Hai Readers tersayang 🥰
Disarankan sebelum membaca Novel ini, bacalah terlebih dahulu Novel “Angin Samudera Tanpa Batas” ya?, karena Novel ini adalah sequel dari Novel Angin Samudera Tanpa Batas, agar kalian tahu sejarahnya.
Terima kasih untuk Readers yang selalu setia membaca Novelku🤗
Tanpa Readers, othor tidak ada apa-apanya.😉
Happy Reading!!!!💖💖
...................
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
Hai… namaku Berlian Putri Harin. Usiaku kini 16 tahun dan beberapa bulan lagi usiaku 17 tahun. Aku lahir dari pasangan Harvan Hartawan dan Intan Permata.
Ibuku meninggal saat melahirkan aku, dan ayahku meninggal di usiaku yang baru menginjak 5 tahun. Sejak itu aku menjadi anak yatim piatu.
Aku besar di bawah asuhan Om ku yang bernama Jodi Pratama. Aku biasa memanggilnya Om Ijong. Sepeninggalan ayahku, om Ijong lah yang menjadi ayahku. Ia sangat menyayangiku layaknya anak sendiri. Om Ijong teman ayahku semasa mereka kuliah di Amerika hingga mereka menjadi sahabat. Tidak ada ikatan darah sedikit pun di antara mereka, tapi kebaikan dan kejujurannya melebihi apa pun, sehingga om Ijong menjadi kepercayaan ayahku untuk memegang semua perusahaannya karena pada saat itu usiaku masih kecil.
Om Ijong kini berusia 45 tahun. Meski sudah tua tapi dia masih terlihat muda dan gagah, wajahnya pun masih terlihat tampan. Dan sampai saat ini om Ijong masih tetap menduda.
Selain om Ijong, aku pun di asuh oleh Ibu sambungku yang bernama Mustika Mirah Delima. Beliau adalah ibu yang baik untukku, ia menyayangiku seperti anaknya sendiri. Saat kematian ayahku, ibu Delima sempat depresi dalam waktu yang cukup lama. Sehingga yang dominan mengurusiku dari semenjak ayahku meninggal adalah om Ijong.
Aku sudah mengganggap om ku itu ayahku sendiri karena seluruh kasih sayangnya ia curah kan untukku. Sehingga meskipun aku sudah menjadi anak yatim piatu sejak usia 5 tahun, aku tak kekurangan kasih sayang, karena om ku selalu menjagaku dengan baik layaknya ayahku. Ia mendidikku dan memanjakanku. Hidupku sangat bahagia nyaris tak pernah bersedih. Aku hanya akan merasa bersedih saat om ku harus bekerja keluar kota untuk beberapa waktu karena harus mengurusi anak cabang perusahaan ayahku di luar daerah.
Semenjak ayahku meninggal, seluruh aset perusahaan menjadi atas namaku tapi yang mengelola adalah om ku. Kenapa bukan ibu? Karena saat itu ibu Delima alami depresi parah dan setelah sembuh, notaris meminta ibu untuk terlibat dalam perusahaan ayah, tapi ibu menolak dengan alasan ia tidak menjiwai urusan perusahaan dan tidak sesuai dengan ilmu yang ia miliki karena ilmunya adalah Magister sains matematika. Jadi ibu lebih memilih menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Ibukota juga kegiatan lainnya adalah sebagai penggiat sosial mengurusi panti asuhan, karena sejarah kehidupannya lekat dengan panti.
Jadi segalanya di serahkan pada om ku, karena memang om juga kepercayaan kakekku. Jadi atas persetujuan kakek, om Ijong lah yang mengelola perusahaan ayahku sampai aku cukup umur untuk memegang perusahaan tersebut.
Dari kecil aku sekolah mengikuti metode Home schooling. Kemudian aku mengikuti program akselerasi dan hasilnya di usia 16 tahun aku sudah lulus kelas 12. Dan saat ini aku sedang mencari Universitas yang cocok dengan minat dan bakatku. Sebenarnya minatku adalah seni namun om mengarahkan ku untuk memgambil jurusan manajemen industri atau jurusan yang berhubungan erat dengan perusahaan ayahku yaitu di bidang IT, karena di masa depan aku lah yang akan memimpin perusahaan ayahku.
Aku mengikuti saran om ku karena hanya aku lah satu-satunya penerus perusahaan ayahku.
