Darsh Damarion, lelaki berusia dua puluh dua tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikan sarjananya, lelaki dengan ketampanan yang luar biasa dan sangat berkharisma.
Darsh terlahir dari pasangan Dizon Damarion dan Olivia. Olivia adalah seorang dokter yang memutuskan keluar dari pekerjaannya demi mengikuti suaminya.
"Darsh, apakah kamu ingat pesan Papa?" tanya Mamanya.
Darsh sedang menyiapkan ranselnya. Dia biasa menginap di rumah teman-temannya. Dia menjadi tempat curhat untuk semua temannya yang sedang memiliki masalah.
"Apa pesan Papa untukku, Ma?"
"Pergilah ke perusahaan. Bantu Papa mengurus pekerjaannya. Kamu anak laki-laki yang harus memiliki pekerjaan tetap untuk menghidupi anak dan istrimu kelak."
Sepagi ini Mama Olivia sudah mengomel kesana-kemari pada putra semata wayangnya.
"Mama pasti bercanda, 'kan? Aku ini masih muda, Ma. Masih dua puluh dua tahun dan belum berpikir untuk menikah, apalagi memiliki kekasih. Mama jangan khawatir, secepatnya aku akan membantu Papa, tetapi izinkan Darsh pergi ke rumah Frey."
Darsh bukan tipe lelaki pembangkang. Dia hanya mengikuti nalurinya saja seperti Dizon. Pria kulkas yang berjuluk monster itu.
Frey Matteo adalah sahabat Darsh. Sejak kecil keduanya sudah saling kenal, tetapi karena Frey pindah rumah, maka Darsh sekali waktu menginap di sana.
"Darsh, keluarga Mama dan Papa sudah bekerja ketika seusiamu, Nak. Belajarlah dengan Papa." Olivia memohon pada putranya. Darsh tidak bisa dilawan dengan kekerasan seperti Dizon, suaminya. Olivia harus selalu bersikap lembut pada kedua jagoannya itu.
"Ma, nanti aku akan bertanya pada Papa. Untuk kali ini, Darsh mohon izinkan untuk pergi ke rumah Frey. Lelaki itu sedang galau, Ma."
"Baiklah, Darsh. Mama izinkan, tetapi dengan satu syarat."
Darsh hafal betul tingkah Mamanya jika tidak mau dibantah, wanita paruh baya itu selalu mengeluarkan jurus andalannya yaitu memakai syarat.
"Katakan, Ma! Aku sudah biasa mendengarkan kata itu," jawab Darsh.
"Ini terakhir kalinya kamu menginap di rumah teman-temanmu ataupun Frey. Bagaimana, deal?"
Berdebat dengan Mama adalah hal yang paling sulit. Wanita itu akan menangis jika merasa kalah.
"Okey, Ma. Deal!" Darsh menjabat tangan Mamanya pertanda setuju dengan syarat yang diajukan.
Darsh membawa ranselnya ke depan dan memasukkannya ke dalam mobil. Dia kembali ke kamarnya lagi untuk sekedar mengambil ponsel dan dompetnya yang masih tertinggal di sana.
Tak lupa, Darsh mencari Mamanya yang sudah keluar dari kamarnya. Cinta pertama Darsh itu entah pergi ke mana.
"Bi, Mamaku dimana?" tanya Darsh yang kebetulan bertemu dengan pelayan senior.
"Nyonya ada di kamarnya, Tuan."
"Terima kasih, Bi." Darsh bergegas menemui Mamanya. Dia tidak ingin terlambat untuk bertemu teman-temannya.
Tok tok tok.
Darsh mengetuk pintu. Olivia lekas membukanya.
"Ada apalagi, Darsh? Pergilah sebelum Mama berubah pikiran."
"Aku belum pamit lagi padamu, Ma." Darsh mengulurkan tangannya dan disambut oleh Mama Olivia. Darsh mencium tangan Mamanya sebagai rasa hormat anak kepada orang tuanya.
