NovelToon NovelToon

Mirror!

Prolog

Tatapan mata itu tertuju pada sebuah manekin yang terpajang di sebuah etalase kaca. Pada manekin itu terpajang gaun berwarna hijau pastel yang membuat sosoknya tertegun. Dari semua pandangan yang berhasil ia sapu, sosok itu kembali membelalakan matanya saat melihat sepasang sepatu kets berwarna senada dengan gaun yang terpajang pada manekin. Bagian leher manekin dipasangkan sebuah kalung dan pergelangan tangan kiri dari manekin itu menggunakan jam tangan berwarna silver dengan taburan batu rubi hijau. Tangan kanannya menggunakan gelang yang bertaburan dengan bunga nuansa putih dan hijau pastel juga yang membuatnya terlihat sangat serasi dengan paduan gaun yang dipajang pada manekin. Wig dari manekin itu berwarna merah bata. Berbalut dengan bandana berwarna merah yang sedikit mencolok. Sosok itu mengernyitkan alisnya sejenak.

Empat remaja lain tengah duduk santai menikmati waktu liburan mereka dengan bersantai pada sebuah toko penyewaan berbagai buku dan bacaan yang selalu menjadi tongkrongan mereka.

Satu dari mereka tengah asyik berbincang dengan seorang penjaga toko itu. Dan yang lain asyik dengan hp mereka masing-masing. Hanya satu diantara mereka yang melihat dengan bosan kearah keramaian. Memperhatikan lalu lalang orang-orang yang menurutnya terlihat sama semuanya. Setiap gerak langkah dan gemerincik riak air yang dilewati oleh para pejalan kaki dihadapannya tidak lepas sama sekali dari pandangannya.

"Woooaaaheeem!!" sosok itu meletakkan gelas kertasnya diatas meja. Bergabung dengan obrolan temannya lalu tertawa lepas dengan semua ocehannya ataupun cerita dari teman-temannya.

"Heh, Rei!!" sentak salah satu temannya menyapa remaja yang menguap tadi.

"Whatsapp, bro!" jawabnya reflek menepuk bahu temannya itu.

"Gila aja! Kita udah bakalan masuk SMA, tapi gue harus pisah sama kalian!" jawab temannya itu. Pemuda berkacamata tipis dengan senyum simpul yang menawan. Lesung pipit terlihat samar-samar ketika ia tersenyum, dan hal itu menyita perhatian beberapa gadis yang juga berjalan melewati jalanan utama dibagian tengah kota tersebut.

"Iya nih!" sahut sosok lain yang terlihat paling tidak bisa diam diantara keempatnya. Dia sudah bolak-balik ke dalam toko selama beberapa kali hanya untuk hal-hal sepele. "Lo bakalan kehilangan rival lo dalam berbagai bidang kalo gitu!!" sosok itu nyengir kuda sembari menepuk-tepuk dadanya dengan bangga.

"Maksud lo dengan itu apaan, Dit?! Mau gantiin posisi gue?!" sosok berkacamata itu tertawa ringan mencandai sahabatnya itu.

"Lo nggak bakalan bisa jadi rivalnya, Rei! Jadi jangan ngimpi!! sahut lagi sosok yang lain sambil mentoel kepala temannya itu.

"Gitu banget! Sakit hati nih gue!!" balasnya dramatis dengan memegangi bagian dadanya seperti seorang yang telah tertembak tepat dibagian dada. "Aduh! Mati gue dengan omongan kalian!!"

"Apaan sih!!" sahut pemuda bernama Rei itu pada temannya.

"Haahahahaha.." tawa sosok berkacamata itu pecah bersamaan dengan sosok bernama Rei itu. Mereka menepuk bahu temannya yang bersikap dramatis tersebut dengan gemas. Lalu keempatnya tertawa dan mengundang perhatian banyak pasang mata yang lewat.