*
Hari ini aku merasa kesal sekali karena om ku pergi begitu lama ke luar daerah, selama satu minggu om ku pergi untuk mengurusi anak cabang perusahaan ayah di luar daerah. Meski setiap malam ia menghubungiku melalui v-call tapi tetap saja tanpa kehadiran nya aku merasa kesepian.
Seharian ini aku malas-malasan, tidak ada om di dekatku, aku merasa tidak bersemangat. Saat aku tengah rebahan di kamar, suara ibu mengejutkanku. “Berlian Putri Harin! Ayo makan malam, seharian ini kamu hanya di kamar saja. Anak perawan tidak baik bermalas-malasan.” Suara ibu memekakan gendang telingaku.
“Berli sayang…. Ayo keluarlah!.” Ibu membuka pintu kamar sementara aku tetap menelungkupkan tubuhku di atas tempat tidur.
Tapi pada saat aku melirik ke arah ibu, tepat di belakang tubuh ibuku nampak wajah om tengah tersenyum padaku, sontak aku langsung berdiri dan berlari ke arah om ku dan naik keatas pangkuannya.
“Ooom….. om sudah pulang?, om jahat, pergi gak bilang-bilang. Udah gitu lama banget perginya hiks.” Sedihku dalam pangkuan om.
“Maaf sayang…. Om gak bilang karena acaranya mendadak, kan tiap malam kita v-call, apa itu belum cukup, hm?.” Om merayuku, meski om sudah minta maaf padaku tapi tetap saja aku masih kesal, dan lagi-lagi suara ibu membuat bising di telingaku. “Ya ampuuun… Berli! Kau sudah bukan anak kecil lagi, tak pantas kau masih di gendong sama om mu seperti itu.”
“Sudah biarkan saja Del.” Om membelaku.
“Iya, ibu gitu terus… Emangnya aku gak boleh kangen-kangenan sama om?.”
“Gak ada yang melarangmu kangen sama siapa pun sayang, tapi kamu bukan anak kecil lagi yang di gendong om kamu seperti begitu. Ayo turun dari tubuh om kamu itu!.”
“Sudah Del Biarin, biasanya juga begini kan?.” Om ku memang paling baik sedunia. Ibu tetap saja nyerocos dan aku tidak memperdulikan nya, aku tetap bermanja-manja di atas pangkuan om ku, aku sangat rindu sekali padanya, satu minggu tak bertemu dengan nya serasa lama sekali.
Kemudian om duduk di kursi makan dan tetap membawaku dalam pangkuannya. Seperti itu setiap hari sedari aku kecil.
Om begitu memanjakan aku dan itu membuatku bahagia, hanya saja ibu yang selalu cerewet dengan omelannya.
“Sayang, selama om tidak ada, apa yang kamu lakukan?.” Tanya om padaku.
“Tidak banyak yang aku lakukan, aku bosan di rumah terus, apa lagi gak ada om, hiks.” Jawab sedihku.
“Tapi sebentar lagi kau tidak akan bosan lagi sayang. Kau nanti akan banyak teman. Besok asisten om akan mencarikan universitas untukmu.” Kata om sembari menyuapiku. Kami selalu makan pada piring yang sama.
“Iya, nanti kau akan banyak teman, mungkin kau juga akan mendapatkan teman laki-laki disana.” Sambung ibu.
Sepertinya ibu senang deh kalau aku punya teman laki-laki. Dan jujur saja, karena dari kecil aku mengikuti Home schooling jadi aku kurang pandai dalam bersosialisasi, aku tidak punya banyak teman, satu-satunya lelaki yang aku kenal hanya om dan beberapa orang yang bekerja di rumah. Tapi bukan berarti aku tak pandai berkomunikasi dengan orang-orang, hanya saja aku paling tidak suka berbasa basi.
Ya… satu-satunya orang yang dekat denganku hanya om, aku merasa nyaman di dekatnya. Rasanya aku tidak perlu memiliki banyak teman, satu om saja sudah cukup bagiku. Tapi tetap saja yang namanya hidup, kita perlu bersosialisasi dengan banyak orang, apalagi dalam berorganisasi, itu sangat di perlukan sekali. Begitu yang selalu om katakan padaku. Suatu hari nanti aku akan memimpin perusahaanku, untuk itu sangat di butuhkan sekali olehku ilmu komunikasi. Karenanya di sela-sela kesibukannya om selalu mengajari aku mengenai banyak hal, baik tentang ilmu sosial, politik, budaya, ekonomi juga ilmu lainnya.
