NovelToon NovelToon

Gelora Cinta Sang Majikan

Episode 1 Kecewa Di Malam Pengantin

Sepasang pengantin baru tengah bercumbu di malam pertamanya. Namun, tiba-tiba sang suami menghentikan aktivitasnya dengan secara langsung. Rasa yang membuncah saat itu juga berakhir karena kecewa. Malam pertama yang diidam-idamkan seketika hancur lebur.

Perjodohan dari sang ayah ia terima dengan ikhlas, bahkan ia rela kehilangan orang yang dicintainya demi manjaga nama baik keluarga. Fatal bagi keluarga Wiliam menjalin hubungan dengan orang sederhana, terlebih tidak sepadan dengan martabatnya.

Pengantin baru itu menyudahi ritual malam pertama tanpa pelepasan. Pria yang bernama Affandra Wiliam itu bangkit dari tumpuan tubuh istrinya, lalu ia duduk di tepi ranjang dengan kaki menjuntai sambil menyentuh kening.

"Katakan, siapa yang telah mendahuluiku?" tanya Affandra yang kerap dipanggil Andra. Ia begitu sangat kecewa pada istrinya.

Istrinya hanya bisa terdiam dengan air mata yang sudah menggenang. Tanpa ada perkenalan terlebih dulu di antara mereka, hanya satu minggu mereka diberi waktu untuk pendekatan. Karena keduanya begitu menjunjung tinggi nama keluarga, pada akhirnya mereka menikah.

Aileen, gadis yang menjadi istri dari Affandra Wiliam itu langsung meraih selimut. Menutupi tubuhnya yang masih polos. Ia beranjak dari tempatnya dan langsung berdiri di hadapan sang suami, lalu ia berlutut. Ia berharap suaminya bisa mengerti akan dirinya.

"Maaf, maafkan aku yang tak bisa menjaga mahkotaku." Aileen sendiri memiliki kekasih yang sangat ia cintai, mahkotanya ia berikan kepada kekasihnya sebelum pernikahan mereka terjadi.

"Kenapa tidak bilang dari awal? Tahu begitu aku tidak akan menikahimu!"

Andra tak menghiraukan istrinya yang masih berlutut. Baginya, kehormatan adalah harga diri yang harus dijaga dengan baik. Sia-sia rasanya ia sudah menjunjung tinggi nama baik keluarga, pada akhirnya ia tetap kecewa. Demi nama baik keluarganya ia sampai rela memendam perasaannya pada seseorang.

Andra beranjak dari tempatnya, memakai bajunya kembali lalu pergi dengan penuh kekecewaan. Ia tak lagi bisa mencintai istrinya, padahal, baru saja ia akan mencoba menjalani sebuah keluarga yang menurutnya akan bahagia. Melihat Aileen yang cantik dan pendiam, ia rasa akan mudah melabuhkan perasaannya pada istrinya itu.

Namun, pada kenyataannya ia harus menelan pil pahit. Ia juga tak bisa begitu saja melepaskan Aileen karena harus menjaga nama baik dari sebuah keluarga yang amat terhormat. Dua keluarga yang menjadi satu.

Keluarga mereka cukup terpandang dan dikenal banyak orang. Kali ini yang bisa dilakukan Andra hanya memberi waktu untuk pernikahannya. Ia merasa sudah menjadi korban karena keegoisan orang tuanya. Andai, Aileen masih menjaga martabatnya sebagai wanita terhormat, tentu ia pasti menjalani rumah tangga yang diinginkan oleh orang tuanya itu.

Setelah kepergian Affandra, Aileen menangis. Sejujurnya, ia pun sama tak menginginkan pernikahan ini. Ia begitu mencintai kekasihnya, tapi apa daya, demi kebahagiaan orang tuanya ia harus merelakan hubungannya kandas dengan kekasihnya itu.

Yang ia harapkan dari pernikahan ini, suaminya bisa menerimanya. Namun pada kenyataannya, Andra kecewa padanya.