Bukan karena tawa mereka menganggu. Tapi karena keempat sosok itu, tidak bisa disebut dengan sosok remaja biasanya. Keempatnya lebih terlihat seperti anak seleb yang tengah berkumpul untuk menikmati waktu di sebuah tempat yang terlihat begitu estetik ditengah keramaian kota.

"Berkurang saingan gue buat dapetin Liona!" si dramatis memperlihatkan wajah berbinar mengingat gadis bernama Liona itu.

"Kagak bosan-bosan ya lo!" ledek sosok bernama Rei itu.

"Yah! Masih mendingan gue tetap setia ngejar Liona. Daripada lo, ada yang cantik dan populer model Vixi yang jelas-jelas suka, lo jauhin pula!"

"Iya nih!" jawab sosok lainnya. "Lo kagak ada niatan deketin cewek apa!! Biar nanti kita reunian, bisa sekalian ngedate bareng!"

"Kita baru naik SMA yah bro!! Kata pasangan sama reunian cuma buat yang udah pada sibuk kerja!!" jawab sosok bernama Rei bercanda.

"Gue curiga, lo sebenarnya kagak suka perempuan, Rei!" si dramatis memulai lagi untuk menjahili teman-temannya.

"Wait! Wait! Jangan sembarangan ngomong lo yah!" jawab sosok bernama Rei yang sudah memiting si dramatis dengan tenaga penuh.

Dua lainnya malah makin menikmati candaan kedua temannya itu. Membantu sosok bernama Rei mengerjai teman mereka yang memang selalu menunjukan diri sebagai korban bullying dari teman-temannya.

"Nyerah, Rei! Gue nyerah!!" ucap si dramatis meronta dengan keisengan temannya itu.

"Tarik nggak kata-kata lo tadi!" ujarnya penuh candaan yang membuatnya semakin terlihat mengintimidasi temannya itu.

"Kagak bakalan!" ucap si dramatis penuh perlawanan yang membuatnya semakin menjadikan Rei sebagai bahan perbincangan.

Sementara dua temannya malah tertawa karena berhasil membuat Rei bereaksi setelah kesunyian yang ditampilkannya belakangan ini.

"Gue harap lo nggak mendem semua itu Rei!!" ucap si kacamata menepuk pundak temannya itu. Sosok bernama Rei itu langsung membalas kepalan tangan si kacamata dengan jontosan ringan.

"Jangan balik-balik yah!" ujar sosok Rei kegirangan dengan ekspresi yang tidak biasa. Tatapannya sedikit kosong dengan perpisahan salah satu dari empat sahabatnya. Perpisahan yang menyisakan banyak kegelisahan dimata sosok bernama Rei itu.

Sampai dia kembali merasa bosan dengan semua cerita dan ocehan teman-temannya lalu kembali sibuk dengan gadget masing-masing. Dia melihat lagi ke arah jalanan. Memperhatikan lagi keramaian setelah mereka membuat keributan dengan bercandaan dengan teman-temannya.

Menggunakan seragam SMP ditengah-tengah keramaian, sosok berkepang dua itu menyita perhatian sosok bernama Rei yang masih asyik mengobrol dengan teman-temannya diseberang jalan. Senyum tipis sosok itu terlihat sangat manis baginya. Dia yang terpaku dengan minuman dalam gelas kertas pesanannya.

Sosok yang dipandangnya itu nampak sedang mencondongkan tubuhnya sedikit ke balik etalase kaca toko yang dilihatnya. Tatapan sosok itu menoleh pada jarum jam pendek didalam toko.

Mata bulat besar dengan bulu mata kelewat lentik itu kembali terbelalak. Bibirnya yang kecil sempat menggigit bawah bibirnya dengan getir. Hidung kecilnya yang sedikit menghembus cepat dan mancung menegaskan ekspresinya yang sepertinya tengah khawatir dengan apa yang barusan dilihatnya. Dia segera merapikan bawaannya yang sempat ia abaikan dibawah kakinya. Sebuah tas kecil berisi peralatan lukis yang hanya berisi buku sket dan alat lukisnya.

