NovelToon NovelToon

Perjanjian Pranikah

eps 1

"Hen menurut loe makan itu penting banget ya ? " tanya zalwa pada heni ketika makanan kedua heni tiba

Heni gadis berjilbab kuning itu mengangguk pelan " cuma makan yang penting bagi gue " sahutnya dengan menampakan giginya yang rata

zalwa menghela nafas kebiasaan yang selalu heni dahulukan dari yang lain yaitu makan entah itu siang pagi sore malam selalu makan

Zalwa saja capek menghitung berapa kali heni makan dalam sehari

"Tapi gue iri sama loe hen , makan segitu banyaknya badan loe ngak perna gendut " ucap zalwa dengan melihat badan heni yang menurutnya seperti wanita yang menjaga pola makannya selalu ramping

Heni hanya mengangkat kedua bahunya "mungkin paktor keturunan umi sama abi kali mangkanya gue ngak gemuk"

Zalwa mengangguk sembari mengaduk bakso di hadapannya " ngak kerasa ya hen bentar lagi kita bakal ninggalin kairo"

Heni melihat zalwa yang lesu langsung memberikan minuman " kamu kayak ngak semangat mau pulang ke jakarta emang ngak rindu sama orang di sana " tanya heni dengan menghadap zalwa

zalwa mengeleng pelan namun iris matanya ber air " rindu lah mana mungkin ngak gue cuma ngak tau hen kapan kita bisa balik ke kairo lagi, tiga tahun tapi rasanya bentar banget " sahutnya dengan mendongak ke atas sembari membersihkan matanya

Heni memegang kedua pundak zalwa " in sya allah jika kita masih berjodoh kita akan kesini lagi, sekarang yang bisa kita lakuin nikmatin waktu beberapa hari kita sebelum balik ok " ucapan heni membuat zalwa tersenyum senang

"Loe selalu bisa bikin gue seneng, makasih ya udah mau jadi sahabat gue selama ini jazakillahu khairan " ucap zalwa dengan memeluk heni

"wajazakallahu khairan zalwa" sahut heni

Zalwa azzahra putri abah abdul aziz dan umma pipik gadis yang kini menempuh pendidikan di al-azhar kairo mesir

bukanlah hal yang mudah bagi zalwa namun demi meraih cita citanya menjadi guru bahasa arab ia rela berjauhan dengan kedua orang tuanya menurut zalwa mondok di pesantren memang bagus tapi alangkah baiknya jika ia menempuh pendidikan yang lebih baik demi generasi yang baik pula

"Zalwa hp loe tu " zalwa menoleh ke hp yang ia letakan di meja

"Bentar ya, assalamu'alaikum abah"

"Walaikum salam warohmatulohi wabarakatuh, apa kabar anak abah ? "

"Alhamdulillah baik bah abah sama umma gimana kabarnya ? " tanya zalwa dengan melihat heni yang tersenyum sendiri

"Alhamdulillah kami baik nak gimana kuliahnya lancar ?"

"Alhamdulillah bah skripsi zalwa juga sudah di terima zalwa cuma menunggu panggilan untuk sidang"

"Alhamdulillah kalau begitu, apa kemaren umma ada nelpon kamu ?" tanya abah lagi

"Belum bah memangnya kenapa ? " tanya zalwa yang binggung dengan pertanyaan abah

"Abah ingin bicara sama zalwa tapi nanti setelah zalwa di asrama saja bisa ? "

"Iya bah bisa nanti zalwa telpon kalo sudah di asrama"

"Yasudah abah tutup dulu ya assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam warohmatulohi wabarakatuh" sahut zalwa dengan mematikan hpnya

"zal ke mushola yuk bentar lagi azan " zalwa menoleh ke heni lalu mengangguk

keduanya berjalan menuju mushola yang terletak tepat di samping kantin sedangkan di masjid banyak lelaki yang sholat disana

"zalwa hani " panggil suara membuat keduanya menoleh

"kalian mau ke mushola" hani dan zalwa kompak mengangguk

"ibuk ikut ya " sahut aisyah dengan mendekati keduanya

.

.

.

.

.

.

.

.

