# Jangan lupa arahin jempol kamu untuk favorit❤️ kan novel aku karena favorit itu ga bayar ya guys 😉. Terus kalau udah selesai baca, like dan komen yang seru-seru oke... 😘
Warning!! Cerita ini hanyalah karangan imajinasi Author semata. Tidak ada unsur untuk menyinggung pihak manapun. Bila terdapat kesamaan pada nama tokoh dan nama tempat, tidak ada unsur kesengajaan disana. Harap bijak untuk menyikapi. Selamat membaca...
*****
Humaira, nama yang indah dan penuh makna, pemberian oleh kedua orang tuanya yang telah tiada. Nama yang begitu berharga baginya sehingga ia tidak berani menggunakan nama itu di hidupnya kini.
Di usia 32 tahun ini, ia harus berjuang demi sesuap nasi yang akan ia berikan kepada putra kecilnya yang sedang sakit. Demam tinggi yang menyebabkannya harus melawan rasa sakit hingga mempengaruhi syaraf otaknya. Akibat demam itu, putranya mengalami keterbelakangan mental dan kelumpuhan di saat usianya baru menginjak 4 tahun.
"Hum, tidur lah. Kau pasti lelah. Biar aku yang menjaga Danu"
"Tidak apa kak Umi, melihat wajahnya rasa lelahku hilang dengan sendirinya"
"Danu cayang ibu, Danu cayang ibu..."
"Ibu juga sayang Danu..., anak ibu yang paling pintar"
"Danu memang anak yang pintar, hari ini ia menghabiskan sebungkus roti yang kau belikan"
"Oh ya? Wow...anak ibu memang hebat!"
"Danu hebat, Danu cayang ibu. Ibu hebat, Danu hebat"
Rumah kontrakan sederhana yang mereka tempati bertiga bersama seorang wanita tunawisma yang ia kenal ketika dia terlunta-lunta. Umi, wanita yang selalu berada di dekatnya dan menjaga putranya bagai anaknya sendiri. Usia Umi tidak jauh berbeda dengannya. Selama 35 tahun Umi harus hidup dengan bersembunyi. Insiden kebakaran sewaktu Umi berusia 12 tahun, menewaskan seluruh anggota keluarganya. Hanya dirinya yang berhasil diselamatkan dan Umi pun mengalami cacat di wajahnya. Wanita yang kini menjadi saudara bagi Humaira walau mereka tak sedarah.
"Kau sudah makan Hum?"
Tanya Umi melihat Humaira yang mulai merebahkan dirinya di samping Danu.
"Aku belum lapar kak. Kakak makanlah dulu"
"Apa ditempat kerjamu baik-baik saja?"
"Seperti biasa kak, tidak ada yang berubah. Pelanggan datang silih berganti"
Jawab Humaira sambil mencium tangan Danu.
Umi menghela napas. Wanita itu tahu pekerjaan yang di lakukan Humaira sangatlah berat untuk diri dan hati wanita itu.
"Hum, susu Danu habis"
Umi mengabarkan ketika membuka kaleng susu yang ternyata sudah habis.
Humaira yang nyaris terlelap disamping anaknya langsung membuka matanya lebar-lebar.
"Biar aku beli sebentar kak, apa ada yang lain kak? Biar aku belikan sekalian"
Ujar Humaira sambil meregangkan tubuhnya yang terasa kaku.
"Sepertinya beras kita tinggal sedikit"
Ungkap Umi sambil memandang Humaira.
"Tunggu sebentar ya kak, aku akan segera kembali"
Kata Humaira sambil tersenyum.
Humaira membelai kepala anaknya dengan penuh rasa sayang. Ia pun beranjak dari tempatnya berada. Wanita itu mengambil dompet dari dalam tasnya, lalu berjalan menuju minimarket yang tidak jauh dari kontrakannya.
Humaira hanyalah wanita biasa yang tidak terlalu cantik. Namun dengan kekuatan make up dapat mengubahnya menjadi bidadari. Tak jarang para lelaki hidung belang menoleh pada dirinya ketika ia berjalan melintasi mereka.