Langkahnya setengah berlari. Tetapi sesekali dia kembali menoleh ke arah toko itu. Lalu dia yang bernama Rei memperhatikan lari kecil dari sosok gadis berseragam SMP Negeri yang masih saja harus bersekolah pada waktu liburan panjang sekolah itu dengan sedikit rada penasaran.

Dia yang bernama Rei bangkit dari kursinya lalu melihat lagi kearah keramaian. Dimana sosok gadis mungil berseragam SMP itu sudah berlari menjauhi bagian bangunan yang sempat menghentikan langkahnya dan menghentikan pula pandangan dia yang bernama Rei itu pada sosoknya.

Ditengah-tengah keramaian pada jalanan kota yang mulai gerimis itu, sosok tadi menghilang bersamaan dengan lalu lalangnya orang-orang ditengah kota.

"Kenapa, Rei?" satu sosok teman lainnya ikut bangkit dari kursinya dan memandang ke arah yang sama dengan dia yang bernama Rei itu.

"Bukan apa-apa!!" jawabnya santai.

Hari itu berlalu begitu saja! Berlalu dengan sore yang diguyur hujan gerimis yang mengawali perpisahan empat sahabat dengan salah satu temannya.

...***...

Amyra : Sekilas Aku

Ada sebuah kisah dan kesedihan yang tidak bisa diungkapkan kepada siapapun didunia ini. Cukup hanya dipendam dan dijadikan rahasia hidup sendiri sebagai manusia untuk memenuhi takdir hidupnya.

Yang ku tahu dari masa SMA masihlah sama dengan pemikiran ku sedari aku menginjak bangku sekolah dasar. Hanya belajar dan terus belajar. Bukan untuk ku mengejar prestasi ataupun nilai akademis yang tinggi. Tapi lebih karena sekeras apapun usaha ku untuk belajar, aku tetap saja bodoh dan tidak mengetahui apa-apa. Rasanya aku seperti ditakdirkan untuk mengikuti apa yang terus saja diteriakkan kedua orang tua padaku. Bahwa aku hanya harus rajin belajar.

Entah untuk hal apa mereka menginginkan itu?! Aku selalu mempertanyakannya selama 5tahun terakhir ini. Dulu sekali, aku pernah meraih nilai tertinggi dan rangking teratas di kelasku, tetapi kedua orang tua ku masih tetap sama. Mereka masih tidak memperdulikan apa yang sudah aku raih. Bahkan berkata tidak ada gunanya apa yang ku raih itu.

Lucu kalau harus aku pikirkan semuanya. Mereka memintaku untuk rajin belajar. Namun mengatakan hasil yang ku raih sama sekali tidak ada gunanya. Lalu kenapa aku harus belajar? Kenapa aku melakukan semua hal ini? Kenapa aku harus melewati masa dimana aku harus berbagi bangku dengan sosok pria. Sosok yang paling menakutkan buatku.

"Amyra Rashita dan Reihan P. Destara. Rahma Andini dengan Raka Setyadi. Aditya Diastama, Siska Bintoro. Dan bla...bla...bla...bla..."

Aku tidak terlalu peduli dengan nama berikutnya yang disebutkan oleh Bu Hera yang menjadi wali di kelasku. Namaku disebut paling pertama dan langsung disandingkan dengan sosok seorang pemuda bernama Reihan P. Destara. Yang Bu Hera lakukan cukup tidak menyenangkan bagiku. Kami satu kelas berjumlah 40 siswa harus duduk bersebelahan dengan sosok laki-laki. Padahal perbedaan jumlah kami terlihat cukup mencolok. Dimana hanya ada sekitar 15-16 siswa laki-laki dan sisanya adalah siswa perempuan. Harusnya aku bisa mendapat bagian duduk dengan seorang siswa perempuan, tapi karena urutan namaku disebut paling awal, artinya aku memang mendapat bagian duduk dengan seorang siswa laki-laki.