***

Andra termenung, sesekali ia meneguk minuman yang ia pegang dari sebuah gelas. Ia mengalihkan kekecewaannya pada minuman beralkohol, berharap bisa melupakan apa yang terjadi pada dirinya.

Sepintas, sekelebat bayangan muncul dalam benaknya. Sosok gadis cantik dengan kesederhanaannya mampu membuat hatinya terpacu pada gadis itu. Dua tahun ia memendam rasa, disaat ia akan mencoba untuk melupakannya dan terganti oleh istri yang dipilihkan orang tuanya ternyata sia-sia.

Andra terus meneguk minuman beralkohol itu sampai tandas, sampai ia mabuk berat pada saat itu juga. Dengan tubuh sempoyongan, ia mencoba berjalan dan kembali masuk ke dalam rumah. Disaat ia sudah berada di dalam, ia melihat sosok yang dicintainya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung menghampirinya dan menarik lengan gadis itu.

Gadis itu terlonjak kaget, takut dilihat oleh para penghuni di rumah itu, gadis itu mencoba melepaskan tangannya. Tapi sayang, Andra tak melepaskannya begitu saja. Ia malah menariknya masuk ke dalam kamar milik gadis itu.

Sosok yang dicintai Andra adalah seorang pembantu di rumah itu, sejak pertama kali melihatnya, ia sudah jatuh cinta. Ia tak berani mengungkapkan perasaannya karena tak ingin kehilangannya. Bisa dibayangkan kalau ia mencurahkan isi hatinya pada gadis itu, bukan ia saja yang terhapus dari daftar keluarga. Gadis itu pun pasti terkena imbasnya.

"Tuan, lepaskan!" Gadis itu meronta. Gadis yang bernama Ayunindya itu ketakutan kala sang majikan mendekatkan diri padanya. Sebuah lengan sudah melingkar di pinggangnya.

Karena mabuk, Andra kehilangan kesadarannya. Ia langsung saja mendaratkan bibirnya di bibir Ayunindya. Sebuah ciuman dari seseorang yang penuh cinta, kelembutan dari ciuman itu membuat Ayunindya terperanga. Sejak awal bertemu, ia menyadari bahwa sang majikan memiliki rasa padanya. Bagitu pun dengan dirinya.

Tapi keduanya hanya bisa diam tanpa mencurahkan isi hati masing-masing. Sadar akan kesalahan yang mereka perbuat malah akan menjadi malapetaka bagi dirinya. Maka dari itu, mereka hanya bisa memendam perasaannya. Tapi malam ini, Andra tak bisa lagi memendam perasaan itu.

Kecewa pada istrinya, ia melampiaskannya pada Ayunindya. Entah sejak kapan pakaian mereka terlepas. Karena keduanya memiliki perasaan yang sama, membuat mereka tidak bisa mengontrol diri.

"Aku mencintaimu, Ayunindya. Sangat mencintaimu."

Seketika, air mata gadis itu luruh kala Andra berhasil mengambil mahkotanya. Ayunindya pun tak bisa menolak karena ia memang mencintai majikannya. Lalu, apa yang akan terjadi setelah ini? Mereka tak berpikir kembali karena mereka tetiba tertidur dalam keadaan saling memeluk.

Keesokkan harinya.

"Nindya, Nindya ..." Seseorang memanggilnya sambil mengetuk pintu kamarnya.

Ayunindya yang masih tertidur seketika terbangun karena mendengar suara kepala asistent memanggilnya. Setengah sadar, Nindya mencoba beranjak dari posisinya. Tapi sebuah tangan menindihnya. Pada saat itu juga, ia teringat kejadian semalam.

Nindya menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Tuan Affandra."

Sang majikan yang tadinya tertidur seketika terbangun. Ia mengerjapkan-ngerjapkan matanya. Kamar itu terasa asing baginya ketika ia melihat seisi ruangan itu. Terkejut, ia langsung beranjak.