Beberapa ibu-ibu yang berpaspsan dengannya mendadak menjauh, menjaga jarak dari Humaira bagai menghindari kotoran di jalan. Humaira tidak berkecil hati, ia terus melangkah kedepan demi beras dan susu untuk anaknya.
Benar, ia adalah wanita penghibur. Sebagian menganggap wanita sepertinya itu tak layak hidup di dunia dan sebagian lagi membutuhkannya untuk hasrat seksual mereka. Alasannya klasik, karena ia kotor dan penuh dosa. Jane, nama pemberian mami yang mengenalkannya pada dunia malam dan memberikan kemudahan untuk segala kebutuhannya.
Kini dunia malam yang dia jalani memulai babak baru dalam hidupnya. Hujatan dan makian hanya terdengar bagai desingan tak berarti baginya. Harus, dia harus begitu. Jika dia goyah akan cacian dan hinaan orang-orang pada dirinya, ia tidak bisa mencapai tujuannya untuk mengobati buah hatinya yang terbaring lemah di rumah.
"Kalau cantik-cantik begitu di tinggal suami pasti karena ada apa-apanya"
Gumam seorang ibu pada temannya, ketika Humaira sedang melakukan pembayaran di kasir.
"Iya, mana ada laki-laki mau melepas wanita cantik. Ini pasti karena ada apa-apanya. Dasar wanita ndak tahu diri?!"
Jawab teman ibu itu dengan nada pelan.
Gumaman mereka terdengar di telinga Humaira bahkan ke penjaga kasir yang langsung menatap dengan rasa penasaran.
" Ini mbak"
Humaira menyodorkan sejumlah uang kepada kasir sesuai dengan harga belanjaanya sambil tersenyum. Tanpa menoleh ke arah ibu-ibu itu ia langsung mengambil kantong belanjaannya dan berjalan keluar dari minimarket itu.
"Haaa..."
Humaira menghela napas sesaat, lalu terus melangkahkan kaki pulang kerumahnya.
Suami? Entah kenapa ia enggan mengingat apa lagi menyebut namanya. Lelaki yang hanya mencintai di saat ia memiliki harta peninggalan kedua orang tuanya, dan meninggalkannya ketika semua itu tidak lagi tersisa. Dia yang bodoh mencintai lelaki itu dengan tulus tetapi di balas penghianatan olehnya tanpa ia ketahui. Dia di ceraikan ketika hamil muda tanpa ia sadari.
Bukan inginnya hidup begini, bukan tujuannya melayani kaum adam hidung belang. Perjalanan hidupnya yang melelahkan memaksa kakinya untuk melangkah ke jalan yang tidak ingin di tapaki oleh orang lain.
Menyesal? Mungkin kata itu terlambat untuk dia sadari, dan kata itu pun memang selalu datang di saat semua telah terjadi.
Ibu kota memang kejam, namun Humaira telah terbiasa dengan kekejaman yang selalu mampir dalam hidupnya. Setelah kehadiran Danu putranya, Humaira menjadi sosok ibu yang kuat walau di terjal badai yang menghampirinya.
Pernah ia berangan-angan memiliki kehidupan normal layaknya orang-orang yang menatapnya dengan pandangan jijik. Tetapi, kenangan kisah rumah tangganya yang penuh air mata membuat Humaira menepis jauh-jauh keinginannya untuk hidup normal. Baginya semua tampak sama. Yang ia prioritas kini segalanya adalah putra semata wayangnya. Keluarga sedarah satu-satunya dan harta paling berharga miliknya.
Gadis itu selalu menangis setiap bersimpuh di atas sajadah panjangnya. Hanya kepada Allah, air mata itu mengalir tanpa henti. Hanya kepada Allah, lelah dan letih di sekujur tubuhnya ia sandarkan. Dan hanya kepada Allah semua perih dan luka di hatinya ia katakan tanpa ragu.