Aku akan membenci masa SMA ku dengan pengaturan tempat duduk ini. Walau ibu Hera sudah mengatakan alasannya kalau agar para siswa bisa lebih konsentrasi dan lebih tenang dalam mengikuti pembelajaran. Menurut pengalaman Bu Hera sendiri, kebiasaan siswa laki-laki akan memilih untuk duduk di bangku bagian belakang dan cenderung membentuk kelompok yang suka bikin gaduh kelas. Tapi kelas ini tetap saja akan gaduh, karena semua pengaturan ini, tetap menempatkan laki-laki berkumpul dengan satu kelompoknya.

Pembagian tempat duduk berpasangan ini juga disetujui oleh guru-guru lainnya yang mengajar dikelas X-A dikarenakan terdapat beberapa siswa berprestasi dengan peringai buruk yang tidak bisa diatur sama sekali. Salah satunya adalah siswa yang disandingkan satu bangku denganku. Yang namanya Reihan. P. Destara. Peraih nilai posisi pertama diangkatan kami. Selain itu juga, pemuda bernama Reihan ini menjadi pusat perhatian banyak siswa baik yang seangkatan ataupun para senior.

Di bangku belakang, ada Raka Setyadi. Bodynya yang tinggi kekar, membuatnya menjadi incaran ekskul basket, sepak bola, dan voly. Selain itu sosoknya juga seorang peraih medali renang tingkat Nasional. Lalu ada Aditya Diastama dibangku samping. Yang aku dengar, mereka bertiga sahabatan dari SMP. Karena mengetahui hal inilah, bukankah percuma saja Bu Hera mengatur tempat duduk siswanya, kalau yang sahabatan dari SMP dan terkenal tukang rusuh masih dalam radius yang berdekatan.

Belum lagi sosok siswa perempuan yang duduk dengan keangkuhan di sampingku. Namanya Siska Bintoro, si nona tanpa ampun. Kalau tidak menyukai sesuatu, dia akan membuat sesuatu itu menjadi tidak berbentuk. Terlebih jika itu seorang siswa, kekuasaan yang dimilikinya sebagai siswa angkatan baru, mampu untuk membuat kehidupan siswa lain penuh dengan penderitaan sepanjang tahun pembelajarannya. Lalu Rahma Andini. Aku mengenalnya sejak bangku SMP. Dia sangat jutek, tegas, dan galak. Tidak seorang pun akan berani membantah kata-katanya. Dan kini, dia dijadikan ketua kelas oleh Bu Hera.

"Rasanya tidak mengenakan sama sekali." gerutu ku disela-sela kegaduhan beberapa siswa dalam kelas yang merasa tidak terlalu menyukai teman sebangkunya. Sistem teman sebangku ini hanya akan membuatku semakin tertekan menghadapi masa SMA yang sulit dan dipenuhi dengan banyak perjuangan.

Aku bukan tidak menyukai masa SMA yang akan ku lewati. Tetapi kalau harus duduk dengan seorang yang tidak membuat nyaman seperti sosok di sebelahku sekarang ini, rasanya dunia memang tidak pernah berpihak sekalipun padaku. Apalagi atmosfer yang dikeluarkan oleh kelima siswa disekitar membuatku merasakan sesak yang teramat sesak.

Ku perhatikan teman sebangku dalam kegaduhan. Sosoknya benar-benar tidak mencerminkan siswa teladan. Dua tindikan dengan anting kecil melingkar pada daun telinga kanannya. Rambutnya yang panjang melebihi daun telinga, dicat berwarna merah bata yang nampak berkilau dibawah sinar matahari. Menggunakan seragam dengan serampangan. Kemeja yang dibiarkan keluar dan tidak dirapikan. Dasi yang diikat seadanya. Jas sekolah selalu dia gantungkan pada bangkunya. Kali ini dia menendang beberapa kali bangku dihadapannya. Membuat sosok disampingnya ikut melakukan hal yang sama sehingga akhirnya Aditya dan Siska pindah dengan aman ke bangku di hadapanku tanpa ketahuan Bu Hera.