"Nindya," kata Andra. "Kenapa aku bisa di sini?" tanyanya kemudian. Andra tersadar dengan kondisinya, ia melihat gadis itu yang tak mengenakan pakaian. Hanya sebuah kain yang menutup tubuhnya, Andra arahkan pandangannya ke arah lain. Ia melihat bercak darah di sprai.

"Apa semalam kita-."

Belum Andra melanjutkan kata-katanya, gadis yang ada di hadapannya langsung mengangguk. Memberi jawaban apa yang terjadi pada diri mereka.

"Astaga ..." Andra menjambak rambutnya frustrasi. Lalu ia mengingat semua tentang semalam. Berawal dari kekecewaan yang ia dapatkan dari istrinya, sampai ia mabuk dan berakhir di sini.

"Nindya." Panggilan itu kembali terdengar.

"Iya, sebentar," sahutnya.

"Tuan sembunyi," kata Nindya.

Andra gelagapan, ia memakai bajunya cepat-cepat. Begitu pun dengan Nindya.

"Sembunyi di sana." Nindya menunjuk ke arah pintu.

Andra pun menurut. Sementara Nindya, ia merapihkan rambutnya yang berantakan. Lalu berjalan sedikit tertatih karena merasa sakit dibagian intinya.

Nindya membuka pintu, dan di balik pintu itu ada Andra yang bersembunyi.

"Kenapa belum ke dapur?" kata kepala asisten itu pada Nindya.

"Maaf, aku kesiangan," jawabnya.

"Cepat mandi, lalu segera ke dapur."

Nindya mengangguk, lalu menutup pintu.

...----------------...

Rekomendasi novel terbaik dan bikin baper.

Episode 2 Aku Akan Bertanggung Jawab

Sejenak, Nindya bersandar di balik pintu sembari memejamkan mata, "ya, Tuhan ..." Ia menghembuskan napas, setelah itu membuka mata.

"Maafkan aku, Nindya."

Suara itu mengalihkan pandangan Nindya, ia melihat ke arah sang majikan. Ini sudah terjadi, menyesal pun percuma. Gadis itu tak menghiraukannya, ia berjalan untuk menjauh.

"Keluarlah, anggap saja tidak terjadi apa-apa di antara kita." Lirih Nindya sembari berlenggang.

Andra menyusul Nindya, tapi sayang, gadis itu sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi miliknya.

Andra masih berada di depan pintu kamar mandi itu, "Nindya, aku akan bertanggung jawab." Andra berdiri di depan pintu.

Sementara Nindya, ia menyalakan kran air. Semoga dengan begini, tangisannya tak terdengar oleh majikannya itu. Ia mengguyur seluruh tubuhnya tanpa melepaskan pakaiannya. Ia menangis mengingat kejadian semalam.

"Bodoh, bodoh ..." Nindya memukul tubuhnya sendiri, merasa sudah menjadi gadis kotor. Seharusnya ia menolak majikannya semalam.

Nindya terus menangis, setelah merasa dirinya tenang. Ia membersihkan diri dan melepas semua pakaiannya, di area intinya masih terasa sakit dan sangat perih, tapi ia menghiraukannya. Setelah itu ia menyudahi ritual mandinya. Melilit tubuhnya dengan handuk lalu keluar dari dalam sana. Semoga disaat ia keluar, sang majikan sudah menghilang dari kamarnya.

Nindya bernapas lega karena tidak ada majikannya di sana. Dengan segera, ia memakai pakaian dan bersikap seolah tidak terjadi sesuatu pada dirinya.

***

Setelah keluar dari kamar Nindya, Andra menuju ke kamarnya. Dilihatnya, sang istri tengah merias wajahnya. Ia tak menghiraukan istrinya itu, ia langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Sedangkan Aileen, wanita itu pun sama diamnya. Ia tahu suaminya masih marah padanya, tapi sebisa mungkin ia akan terus berusaha agar suaminya itu mau menerimanya, dan menjalani rumah tangga layaknya pasangan suami istri pada umumnya.