Humaira mengerjakan sholat 5 waktu sedapatnya. Pekerjaan kotor yang ia lakukan tidak melupakannya untuk tetap bersujud kepada Allah swt. Ia percaya, Allah sangat menyayanginya dengan ujian-ujian yang telah ia lalui selama ini.
Cinta? Satu kata itu kini menjadi kata keramat yang harus ia hindari bagi dan dari kaum lelaki. Cinta yang menjatuhkannya ke lembah terdalam dan cinta yang membuat orang kadang lupa segalanya.
Bagi Humaira, kehidupan tanpa cinta yang kini ia jalani lebih baik dari pada kehidupan rumah tangganya dulu yang bertamengkan cinta. Cinta yang ia berikan di balas sang suami dengan cinta yang laki-laki itu berikan pada wanita lain. Miris, tapi itulah cinta yang di alami oleh Humaira.
Kisah hidupnya bukanlah cerita yang mengundang tawa, atau komedi yang bisa menghibur hati ketika lelah. Tapi hanya ada kesedihan dan luka yang terhampar, yang mungkin hanya bisa menambah rasa sesak di dada.
✨Beri dukungan untuk aku dong😘
* Like 👍
* Komen
* favorit ❤️
*Rate⭐⭐⭐⭐⭐
*Hadiah
*Vote, Terima kasih 🤗
Baca juga Dream Destiny, bagi yang suka kisah romansa istana 😂.
Terima kasih 🙏
# Jangan lupa arahin jempol kamu untuk favorit❤️ kan novel aku karena favorit itu ga bayar ya guys 😉. Terus kalau udah selesai baca, like dan komen yang seru-seru oke... 😘
*****
Sejenak Humaira menyandarkan dirinya di balik pintu. Menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Kemudian ia ke dapur mendekati Umi.
"Kak ini susunya"
"Danu sudah bangun, dia mencarimu"
Kata Umi sambil meraih belanjaan dari tangan Humaira.
"Anak ibu sudah bangun ya?"
Humaira tersenyum hangat sambil mendekati putranya.
Perlahan ia mengangkat tubuh ringkih itu dan memangku di atas kedua pahanya.
"Danu cayang ibu. Ibu pelgi, ibu kemana?"
Danu mengangkat kedua tangannya minta di bangunkan dari tempat tidurnya.
"Ibu beli susu buat Danu, Danu mau?"
"Danu mau cucu, Danu cayang ibu"
"iya, ibu juga sayaaaaang sama Danu"
Humaira memeluk tubuh mungil putranya dengan hangat dan penuh kasih sayang.
"Nah, ini susu buat Danu yang pintar"
Ujar Umi menyodorkan sebotol susu untuk Danu.
Danu meraih botol susu itu dengan kedua tangannya. Dan meminumnya seperti orang yang sedang kehausan.
"Pelan-pelan sayang, anak ibu haus ya?"
Tanya Humaira lalu mencium pipi buah hatinya.
"Danu aus..."
Kata bocah itu lalu melanjutkan lagi meminum susunya.
"Tidur lah Hum, sejak pagi kau belum istirahat. Aku akan menjaga Danu"
Saran Umi yang melihat lingkaran hitam di mata Humaira yang mulai nampak.
"Ibu boleh tidur di samping Danu?"
Tanya Humaira pada putranya.
"Ibu tidul, ibu cini tidul cama Danu..."
Humaira meletakkan lagi di tempat tidurnya. Ia pun merebahkan diri di samping putranya.
Tempat tidur Danu tidak memiliki ranjang, hanya kasur yang langsung terletak di lantai begitu saja. Humaira sengaja mengatur tempat tidur itu tidak tinggi. Untuk mempermudah Danu melatih kakinya sambil duduk di tempat tidur.
Ukuran tubuh Danu tidak normal. Di usinya Danu yang memasuki 4 tahun, bocah itu seperti balita yang berusia 2 tahun. Dengan segala kekurangan yang dimiliki oleh putranya itu, Humaira sangat menyayangi putranya. Danu adalah anugerah terbaik yang ada di hidupnya. Humaira selalu bersyukur dengan segala keadaan yang ia miliki.