Reihan baru saja selesai melakukan tos dengan Aditya dan Raka, disaat aku selesai menghela nafas untuk kesekian kalinya mengetahui kenyataan yang akan menghimpitku selama satu tahun ajaran kedepan.

Ku rebahkan kepalaku pada tumpukan buku di hadapanku. Karena ini hari pertama, jadi pembelajaran belum dimulai sama sekali. Kami hanya diberikan pengarahan tentang sekolah dan pembagian kelas. Lalu dibiarkan menikmati waktu untuk saling mengenal teman sekelas. Semacam acara ramah tamah.

"Hay, teman sebangku! Mohon kerjasamanya yah?" sapaan itu datang dari Reihan P. Distara yang menjadi teman sebangku.

Tiba-tiba menyapa, aku tersentak dengan pandanganku sendiri. Mendapati wajah dari sosok Reihan nampak begitu close up karena terlalu dekat dengan wajahku yang sedang merebahkan kepala.

Tubuhku reflek. Aku tersentak bangun dengan tidak memperhatikan posisi ku yang duduk menempel dengan tembok pembatas kelas yang terdapat jendela dengan kusen kayu yang masih berdiri dengan kokoh pada posisinya. Sebuah benturan dibelakang kepala, membuatku merasakan nyeri di kepala dengan pandangan mata yang berkunang-kunang. Perlahan semuanya mulai nampak begitu gelap. Saat beberapa wajah dengan suara samar-samar mendekati, aku hanya bisa mencium satu wangi yang membuatku begitu tenang.

Entah dimana aku pernah mencium wangi semenangkan ini. Wangi yang membuat rasa takut dalam diriku sirna begitu saja. Tetapi wangi itupun hanya tercium sesaat. Karena bersamaan dengan pandanganku yang mulai kabur, semua suara mulai terdengar stereo di telingaku. Lalu kegelapan memenuhi seluruh ruang pengelihatanku.

...***...

Reihan : Celaka 12

Harusnya hari ini menjadi hari pertama dimana aku akan menjalaninya dengan santai bersama dua sahabatku. Membuat keseruan didalam kelas dan mengganggu anak baru yang cupu dan menarik perhatianku.

Begitu kelas dimulai, tahu-tahu aku sudah harus duduk dengan seorang siswa perempuan. Belum lagi dua sahabatku juga mendapat bagian yang sama. Bangku tempat kami duduk diatur oleh wali kelas. Kami masing-masing disandingkan dengan anak perempuan yang notabene berkarakter unik semuanya. Begitulah menurut pendapatku setelah sekilas memperhatikan teman sebangku dari dua sahabatku.

Yang duduk dengan Ditya, salah satu sobatku, terlihat begitu angkuh untuk ukuran perempuan bertubuh mungil dengan rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai. Gaya dan wajahnya lebih mirip anak kecil yang bossy ketimbang nona kaya yang suka mengintimidasi. Yang menurut rumor seperti itu.

Di bangku belakang ada sahabatku yang lain, Raka dengan seorang perempuan yang tampak juteknya. Rambut pendek sebahu dengan poni segaris alis. Rambutnya kurang dipendekkan sedikit lagi untuk benar-benar terlihat mirip seperti the real Dora and The Explore yang pernah tayang di televisi. Bukannya gue nonton yah! Hanya pernah melihat sepintas dibagian promonya saja.