"Pergilah! Ingat, ini terakhir kalinya kamu menginap." Olivia mengingatkannya kembali.
"Iya, Ma."
Darsh secepatnya masuk ke mobil. Dia sengaja melewatkan sarapan paginya. Jika ketahuan Mamanya pasti langsung kena marah.
Darsh mengemudikan mobil bututnya ke rumah Frey. Walaupun Dizon Damarion sudah menjadi orang yang berhasil, tetapi putranya malah meminta mobil yang biasa saja. Dia ingin bergaul dengan semua temannya tanpa memandang status dan papanya pun seperti itu.
"Ma, maafkan aku." Hanya itu kata yang terucap dari Darsh.
Sepanjang jalan, Darsh sangat menikmati kebebasan terakhirnya. Mobilnya mulai memasuki halaman rumah Frey. Di sana sudah berjajar tiga mobil yang sangat bagus dari mobilnya.
"Ah, aku terlambat!" Bergegas Darsh turun dan mengambil ranselnya.
Darsh menekan bel rumah itu. Hanya sekali tekan, pemilik rumah langsung membukanya.
Ceklek!
"Darsh, kamu terlambat!" ucap lelaki itu. Dia adalah Frey Matteo.
"Hemm, aku harus berdebat dengan Ratu rumah Papaku." Darsh mengekor pada Frey.
"Mamamu masih seperti biasanya? Cerewet?" tanya Frey.
"Mamaku tidak cerewet. Dia terlalu sayang padaku. Kelak, kamu akan merasakan indahnya menemukan gadis sepertinya. Buktinya, Papaku yang level monster itu tunduk dan patuh padanya. Mamaku luar biasa." Darsh memang mengidolakan Mamanya. Dia tidak mau terjebak dengan wanita atau perempuan yang selalu mengejar dirinya.
Frey membawanya ke ruangan yang biasanya dibuat nongkrong bersama teman-temannya. Rumah Frey sengaja di desain khusus menyediakan ruang santai untuk beberapa temannya.
"Hai, bro! Wah, tumben kamu terlambat. Apakah ada salah satu bidadari yang menarik perhatianmu?" goda Max Oringo. Dari teman-teman Darsh dan Frey, dia yang paling tua. Selain itu, lelaki playboy level akut hanya dirinya saja. Dia selalu mencari kesibukan dengan semua wanita yang bisa menghiburnya.
Darsh meletakkan ranselnya dan ikut bergabung dengan mereka.
"Bukan, Max. Cinta pertamaku tetap Mama Olivia. Kamu tau 'kan? Hanya dia wanita terhebat dalam hidupku."
Darsh sebenarnya Casanova yang selalu digilai banyak wanita, tetapi sikap dingin dan susah untuk didekati membuat mereka berjuang keras untuk mendapatkannya. Terkadang semua wanita itu mendekati teman-teman Darsh demi menitipkan hadiah ataupun ucapan cinta.
Darsh sendiri bukan anti wanita, tetapi dia belum mau menjalani hubungan yang sangat rumit itu. Apalagi sejenis makhluk budak cinta yang belakangan ini menjadi trending topic di dalam pembicaraannya dengan beberapa teman.
Darsh Damarion dan Frey Matteo seumuran. Selain Max Oringo, masih ada dua lagi temannya yaitu Madava Justin dan Owen Othman. Kedua lelaki itu usianya juga diatas Darsh.
"Ya, ya, ya, kami percaya, Darsh." Justin ikut berkomentar.
"Madava, diamlah!" tegur Owen.
"Oh ayolah Owen. Call me Justin!" canda Justin.
Walaupun namanya Madava Justin, lelaki itu hanya ingin dipanggil nama belakangnya saja. Terlihat lebih keren, bukan?
"Hemm, baiklah Justin. Oh ya, kamu jadi menginap di sini, kan?" Pertanyaan Owen tertuju pada Darsh.