Tidak perlu orang lain tahu ia bahagia atau tidak di kehidupannya. Ia hanya ingin orang-orang yang bersamanya selalu bahagia, itu saja.
*****
Adzan maghrib berkumandang, Humaira segera berwudhu dan membentang sajadahnya. Kembali uraian air mata membasahi pipinya di setiap doa yang ia panjatkan. Kembali ia mengadu keluh kesahnya kepada yang Maha Kuasa.
"Kau belum makan sejak pagi, makan dulu Hum.. "
Humaira menganggukkan kepala, ia pun mengambil piring dan bersiap untuk makan di meja makan.
"Danu sudah mandi kak?"
Tanya Humaira sambil memasukan nasi kepiring.
"Ia sudah wangi, dia lagi minum susu"
Jawab Umi lalu membentangkan sajadahnya. Wanita itu juga tidak ingin melewatkan maghribnya.
Humaira bergegas makan setelah itu ia membersihkan piring kotor sisa makanannya.
Ia menyempatkan diri bermain sebentar dengan anaknya. Setelah Umi selesai beribadah, baru lah Humaira bersiap untuk pergi ke tempat kerjanya.
Humaira selalu turun setelah maghrib. Karena letak kerjanya lumayan jauh, ia terpaksa mengerjakan waktu isyanya mendekati subuh. Jam kerja Humaira dibatasi hingga pukul 1 malam. Setelah sampai dirumah barulah ia mengerjakan isya ketika dirinya telah bersih.
"Bu...bu...hati-hati jagain suaminya, di tempat kita ini ada maling suami loh?! Kalau ndak bisa jagain dengan bener bisa-bisa di gotong pulang sama itu..."
Sindir salah seorang ibu-ibu ketika Humaira berjalan melintasi mereka.
"Sayang banget cantik-cantik tapi kerja nggak bener?!"
"Ngapain harus sayang sama wanita begitu, habis pakai sepah di buang cuih?!"
"Memang ya, kalau ndak mau susah ya gitu, tinggal ngangkang udah dapet duit banyak"
"Duit haram bu, haram. Mau banyak bijimane tetap haram?!"
"Pokoknya jangan deket-deket, ntar kena penyakit anu, kelar hidup kita"
"Ndak takut apa sama dosa?!"
"Perempuan kayak gitu mana ingat dosa jeng?!"
"Amit-amit jabang bayi?! Dunia sudah mulai hancur karena ulah yang beginian"
"Ibu, udah dong?! Emang ibu nggak dosa apa ngomongin orang?!"
Seorang remaja putri keluar dari pintu dan menasihati ibunya yang sedang bergunjing dengan ibu-ibu yang lain.
"Eh, kamu diem aja. Sana masuk..."
Gadis itu segera masuk dengan wajah cemberut.
Humaira tidak memperdulikan kata-kata tajam yang lontarkan untuk dirinya. Baginya semakin banyak orang mempergunjing dirinya, semakin banyak dosa yang ia buat berpindah pada orang itu. Entah benar atau tidak, Humaira hanya yakin buah kesabaran akan manis rasanya.
Wanita itu menunggu driver dari aplikasi sebuah smartphone di halte yang terletak ujung gang rumahnya. Pandangan lelaki sekitar terus tertuju pada Humaira. Walau wanita itu tidak menggunakan pakaian minim, namun bentuk tubuhnya yang seksi tetap terlihat jelas, padaha hanya sekedar kaos oblong dan celana jeans yang ia pakai saat itu.
Perawatan yang di berikan oleh sang mami untuknya, mengubah fisik Humaira yang dulu hanya seorang wanita lusuh tanpa daya tarik kini menjadi wanita yang bisa meluluhkan jantung para lelaki.
"Ngapain lihatin dia sampai kayak gitu, dia itu wanita malam, kamu mau kena anu?"
Kata salah seorang pemuda yang menasihati temannya. Tetapi sang teman masih saja menatap Humaira dengan takjub.
"Dari mana kau tahu dia itu wanita malam ?"