"assalamu'alaikum" ucap seorang lelaki yang langsung masuk rumah

"waalaikumsalam warohmatulohi wabarakatuh" sahut kedua lelaki yang tengah asik ngobrol di kursi

"mas zaki baru pulang ? " lelaki yang bernama zaki itu mengangguk lalu ikut duduk di hadapan keduanya

"Jadi gimana keputusan kamu.? " tanya seorang lelaki paru bayah pada anak lelaki nya itu zaki

"zaki belum kepikiran abi" sahutnya dengan melihat lelaki yang di panggilnya abi itu

"Belum kepikiran gimana, kamu sudah saatnya berkeluarga apa kamu mau keenan dulu yang menikah ? " sahut wanita paru baya yang datang dengan teh di tangganya

Lelaki yang bernama keenan mengangguk " benar mas keenan juga ngak mau menunda hal baik jika pilihan abi sesuai dengan keinginan kita kenapa ngak " sahut keenan

zaki hasyim muzadi dokter sekali gus pengurus pondok pesantren darunnajah anak tertua dari kyai hasyim muzadi dan nyai fatimah

Walaupun anak kyai namun zaki tetaplah manusia yang modern dalam bergaul dan berbahasa berbeda dengan keenan hasyim muzadi adiknya ini lebih ke agamaan sangat membatasi diri dalam bergaul apalagi yang namanya wanita

zaki mengeleng mendengar penuturan adiknya itu " nanti la bi zaki pikir dulu toh zaki belum ketemu sama dia " sahut zaki dengan menyandarkan badanya di kursi

"Keenan tau orang nya mas, mas mau liat ngak photo nya? " ucapan keenan pada zaki

"Kalo itu mas juga sudah liat ken "

"Kalo gitu kita ke kairo aja mas ketemu langsung " sahut keenan namun langsung mendapat tatapan dari abi dan umi nya

"Kamu pikir kairo itu seperti dari jakarta ke depok" sahut umi fatimah dengan mengeleng pelan

Keenan menyengir " lagian mas zaki gadis secantik itu masih mikir kalo mas ngak mau keenan aja bi "

hasyim tersenyum sembari mengeleng "memangnya kamu siap menjadi imam apalagi perempuan itu dosen di kairo " tanya kyai hasyim

Keenan mengangguk " seberapa tinggi pendidikan perempuan jika ia di bimbing oleh lelaki yang baik in sya allah rumah tangga mereka akan samawa " ucapan keenan membuat hasyim mengusap kepala anaknya itu

"Alhamdulillah jika kamu siap abi ada jodoh tapi abi belum ketemu sama orang tuanya in sya allah dalam waktu dekat abi akan berkunjung ke sana " keenan mengangguk dengan senyum namun zaki malah mengeleng pelan tak habis pikir dengan jalan pikiran adiknya itu

"Selesaikan dulu kuliah mu baru menikah "

.

.

.

.

"wa kenapa melamun.? " tanya heni ketika melihat zalwa melipat mukenah dengan tatapan kosong

"wa zalwa" panggil heni lagi dengan menepuk pundak zalwa

"Astaghfirullah heni bikin kaget aja "

"Dih loe ni yang kenapa orang dari tadi di panggilin loe nya aja ngelamun kayak raga tak berjiwa " ucapan heni membuat zalwa mengeleng

"Drama banget judulnya kayak ngak ada judul lain aja"

"Biarin, lagian loe kenapa sih ? " tanya heni lagi

" Mas ilham mau ta'aruf hen " sahut zalwa pelan

"Alhamdulillah, itu berita bagus wa mas loe mau menikah terus yang jadi masalahnya apa ? " tanya heni dengan binggung karna sikap zalwa seperti orang yang tidak senang

"loe ngak sedih hen ? " heni diam lalu mengeleng

"kenapa sih"

"Masalahnya mas ilham mau ta'aruf sama loe hahahahah" seketika wajah heni binggung

"Sama gue " tunjuknya pada dirinya sendiri

"Iya heni ku sayang lagian loe sendiri yang bilang mau nikah setelah kita lulus kuliah, abah sama ummah udah kerumah loe kemarin dan orang tua loe udah setujuh"

