya sayang," Tambah Mama.

"Siapa?" Tanyaku,Aku berusaha tenang dan tidak terlihat marah. Padahal saat ini, sangat ingin rasanya aku berteriak dan memaki kedua orang tuaku.

"Nasya, kamu mengenalnya. Dia putri Kenzo dan Nancy sahabat sekaligus bos Papa."

"Nasya? Gadis manja dan sombong itu. Aku tidak mau, aku tidak ingin menikah dengan gadis itu.

"Jaga ucapanmu Varel,dia anak bos Papa. Jangan pernah kamu mengatainya macam-macam." Ucap Papa marah padaku.

"Mama tolong jangan jodohkan Varel pada gadis itu. Varel tidak menyukainya."

"Papa tidak ingin penolakan darimu. Kamu harus menerima perjodohan ini."

"Papa, please. Pikirin perasaan Varel sekali ini saja."

"Kamu harus menerima perjodohan ini."

"Tapi pa..."

"Papa tidak ingin mendengar penolakan darimu."

"Papa..."

Papa menatap tajam padaku, membuat nyaliku ciut untuk melawannya.

"Terserah kalian saja." Aku berdiri meninggalkan kedua orangtuaku. Aku memasuki kamar dan membanting pintu kamar dengan keras.

Aku rebahan di atas kasur empukku, memikirkan nasibku setelah menikah dengan Nasya si gadis manja.

"Tidak bisa begini terus, aku perlu reflesing." Berguman pelan, meraih kunci mobil yang tergeletak di meja nakas.

Menaiki mobil, melaju dengan kecepatan sedang Varel menuju sebuah club malam terkenal dikota ini.

"Lo datang juga, tuh muka kenapa ditekuk gitu?" Tanya Edho menyambut kedatanganku. Edho adalah sahabatku.

Aku tidak menjawab pertanyaan Edho, aku langsung duduk mendaratkan bokongku di kursi kosong di samping Edho.

Aku memesan segelas wine, langsung meminumnya sekali teguk.

Edho menatap heran padaku.

"Ada masalah apa?" Tanya Edho penasaran. "Tidak biasanya lo seperti ini?" Tambahnya lagi.

"Papa dan Mama mau jodohin gue sama anak sahabatnya." Jawabku enteng terus meminum segelas wine.

"Lo di jodohin?" Edho terkejut dengan ucapanku.

"Haha..." Edho tertawa ngakak.

"Lo ketawain gue!" Menatap marah pada Edho

"Sorri..." Mengangkat kedua tanganya.

"Gue merasa lucu dengan pemikiran paman Vino. Kok bisa dia berpikir akan menjodohkanmu. Lo sih terlalu lama menjomblo. Ngak bisa move on dari Naura."

"Ini ngak ada hubungannya dengan Naura ya. Jangan pernah sebutkan nama gadis itu di depanku lagi."

"Move on bro. Terima aja perjodohan itu, siapa tahu dia bisa membuatmu melupakan Naura."

"Masalahnya aku akan dijodohkan dengan Nasya anaknya paman Kenzo. Kamu tahukan gadis manja itu."

"Nasya?" musuh bebuyutanmu itu?"

"Iya, Nasya gadis manja dan nyebelin itu."

"Bagaimana sekarang rupa gadis itu, kita terakhir bertemu dengannya ketika masih SMP. Dia pindah ke negara K." Terlihat perubahan di wajah Edho.

"Aku tidak memperdulikan rupanya, aku sangat membencinya." Ucap Varel meminum segelas wine. Entah berapa gelas wine diminumnya. Mukanya memerah bak kepiting rebus saat ini.

"Kenapa lo begitu membencinya? Bukankah dia gadis yang cantik.

"Dia manja selalu saja merepotkanku padahal dia lebih tua satu tahun dariku. Dia tidak pernah dewasa,aku tidak menyukai gadis manja."

Edho hanya tersenyum kecut.

Apakah kamu tahu, Varel. Nasya adalah cinta pertamaku. Beruntung sekali nasibmu dijodohkan dengan Nasya.

"Turun ke lantai dansa yuk.."

Ajak Edho menarik tangan Varel mengikutinya.

"Lo aja, gue pusing." Jawab Varel menepis tangan Edho yang menariknya.

"Ayo bro, lagunya enak." menarik tangan Varel, tidak peduli penolakan dari Varel.

Dengan terpaksa Varel mengikuti Edho. Mereka turun kelantai dansa.