"Semua warga dekat-dekat sini udah pada tahu kali, bila mana ada wanita cantik tentu informasi identitasnya langsung di obrak-abrik"
Jelas pemuda itu pada temannya.
"Udah lama dia tinggal disini?"
"Lu mau ngapain, dia udah ada anak di luar nikah. Lu mau dapet paketan? Mana bekas orang banyak lagi.. hiiii....?!"
Pemuda itu menggeliat karena tubuhnya bergetar sendiri atas respon jijik membayangkan wanita yang telah di jamah oleh banyak orang.
"Apa beda cewek yang lu pacarin sama wanita malam yang lu tidurin?"
Pemuda yang di tanyain pertanyaan itu menggeleng.
"Sama-sama bolong, nggak ada bedanya kan?"
"Njiir, cewek gua masih ting-ting men?!"
Bantah sang pemuda tidak terima.
"Kata siapa? Udah nyoba belom? Nggak tahu pastikan?! Gue bukan mau jelek-jelekin cewek lu", memang nggak semua cewek seperti yang gue omongin dan bersyukur kalo emang masih ting-ting. Tapi jaman sekarang ini udah kebanyakan cewek rasa janda men?!"
"Ih..udah ah, ngomong ma lu nggak pernah menang gue"
Ujar pemuda itu terlihat sedikit kesal.
"Terserah, gue cabut dulu?!"
"Kemana? Masa lu ninggalin gue ?!"
"Bilang Jojo gue nggak bisa ikut nongki bareng, ada urusan mendesak?!"
Kata pemuda itu sambil meraih helmnya.
"Urusan apaan, sok sibuk lu?!"
Akhirnya kedua pemuda itu menghentikan obrolannya ketika Humaira telah di jemput driver pesanannya.
Pemuda yang terus menatap Humaira itu, langsung menaiki sepeda motornya dan mengikuti mobil yang di tumpangi oleh wanita itu.
✨Beri dukungan untuk aku dong😘
* Like 👍
* Komen
* favorit ❤️
*Rate⭐⭐⭐⭐⭐
*Hadiah
*Vote, Terima kasih 🤗
✨Baca juga Dream Destiny, bagi yang suka kisah romansa istana 😂.
Terima kasih 🙏
"Kau sudah datang? Cepat lah berganti pakaian, sudah ada tamu yang mencarimu"
Ujar mami sambil menunjuk seseorang di lantai bawah dengan dagu nya.
Humaira melihat lelaki hidung belang yang di tunjuk oleh sang mami.
"Tidur?"
"Menemani karaoke, dia sudah membongking ruang VIP selama 3 jam"
"Baiklah..."
"Jane kau akan di temani Ruby"
"Oke mam"
Humaira segera mengganti pakaiannya dengan atasan ketat berpadu rok mini. Ia langsung menghampiri lelaki yang kira-kira berusia 48 tahunan itu.
"Malam om, lama yah?"
Sapa Humaira pada tamu pertamanya. Wanita itu langsung mengambil posisi duduk tepat disamping lelaki itu. Dan Ruby mengambil posisi di sebelahnya.
Lagu demi lagu dinyanyikan pria itu, Humaira dengan sabar dan penuh senyum menemani lelaki itu. Seperti kebanyakan tamu yang datang, mereka rata-rata melepaskan stres dan penat dalam diri mereka.
Pelukan dan ciuman yang mendarat di tubuh Humaira sudah biasa terjadi. Bila tamu meminta lebih, maka tarif yang dikenakan tidak akan sama dengan hanya menemani karaoke saja.
3 Jam berlalu, Humaira beristirahat sejenak untuk melayani tamu berikutnya.
"Jane, tidur. Mau terima?"
Tanya mami pada Humaira yang sedang meluruskan pinggangnya.
"Ruby apa kau mau?"
Tanya Jane pada Ruby teman kerjanya.
Belum sempat Ruby menjawab pertanyaan Humaira, sang mami lebih dulu menyela.
"Dia meminta mu Jane"
Kata mami menunggu jawaban dari Humaira.