"Iya, bro. Tetapi__" Darsh tidak melanjutkan ucapannya. Dia khawatir kalau teman-temannya akan kecewa dengan jawabannya.
"Katakan, Darsh. Jangan membuat kami penasaran dengan kejutanmu ini," ucap Justin yang baru saja menyeruput secangkir kopinya.
"Mamaku meminta ini yang terakhir kalinya."
Sudah Darsh duga, semua teman dan sahabatnya itu akan menatap tajam padanya.
"Ayolah, sob. Mamamu sangat keterlaluan! Kamu ini anak lelaki. Casanova yang sedang berkembang. Kenapa harus diumpetin terus, sih?" protes Frey.
Padahal tujuan Frey mengatakan itu karena dia ingin lebih sering berinteraksi dengan Darsh. Sahabat dekatnya itu selalu menjadi incaran banyak gadis. Tidak hanya itu, wanita dewasa juga banyak yang tertarik padanya. Jawaban Darsh simpel dan bikin semua sahabatnya geram.
"Maaf, aku sudah memiliki cinta pertama," jawaban Darsh pada semua wanita yang mendekatinya.
Hal itu yang membuat semua sahabatnya geleng kepala. Yang dimaksud Darsh cinta pertama adalah Mamanya. Dia tidak mau menyakiti perasaan wanita itu.
🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓
"Aku saja yang enggan berdekatan dengan mereka," jawab Darsh.
Banyak dari sahabat dan temannya selalu menceritakan rasa sakit hati yang dialaminya, ketika bersama gadis yang dicintai ternyata mencintai lelaki lain. Banyak hubungan mereka yang berjalan backstreet karena terhalang restu orang tua maupun keluarganya.
"Baiklah, demi Tuan Darsh, mari kita bertaruh. Aku ada dua kandidat kali ini. Ada Aimee dan Helga. Jika salah satu dari dua wanita itu mampu menarik hati Darsh, maka kalian bebas mengambil mobilku yang manapun kalian sukai," ucap Max Oringo. Dia adalah pemilik showroom mobil mewah berbagai merek.
Max berani bertaruh karena dia yakin jika Darsh tidak akan tertarik seujung kuku pun. Walaupun Aimee dan Helga sama cantiknya.
"Apa rencanamu, Tuan Max?" ledek Owen. Lelaki pendiam yang terkadang bertingkah aneh itu berani menunjukkan taringnya. Harapannya cuma satu, ingin mendapatkan salah satu mobil gratis walaupun mobilnya sendiri sudah sangat bagus.
"Kita akan pergi ke Club malam ini. Bagaimana Tuan Darsh?" usul Max.
"Bagaimana keputusanmu wahai Madava Justin? Kaulah dewa penolongku!" ucap Darsh dengan tatapan penuh harap agar lelaki itu menolak ajakan Max.
Darsh mendengar nama Helga membuatnya malas. Gadis itu terlalu agresif menurutnya. Lebih tepatnya gadis malam yang selalu berseliweran di Club untuk menggoda tamu yang hadir dan memberikan pelayanan khusus jika ada yang memesannya.
"Madava Justin menyerahkan keputusan pada Tuan Darsh yang terhormat. Aku tidak bisa untuk mengatakan tidak, karena ini seperti sebuah pesta hiburan," jawab Justin yang membuat Darsh merasa resah.
Darsh berusaha menjaga diri untuk tidak terjebak dalam bujuk rayu Helga. Perempuan itu punya seribu cara untuk menjeratnya.
Sebaiknya aku ikuti saja mereka. Lagipula ini kesempatan terakhirku untuk menginap di rumah Frey.
"Baiklah, Tuan Max. Aku siap pergi ke Club, tetapi aku tidak ingin mabuk. Bisa diterima, Tuan Max?" Alasan Darsh memberikan penawaran agar dia terbebas dari Helga. Bisa saja perempuan itu memanfaatkan situasi untuk melakukan one night stand. Itu sangat bertentangan sekali dengan prinsip keluarganya.