"gue wa bener gue " zalwa mengangguk senang

"Iya heni alhamdulillah doa loe di jabah allah selama ini loe suka kan sama mas ilham gue tau itu" seketika heni melihat zalwa

"Gue udah lama tau hen "

"Tapi umi kemarin bilang lelaki itu orang biasa" sahut heni dengan polos

zalwa menghembus nafas " loe pikir mas ilham malaikat atau dewa gitu "

Heni menyengir " bukan gitu umi bilang dia orang biasa bukan hafiz al-quran atau gus "

"Tapi loe tetap mau kan " goda zalwa membuat heni tersenyum

"siapa pun pilihan umi dan abi itu pasti yang terbaik buat gue " sahut heni dengan tersenyum

"cie cie yang mau nikah" zalwa terus mengoda heni mambuat heni berlari ke kamar mandi

"udah dong wa jangan godain terus malu ih" teriak heni dari dalam kamar mandi

"ngapain malu kan bentar lagi kita jadi sodara" sahut zalwa lagi

"ngak kebayang gue wa sodaraan salam loe"

"wa loe hen kebangetan keluar loe sini mas ilham nikah sama yang laen baru tau loe " sahut zalwa membuat heni keluar lalu mendekati zalwa

"jangan ih gue cuma becanda loe " zalwa pura pura merajuk membuat wajah heni tegang

"wa zalwa sorry sorry wa " zalwa berbalik lalu mengelitik heni

"wa ampun wa hahaha ampun " teriak heni namun zalwa sangat menikmati penyiksaan heni

"rasain ni biar pipis di celana sekalian " ucap zalwa dengan terus mengelitik heni

"ampun ampun wa " zalwa berdiri menjauh dari badan heni

"udah ah hen capek gue, gue mau ke perpustakaan dulu " sahut zalwa dengan membenarkan jilbabnya

"iya gue juga capek " sahut heni dengan duduk di kasurnya

"loe ke perpus sendiri aja ya gue mau mandi dulu nanti gue kesana " zalwa mengacungkan jempol nya lalu mengambil tas

"assalamu'alaikum"

"waalaikumsalam" sahut heni dengan mengatur napasnya

.

.

"zalwa" panggil buk aisyah ketika zalwa sedang membaca di perpustakaan kampus

Zalwa menoleh " buk aisyah "

"Rajin banget udah tinggal sidang masih belajar aja " ucap aisyah dengan mendekati zalwa

Zalwa tersenyum "zalwa deg degan buk kalo belajar bikin tenang" sahutnya

Aisyah tersenyum " alhamdulillah semoga ilmunya bermanfaat ya dan cita cita kamu menjadi guru terwujud"

"Aamiin" sahut zalwa dengan mengusap kedua tangannya ke wajah

"Nanti yang jadi penguji nya siapa buk ? " tanya zalwa dengan terus membaca bukunya

"Ibu ngak tau siapa" zalwa menoleh ke aisyah

"Masa ngak tau" sahut zalwa binggung

Aisyah tersenyum " pengen banget tau ya " sahut aisyah lagi

"Pelit banget " sahut zalwa dengan cemberut

"Udah mending belajar yang rajin siapin diri untuk sidang nanti ibu bantu doa" dengan wajah cemberut zalwa menoleh ke aisyah

"Bantu doa doang"

"Dari pada ngak sama sekali mending bantu doa" aisyah tersenyum lalu beranjak pergi meninggalkan zalwa sendirian

"Makasih buk " teriak zalwa pada aisyah

hay ini akun ke dua saya aku lama ayu Kasuma yang cerita (love you my husband ) itu udah ngak bisa di buka jadi terpaksa bikin akun lagi

mohon bimbingan nya ya........

eps 2

harus upload ulang karna banyak huruf yang ngak sesuai sama eyd terpaksa edit lagi mohon maaf ya guys

( ayana moon)

zalwa azzahra

(laudia chintya bela)

heni almaira

(ji chan woo)

zaki hasyim muzadi

Keenan hasyim muzadi

.

.

.

.

.

.

.

.

.