Walaupun awalnya enggan mengikuti Edho, Varel terlihat menikmati musik yang DJ mainkan. Dia menari mengikuti alunan musik yang dimainkan sang DJ. Dengan tubuh terhuyung mabuk, Varel terus menari tanpa henti.

"Ups......"

Ucap Varel spontan menarik tangannya.

Tanpa sengaja tangan Varel mendarat di dada seorang gadis.

"Mesum lo." Reflek si gadis menyilangkan kedua tangannya di dadanya.

"Sorry, gue ngak sengaja." Mengangkat kedua tangannya keatas. Tersenyum senang karena menyentuh benda kenyal dan montok kepunyaan sang gadis.

Sang gadis membalikan tubuhnya pergi dengan kesal meninggalkan Varel yang tersenyum sendiri.

***

"Jangan memaksanya menerima perjodohan ini sayang." Ucap Anita pada Vino setelah kepergian Varel.

"Mau bagaimana lagi, kalau tidak di paksa anak itu tidak akan mau menerima perjodohan ini."

"Biarkan dia memilih jalannya sendiri, dia berhak bahagia dengan pilihannya."

"Apa yang akan aku katakan pada Kenzo dan Nancy. Mereka sangat mengharapkan Varel menjadi menantu mereka."

"Berbicaralah pelan-pelan pada mereka, mereka pasti akan mengerti kok. Aku akan membantumu berbicara nantinya."

"Sejujurnya aku mengkhawatirkan putraku itu, sejak ditinggal oleh kekasihnya bernama Naura itu. Aku tidak pernah melihatnya bersama gadis lain lagi. Dia selalu bersama sahabatnya Edho. Itulah alasan utamaku menerima tawaran Kenzo untuk menjodohkan Varel dan Nasya.

Edho merupakan anak Clara sahabat Vino dan Kenzo dulu. Walaupun ada permasalahan rumit antara Kenzo dan Clara tetapi semuanya terselesaikan dengan baik. Mereka kembali berteman dengan baik. Begitupun dengan anak-anak mereka. Kecuali Nasya anak Kenzo, dia pindah ke negara K dan melanjutkan studinya di sana.

"Berikan dia waktu sayang, dia pasti bisa move on kok dari Naura."

"Sampai kapan? Sudah 3 tahun berlalu, dia tetap menutup rapat hatinya untuk orang lain. Aku tidak bisa menunggunya untuk move on. Kita harus membantunya melupakan gadis itu."

"Tetapi jangan dengan cara memaksanya menerima perjodohan ini, kasian dia Vino. Dia putraku satu-satunya, aku menginginkan dia bahagia."

"Aku juga menginginkan kebahagian untuk putraku. Makanya aku mengenalkannya pada putri Kenzo. Aku tidak memaksanya menerima perjodohan ini. Biarkan mereka berkenalan dulu dan memutuskan kelanjutan perjodohan ini.

"Tapi tadi kamu seperti memaksanya!"

"Aku hanya kesal saja, karena dia berkata hal buruk tentang Nasya. Bagaimana reaksi Kenzo dan Nancy melihat anaknya dikatai begitu."

"Berbicaralah dengan pelan-pelan pada Varel. Aku yakin dia akan mengerti kok. Ingat, jangan memaksanya.

"Aku paham sayangku." Mencubit pelan hidung istrinya.

Vino dan Anita menyudahi perdebatan mereka dengan memasuki kamar dan beristirahat.

.

.

.

.

Semoga kalian menyukai cerita ini. ini merupakan kelanjutan seri kedua dari MBA. Novel ini mengkisahkan tentang percintaan anak-anak Kenzo Vs Nancy, Vino Vs Anita, Revan Vc loli dan Alex Vs Clara.

PERTEMUAN TIDAK TERDUGA

🕊🕊

"Sial, ada apa dengan hari ini. Aku datang kesini untuk bersenang-senang malah mendapat pelecehan dari orang asing."

Nasya berucap dengan kesal, meraih tas selempangnya pergi meninggalkan Club malam tersebut.

Dengan menumpangi sebuah taksi, Nasya melaju dengan kecepatan sedang menuju Apartemen mewahnya.

Nasya hampir satu bulan berada di kota A. Dia sengaja tidak kembali kerumah orang tuanya. Karena kesal pada Papi Kenzo. Papi hendak menjodohkannya dengan Varel anak paman Vino sahabat baik Papi.

Setelah tiba di apartemennya Nasya langsung rebahan, melepaskan penat di badannya.