"Baiklah, Darsh. Kami menerimanya. Oh ya, mari kita mulai. Kalian pegang siapa?" tanya Max berusaha membuat sahabatnya itu mulai memilih.
"Tidak ada pilihan, Max. Kita lihat saja nanti. Yang pasti, kalau ternyata salah satu dari mereka ada yang membuat Darsh tergila-gila, maka kamu harus mengeluarkan empat mobil untuk kami," usul Frey. Daripada susah payah menebaknya. Dia mengambil jalur pintas saja.
"Kamu mau merampokku, Frey? Aku hanya memberikan hadiah pada yang menang saja," canda Max.
Owen dan Justin tertawa.
"Apa yang kalian tertawakan?" tanya Max.
"Justru karena kamu sangat yakin jika Darsh tidak akan tertarik dengan perempuan sepertinya, makanya kamu sengaja memberikan hadiah mobil jualanmu itu," cibir Owen.
Kini giliran Max yang tertawa.
"Aku hanya penasaran. Gadis seperti apa yang akan menjadikan magnet cinta Tuan Darsh? Maksudku, Tuan Darsh akan tertarik dengan model perempuan seperti apa?" ucap Max. Ini memang masih misteri karena setiap perempuan yang bertemu dengannya, Darsh selalu mengatakan nol persen untuk suka dengannya.
Semua orang yang berada di ruangan itu memandang lekat ke arah Darsh.
"Jangan-jangan kamu tidak normal?" ucap Frey.
Kini giliran Darsh memandang wajah mereka satu per satu. "Yang pasti bukan salah satu dari Aimee ataupun Helga. Kalau kalian suka, ambil saja!"
Jangan heran, semua sahabatnya ngotot agar Darsh segera punya pasangan. Kenyataannya mereka berempat juga masih sendirian.
"Aku ke dapur dulu memanggil bibi untuk menyiapkan makanan kalian. Lanjutkan mengobrolnya!" ucap Frey.
"Terima kasih, Tuan Frey," canda Darsh sebelum lelaki itu pergi.
Max sebenarnya pernah ingat jika Darsh punya sepupu perempuan. Mungkin salah satu dari sahabatnya bisa mendapatkan gadis itu.
"Darsh," panggil Max.
"Hemm," jawab Darsh.
"Bukankah kamu punya sepupu perempuan? Kenapa bukan dia saja yang akan memilih salah satu dari kita?" Max mengusulkan sepupu Darsh karena gadis itu masih satu garis keturunan keluarga Damarion.
"Oh, Jillian? Kalian penasaran dengan gadis itu? Dia memang anak Om-ku." Darsh sengaja membuat mereka penasaran. Selama ini Darsh hanya menceritakan adanya gadis itu, tetapi belum pernah mempertemukannya sama sekali dengan sahabatnya.
Owen, Justin, dan Max menatap lekat Darsh. Mereka berharap mendapatkan informasi yang jelas tentangnya.
"Kenapa menatapku seperti itu?" protes Darsh.
Untung saja Frey masuk dengan pelayan di rumahnya membuat Darsh dan sahabatnya menghentikan obrolan sejenak.
"Makanlah! Kalian pasti malas untuk pergi ke meja makan rumahku yang kecil itu," canda Frey.
Walaupun di rumahnya ada orang tuanya juga, Frey memang tidak biasa mengajak sahabatnya untuk makan di meja makan.
Darsh segera mengambil piring yang ada di atas nampan. Namun, seseorang lebih dulu mencegahnya.
"Tunggu, Darsh! Katakan kalau salah satu dari kami bisa mengenal Jillian," ucap Justin.
Sepertinya Justin lebih tertarik pada adik sepupu Darsh yang usianya masih dua puluh tahun itu. Dia masih menjadi seorang mahasiswi di sebuah kampus ternama di tempat tinggalnya saat ini. Lebih tepatnya, ketika orang tua Darsh memutuskan pindah ke luar negeri, Om-nya tetap berada di sana bersama Grandma dan Granpa-nya.