“Setelah makan malam mu habis, tidur lah sayang.” Kata ibu.
“Iya.. ibu bawel deh.” Ucap kesalku.
“Ibu bukan bawel sayang, tapi kamu besok harus bangun pagi..” Kata ibu.
“Emangnya kita mau kemana bu?.” Tanyaku heran.
“Meskipun kita tidak kemana-mana, tetap saja harus bangun pagi. Besok ibu akan ajak kamu ke kampus, siapa tahu kamu suka dengan suasa kampus tempat ibu bekerja, kamu bisa kuliah disana.”
“Ah ogah satu kampus sama ibu sendiri, nanti dapat nilai bagus disangkanya KKN lagi. Gak mau aku bu.” Tolak ku dan itu membuat om ku tersenyum dan aku serasa dapat dukungan.
“Hehe.. biarkan dia memilih universitas sesuai dengan keinginannya Del, jangan di paksa-paksa, nanti sekolahnya malah gak bener.” Kata om kesayanganku.
“Tuh denger bu, apa kata om, biarkan aku memilih yang sesuai dengan hatiku agar aku enjoy belajarnya.”
“Ah kalian selalu saja berkolaborasi untuk menentangku, terserah deh… yang penting kamu harus melanjutkan sekolahmu.” Kata Ibu yang terlihat sedikit kecewa.
“Ya sudah, sekarang kamu masuk kamar dan pergi tidur.” Sambung ibu. Tapi aku tidak mau beranjak kalau om tidak pergi juga ke kamarnya.
“Ayo om.” Ajakku pada om, tapi ibu menyela. “Om kamu masih ada urusan sama ibu, kita akan membahas masalah sekolahmu, jadi mulai sekarang kamu harus mandiri karena kamu sudah dewasa sayang… tidurlah sendiri, jangan tergantung pada om mu terus.” Tuh kan nyerocos lagi dasar emak-emak huh.
“Kok gitu sih bu! Aku gak bisa tidur kalau om belum baca cerita untukku.” Ibu semakin membuat aku kesal saja.
“Kalau kamu terus-terusan bergantung pada om mu, kamu tidak akan pernah menjadi dewasa sayang.” Gak tahu kenapa akhir-akhir ini ibu ngomongnya selalu saja begitu.
“Ah ibu kok jadi gak asik gini sih ah!.”
“Sudah-sudah, ayo sayang om antar kamu tidur ya.” Om membawaku ke kamarku dan mengatakan pada ibu, “Nanti kita bicara lagi setelah Berlian tidur ya Del!.”
Seperti biasa om selalu bercerita apa saja sebelum aku tidur. Aku paling senang saat om bercerita, aku merebahkan kepalaku pada dadanya dan mengendus wangi tubuhnya, itulah yang membuat aku bisa tidur, aroma tubuh om sudah seperti candu bagiku dan bersandar di dadanya adalah tempat teraman dan terhangat buatku.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Malam semakin larut. Jodi yang melihat Berlian telah terlelap tidur dalam pelukannya, perlahan melepaskan kepala gadis itu yang terbenam dalam dada bidangnya dan meletakannya pada bantal serta menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal.
“Kau suda remaja sekarang sayang… mimpi lah yang indah.” Bisik Jodi pada telinganya seraya mengecup kening gadis itu kemudian berlalu meninggalkan kamarnya menuju ruang tengah dimana Delima sudah menantinya untuk membicarakan suatu hal yang di rasa penting baginya.
Kemudian Jodi duduk di kursi yang terletak di depan kursi yang Delima tengah duduk di atasnya.
“Ada hal penting apa Del?.” Tanya Jodi membuka pembicaraan diantara mereka.
Delima menghela nafas panjang kemudian ia mencoba menjawab pertanyaan Jodi setelah berpikir memilah kata yang pantas untuk ia sampaikan, “Kak, apa yang akan aku sampaikan adalah sesuatu yang akhir-akhir ini mengganggu pikiranku, dan aku harap kak Jodi memahaminya dengan bijak.”
“Memangnya apa sih yang akan kamu sampaikan padaku Del?.” Jodi sedikit heran.