Andra keluar dari kamar mandi, dan Aileen masih setia pada tempatnya. Ia ingin membicarakan tentang rumah tangganya, akan seperti apa ke depannya.

"Andra," panggil Aileen.

Andra tak menghiraukannya, pria itu fokus ke arah lemari untuk mengambil pakaiannya. Setelah itu ia kembali masuk ke kamar mandi, memakai bajunya di sana. Kini ia kembali masuk ke kamar.

Aileen menghadangnya, ia berada tepat di depan pintu sampai Andra terhenti.

"Aku mau kita bicara."

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan." Tanpa mendengar jawaban istrinya, ia pergi meninggalkan Aileen yang masih berada di ambang pintu.

Aileen memejamkan mata, ia bingung harus berbuat apa. Ia sadar akan kesalahannya. Ia takut kalau suaminya akan mengatakan semuanya pada orang tuanya. Niat hati, ia ingin menyusul sang suami. Disaat ia keluar dari kamar, ia menjumpai kepala asisten.

"Nyonya, sarapan sudah siap." Kata kepala asisten sembari membungkukkan tubuhnya, "Tuan juga sudah ada di ruang makan," sambungnya lagi.

"Hmm," jawab Aileen.

***

Andra tengah sarapan, ia dilayani oleh Nindya. Tatapan Andra terus tertuju pada pembantunya itu. Ia begitu merasa sangat bersalah padanya. Namun, sikap Nindya masih seperti biasa, melayani sang majikan dengan baik.

Tak lama kemudian, Aileen datang. Ia pun sama bersikap baik pada suaminya, ia menunjukkan pada penghuni di rumah itu bahwa rumah tangganya dalam keadaan baik-baik saja.

Aileen mencium pipi suaminya, tentu kejadian itu disaksikan oleh Nindya. Aileen sendiri melihat ada kejanggalan di sana. Ia melihat sang suami terus mengarahkan pandangannya kepada pembantunya itu.

"Maaf, aku telat," kata Aileen setelah mencium suaminya.

Andra tak memberi jawaban, ia malah fokus pada makanannya itu, "Nindya, air minumku habis, tolong isi kembali gelas itu," kata Andra pada Nindya.

Dengan sigap, Nindya mengisi gelas tersebut. Setelah itu, Nindya hendak beranjak dari sana karena tugasnya sudah selesai, tapi langkahnya terhenti karena sang majikan tak mengizinkannya pergi.

"Tetap di tempatmu, jangan pergi sebelum aku menyelesaikan makananku." Nada bicaranya sangat tegas membuat Nindya tak bisa membantah.

Nindya menuruti perintah majikannya.

"Sayang, 'kan ada aku di sini. Biarkan dia pergi, Nindya, kamu boleh pergi. Biar aku yang melayani suamiku," titahnya pada Nandya.

Nindya mengangguk, lalu segera pergi dari sana.

Namun pada kenyataannya, Andra tidak ingin dilayani oleh istrinya itu. Ia malah pergi dari ruang makan tanpa menyelsaikan makanannya.

Brak ...

Aileen menggebrak meja, lalu menghembuskan napas dengan kesal. Tidak bisakah suaminya itu memaafkannya? Dengan kesal, ia melanjutkan sarapan seorang diri. Setelah selesai, ia pergi menemui suaminya.

Ia menuju ke ruang kerja sang suami, dan benar saja, suaminya tengah berada di sana. Sedang menatap layar laptopnya dengan serius. Belum Aileen sampai, ponselnya berdering. Dan suara itu mengalihkan pandangan Andra.

"Hallo," jawab Aileen, wanita itu mengangkat telepon itu sambil kembali keluar dari ruangan kerja suaminya.