***********

zaki menyandarkan badanya di kursi sembari memejamkan mata berharap lelahnya bisa segera hilang

"Lemes banget dok" sahut suara seorang lelaki yang datang

zaki melihat ke sumber suara yang ternyata rekan kerja nya denis

zaki kembali memejamkan mata dengan membenarkan posisinya mencari yang nyaman" iya abis oprasi "

"Lancar oprasinya ? " tanya denis dengan meletakan air mineral di atas meja

"Alhamdulillah lancar" sahut zaki

"minum dulu dok" zaki kembali membuka mata dan langsung membuka botol air itu

"Oya denger dari keenan dokter mau di taaruf benar ?" zaki melihat denis lalu mengangguk

"Sama siapa dok" tanya denis dengan duduk di depan meja zaki

"Kenapa? "

Denis tersenyum "ya pengen tau aja dok siapa cewek yang beruntung mendapatkan dokter ganteng ini"

"kamu sendiri gimana ? " tanya zaki balik

"dokter orang nanya dia la dia nanya balik" sahut denis dengan mengaruk kepalanya yang tak gatal

"Ngomongin apa si seru banget " suara seorang wanita membuat keduanya menoleh

"Ini loe dokter mira dokter kita satu ini akan menikah" sahut denis

"Menikah sama siapa ? " tanya mira yang mendekati keduanya

Denis mengangkat kedua bahunya "sama siapa dok ?" tanya mira lagi

zaki hanya mengeleng " kalian ini gosip aja cepet dah kerja lagi sana "

"Dok kasih tau dulu" ucap denis ketika melihat zaki masuk ke kamar mandi

"bener dokter zaki akan menikah ? " tanya mira lagi

"belum sih baru taaruf tapi kalo cocok ya pasti menikah la " sahut denis tampa melihat wajah mira yang murung

"dokter mira ngapain kesini ?" seketika wajah mira berubah mendengar suara zaki

"ah ini dok saya mau menyerah kan riwayat penyakit pasien yang akan oprasi nanti " dokter mira meletakan map di atas meja

zaki mengambil map tersebut lalu memeriksa nya begitu juga dengan dokter denis yang ikut berdiskusi bersama mengenai penyakit pasien

.

.

.

Zalwa tersenyum senang haru ketika bu aisyah selaku dosen bahasa arabnya mengangkat tanggan mengajaknya bersalaman

"Barakallah zalwa (selamat zalwa ) " zalwa menyalami tanggan bu aisyah dengan senang

"Syukron katsiron bu laqad saeadani kathiran ( terimakasih bu anda telah membantu saya sangat banyak) " sahut zalwa dengan beralih menyalami dosen lainnya

"syukron katsiron pak "

"Zalwa ma'a an najah ( zalwa semoga sukses) " sahut bu aisyah ketika zalwa akan membuka pintu ruangan

Zalwa mengangguk lalu keluar untuk menemui heni dan teman temannya yang lain

"Gimana ? " tanya heni

"Alhamdulillah berjalan dengan lancar " sahut zalwa dengan senyum

"Alhamdulillah " sahut beberapa teman zalwa yang ikut hadir di sidang

"Yaudah sekarang kita ke kantin aja udah laper" ajak salah satu dari mereka

.

.

.

"gimana sidang nya ?" tanya kyai abdul pada zalwa yang tengah berbaring di kasur

"alhamdulillah bah lancar zalwa akan segera lulus " sahut zalwa ketika mereka tengah mengadakan panggilan langsung (vidio call)

"alhamdulillah kalau begitu oya heni nya mana ? " tanya umma pipik yang tak melihat heni di kamar zalwa

"heni lagi di kamar mandi umma kenapa ?"

" in sya allah lusa akad nikah mas ilham sama heni akan di laksanakan" zalwa melihat umma pipik dengan kesal

"kenapa ndak nunggu zalwa sama heni balik " tanya zalwa kesal

nyai pipik dan kyai abdul tersenyum " mas ilham maunya gitu katanya nanti pas wisuda udah sah biar bisa photo berdua "

zalwa menatap heni yang baru keluar kamar mandi " ehh gitu ya ndak papa bilangi mas ilham heninya tidur sama zalwa dulu"

ucapan zalwa membuat kening heni berkerut binggung " ndak papa toh nanti kalo udah sah kamu ndak bisa milikin heni lagi " sahut suara membuat heni mengelengkan kepalanya