"Hemm, itu nanti saja. Jillian masih fokus kuliah. Nanti kalau sudah selesai, aku akan memintanya untuk berkunjung kemari." Darsh sudah kelaparan. Tanpa banyak bicara lagi, dia langsung mengambil piring dan memakannya.
"Darsh, kamu kelaparan?" tanya Frey.
Darsh hanya mengangguk karena posisinya sedang mengunyah makanannya. Frey hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah konyol sahabat kecilnya itu.
Owen, Justin, dan Max juga sudah mengambil piringnya masing-masing. Frey menjadi orang yang paling akhir mengambil piringnya. Selain membawakan makanan, Frey sudah menyiapkan minuman untuk mereka.
Setelah makan minum selesai, Frey kembali memanggil pelayan untuk membereskannya. Tak menunggu lama, tempat itu kembali seperti semula.
"Darsh, lanjutkan!" perintah Max.
"Apanya, Max?" tanya Darsh.
"Ceritakan tentang Jillian lagi." Max sangat tertarik dengan gadis itu. Sepertinya dia akan bersaing dengan Justin untuk mendapatkan sepupu Darsh.
"Tidak untuk saat ini. Kamu tertarik dengannya, Max? Aku tidak akan mengizinkan Jillian dekat denganmu. Kamu cocoknya bersama Helga." Darsh punya alasan untuk itu.
"Maksudmu?" Owen, Frey, dan Justin mengatakan bersamaan.
"Ck, kalian kompak sekali jika sudah menyinggungku," protes Max.
"Tentu, karena kamu dan Helga sama-sama agresif." Darsh tersenyum setelah mengatakannya.
Max tidak diragukan lagi. Selain agresif, dia memang yang paling playboy dari semuanya. Owen yang paling pendiam, tetapi dia masih tertarik dengan pesona Helga.
"Darsh, intinya salah satu dari kami harus mendapatkan Jillian. Itu hukumnya wajib dan tidak bisa diganggu gugat!" ucap Frey.
Frey Matteo dari awal tau mengenai cerita Jillian. Dia hanya bertemu Jillian ketika masih kecil. Setelah itu, Jillian tidak pernah lagi berkunjung ke tempat Darsh. Itulah yang membuat Frey semakin tertarik pada gadis itu.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
"Kita lihat saja nanti. Tergantung Jillian mau memilih salah satu dari kalian atau tidak," ucap Darsh.
Sepertinya Jillian sangat berbeda dengan Darsh walaupun masih satu garis keturunan. Darsh pernah mendengar mamanya berbicara jika Jillian mengikuti jejak Daddy-nya. Dia selalu menjadi orang yang tidak pernah memaksa dan selalu merelakan orang lain yang tidak memilihnya. Tipikal Om Felix, Daddy Jillian memang seperti itu.
Hari sudah malam. Semua lelaki itu sudah bersiap di rumah Frey. Malam ini, mereka akan pergi ke Club untuk membuat Darsh dekat dengan Aimee ataupun Helga.
Frey meminta mereka untuk berangkat menggunakan satu mobil saja. Biasanya kalau sudah begini, yang paling mabuk adalah Max. Dia yang paling kuat untuk minum. Sedangkan Owen dan Darsh lebih memilih menjadi dewa penyelamat untuk ketiga temannya.
"Berangkat satu mobil saja. Pakai mobil siapa?" ucap Frey.
"Jangan pakai mobil Darsh. Casanova mobilnya jelek begitu," cibir Max.
"Oh ayolah, Tuan Max. Setidaknya uang papaku tidak akan berkurang untuk membeli mobil darimu," balas Darsh.
"Sudah selesai ributnya?" tanya Justin. Dia selalu menjadi penengah di setiap keributan yang terjadi.