Sedangkan Andra, kembali fokus pada layar di hadapannya. Ia tak peduli dengan apa yang akan dilakukan oleh istrinya itu. Sejenak, ia menghentikan pekerjaannya. Ia malah teringat akan kejadian semalam.

Tak lama dari situ, ia mendengar suara deruman mobil. Ia mengintip dari jendela, dilihatnya, mobil sang istri keluar dari garasi. Namun ia tetap tidak peduli. Malah ia senang dengan kepergian wanita itu.

Ini kesempatan baginya untuk menemui Nindya, ia pun beranjak dari tempatnya. Sebelumnya ia menutup laptop terlebih dulu. Dengan tergesa, ia mencari keberadaan pembantunya itu. Namun, ia tak melihat keberadaan Nindya.

Ia terus mencari, hingga akhirnya, ia menemukan keberadaan Nindya. Gadis itu tengah membereskan tempat tidurnya.

Klek, pintu kamar ia kunci.

Nindya yang mendengar langsung menoleh, ia terkejut dengan kedatangan majikannya apa lagi pria itu mengunci pintunya. Apa yang akan dilakukan pria itu? Sampai-sampai pintu dikunci olehnya.

"Nindya." Andra mendekat.

"Iya, Tuan." Gadis itu menunduk, ia tak berani menatap wajah majikannya.

"Aku akan bertanggung jawab." Ucapnya dengan serius.

Yang tadinya menunduk, Nindya langsung mengangkat wajahnya, menatap ke arah wajah majikannya dengan tatapan terkunci.

"Aku akan menikahimu."

"Tidak, Tuan. Aku tidak mau Tuan melakukan itu. Aku tidak ingin menjadi orang ketiga di sini, lagian, aku sudah melupakan kejadian semalam. Jadi tolong, jangan bahas masalah ini lagi." Nindya tidak ingin semua orang tahu apa yang telah terjadi dengannya juga majikannya.

Nindya pun melangkahkan kakinya, berniat meninggalkan kamar itu. Ia tidak ingin kehilangan pekerjaannya, karena ia sebagai tulang punggung keluarga. Ia harus menafkahi ibu dan adik-adiknya di kampung.

"Kenapa? Apa kau tidak mencintaiku?"

Langkah Nindya terhenti tepat di depan pintu, menoleh ke arah majikannya sepintas. Lalu kembali fokus untuk keluar, ia membuka kunci pintu dan segera ia pergi.

"Arrggghhh." Andra menyeka barang-barang yang ada di atas meja rias istrinya. Seketika barang-barang itu berserakan di lantai. Harus dengan cara apa supaya ia bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya pada gadis itu?

Episode 3 Kembali Ke Rumah Utama

Affandra bersumpah, ia akan bertanggung jawab. Ia sudah menghancurkan masa depan Nindya. Ia tidak ingin ada pria yang bernasib sama seperti dirinya, ia takut jika Nindya menikah dengan orang lain, pria itu akan terluka seperti dirinya.

Harapan dimalam pengantin adalah memandu kasih bersama orang yang sangat dicintai. Tapi itu tak berlaku dengannya, ia malah merenggut seseorang tepat di malam pertamanya. Di mana, itu seharusnya tidak terjadi.

Lama Andra berada di kamarnya, sampai Aileen kembali, ia masih berada di sana.

Aileen melihat seisi kamar seperti kapal pecah. Apa suaminya masih mempermasalahkan soal semalam? Suaminya masih tak terima dengan kenyataan yang menimpanya, pikir Aileen.

Mata Aileen sembab, dan itu diketahui oleh Andra. Pria itu akhirnya bicara pada istrinya itu.

"Apa yang membuatmu menangis?" tanya Andra tiba-tiba.

"A-aku ..." Aileen tak bisa menjawab.

Gerak-gerik Alieen terlihat mencurigakan, sampai-sampai Andra menduga sesuatu pada istrinya itu.