"awas loe mas ilham " kesal zalwa membuat abdul dan pipik tertawa

"zalwa mau nikah juga ? " pertanyaan abdul membuat zalwa diam seketika

"emang udah ada yang lamar abah ? " tanya heni yang mendekati leptop zalwa

"ya belom ada sih tapi kalo zalwa mau tak abah carikan dulu" heni tersenyum dengan mencolek dagu zalwa

"cariken bah biar zalwa ada temennya awww " zalwa mencubit badan heni

"apaan sih ndak usah bah nanti aja " sahut zalwa dengan cepat

"lohh ndak baik menunda nunda hal yang baik kan bah ? " abdul mengangguk membenarkan ucapan heni

"udah bah nanti ilham bantu cari " goda ilham lagi membuat zalwa kesal

"umma zalwa belum mau nikah " regek zalwa pada umma nya

"iya iya sudah jangan goda lagi kasian zalwa nya " ucap nyai pipik pada kedua lelaki yang berbeda usia itu

.

.

.

.

ketukan dari pintu membuat zalwa dan heni segera beranjak membuka pintu

"farah ada apa.? " tanya heni ketika melihat salah satu teman kuliah nya itu

"gue cuma mau ngasi tau kalian di mading udah ada pengumuman wisuda kalo nama kalian ada silakan ambil surat di bu aisyah" ucap farah

"bener udah di tempel ? " farah mengangguk lagi

"iya sana gih cek nama kalian " heni dan zalwa mengangguk

"makasih ya far atas info nya " ucap zalwa

"iya sama sama "

setelah kepergian farah zalwa dan heni bergegas menuju mading kampung keduanya mengecek nama mereka masing masing

"alhamdulillah satu minggu lagi wisuda hen" ucap zalwa dengan gembira

"iya wa alhamdulillah, padahal sidang baru kemarin" ucap heni

"yaudah yuk balik " ajak heni namun zalwa malah menghentikan langkahnya

"kenapa ? " tanya heni yang binggung melihat tingkat zalwa

"cie yang mau nikah " heni mengeleng kan kepalanya tak habis pikir dengan temannya ini

"gue pikir loe ngapain berhenti taunya cuma mau godain gue " zalwa menampilkan giginya

"balik yuk kita siap siap buat akad " zalwa menarik tanggan heni mengajaknya kembali ke asrama

"sah alhamdulillah" ucap zalwa heni dan farah bersamaan

ketiganya kompak berdoa mendengar kan doa melalui video call atau pernikahan secara virtual yang berbeda nya mempelai perempuan dan lelaki nya di pisahkan ilham mengadakan ijab kabul di malang sedangkan heni masih di kairo

"selamat heni " zalwa dan farah kompak memeluk heni bersamaan

"makasih ya "

"hen doanya mau gue wakili ngak" ucap zalwa dengan menaik turunkan alisnya

"jangan dong wa biar mas ilham aja " ucap heni dengan senyum

"malu malu segala loe hen kayak kucing aja" sahut farah yang tersenyum melihat heni salah tingkah

"udaah gue mau balik ke kamar dulu lupa cas kipas by by" farah membuka pintu ingin keluar namun ia malah bertemu dengan seorang yang datang ingin menemui zalwa

"wa ada yang nyariin ni " teriak farah membuat zalwa melihat ke pintu

"siapa ? eh kenapa ya " tanya zalwa ketika melihat perempuan bercadar datang ke kamar nya

"Ana bila hunalik risalah l zalwa ( saya bila ini ada surat untuk zalwa) " ucap bila dengan memberikan amplop

(maaf kalo salah dalam penulis bahasa arabnya)

zalwa mengambil surat tersebut " syukron " sahut zalwa

setelah perempuan itu pergi farah dan heni langsung mendekati zalwa

" kalian ngapain ? " tanya zalwa pada keduanya

" kita mau liat apa isi surat nya" ucap heni yang di benar kan farah

zalwa membuka surat tersebut lekas membacanya

...assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

...zalwa maaf jika saya terkesan tidak sopan dengan mengirim surat ini, tapi hanya ini yang bisa saya lakukan karna tidak memiliki nomor kontak kamu...