"Yang mana mam?"
Jane bangun dari tempatnya rebahan, lalu melihat ke lantai bawah. Ruangan yang di beri pembatas kaca itu memudahkan mereka untuk melihat tamu yang datang di lantai bawah.
Bukankah itu pemuda yang ada di halte tadi. Apa dia membuntuti ku?
"Apa dia tahu syaratnya mam?"
"Minimal hotel bintang 3 dan dia sudah membayar mu dengan transfer ke rekeningku"
Sang mami menunjukan jumlah uang yang masuk ke rekeningnya melalui notif di smartphonenya.
"10 juta?"
Humaira cukup terkejut, pemuda yang terlihat lebih muda darinya memiliki uang sebanyak itu untuk bermain-main.
"Untuk 2 jam. Kau pandai-pandailah mengulur waktu agar tidak bermain lama. Kalau bisa buat dia kelelahan, tapi jangan sampai ia memuntahkan miliknya lebih awal. Kau mengerti maksud ku?"
Jelas sang mami.
"Dia yang terakhir malam ini. Dan mungkin akan selesai lewat tengah malam nanti"
Pinta Humaira setelah menghitung waktu jam kerjanya.
"Baiklah"
Humaira mengganti pakaiannya dengan pakaian sebelumnya. Ia akan ke hotel tempat di mana dia akan melakukan transaksi pada tubuhnya.
"Hai tuan, apa kita akan langsung ke hotel?"
Sapa Humaira dengan akting senyum menggoda.
Pemuda itu memandangi Humaira dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Kamu mau langsung ke sana?"
"Aku terserah tuan aja"
"Oke, kita langsung kesana"
Lelaki itu langsung menghabiskan minumannya dan pergi sambil memeluk pinggang Humaira.
"Nggak apa kan naik motor gede?"
"It's oke tuan"
Humaira lalu naik di atas motor gede itu dan memeluk pinggang pemuda itu dari belakangan. Mereka terlihat seperti orang yang sedang berpacaran. Pemuda itu langsung melaju ke hotel bokingannya.
*****
Sesampainya di hotel, di dalam kamar yang hanya di tempati oleh mereka berdua, Humaira menuangkan minuman dan memberikannya kepada pemuda itu.
"Siapa namamu?"
"Hehehe..., anda lucu. Aku kira tuan sudah tahu karena sudah membokingku"
"Aku cuma melihat dan langsung memintamu pada boss mu"
"Semua orang memanggil ku Jane"
"Nama asli?"
"Anggap saja begitu tuan. Tapi bukannya anda pemuda yang di halte tadi?"
"Kamu ingat aku, apa kamu juga jatuh cinta pada pandangan pertama?"
Humaira terdiam sesaat, ia mencoba mencerna baik-baik maksud dari perkataan pemuda itu. Lalu wanita itu tersenyum, semakin lama senyumnya itu melebar, lalu ia pun terkekeh.
"Jangan bilang tuan jatuh cinta padaku"
Jleb, perkataan Humaira langsung tertancap di hati pemuda itu. Jelas sekali terlihat jika ia benar-benar jatuh cinta pada Humaira dengan wajahnya yang mulai memerah karena malu.
"Tuan boleh mencintaiku selama 1 jam 46 menit 27 detik"
Kata Humaira sambil melirik arlojinya.
"Aahh, aku nggak ingin membuang waktu percuma. Tapi, nggak bisa ya kamu ngasi bonus waktu untukku Jane?"
Pemuda itu mencoba tawar menawar dengan Humaira.
"Time is money, tuan tahu sistem kerja ku kan?"
Pemuda itu langsung meletakkan gelasnya di atas nakas. Ia segera menarik tangan Humaira hingga wanita itu jatuh di atas tubuhnya yang telah terbaring di atas ranjang. Dengan gesit ia meraih wajah Humaira dan mencium bibir wanita itu dengan rakusnya.
Humaira segera melepaskan ciuman itu. Ia terkekeh melihat semangat pemuda itu bagai kobaran api yang menyala.