"Sejujurnya Aku penasaran bagaimana rupa pria pelit dan sombong itu sekarang. Dulu dia sangat tidak menyukaiku. Guman Nasya berbaring di kasur big size di apartemennya.

"Siapa pria tadi, berani sekali dia menyentuh dadaku. Asal tahu saja, dadaku ini masih perawan, belum disentuh oleh pria manapun selain diriku sendiri. Kalau bertemu dengannya lagi, aku akan memberinya pelajaran." Ucap Nasya memejamkan kedua matanya dan tertidur pulas.

"Hoammm..."

Nasya menguap dan merenggangkan badannya. Melirik jam di meja nakas yang terdapat di samping kasur big sizenya.

"Pukul 13.00, Sudah siang rupanya. Pantas saja para cacing diperutku berdemo meminta  makan." Guman Nasya, turun dari kasurnya berlari menuju kamar mandi.

Setelah mandi, Nasya mengenakan pakaian santainya, Jeans, kaos oblong dan sandal jepit. Dia berjalan keluar Apartemennya.

Melihat penampilan Nasya, dia tidak terlihat seperti anak seorang billionaire kebanyakan.

"Bu, Gado-gadonya satu dan es teh."

Dia memilih makan di sebuah warung gado-gado yang terletak di pinggir jalan.

"Iya non," sahut pemilik warung.

Sembari menunggu pesanannya, Nasya menyalakan ponselnya. Banyak sekali notif pesan masuk. Hampir semua pesan berasal dari sang mami.

Mami pasti sangat mengkhawatirkan ku. Maaf mami Nasya belum siap pulang.

"Non makannya." Ucap pemilik warung meletakkan sepiring gado-gado di hadapan Nasya.

Meletakan ponsel di saku celananya,dan mulai menyuapi mulutnya. Tidak butuh waktu lama,gado-gado di piringnya sudah berpindah tempat ke perut Nasya.

"Kenyang," Ucap Nasya mengelus-elus perutnya. Mengambil selembar uang 100k dari sakunya dan menberikan pada pemilik warung.

"Kembaliannya ambil aja untuk ibu."

Pergi berlalu meninggalkan warung tersebut. Tidak memperdulikan teriakan pemilik warung yang terus memanggilnya.

Tanpa Nasya sadari sepasang mata memandang kepergiannya tanpa berkedip sedikitpun.

"Siapa dia?" Tanya Varel penasaran pada pemilik warung.

"Yang mana?" Terus saja mengulek.

"Gadis barusan."

"Oh, Ibu juga tidak tahu namanya. Dia pelangan setia warung ini. Sama seperti mu anak muda." Jawab pemilik warung.

"Dia cantik, baik dan dermawan. Hampir setiap makan di sini dia membayar lebih. Ibu baru bertemu gadis muda sebaik dia." Membungkus pesanan Varel.

Aku sangat meninginkan gadis seperti itu menjadi istriku, bukan gadis manja seperti Nasya. Kenapa Papa menjodohkan ku dengan gadis manja itu sih. Batin Varel.

***

Dengan langkah gontai Nasya berjalan santai menuju Apartemennya.

"Mami...."

Teriak Nasya kaget dengan kehadiran Nancy maminya.

"Ada apa Mami kesini?" Menghampiri Nancy, mencium punggung tangannya dan merangkul Nancy kedalam pelukannya.

"Nasya merindukan Mami." Berbisik di telinga Nancy.

"Karena merindukan putri kesayangan mami, makanya Mami kesini."

"Ayo masuk mi, Mengajak Nancy memasuki Apartemennya.

"Kamu apa kabar sayang?" Tanya Nancy setelah tiba di Aparteman Nasya.

"Baik mi, seperti yang Mami lihat."

"Syukurlah kamu baik-baik saja."

"Nasya masih marah pada Papi dan Mami?" Duduk santai di sofa ruang keluarga.

"Nasya tidak pernah marah pada Papi dan Mami." Meletakkan secangkir teh di hadapan Nancy.

"Kalau tidak marah, kenapa ngak pulang kerumah?"

"Nasya memerlukan waktu sendiri mi, Nasya perlu waktu untuk mempertimbangkan perjodohan ini."

"Apa yang Nasya khawatirkan?"

"Nasya yakin Varel tidak menyukai Nasya mi. Dari dulu dia sangat membenci Nasya. Dia membenci Nasya yang manja.

"Tapikan Nasya sudah berubah. Mami tahu alasan Nasya banyak berubah itu karena Varel.