...saya menunggu mu di taman kampus jika kamu berkenan temui saya karna ada hal yang ingin saya sampaikan...

...ttd : fajri al-khafi...

...terimakasih...

...wassalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh...

"ehhmmm cie cie fajri bukanya itu dosen bahasa inggris ya " ucap farah dengan menepuk pundak zalwa

" ah iya benar wa seperti nya ada yang ehhmmmm..... " sahut heni membuat zalwa mengeleng

"kalian ini siapa tau ada hal tentang kuliah yang ingin di sampai kan pak fajri" elak zalwa agar tidak terus di goda kedua temanya

"iya wa kita percaya iyakan hen percaya aja kita kan" farah tertawa membuat zalwa cemberut kesal

"udah sana temuin kasih loe pak fajri nya biar bagai mana pun itu dosen loe wa hargai " zalwa melihat kedua temanya dengan kesal karna terus mengoda nya

"iya iya ini suratnya, zalwa pamit ya assalamu'alaikum" setelah memberikan surat pada heni zalwa langsung keluar dari kamarnya dan menuju ke tempat yang di maksud dalam surat

.

..

maaf ya kalo dalam penulis bahasa arabnya salah atau kurang tepat karna saya juga baru belajar..

eps 3

Para mahasiswa al-azhar berhamburan melemparkan topi wisuda nya sebagai wujud bahagia karna telah selesai melaksanakan study nya

Begitu juga dengan zalwa, heni dan farah ketiga mahasiswa asal undonesia itu saling berpelukan satu sama lainnya

"Zalwa gila ya gue ngak nyangka bisa lulus dari universitas ini tau sendiri kan gue kayak gimana bodohnya " sahut farah dengan antusias

"Alhamdulillah berarti loe masih memiliki otak " sahut zalwa membuat farah dan heni tertawa

"eh wa hen kalian kalo udah balik jangan lupain gue ya " sahut farah dengan mengusap ekor matanya

Zalwa tersenyum " ngak akan loe juga jangan lupain kita in sya allah kalo ada kesempatan kita bertemu lagi"

" kalian ini di pikir bandung jakarta jauh ya kita kan masih bisa ketemu" sindiran heni membuat keduanya tertawa

farah melambaikan tanggan pada beberapa teman jurusan nya " eh gue ke sana dulu ya "

mata zalwa menangkap segerombolan orang yang mereka tunggu tunggu " hen mau bulan madu di mana ? " tanya zalwa membuat heni binggung

Zalwa menunjuk ke belakang heni dengan memainkan matanya

ketika berbalik heni langsung tersenyum melihat ilham dan beberapa keluarga yang lainnya datang

"Selamat anak umma " nyai pipik langsung memeluk zalwa begitu juga dengan diana uminya heni yang juga memeluk heni

Setelah memeluk umma pipik zalwa beralih ke abdul dan ilham sedang kan heni memeluk darman ayahnya

"Hen izin peluk ya ? " goda zalwa ketika ia sedang memeluk ilham

Sontak saja suara tawa langsung terdengar membuat heni yang malu langsung menunduk

.

.

setelah acara wisuda besoknya mereka langsung memutuskan untuk pulang ke indonesia karna ada banyak pekerjaan yang menanti mereka

"Jadi gimana keputusan loe ?" tanya heni ketika keduanya tengah membereskan barang barang yang akan mereka bawah pulang ke indonesia

Zalwa menoleh sembari menghembuskan nafas " gue belom ngasi tau umma hen"

Heni mendekati zalwa " apa loe masih ragu ?"

Zalwa menunduk "ada banyak pertimbangan yang harus gue pikirin hen keluarga semua nya"

"Sudah minta petunjuk sama allah ? " tanya heni

Zalwa mengangguk " tapi gue belom dapet jawaban yang ada hanya gue yang berdiri di antara pak fajri dan impian gue selalu terus seperti itu"

Heni mengusap pundak zalwa " mungkin loe harus cerita ke umma sama abah minta saran dulu dari mereka " zalwa mengangguk

"Yaudah sekarang lanjut beres beres lagi kasian keluarga kita nunggu " sahut heni dengan tersenyum