“Begini kak, Berlian sekarang sudah remaja, dan sikapnya pada kakak masih saja seperti dulu saat dia masih kecil, seperti tidak ada jarak, maksudnya dia masih saja kalau mau tidur di Nina bobokan dulu sama kakak, ia memeluk kakak dan kakak memangkunya, maaf… saya rasa sekarang sudah tidak pantas lagi berlaku demikian kak.”
“Maksudnya gimana Del? Dia kan memang seperti itu, selalu manja dan tingkahnya memang kekanak-kanakkan.”
“Kak, mungkin kakak menganggapnya biasa tetapi bagi orang yang melihat rasa nya itu terlihat aneh kak.”
“Terlihat aneh bagaimana Del?.” Jodi masih tidak mengerti akan maksud pembicaraan Delima.
“Maaf kak, aku melihat apa yang Berlian dan kakak lakukan itu sudah tidak pantas, kalian terlihat sudah tidak seperti seorang dewasa yang mengemong anak kecil, tapi kalian terlihat seperti pasangan seorang wanita dan pria dewasa.”
“Maksud kamu apa Delima?.” Jodi sedikit kecewa dengan apa yang Delima katakan dan Jodi sudah mulai menangkap maksud pembicaraan Delima.
“Maaf, kakak jangan marah dulu. Mungkin kalian memang merasakan seperti antara orang tua dan seorang anak. Tapi jika orang lain yang melihat itu akan menjadi pandangan yang lain kak, aku saja melihatnya aneh.”
“Del! Aku ini sama ayahnya sahabatan bahkan lebih dari itu, kita Sudah seperti saudara, almarhum menitipkan berlian padaku agar aku menggantikannya menjadi ayah dia, dan aku mengangggap Berlian itu putriku, begitu pun dengan Berlian yang sudah menganggap aku sebagai ayahnya. Aku kira tidak ada yang salah bagaimana cara aku memperlakukannya.”
“Iya kak, aku percaya pada kakak, tapi aku melihat dari sisi berlian ada yang lain kak.”
“Cukup Delima! Jangan kau mengira dia yang tidak-tidak. Bagaimana jika dia mendengarnya tentunya akan sangat menyakitkan hatinya. Del, coba flashback ingatanmu. Sejak lahir dia sudah di tinggalkan oleh ibunya kemudian di usianya yang masih kecil, usia lima tahun ayahnya meninggal, wajar jika dia mencari perhatian dan menjadikan aku dan kamu itu pengganti orang tuanya. Aku hafal betul dia Del, bahkan sebelum dia lahir aku sudah mengikuti perkembangannya saat ia di dalam kandungan ibunya. Meski aku bukan ayah biologisnya tapi aku adalah ayah bathinnya. Aku menyayangi dia sama seperti almarhum menyayanginya, tidak lebih!. Dan aku pun merasakan kasih sayangnya padaku sama seperti kasih sayang dia pada ayahnya. Seorang ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya Del, jadi wajar jika perlakuan dia padaku lebih dekat di banding perlakuannya padamu.” Jodi berkata dengan penuh penekanan meskipun suara yang ia keluarkan sedikit berbisik agar orang lain tidak mendengar perbincangan mereka.
“Kak, aku sangat mengerti kakak juga mengerti dia. Dan aku tidak merasa bersaing dengan kakak dalam menyayanginya, kita sama-sama orang tua bagi dia, dan aku pun sama menyayangi dia seperti ibunya menyayanginya. Hanya saja yang ingin aku katakan pada kakak itu mengenai cara mencurahkan kasih sayang itu kak, tolong di pahami, ini hanya pandanganku saja dan mudah-mudahan aku salah. Aku bukan ingin membatasi kakak bagaimana cara memperlakukan dia, hanya saja pada saat kakak menggendongnya dan bagaimana dia menyentuh kakak, bathin ku menangkap ada perasaan lebih bagaimana dia memperlakukan kakak. Aku perempuan kak, sama seperti dia dan aku merasakan naluri wanita yang ia rasakan dan lelaki tidak akan merasakan akan hal itu, kak.”Jelas Delima.