Kelima lelaki itu memutuskan untuk naik mobil milik Max. Lelaki berusia dua puluh tujuh tahun itu juga memiliki koleksi mobil terlengkap. Jadi, tak heran jika keempat sahabatnya itu lebih memilih menggunakan mobilnya.
"Ck, aku bukan sopir. Aku hanya mengemudi untuk diriku sendiri." Max malas sekali harus menjadi sopir keempat sahabatnya.
"Biar aku saja." Darsh pindah ke kursi kemudi.
"Nah, begitu kan enak," ucap Max. Dia bertukar tempat dengan Owen yang semula duduk di kursi depan.
Walaupun Darsh jarang menggunakan mobil bagus, tetapi dia bisa mengemudikan semua mobil. Mulai dari yang manual ataupun matic, semuanya bisa.
Sepanjang perjalanan, Darsh lebih banyak diam. Dia fokus mengemudikan kendaraan Max.
"Darsh, apa kamu yakin akan bertemu dengan Helga?" Ada rasa khawatir pada Frey. Lelaki itu sangat dipercaya oleh mamanya Darsh untuk saling menjaga putranya. Jangan sampai Darsh melakukan one night stand dengan sembarang gadis.
"Menurutmu? Tantangan Tuan Max sangat menarik. Tapi__"
Darsh selalu saja memberikan teka-teki untuk sahabatnya.
"Apalagi, Darsh?" tanya Frey. Ketiga sahabatnya lebih memilih untuk bungkam demi mendengar percakapan dua lelaki yang seumuran.
"Aku tidak yakin Helga mau mendekatiku kalau ada Aimee disana," ucapnya.
Benar sekali. Kedua gadis itu datang silih berganti untuk merayu Darsh. Keduanya tak pernah akur karena menyukai lelaki yang sama. Padahal sebelumnya mereka bersahabat.
Mobil mulai memasuki area parkir Club terbesar di negara itu. Tak hanya mereka, puluhan mobil sudah berjajar rapi di tempat parkir.
"Apakah kita terlambat, Sob?" tanya Justin.
"Belum," jawab Max. "Bukankah kita bintang tamunya malam ini?"
"Ayolah, Max. Jangan terlalu banyak bicara. Secepatnya kita masuk dan menyelesaikan tantanganmu!" ajak Darsh.
Kelima lelaki beda usia itu masuk ke dalam Club. Tujuan mereka pertama kali adalah untuk memesan minuman. Max paling ahli dalam urusan ini. Dia memesan minuman untuk beberapa sahabatnya. Darsh dan Frey menolak minuman beralkohol untuk malam ini. Frey ekstra kerja keras menjaga Darsh agar tidak dimangsa oleh Helga.
Aku tidak pernah tertarik pada mereka. Sangat sulit untuk menaklukkanku, Tuan Max. Batin Darsh.
Belum sepuluh menit berada di dalam, Helga dengan pakaian seksi yang minim bahan itu mendekati Darsh.
"Darsh, apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu." Helga mengalungkan kedua tangannya ke leher Darsh.
"Aku baik, Helga. Bisa jauhkan tubuhmu dariku?" ucap Darsh.
"Oh ayolah, Darsh. Malam ini saja, aku akan memberikan pelayanan untukmu." Helga melepaskan tangannya.
"Carilah orang lain. Jangan ganggu aku!" ucap Darsh.
Dari jauh, sepasang mata melihat adegan kedua orang itu. Rasanya ingin secepatnya mendekat kemudian memisahkan Helga dari Darsh, lelaki yang sangat dicintainya.
Kamu selalu saja seperti itu, Helga. Merebut apa yang seharusnya menjadi milikku. Batin Aimee.
Sebelum Aimee berhasil mendekati Darsh, sahabat Darsh lebih dulu mendekatinya.
"Wah, ada bintang bersinar malam ini," puji Max.
Helga merasa tersanjung dengan ucapan Max. Tiba-tiba Max membisikkan sesuatu pada Helga dan gadis itu terlihat sangat senang setelahnya.