"Bukan karena Varel juga kok Mi. Nasya berubah karena kemauan Nasya sendiri kok.Tetapi di ingatan Varel, Nasya tetaplah gadis manja."

"Bertemulah sekali saja dengan Varel. Siapa tahu dengan melihatmu dia berubah pikiran."

"Mami, Nasya tidak ingin memaksa Varel menerima Nasya. Biarkan semuanya berjalan apa adanya. Kalau memang kami berjodoh, Tuhan pasti akan mempersatukan kami dengan skenario yang di ciptakannya."

"Mami senang sayang, Anak mami sekarang lebih dewasa. Mami akan berbicara pada Papimu,dia pasti akan mengerti. Pulanglah ketika Nasya puas menenangkan diri. Pintu rumah selalu terbuka untuk menyambut Nasya kembali."

"Terima kasih mi," Menyandarkan kepala di pundak Nancy.

"Jaga dirimu baik-baik,Nasya." Nancy mengelus lembut pipi Nasya.

"Pasti mi, Mami tenang saja. Nasya bukan anak kecil lagi kok."

"Mami percaya padamu, Mami pulang dulu ya, takut Papi nyariin."

"Yaaa, padahal Nasya masih kangen."

"Makanya cepat pulang ke rumah." Nancy berdiri, meraih tasnya dan pergi dari Apartemen Nasya.

"Dah mami...."

Ucap Nasya memandang punggung Nancy yang hilang memasuki lift Apartemen.

Setelah kepergian sang Mami, Nancy membersihkan Apartemennya.

"Wah, stok makanan di kulkasku sudah habis." Berucap setelah membuka kulkasnya yang kosong melopong tak berisi.

"Harus ke Indomaret nih." Mengambil dompet, mengeluarkan lembaran uang 100k sebanyak lima lembar. Nasya adalah tipe orang yang tidak suka mengunakan kartu kredit untuk berbelanja. Dia lebih memilih mengunakan cash. Di dompetnya terdapat kartu kredit jenis titatinum pemberian sang Papi yang tidak pernah dia gunakan.

Mengenakan jeans dan kaos oblong serta sandal jepit, Nasya berbelanja di Indomaret.

Setelah membeli semua kebutuhan yang dibutuhkannya Nasya berjalan santai dengan tangan menenteng hasil belanjaannya tadi.

"Santai di taman itu dulu deh, enak pemandangannya."

Dia berbelok memasuki sebuah taman dan menduduki sebuah kursi kosong yang terdapat di taman.

"Wow... Indahnya." Menatap ke atas langit. Memandang indahnya matahari terbenam.

Hal yang sangat disukai Nasya adalah memandang matahari terbenam. Ada ketentraman tersendiri di hatinya ketika menatap indahnya matahari terbenam.

"Hay...."

Suara seorang menyapanya. Menganggu ketenangan Nasya yang tengah asik menikmati pemandangan sore ini.

Walaupun mendengar suara yang menyapanya, Nasya tidak merespon. Dia asik dengan dunianya sendiri. Asik menatap indahnya pemandangan matahari terbenam.

"Indahnya." Suara pria tersebut, ikut menatap keatas, memandang matahari terbenam.

"Siapa kamu?" Menoleh pada pria yang duduk di sanpingnya.

"Kamu!!!

Spontan Nasya teriak dan menyilangkan kedua tangan di dadanya.

"Apa aku menakutimu? Merasa binggung terhadap respon Nasya setelah melihatnya.

"Kau mengikutiku?"

Aduh ketahauan deh aku mengikutinya. Dari mana dia tahu bahwa aku mengikutinya.

"Tidak, aku tidak mengikutimu."

"Kau ingin menyentuh dadaku lagi kan! Dasar pria mesum!"

"Dada? Menyentuh dadamu? Memandang pada kedua dada montok kepunyaan Nasya.

Bug....

Nasya mendaratkan sebuah tinju pada muka Varel.

"Dasar pria mesum."

Membalikkan badanya, mengambil kantongan belanjaannya pergi dengan marah meninggalkan taman tersebut.

.

.

..

.

.🕊🕊

maaaf guy penulisan dan tata bahasanya masih kurang, penulis baru dimaklumi saja ya😘😘

ARSENAL

🕊🕊

Varel duduk terpaku di kursi taman, menikmati sakit karena tonjokan Nasya.

"Gila tuh cewek bar-bar sekali, dia menonjokku. Seorang Varel di tonjok seorang cewek." Berkata tak percaya terhadap apa yang dialaminya.