“Del, aku rasa kamu sudah berlebihan dan terlalu jauh memikirkan hal ini. Aku malah melihat dia biasa-biasa saja memperlakukan aku seperti perlakuan seorang anak pada ayahnya. Aku ini sudah tidak muda lagi Del beberapa tahun lagi usiaku setengah abad, Dia adalah gadis kecilku Delima, kau perlu tahu itu!.”
“Dan kakak juga harus sadar kak, kalau dia bukan gadis kecil lagi! Tapi dia sudah tumbuh menjadi wanita dewasa yang sudah alami pubertas kak. Memang pandangan pria dan wanita berbeda. Aku percaya kakak melihatnya adalah pure tingkah seorang anak tetapi bathin seorang ibu, merasakan hal lain kak, meski aku bukan ibu kandungnya tapi aku dapat merasakan hal itu kak.”
Hening sejenak… Jodi terlihat berfikir dan terus berfikir lebih dalam mencoba memahami apa yang Delima sampaikan namun ia masih tidak menemukan bahwa anggapan Delima dapat ia terima sesuai dengan nalarnya. Dan Jodi memaklumi Delima yang beranggapan demikian, mengingat Delima pernah alami depresi berat bertahun-tahun sehingga logikanya berpendapat bahwa Delima beranggapan demikian karena pikiran Delima di pengaruhi karena efek dari depresinya dahulu. Sehingga kecemasan berlebihan mungkin saja tengah ia alami saat ini.
“Baiklah Delima, saya mengerti dengan maksud dari apa yang kamu sampaikan. Dan kamu tidak perlu khawatir lagi akan hal-hal yang aneh mengenai Berlian denganku.”
“Maaf kak, jika apa yang aku sampaikan pada kakak menyinggung perasaan kakak, aku hanya khawatir saja akan tumbuh kembang dia yang kini sudah menginjak remaja.”
“Iya Delima aku mengerti dan aku pastikan tidak akan terjadi apa-apa di dalam perasaan aku dan perasaan dia, dan kamu tidak perlu minta maaf padaku, aku mengerti kekhawatiran mu Delima” Jodi meyakinkan Delima.
“Terima kasih kak. Oya kak, besok selepas aku mengisi mata kuliah di kampus, aku ijin beberapa hari untuk mengunjungi panti asuhan karena sudah lama aku tidak berkunjung ke sana.”
“It’s ok, bersenang-senanglah. Bebaskan pikiranmu Del buat hatimu nyaman bersama sesuatu yang membuatmu bahagia.”
“Baiklah kak kalau begitu, aku masuk kamar duluan ya?.”
“Ya sudah.”
Kemudian Delima meninggalkan Jodi yang masih duduk di ruang tengah.
Setelah melihat Delima masuk kamar Jodi terlihat menggelengkan kepala mengisyaratkan bahwa apa yang Delima katakan terlalu mengada-ngada dan Jodi memaklumi kekhawatiran Delima itu.
Kemudian Jodi merogoh ponsel pada saku celananya dan menghubungi seseorang.
“Hallo Riksa!.”
“Iya Boss!”
“Rik, bagaimana kalau mulai besok elo tinggal aja di rumah ini, biar elo gak bolak balik ke kontrakan elo.”
“Apa Boss! Gue tinggal di rumah itu bersama Boss?.”
“Iya. Kenapa? Elo gak mau?!.”
“Bu-bukan Boss tapi… gak apa-apa gitu gue tinggal di rumah Boss?.”
“Gak apa-apa gimana maksudnya? Ya gak apa-apa lah, gue kasihan aja sama elo kalau harus bolak balik dari kontrakan elo itu ke sini, kalau elo tinggal disini kan enak gue mau ngebahas apa-apa juga bisa langsung.”
“Baik Boss kalau gitu, tapi sayang Boss kontrakan gue ini baru beberapa bulan gue bayar lunas buat setahun, gimana ya? Gak mungkin kan gue ambil kembali duitnya?.”
“Udah tinggalin aja kontrakan elo, entar gue ganti duitnya.”
“Siap Boss.”
Kemudian Jodi memutus sambungan ponselnya. Yang baru saja ia hubungi adalah asistennya yang bernama RIKSA MAHESA, dia adalah pria tampan berusia 25 tahun yang sudah beberapa bulan menjadi asistennya.