Helga kemudian pergi meninggalkan Darsh dan keempat sahabatnya itu.
"Apa yang kamu bisikkan padanya, Max?" tanya Darsh.
Sepertinya Max punya rencana buruk untuknya. Frey ikut waspada dalam hal ini.
"Aku hanya memintanya untuk memanggil Aimee. Kalau hanya Helga, rasanya tidak seru," ucap Max.
"Kamu selalu membuat ketenteraman Club ini terguncang, Max. Apa tidak terpikirkan olehmu akan membuat keributan di sini. Kamu tahu, kan? Aimee dan Helga bermusuhan." Justin sangat tidak senang pada ulah konyol Max itu.
Benar saja, dari jauh kedua orang yang dimaksud sudah bertengkar. Aimee marah pada Helga karena terus saja mendekati Darsh.
"Apa kamu tidak puas merebut semua lelaki yang kudekati?" teriak Aimee.
"Aimee, jaga bicaramu! Darsh itu lelaki bebas. Siapapun boleh mendekatinya." Helga tidak mau kalah.
"Kalau begitu, menjauhlah darinya!"
"Tidak bisa begitu, Aimee! Kita bisa bersaing secara sehat. Aku ke sini tidak untuk mengajak ribut. Max meminta kita untuk memenangkan hati Darsh. Dia menawarkan hadiah yang lumayan besar." Helga sangat antusias dengan hadiah yang akan diberikan Max. Tak tanggung-tanggung, mobil sport keluaran terbaru akan menjadi miliknya.
Helga menceritakan semua permintaan Max. Setelah Aimee mengerti, Helga sekarang mulai mengeluh.
"Rasanya akan sulit mendapatkan Darsh. Dia sangat kaku dan berpegang teguh pada pendiriannya. Ayo ikut aku!" Helga mengajak Aimee ke toilet untuk menyusun rencananya.
Dari jauh, Max dan sahabatnya tidak percaya jika kedua gadis itu akan terlihat akur.
"Wah, seharusnya yang dapat hadiah itu kamu, Max," ucap Frey memberikan tepuk tangannya.
"Kenapa, Frey?" tanya Darsh.
"Lihatlah, kedua gadis itu akur. Ini untuk pertama kalinya dalam sejarah Club Elite ini," ucap Frey.
Owen dan Justin juga mengamati kedua gadis itu. Benar-benar menakjubkan kalau bisa akur. Kecantikannya semakin bertambah menurut mereka.
"Bisakah aku mendapatkan Helga?" ucap Owen tanpa sadar.
"Hah?" Keempat sahabatnya merespon bersamaan.
"Eh, kenapa kalian seperti itu? Apa ada yang salah dengan ucapanku?" tanya Owen.
"Ucapanmu tidak salah, tetapi apa kamu masih menginginkan Helga yang tidak pernah menginginkanmu?" ucap Frey.
Pesona Darsh selalu menjadi nomor satu dari keempat sahabatnya . Hanya dia yang sangat sulit untuk didekati dan keempat sahabatnya itu sangat gampang. Makanya tak heran jika Darsh selalu menjadi incaran semua gadis.
Sepertinya malam ini Darsh harus lebih hati-hati karena Helga dan Aimee bersatu. Dia harus ekstra waspada walaupun sebenarnya dia tidak sedang mabuk.
Ujian akan dimulai. Aku memang tidak mungkin menyukai keduanya, tetapi Helga pasti akan mengajari Aimee untuk bertindak nekat. Batin Darsh.
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
Hai kakak Readers semuanya. Emak kembali lagi membawa keturunan Damarion. Harap bersabar, ya. Emak usahakan up setiap hari. Nah, sambil menunggu kelanjutan ceritanya, yuk mampir di karya teman Emak yang gak kalah kerennya. Kalian bisa marathon juga di sana. Part-nya sudah banyak...
Cinta Satu Malam Bos Mafia, Author Kumi Kimut.
Terima kasih... 😍😍😍😍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!