Varel memperhatikan sekelilingnya, "Untung saja tidak ada yang mengenaliku, mau taruh dimana mukaku kalau ada orang yang mengenaliku, melihatku di tonjok seorang cewek." Berguman pelan, berdiri meninggalkan taman tersebut.

"Siapa sebenarnya perempuan itu? Wajahnya terlihat familiar dan kenapa aku penasaran ingin mengenalnya?" Ucap Varel berdiam di dalam mobilnya.

"driiing.... ( pertanda telpon masuk)

Varel menatap layar ponselnya, "Mama?"

Pasti mau membahas perjodohan dengan si anak manja itu."

"Halo..."

Dengan malas Varel menerima pangilan telpon dari sang Mama.

"Varel, akhirnya kamu mau mengangkat telpon Mama."

"Ada apa Ma?" Varel to the point.

"Pulang sayang, kamu tega ninggalin Mama sendiri di rumah."

"Kan ada Papa, ma."

"Mama merindukan anak Mama. Pulang ya sayang."

"Varel malas ketemu Papa,ma. Varel malas Papa pasti memaksa Varel untuk menerima perjodohan itu."

"Ngak sayang, Papa dan Mama sudah sepakat tidak memaksamu untuk menerima perjodohan ini kok."

"Seriusan ma?"Berucap dengan gembira.

"Iya, makanya pulang kerumah, Mama tunggu kamu di rumah ya."

"Varel langsung pulang ma. Terima kasih Mama, sudah mengerti perasaan Varel.

"Dah....."

Mematikan telponnya, menghidupkan mobil melaju dengan cepat menuju kerumah.

"Mama aku pulang..."

Memanggil sang Mama setelah tiba dirumah.

"Mama!"

Kaget mendapati tamu lain di rumahnya.

"Duduk dulu sayang," Anita meminta Varel duduk di sampingnya.

"Maafin Mama sayang," berbisik di telinga Varel.

"Varel ngak akan maafin Mama," Balik berbisik di telinga Anita.

"Maaf Nak Varel, kedatangan paman menganggumu." Kenzo membuka suara.

"Enggak apa-apa Paman," Memperlihatkan senyum manisnya.

"Tujuan kedatangan paman ke sini, pasti Nak Varel sudah paham. Paman ingin membicarakan tentang perjodohan kalian."

"Iya Paman,"

"Paman tidak memaksamu untuk menikah dengan Nasya. Paman ingin kalian bertemanlah dahulu, barulah kalian memutuskan perjodohan ini. Paman tidak nyaman dan tidak bisa tenang kalau tidak menyampaikan hal ini padamu. Apalagi kata Papamu, kamu sampai pergi dari rumah karena masalah perjodohan ini. Jangan jadikan perjodohan ini sebagai beban, ini hanya ide konyol antara Papamu dan Paman. kami hanya ingin mempererat persahabatan kami dengan menikahkan kalian, tanpa memikirkan perasaan kalian. Maafkan Paman yah Nak Varel.

"Bukan begitu Paman, Varel hanya ingin menenangkan diri saja makanya pergi dari rumah." Merasa bersalah karena egois hanya mementing diri sendiri.

"Paman ingin Nak Varel bertemulah lebih dahulu dengan Nasya."

"Iya Paman Varel mau bertemu Nasya. Kabarin aja Paman waktu dan tempat pertemuannya, Varel pasti datang kok.

"Terima kasih Nak, kalau begitu Paman pamit pulang dahulu."

"Terima kasih Paman, karena sudah mampir dan mau memikirkan perasaan Varel dan Nasya. Titip salam untuk Bibi Nancy." Ucap Varel sopan mengantar Kenzo hingga memasuki mobilnya.

"Maaf Ma, Varel sudah berburuk sangka pada Mama tadi." Langsung memeluk Anita.

"Mama ngak apa-apa. Jangan pernah pergi-pergi lagi ya. Mama kesepian di rumah tanpa kamu."

"Iya Mama,..."

"Kamu mandi gih, ini sudah senja. Menepuk pelan pundak Varel.

"Mama, Varel mau pergi ketempat Edho, mengambil barang Varel yang tertinggal disana." Pamit Varel pada Mama Anita.

"Pergilah, jangan terlalu larut pulangnya."

"Sip Ma, berjalan memasuki mobilnya.

Tidak butuh waktu lama, Varel tiba di Apartemen Edho.

"Lo mau kemana? Tanya Varel setelah memasuki Apartemen.