Lalu terakhir, bukannya tidak memperhatikannya yah. Sosok teman sebangku di sebelahku benar-benar minim catatan ataupun berita. Padahal dia terlihat berbeda dari kebanyakan siswi dikelas yang rata-rata pada gaya-gayaan semua. Sosok di sampingku ini terlihat cukup cuek. Disaat semua siswa lain saling berkenalan dan bertukar nomer telp atau akun sosial media, dia malah hanya duduk dengan tatapan acuh tak acuh pada sekelilingnya. Dan aku melihatnya sebagai nona antipati dan anti sosial. Dari awal pun aku tidak mendengar suaranya.

Penasaran. Aku dekatkan wajahku untuk memastikan apakah dia sedang tertidur atau hanya sekedar merebahkan kepalanya saja pada tumpukan buku dihadapannya.

"Hay, teman sebangku!" sapaku begitu tatapan mata kami bertemu. Matanya benar-benar bulat dan besar dengan bulu mata yang kelewat lentik. Hidung mancung yang kecil dan gurat bibir yang tegas tipis dengan warna merah alami. Tegas alis yang ditutupi poni tidak bisa menyembunyikan kecantikan yang dimiliki teman sebangku ku ini. Ditambah kulitnya yang memang benar-benar putih.

Gila!! Tanpa sadar aku memandangi dengan cukup lama dengan jarak yang begitu dekat.

"Mohon kerjasamanya yah!" ujarku kaku begitu mata itu tiba-tiba terbuka lebar. Cantik!

Namun, alih-alih mendapatkan jawaban ataupun senyuman dari teman sebangku ku ini, yang belum aku hafal namanya, gadis ini malah terlihat cukup kaget. Reflek gerakannya membuat kepalanya sampai terbentur. Membentur keras kusen jendela dibelakang kepalanya.

"Hey! Lo nggak apa-apa kan?!"

Sungguh kepanikan yang tidak terduga. Satu kelas langsung mengerubungi bangku tempat ku duduk dengan menanyakan keadaan teman sebangku ku ini. Asli! Aku tidak paham kenapa ekspresinya bisa sekaget itu melihatku. Apa dia kira aku akan melakukan hal-hal yang tidak baik karena sempat terlalu terfokus secara dekat dengan wajahnya. Aaargh!! Apa yang barusan aku lakukan!

"Lo ngapain dia Rei, sampai kejedug gitu kepalanya!!?" tawa Ditya pecah yang menganggap hal itu cukup lucu baginya. Beda dengan Raka yang langsung menyikutku begitu menyadari teman sebangku ku ini mulai lemas dan tidak sadarkan diri. Aku yang dipenuhi banyak kebingungan dengan rasa yang tidak menentu melihat hasil dari sapaanku, segera menahan tubuhnya yang mulai melemas. Ku angkat dan langsung aku gendong untuk ku bawa ruang Kesehatan Sekolah.

"Sudah! Sudah! Yang lain bisa kembali duduk dibangku masing-masing!" sekilas kalimat itulah yang bisa ku dengan dari wali kelas ku yang bernama Bu Hera.

Sesaat kemudian, begitu aku sampai di depan UKS, bu Hera sudah membukakan pintu ruangan itu untukku membawa masuk teman sebangku yang tidak sadarkan diri karena ulahku itu.

"Baringkan disini saja, Rei!" ucap ibu Hera memintaku membaringkan gadis ini pada ranjang UKS dibagian tengah ruangan. Sapaan dari wali kelas terasa begitu akrab denganku. Sudahlah! Mungkin namaku mudah diingat.

Berhasil membaringkan teman sebangku ku ini, bu Hera langsung memintaku untuk menemaninya karena dia tidak sadarkan diri akibat dari ulahku. Sial! Benar-benar sial.

"Tadi ibu lihat, dia terlalu kaget mendengar sapaanmu, jadi jaga dia untuk ibu yah!" kata Bu Hera yang meninggalkanku dengan seorang siswa lain yang menjadi penjaga UKS hari ini.