Riksa awalnya bekerja bersama Jodi pada agen rahasianya sebagai anggota Shadow Man. Karena Jodi membutuhkan asisten yang sejalan dengan segala pemikirannya, lalu setelah ia menyeleksi secara diam-diam dari beberapa kandidat, akhirnya ia memutuskan pilihannya jatuh pada Riksa, dan Riksalah yang cocok menjadi asistennya.
Jodi Pratama
Berlian Putri Harin
Mustika Mirah Delima
Riksa Mahesa
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Kira-kira Visualnya seperti diatas ya gais 😉
Jangan lupa tinggalkan jejak Like, favorite, gift, vote, komen & bintang lima nya..
Makasih🥰
Kantuk mulai menyerang Jodi, akhirnya ia masuk ke dalam kamarnya setelah ia sudah tak kuat lagi menahan matanya yang sudah lima watt.
Ia rebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, dan tak perlu waktu lama, kesadarannya mulai hilang.
Sementara itu di sisi kamar lain, terlihat Berlian yang tertidur pulas tiba-tiba saja terlihat gelisah dalam ke tidak sadarannya, keringan terlihat mulai membasahi wajahnya dan kemudian dengan cepat ia bangkit terduduk dari pembaringannya dengan membulatkan matanya.
Nampak nafasnya naik turun terlihat dari dadanya seperti menahan ketakutan. Dengan cepat ia keluar kamarnya menuju kamar Jodi yang terletak di sebelah kamarnya.
Ia buka pintu kamar Jodi lantas masuk kedalamnya lalu mengunci pintu kamar itu dari dalam dan bergegas masuk kedalam selimut dimana Jodi tengah berada di dalamnya. Ia rebahkan kepalanya pada dada Jodi lantas memeluk erat dengan deru nafas memacu, tubuhnya sedikit bergetar.
Merasakan ada sentuhan pada tubuhnya Jodi terjaga dari mimpinya. Di lihatnya tubuh Berlian tengah ketakutan di samping tubuhnya.
“Sayang kau kenapa?.” Tanya Jodi pada Berlian yang terlihat ketakutan.
“O-om… a-aku takut om.”
“Takut kenapa sayang?.” Kemudian Jodi mengangkat tubuh Berlian hingga sama-sama duduk berhadapan di atas tempat tidur.
“Om.. aku mimpi buruk hiks… aku takut.. aku di kejar pocong hiks.” Rengek gadis itu masih dalam ketakutan.
Mendengar perkataan Berlian, Jodi tersenyum kecil, “Hehe.. dasar anak penakut, sama mimpi saja takutnya sampai seperti ini.” Kemudian Jodi menyeka keringat yang membasahi wajah Berlian lalu memeluk tubuhnya.
“Ya Sudah, malam ini tidur sama om ya sayang.” Kemudian Jodi membawa Berlian tidur dalam pelukannya. Karena kantuk Jodi yang tak Tertahannya akhirnya Jodi kembali tertidur, sementara Berlian masih dalam ketakutannya hanya saja saat ini lebih tenang karena berada dalam pelukan Jodi.
Perlahan rasa takut yang Berlian rasakan berkurang setelah mendapatkan kenyamanan dari dada bidang Jodi, hanya saja kali ini ia merasakan perasaan yang lain dari biasanya.
Aroma tubuh Jodi membangkitkan sebuah hasrat yang ia sendiri tidak mengerti apa namanya. Tiba-tiba saja hatinya meletup-letup bergemuruh merasakan kehangatan yang ia rasakan kala ia semakin lama menyesap dada bidang itu.
Ia pejamkan matanya sembari mengendus dada bidang itu dan ia merasakan getaran yang aneh dalam hatinya. Semakin lama ia benamkan wajahnya semakin bergelora perasaan dalam jiwa nya.
Perlahan ia buka matanya dan menjuruskan pandangan pada wajah yang tengah terlelap dalam alam mimpinya. Perlahan ia dekatkan wajahnya pada wajah Jodi. Mata sayu nya terus memandangi kelopak mata yang tengah terpejam, perlahan turun pada hidung mancungnya, lalu turun pada bibir yang tengah menyuarakan dengkuran halus.
Seeer…. Ia rasakan darahnya mengalir lebih cepat kala memandangi bibir tipis itu. Perlahan ia dekatkan bibirnya pada bibir Jodi dan menempelkan bibirnya pada sudut bibir itu. Ia resapi dalam-dalam dengan memejamkan matanya. Sementara Jodi terlelap pulas tak merasakan apapun.