Dari bandara kairo cairo internasional airport (CAI) pesawat yang membawa rombongan zalwa dan keluarga kini tiba di bandara soekarno hatta setelah melewati waktu kurang lebih 17 jam membuat badan zalwa dan heni bagaikan sayur lode

tepat jam 15.30 sore zalwa dan kedua orang tuanya tiba di kediaman nya di jakarta barat pondok pesantren asshiddiqiyah

"Ning " sapa beberapa santri menyambut zalwa yang datang

Zalwa tersenyum lalu memeluk beberapa santri yang dekat denganya hingga membuat kerumbunan

"Ehhhmmm" suara deheman seseorang membuat zalwa menoleh dan kerumbunan itu langsung menjauh

"Abang iz bang al" sapa zalwa dengan langsung memeluk keduanya

Nizam abdullah anak ke dua abdul aziz setelah ilham sedang kan alwi abdullah anak ketiga

Ilham lebih senang di panggil mas karna menurut nya lebih berwibawa sedangkan abang adalah pilihan nizam dan alwi karna menurut keduanya tak ingin dewasa itula alasan kenapa panggilan ilham berbeda dari yang lain

Ketiga kakak zalwa memiliki karakter tersendiri ilham yang tegas nizam yang dingin sedang kan alwi sedikit gila tapi berkat kegilaan alwi la zalwa bisa berkuliah di kairo menurut alwi pendidikan perempuan harus lebih baik karna perempuan madrasah anaknya nanti

"Gimana enak.? " zalwa menganguk dengan mulut penuh makanan

Bagaimana tidak di hadapannya sudah tersedian berbagai lauk khas indonesia masakan nizam khusus untuk zalwa

"Abang ngak makan.? " tanya zalwa pada nizam

Nizam mengeleng " kenyang tadi makan di restoran " sahutnya

"Abah udah, ini masi banyak lo bah" tanya zalwa yang melihat abdul menyingkirkan piringnya

"Sudah ngak muat lagi perut abah"

"Yaudah biar abang aja yang ngabisin" alwi langsung menambah nasi serta berbagai lauk ke piringnya

"Buat yang baru datang" sendok yang ingin meluncur ke mulut alwi tertahan mendengar ucapan nizam

"Abang lupa al kan baru datang dari kantor " sahut nya dengan kembali menikmati makanannya

"Kalo sudah abah tunggu di ruang keluarga ya" ketiganya kompak mengangguk mendengar ucapan abdul

"Umma apa ada yang penting ? " tanya zalwa dengan sedikit berbisik

nyai pipik mengangguk " sangat penting selesaikan makanan kalian ya " sahutnya lagi lalu ikut pergi

"mas ilham ngak ke sini dulu ? " tanya alwi disela makannya

"Alwi jangan bicara " sahut nizam yang masih berada di dekat zalwa

"kan cuma nanya bang"

alwi kesal setiap ada nizam ia dan zalwa tidak bisa bebas melakukan apa-apa bahkan bicara saat makan pun dilarang

.

.

.

.

.

.

Zaki yang baru pulang dari rumah sakit langsung menghentikan langkahnya ketika mendengar beberapa sorakan dari lapangan pesantren

"Mereka kenapa.? " tanya zaki ketika melihat beberapa santri dan santriwati berjajar membuat jalan panjang

Keenan menoleh " mereka kedapatan saling kirim surat"

" Apa sudah ke tahap pacaran.? " keenan mengeleng

"Belum tapi mengarah ke sana " keenan langsung memberikan hampir sepuluh surat pada zaki

"Ada berapa orang.? " tanya zaki ketika melihat dua gerobak cinta yang di siapkan untuk hukuman

"Ada tiga pasang satu pasang lagi di hukum sama akbar dan mimi"

Zaki mengangguk " kalo sudah suru temui saya di ruangan " zaki langsung melangkah pergi menuju ruangannya di pesantren

setibanya di ruangan zaki langsung di hadapkan dengan photo yang terletak di atas mejanya photo seorang wanita yang ia tau wanita itu sebagai dosen di kairo