"Apa aku belum mengatakan kalau aku nggak suka permainan kasar tuan?"
Pemuda itu terdiam sesaat. Terlihat ia sedang berusaha membuat strategi untuk menaklukkan permainan malam ini.
Humaira yang paham dan telah terbiasa akan pandangan yang menatap dirinya, perlahan mulai melepaskan pakaiannya satu demi satu.
Dengan gayanya yang menggoda ia pun melepaskan pakaian pemuda itu dengan perlahan. Satu persatu kancing baju ia lepaskan dari kaitnya. Membelai tubuh pemuda itu dengan lembut dan menggoda.
Debaran jantung yang keras terasa saat Humaira membelai dada bidang pemuda itu. Wanita itu tersenyum, lalu perlahan ia naik atas tubuh pemuda itu dan menduduki area tepat dimana batang tumpul berada.
Ahh... sial, kenapa dia sangat cantik dan menggoda seperti ini sih?! Ini bukan kali pertama aku tidur dengan perempuan. Tapi jantung sialan kenapa berdebar dengan keras ?!
Tiba-tiba pemuda itu mendorong tubuh Humaira hingga wanita itu terduduk di atas ranjang. Ia segera bangun dan berlari ke arah kamar mandi dengan menutup pintu itu rapat-rapat.
Seketika Humaira bingung, lalu tidak lama wanita itu terkekeh dan berjalan perlahan mendekati kamar mandi.
"Sepertinya anda sedang ragu tuan? Tapi anda sudah membeli tubuhku malam ini, dan itu nggak bisa dibatalkan"
Kata Humaira sambil bersandar di dinding kamar mandi yang terbuat dari kaca.
"Pakai pakaianmu. Aku nggak akan membatalkan, tapi kita nggak perlu melakukan, aku... kita mengobrol santai saja"
"Jangan tarik kata-katamu tuan"
Humaira berjalan mengambil bajunya yang berserakan di lantai. Ia pun mengenakan kembali semua pakaiannya.
"Aaah, kau mengagetkanku"
Kata Humaira ketika tiba-tiba dipeluk oleh pemuda itu dari belakang. Pemuda itu lalu mencium tengkuk indah Humaira.
"Anda sudah membatalkan acara kita bercumbu tuan"
"Aku tahu. Aku cuma ingin meluk kamu seperti ini"
"Siapa kamu sebenarnya?"
"Dalam berhubungan kita nggak boleh menanyakan hal yang bersifat privasi bukan?"
"Untukku apa nggak ada pengecualian?"
"Nggak ada pengecualian"
Tegas Humaira. Wanita itu tidak akan mau jatuh dalam permainan cinta yang membuatnya jadi seperti sekarang ini.
Pemuda itu membawa Humaira duduk di ranjang yang nyaris bergoyang malam itu. Tetapi, pada akhirnya mereka hanya mengobrol santai hingga Humaira tersenyum dan akhirnya tertawa. Tidak di sangka mengobrol dengan lelaki yang usianya jauh lebih muda darinya bisa membuatnya tertawa lepas.
Tak terasa waktu kontrak mereka sudah habis. Pemuda itu lalu mengantar Humaira pulang meski wanita itu sudah menolaknya.
"Disini saja, aku akan berjalan dari disini"
"Nggak sampai dirumah?"
"Cukup disini saja tuan"
Humaira terlihat meminta untuk tidak mengantarkannya terlalu jauh.
Mengingat wanita itu selalu menjadi bahan cemoohan orang-orang sekitar, pemuda itu pun mengiyakan. Dalam hatinya merasa kasihan juga sedih melihat wanita secantik itu harus berjuang di jalan yang tidak ingin di lewati oleh siapa pun.
✨Beri dukungan untuk aku dong😘
* Like 👍
* Komen
* favorit ❤️
*Rate⭐⭐⭐⭐⭐
*Hadiah
*Vote, Terima kasih 🤗
✨Baca juga Dream Destiny, bagi yang suka kisah romansa istana 😂.
Terima kasih 🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!