"Mau ikut, Gue mau ketemu teman lama gue di Club malam yang waktu itu."

"Memang Club buka jam segini?" Melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Gue mau cari makan malam dulu, baru ke club nanti."

"Gue ikut lo cari makan aja deh. Gue udah janji ngak pulang larut malam sama Mama.

"Senyaman lo aja, ayo kita pergi sekarang.

Kita pakai mobil lo ya, gue rencananya minum sampai mabuk malam ini.

Dengan menaiki mobil Varel, mereka menyusuri jalan mencari tempat makan yang mereka inginkan.

"Situ aja ya," Varel menunjukan sebuah cafe.

"Ramai amat, yakin lo mau makan disini?" Tanya Edho.

"Iya, gue sekalian mau nonton bola." Menunjukan sebuah layar putih yang melekat didinding Cafe tersebut.

Cafe yang mereka tuju rupanya sedang melakukan Nobar pertandingan sepak bola Arsenal VS Real Madrid. Arsenal merupakan tim sepakbola favorit Varel.

"Pantesan maunya makan disini."

Mereka memesan makanan dan duduk disalah satu meja kosong yang terdapat di pojok cafe.

"Driiiing... (Ponsel Edho berdering)

"Halo Bun... Jawab Edho

"Kamu lagi dimana Nak." Tanya bunda Clara

"Edho lagi di cafe, hendak makan malam."

"Edho, bisa kerumah sekarang." Terdengar Bunda Clara terisak.

"Bunda Kenapa nanggis?"

"Pulang Nak, bunda rindu padamu."

"Iya bun, Edho pulang sekarang." Menatap pada Varel.

"Pergi aja, pakai mobil gue biar cepat. Gue pulang naik taksi. Ucap Varel mengerti arti tatapan Edho padanya.

"Terima kasih," Dia menyambar kunci mobil di meja.

Varel memandang sekeliling cafe, setelah kepergian Edho.

"Dia? Dia di sini juga." Memandang pada Nasya yang duduk sendiri di salah satu meja.

Wah kebetulan banget dia ada disini.

Varel berdiri menghampiri Nasya yang sedang duduk sendirian.

"Kamu...!!!"

Menatap tidak suka pada Varel yang tiba-tiba duduk dihadapannya.

"Gue mau minta maaf karena kejadian di club malam itu. Gue lagi mabuk waktu itu, " Jelas Varel.

"Ngak apa-apa, lagian lo kan ngak sengaja. Sebenarnya gue tuh marah banget sama lo. tetapi setelah mendengar penjelasan dari lo, gue paham. Orang mabuk susah di kontrol dan tidak tahu apa yang mereka lakukan..

"Sekali lagi gue minta maaf, kalau lo mau tonjok muka gue lagi gue iklas kok."

"Bagus?" Mengangkat tangan.

Sontak saja Varel menutup mukanya mengunakan kedua tangannya.

"Gollllllll...."

Teriak Nasya dengan tangan terangkat ke atas.

Mendengar teriakan Nasya, Varel melepaskan tangan dari mukanya.

Sial, gue kira dia bakal nonjok muka gue lagi, batin Varel.

"Lo kenapa?" Bertanya setelah menurunkan tangannya.

"Ngak Apa-apa, Lo suka nonton bola?

"Suka banget, terutama pada Club Arsenal."

"Sama gue juga suka Arsenal, ucap Varel dengan antusias.

"Aubameyang, ucap mereka bersamaan.

"Lo juga fans Aubameyang? Tanya Nasya.

"Iya, lo juga?"

"Iya."

"Bisa kebetulan gini ya, ngomong-ngomong jarang lo ada cewek suka nonton bola.

"Hehe, aneh ya kalau ada cewek suka nonton bola?"

"Ngak juga sih, cuma jarang aja gitu."

"Sebenarnya dulu gue tuh ngak suka nonton bola. Tetapi adik gue suka banget nonton bola dan sering minta di temanin. Jadi lama-kelaman gue juga suka bola deh."

"Oh gitu, Cowok memang kebanyakan suka nonton bola."

"Tapi adik gue cewek kok."

"Hah?"

"Iya, adik gue cewek. pasti lo sangka adik gue cowokkan."

"Gue kira adik lo cowok. Gue juga dulu punya mantan pacar suka banget nonton bola." Varel sedikit curhat.

Jadi teringat pada Naura. Batin Varel.

.

.

.

.

.

🕊🕊🕊

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!