‘Om… tubuhmu begitu hangat dan menenangkanku, om tahu? Ini adalah ciuman pertamaku dengan seorang pria. Seperti ini kah rasanya ciuman pertama itu? Terasa manis dan hangat. Aku sangat menyukainya om.’Bathin Berlian.
Kemudian ia melepaskan tautan bibirnya dari bibir om nya itu dan membenamkan wajahnya pada ceruk leher lelaki yang tengah ia peluk itu.
“Hangat…. Dan nyaman.” Gumamnya sembari mengendus leher jodi seolah ia menikmati kehangatan itu sampai ia tertidur pulas.
..............
Pagi-pagi sekali Jodi terbangun dari tidurnya, di lihatnya tubuh Berlian yang memeluknya masih pulas dalam alam mimpinya, perlahan Jodi melepaskan pelukan Berlian dan beranjak dari atas tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Setelah selesai membersihkan diri, ia keluar dari kamar mandinya dengan handuk yang melilit pada pinggangnya, ia berjalan mendekat pada lemari dan memakai stelan jasnya, pada saat ia tengah memakai dasinya, tiba-tiba terdengar lenguhan Berlian menggeliat, tubuh yang terkantuk itu perlahan membuka matanya, dan melihat sang om tengah berdiri di depan kaca.
Perlahan ia bangkit dari atas tempat tidurnya dan mendekat ke arah om nya.
“Hei… kau sudah bangun sayang?.” Kata Jodi yang tengah melilitkan dasi di lehernya.
Berlian mendekat dan tangannya mengambil alih meraih dasi pada leher om nya itu, Jodi tersenyum melihat tingkah Berlian yang tengah memakaikan dasi padanya.
“Sudah… rapi.” Kata Berlian seraya melingkarkan kedua tangannya pada pinggang om nya.
“Bagaimana? Sudah ganteng kan om mu ini?.” Tanya Jodi sembari merapikan rambut Berlian yang sebagian menutupi wajah cantik khas bangun tidur itu.
“Hm um.” Jawab Berlian seraya menganggukan kepalanya.
“Oya? Beberapa hari kedepan ibu mu akan pergi mengunjungi panti, katanya ibu mu sudah rindu karena sudah lama tak ke sana, kau mau ikut dengan ibumu?.”
“Gak om, aku mau di rumah saja sama om.”
“Kalau begitu lekas lah mandi, kita sarapan.” Kata Jodi membelai wajah cantik itu. Kemudian Berlian pun pergi meninggalkan kamar om nya menuju kamarnya.
Jodi keluar kamarnya berjalan menuju dapur, namun ketika ia menuruni anak tangga ia melihat penampakan Riksa sudah duduk di ruang tengah.
“Hei Rik, Tumben datang pagi-pagi bener.”
“Kan Gue mau nyicil nyimpen barang-barang gue di rumah ini Boss.”Terlihat di sampingnya koper besar dan beberapa paper bag.
“Oh iya, sini Rik, gue tunjukin kamar elo.” Ajak Jodi membawa Riksa ke lantai tiga, ia menempatkan Riksa di bekas kamarnya dulu sebelah ruangan kerja.
“Ini kamar bekas gue dulu waktu muda, sekarang kamar ini jadi kamar elo, Yah lumayan lah buat tidur seorang bujangan kayak elo, bikin nyaman hehe.”
“Ini sih bukan lumayan lagi, tapi sangat-sangat keren.”
“Syukur deh kalau elo suka, Yah udah ayo kita sarapan dulu, kopernya elo simpan aja di situ nanti biar ART yang beresin baju-baju elo.”
Kemudian mereka berdua pun beranjak dari kamar itu menuju ruang makan.
Di ruang makan terlihat Delima tengah menyajikan sarapan untuk mereka.
“Del, Riksa mulai malam ini tinggal di rumah ini biar gak repot kalau aku perlu dia.” Kata Jodi seraya duduk di kursi di ikuti oleh Riksa yang kemudian duduk di depan Jodi.
“Iya bagus deh kalau gitu. Yang betah ya Rik tinggal di sini, anggap saja rumah sendiri.” Kata Delima
“Iya nyonya.” Jawab Riksa malu-malu.