"Apa kau sudah menemuinya? Kau masih menjalin hubungan dengannya?"

"Ti-tidak! Aku tidak menemui siapa-siapa," elak Aileen.

"Jangan bobong! Aku paling tidak suka dibohongi. Apa perlu kita membuat perjanjian?"

"Maksudmu?"

"Terserah apa yang akan kau lakukan, aku tidak peduli. Begitu pun sebaliknya, aku tidak ingin kau mencampuri urusanku!"

"Tidak! Aku tidak mau seperti itu. Kamu itu suamiku, bagaimana pun aku istrimu!"

"Kau masih berani mengakuiku sebagai suamimu? Setelah kau mengecewakanku? Kau membohongiku dan keluargaku, ini yang kau bilang wanita terhormat? Bahkan kau sudah menjajakkan tubuhmu pada pria lain."

"Jadi kamu masih mempermasalahkan itu? Apa yang harus aku lakukan supaya kamu bisa menerimaku? Semua orang punya masalalu. Apa kamu tidak memiliki masalalu yang membuatmu bersalah?"

Andra tak bisa menjawab, bagaimana pun ia sama seperti istrinya. Ia merahasiakan sesuatu pada istrinya itu. Andai istrinya jujur, mungkin kejadian semalam tidak akan terjadi dengan Nindya.

"Maafkan aku, aku berjanji akan menjadi istri yang baik. Aku tahu kamu kecewa, tapi bisakah kamu memberiku kesempatan?" Untuk yang kedua kalinya Aileen berlutut.

Andra paling tidak bisa melihat seorang wanita menangis. Mungkin, jika semalam bukan karena kecewa, ia tak akan meninggalkan istrinya itu. Apa ia harus memberi kesempatan pada istrinya? Lalu bagaimana dengan Ayunindya? Gadis yang ia rampas mahkotanya.

"Jangan merendahkanmu, Aileen. Aku memaafkanmu, tapi bukan berarti aku menerimamu. Aku masih menjaga nama baik keluargaku, jika kau memang ingin membuktikannya buktikanlah. Jadilah istri yang baik, dan jangan temui lelaki itu lagi."

Setelah mengatakan itu, Andra pergi dari kamar meninggalkan Aileen. Dan wanita itu bangkit dari berlututnya, ia menyeka air matanya. Ia yakin kalau suatu saat suaminya akan takluk padanya. Tidak ada yang bisa menolak kecantikan seorang Aileen.

Sejenak, Aileen teringat pada pembantu yang cantik itu. Ia rasa, pembantu itu akan menjadi masalah baginya. Ia tak ingin wanita itu berkerja di rumahnya, ia akan meminta pada mertuanya untuk mengurus semuanya. Karena Nindya suruhan mertuanya. Untuk itu, ia tak perlu meminta izin pada suaminya bukan? Karena ia ratu di rumah ini, ia berhak mengatur semuanya. Termasuk memulangkan Nindya pada tempat asalnya berkerja.

***

Keesokkan harinya.

Affandra Wiliam kedatangan tamu agung, siapa lagi kalau bukan orang tuanya. Wanita paruh baya itu datang sesuai keinginan menantunya. Ia datang untuk menjemput Nindya kembali berkerja di rumah utama.

"Mommy," kata Andra, "kenapa tidak bilang mau datang kemari?"

"Iya, Mommy terpaksa kemari karena ingin menjemput Nindya, Mommy ingin dia berkerja di rumah utama."

"Kenapa harus, Nindya?" tanya Andra.

Sementara di sebrang sana, Aileen melihat ekspresi suaminya. Ternyata dugaannya sepertinya benar, ada perasaan khusus terhadap pembantu itu.

"Aileen bilang kalau kau tak butuh jasa Nindya. Sudah ada Aileen yang akan mengurusmu, jadi kamu tidak perlu lagi menggunakan jasanya."