"aisyah" ia membaca nama yang tertera di photo itu

ia kagum dengan wanita itu yang meraih mimpinya hingga ke kairo apalagi dari keluarga yang sederhana dan orang biasa tapi wanita itu mampu menempuh pendidikan hingga menjadi dosen di sana

namun sebenarnya ia masih mengharapkan nama lain yang akan ia ucapkan saat akad nama yang selalu ia ingat tapi tak pernah ia sebut dalam sepertiga malamnya karna ia takut takut jika wanita itu sudah melupakan nya takut jika wanita itu tak pernah tau keberadaan nya takut harapan nya tak akan menjadi kenyataan

"abah yang narok " suara keenan membuat zaki menoleh

"abah harap mas cepat ambil keputusan" keenan langsung duduk di samping meja zaki

"apa wanita itu sudah tau ? " keenan mengeleng

"kata abah nanya mas dulu kalo oke kita langsung ke sana " zaki menghembuskan nafasnya

"saya nurut apa kata abah saja " zaki menundukkan kepalanya karna tak ingin membuat abahnya semangkin kecewa ia tau pasti ini yang terbaik untuknya

keenan menegakan badanya "alhamdulillah saya kasih tau abah dulu , oya di luar ada santri yang tadi saya suru masuk" keenan langsung pergi keluar tak lupa memanggil para santri itu

.

.

"jadi kamu benar sudah setujuh ? " tanya hasyim pada zaki yang tengah menonton ceramah ustaz da'as alatif

zaki menoleh sebentar lalu kembali melihat tv " zaki pikir abah ada benarnya sudah saatnya zaki menikah "

"sudah saatnya abah menimang cucu ngak kasian sama abah" candaan kyai hasyim membuat zaki tersenyum

"assalamualaikum pak kyai, gus" panggil salah satu santri membuat zaki dan hasyim menoleh

"waalaikumsalam warohmatuloh kenapa akbar ? "

"di luar ada wali santri yang di panggil kemaren gus " hasyim melihat zaki yang beranjak

"ajak ke pesantren saya segera ke sana " santri itu mengangguk lalu pamit pergi

.

.

.

.

flashback

"assalamualaikum pak fajri " fajri menoleh lalu tersenyum

"waalaikumsalam, duduk zalwa " zalwa duduk di bangku kosong yang terletak di samping kursi fajri

"saya ingin kembali ke jakarta besok" zalwa langsung menoleh ke fajri sedangkan fajri masih melihat sekitar

"kenapa pak fajri ngasi tau saya ? " tanya zalwa bingung

"kenapa ? karna saya sudah lama tertarik dengan kamu dari awal kamu masuk al-azhar sampai kemarin" sahut fajri dengan menghembuskan nafasnya

"tapi hari ini saya rasa sudah waktunya untuk mengatakan semuanya zalwa " ucapan fajri dengan melirik zalwa

zalwa menundukkan pandanganya ia tau apa maksud dari ucapan fajri tapi ia binggung kenapa harus dia yang tidak sepadan dengan fajri dosen al-azhar sekali gus seorang hafiz al-quran yang sudah di kenal banyak orang

"jika kamu bersediah saya ingin kamu menjadi makmum saya " zalwa langsung menoleh ke fajri

"jangan kaget begitu saya tidak minta kamu menjawab sekarang" sahut fajri dengan senyum

fajri mengambil kertas yang ia letakan di sakunya " ini nomor hp saya hubungi saya kalo kamu sudah ada keputusan tapi jangan lama nanti saya keburu tua " zalwa melihat kertas yang di berikan fajri

"kenapa harus saya pak ? bukankah masih banyak perempuan yang jauh lebih baik akhlaknya, kepribadian, serta berpendidikan dari saya apa alasannya pak fajri memilih saya ? " fajri tersenyum mendengar penuturan zalwa

fajri mengangguk "memang banyak tapi saya memilih kamu" sahut fajri dengan kembali memberikan kertas

dengan perasaan ragu zalwa menerima kertas tersebut

"minggu depan kamu wisuda ? " zalwa mengangguk pelan

"itu artinya saya masih di jakarta maaf saya tidak bisa hadir "

"iya ngak papa "

"yasudah silakan kembali nanti teman kamu nyariin lagi" zalwa mengangguk langsung berdiri

"assalamu'alaikum"

"waalaikumsalam" sahut fajri

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!