“Kemana anak itu ya? Kok belum turun.” Delima bergumam kemudian berlalu menaiki anak tangga menuju kamar Berlian. Setelah sampai di depan pintu kamar Berlian dibukanya dan ia masuk ke dalam kamar tersebut, nampak di depan meja rias Berlian tengah melamun menatap dirinya. Ia terlihat sudah rapi dengan pakaian santainya.
“Anak perawan pagi-pagi sudah melamun, ada apa Hm?.” Tanya Delima mendekat kemudian mengambil sisir lantas menyisir rambut putri nya itu.
“Gak ada apa-apa.” Berlian mengelak padahal ia tengah membayangkan peristiwa semalam, ia masih merasakan ciuman pertamanya itu.
“Jangan bohong sama ibu loh, ibu tahu kamu sedang memikirkan sesuatu.”
“Beneran gak ada apa-apa bu.”
“Ya sudah kalau gitu, ayo kita turun, om sama asistennya sudah nunggu di ruang makan.”
Lantas mereka berdua pun turun menuju ruang makan.
Berlian duduk di sebelah Jodi, kemudian “Tumben gak duduk di pangkuan om mu itu? Biasanya langsung nemplok aja.” Kata Delima seraya berjalan menuju lemari mengambil gelas untuk minum mereka.
“Tuh kan ibu mulai lagi deh, giliran aku di pangku om ngomel-ngomel, giliran aku duduk sendiri di komentarin Ish.” Kata Berlian menjawab celoteh ibu nya.
“Kalian ini ya, pagi-pagi udah ribut aja.” Sela Jodi sembari mengambil nasi goreng ke atas piringnya, “ Ayo Rik makan.” Sambung nya.
“Ibu tuh yang mulai om, pagi-pagi udah berkicau aja.”
“Sudah-sudah, ayo makan, buka mulut mu a….” Kata Jodi menyuruh Berlian membuka mulutnya hendak menyuapinya.
“Tuh Rik lihat kelakuan anakku, padahal usianya sudah mau 17 tahun, tapi tingkahnya masih seperti anak balita saja, makan masih minta di suapin, tidur masih minta di kelonin, yang seperti itu anak balita kan ya Rik?.” Sindir Delima.
“Ish… ibu berisik ah.” Seru Berlian.
Melihat tingkah ibu dan anak itu Riksa hanya tersenyum sembari menikmati sarapannya.
“Udah jangan dengerin omongan ibumu itu sayang.” Kata Jodi pada Berlian sembari menyuapi kembali.“emak-emak kan biasa begitu, cerewet hehe.” Hibur Jodi pada Berlian.
“Iya emang… dasar emak-emak cerewet.” Gerutu Berlian pelan.
“Oya sayang, pulang dari kampus ibu mau langsung ke panti yang di Bandung, dan selama beberapa hari ibu akan berada di sana, apa kau mau ikut?.” Ajak Delima pada Berlian.
“Ogah! Aku mau di rumah saja.”
“Sudah ku duga.” Ujar Delima yang tengah sibuk memindahkan kopernya dari bawah tangga kemudian memanggil supirnya untuk memasukannya ke dalam mobil nya. Kemudian, “Ya sudah ibu berangkat dulu ya sayang?.” Kata Delima seraya menghampiri Berlian dan mencium pipinya.
“Ibu gak makan dulu?.” Tanya putrinya itu.
“Gak sayang, ibu tadi sudah minum susu.”
“Buru-buru amat Del?.” Tanya Jodi.
“Aku mau mampir dulu ngambil pesanan kue di rumah bu Lia, dia kan guru jadi pagi-pagi sudah harus berangkat ke sekolah, kasihan dia sudah nunggu aku. Ya sudah aku berangkat dulu ya?.” Kata Delima lantas menyalami Jodi dan Riksa.
“Hati-hati Del.” Kata Jodi
“Ya.” Jawab Delima lantas pergi meninggalkan mereka menuju mobilnya yang sudah terparkir di halaman depan.
“Sayang.. kamu gak apa-apa sendiri di rumah?.” Tanya Jodi pada Berlian.
“Gak apa-apa om, kan banyak pelayan di sini yang nemenin.”
“Baiklah kalau begitu, om berangkat dulu ya sayang.” Kata Jodi seraya mencium pucuk kepala Berlian dan pergi bersama asistennya menuju halaman parkir rumahnya.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!