Tidak banyak yang bisa ku jawab selain mengiyakan apa yang disampaikan bu Hera padaku. Setidaknya bu Hera, wali kelasku ini tidak menyalahkan ku dengan tuduhan yang tidak ku lakukan. Tapi tatapan dari siswa penjaga UKS dimeja sudut membuatku sedikit merasa tidak nyaman sampai bu Hera sempat sejenak menjelaskan lalu keluar dari ruangan dengan santai.

Sekarang, aku hanya sibuk memikirkan tentang tanggapan dari teman sebangku ku ini. Apa yang kira-kira ada dipikirannya dengan kejadian di kelas tadi. Dia pakai acara pingsan segala. Jadinya aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya kecuali menunggu dia sadarkan diri.

Aku putar hp ku yang sedang tidak mood untuk ku mainkan. Atau sekedar membukanya dan melihat semua notif yang terus masuk dari akun sosial mediaku. Rasanya tidak menyenangkan sekali, tahu-tahu aku harus diam di UKS, sementara ada banyak hal seru yang bisa ku lakukan disekolah baru ku ini.

Aku baru saja terpaku pada sosok teman sebangku yang masih terbaring tidak sadarkan diri di ranjang Kesehatan Sekolah, begitu Raka dan Ditya masuk ke dalam dengan gaya bak kawan yang mengunjungi temannya yang kena hukum.

"Gimana, Rei?!" sapa pertama Raka.

"Yaah! Bisa lo liat sendirilah!"

"Lo hebat banget! Baru masuk sudah bikin pingsan anak orang aja! Hahhahaha!" Ditya seperti biasa. Tidak tahu tempat. Tapi aku ngerti maksudnya untuk menghiburku dan mengenyahkan semua pikiran buruk ku. Tapi rasanya sudah tidak perlu. Cukup mereka berada disini dan aku bisa mengobrol santai daripada diam sendirian menunggu seorang untuk sadar dari pingsannya.

Seorang yang tidak tahu kenapa, aku begitu penasaran ketika sekali lagi aku menatapnya. Ternyata dia memang benar-benar terlihat cantik. Kulitnya pun nampak begitu putih dengan rona pipi berwarna merah.

"Kenapa lo, Rei? Merasa bersalah atau terkesima?!"

"Seorang Reihan mana suka sama perempuan, Ka! Lo lupa!"

"Bener! Benar juga yah!" keduanya tersenyum tidak jelas setelah berhasil membully ku dengan cara yang sama seperti acara perpisahan kami dengan salah satu sahabat yang harus bersekolah keluar negeri untuk ikut kedua orang tuanya.

"Apaan sih lo berdua!" aku menyikut salah satunya. Lalu menjitak Ditya karena dia yang paling suka membully ku untuk urusan menyukai seorang perempuan.

"Yah! Siapa tahu, kali aja lo yang penasaran ma nih cewek!"

"Penasaran kenapa dia sampai setakut itu disapa, Rei! Ya nggak?!" lagi-lagi Ditya melakukannya. Tertawa renyah sambil memukuli dengkulnya.

"Diem lu!" aku kembali menjitak kepala Ditya dan mengarahkan pandangannya pada penjaga UKS yang sedari tadi mengawasi kami dari balik kacamata tebalnya. "Dari tadi kita diawasi, noh!"

Ditya menatap singkuh kemudian bermaksud berbisik. Sampai kembali dia berekspresi yang terlalu dramatis. Padahal dia cowok.

"Eh! Eh! Eeeh! Sadar! Dia sadar!" kalimat Ditya itu langsung mengalihkan pandanganku ke arah teman sebangku ku itu. Saling menatap, dia hanya mengerjapkan matanya beberapa kali lalu memaksakan diri untuk duduk diatas ranjang rawatnya tanpa menerima bantuan dariku. Atau lebih tepatnya, menghindari bantuan yang ku tawarkan padanya tanpa mengucapkan apa-apa.

"Maaf!" ucapnya menunduk. "Aku baik-baik saja!"

Aneh!!

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!