Raut wajah Andra nampak kecewa. Bisa-bisanya istrinya itu mengambil keputusan tanpa membicarakan ini terlebih dulu padanya.

"Hay, Mom," sapa Aileen kepada ibu mertuanya.

"Hay juga, sayang." Ibu Andra menghampiri menantunya itu, dan mereka saling berpelukkan.

Setelah mereka saling berpelukkan, Andra meraih tangan Aileen.

"Sebentar, Mom. Aku ingin bicara dengannya." Tak perlu mendengar jawaban dari ibunya, Andra langsung saja membawa wanita itu pergi dari hadapan ibunya.

"Apa maksudmu menyuruh Mommy menjemput Nindya? Kenapa tidak bilang padaku terlebih dulu?"

"Memangnya kenapa? Tugas Nindya di sini hanya melayanimu, sekarang ada aku. Kamu sendiri yang memberiku kesempatan untuk menjadi istri yang lebih baik, dan aku tidak butuh Nindya di sini. Biarkan Mommy membawanya kembali ke rumah utama."

Affandra tidak bisa lagi menahan kepergian Nindya, sepertinya istrinya itu memang sengaja. Apa jangan-jangan, istrinya itu tahu kalau ia memiliki perasaan kepada pembantunya?

"Tidak masalahkan kalau Nindya hengkang dari rumah ini?" tanya Aileen.

Karena Andra tak kunjung menjawab, Aileen pun pergi dari hadapan suaminya. Ia menemui ibu mertuanya, dan mengajak untuk menemui Nindya.

***

Nindya sedang berada di taman belakang. Ia sedang menyirami tanaman di sana. Tak lama, ia dipanggil oleh kepala asisten.

"Nindya?" panggil asisten itu.

Nindya meletakkan selang yang sedang ia pegang ke tempat semula. Lalu ia menghampiri kepala asisten itu.

"Iya, ada apa?" tanya Nindya.

"Kemasi barang-barangmu, hari ini kamu pindah ke rumah utama. Menggantikan Yuna. Yuna sendiri adalah asisten di rumah utama, dan kini digantikan oleh Nindya.

Nindya terlihat bingung, kenapa ia harus kembali ke rumah utama? Bukankah ia memang diperintahkan berkerja di sini bersama tuan Affandra, apa jangan-jangan kejadian kemarin membuat ia dipecat dari rumah ini? Apa mungkin kejadian tempo hari diketahui oleh istri dari tuan Affandra? Tak berpikir lama lagi, ia langsung pergi ke kamar untuk mengemas semua barang-barangnya.

***

Dengan cepat Nindya memasukkan semua baju-bajunya ke dalam tas besar miliknya. Disaat ia sedang merapihkan baju tersebut, pintu kamarnya terbuka. Terlihat sosok pria tampan di sana, lelaki itu menghampirinya. Seketika, Nindya terhenti dari aktivitasnya.

"Nindya, aku akan sering-sering menjengukmu di sana. Aku tidak mungkin melepaskanmu begitu saja, aku tetap akan bertanggung jawab."

"Tolong, jangan membahas masalah itu lagi, Tuan. Aku butuh pekerjaan ini, aku tidak ingin dipecat."

"Mungkin ini lebih baik, Nindya. Dengan kamu di rumah utama, Aileen tidak akan tahu apa yang sudah terjadi di antara kita," batin Andra.

Ide istrinya itu ada baiknya juga, setelah dipikir-pikir, Nindya lebih aman di sana dari pada di sini. Buktinya, istrinya itu sudah berani menyuruh ibunya untuk menjemput Nindya.

Rumah utama begitu luas, tentu ia bisa datang tanpa sepengetahuan orang tuanya bukan? Akhirnya, Andra merelakan kepergian Nindya.

Karena sudah jelas, Andra pun keluar dari kamar itu.

"Habis ngapain kamu dari kamar Nindya?"

Andra terkejut mendengar suara itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!