NovelToon NovelToon

Cinta Tak Salah

Part 1

Ziandra Putry Malik adalah seorang gadis berusia 25 tahun dan berhijab yang berasal dari keluarga sederhana. Ziandra merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Dia memiliki seorang adik perempuan bernama Zeandra Putry Malik yang tiga tahun lebih muda darinya yang saat ini sedang menempuh pendidikan bidan semester 4 di kampus yang sama dengan Zia.

Zia mahasiswa tingkat akhir profesi ners, saat ini dia disibukkan menyusun laporan akhir nersnya. Yah, Zia dan teman-teman seprofesinya sudah ditarik dari rumah sakit seminggu yang lalu, sehingga saat ini dia sedang menyusun tugas laporan akhirnya. Zia termasuk tipe gila kerja karena jika dia sudah punya pekerjaan maka pekerjaan itu harus cepat selesai. Begitu pun dengan penyusunan laporannya dia selalu ingin itu cepat selesai karena dia berencana akan mengikuti UKOM yang akan diadakan 3 bulan lagi. Sehinggga hari libur pun dia tetap menyusun laporannya, seperti saat ini.

“Kak, apa laporan kakak sudah selesai?” tanya Zea.

“Belum, baru mau masuk isinya. Kenapa dek?” tanya Zia menatap adiknya.

“Gak apa-apa sih. Zea hanya nanya aja.” Timpal Zea tersenyum.

“Kamu yaa kebiasaan deh. Kakak pikir ada apa.” Zia pun kembali fokus dengan laporannya.

“Kak, apa kakak belum ingin menikah setelah lulus nanti?” tanya Zea tiba-tiba.

“Hmm,, belum deh. Kakak harus mendapatkan pekerjaan dulu nanti setelah itu kakak akan memikirkan hal lain.” Ucap Zia yang tetap fokus dengan laporannya.

“Begitu yaa.” ucap Zea.

“Iya. Ee,, tapi kenapa kamu nanya gitu? Apa kamu sudah punya keinginan menikah lebih dulu dari kakak?” goda Zia.

“Ahh,, kakak! Aku masih ingin kuliah jadi bidan dulu.” Ucap Zea.

“Gak apa-apa dong jika kamu ingin menikah lebih dulu. Kakak izinin kok. Tapi emang kamu punya pacar?” goda Zia Lagi.

“Kan, kakak tahu bahwa pacaran itu dilarang. Aku itu ingin mengikuti jejak kakak yang sampai saat ini belum juga memiliki pacar padahal umur kakak sudah tua.” Ledek Zea.

“Hey, apa kamu bilang? Kakak tua? Asal kamu tahu aja kakak itu awet muda.” Ucap Zia menatap adikknya tajam.

“Hahhah,, kakak lucu deh. Tapi memang benar sih kakak awet muda.” Ucap Zea.

“Gitu dong. Ee,, tapi serius kenapa kamu nanya gitu?” tanya Zia.

“Yah, gak ada. Zea hanya penasaran hanya dengan rencana kakak kedepannya.” Ucap Zea.

“Kamu beneran belum ingin menikah mendahului kakak kan?” tanya Zia.

“Iss,, kakak nyebelin. Kan sudah Zea bilangin bahwa Zea masih ingin jadi bidan dulu.” Ucap Zea.

“Iya, kuliah aja dulu yang benar nanti itu mikirin nikah. Kakak aja yang sudah sebentar lagi lulus, pusing apa yang harus dilakukan kedepan.” Ucap Zia.

“Ee,, kak bukankah kakak sudah ditawari pekerjaan ya di rumah sakit kakak praktik profesi?” Zea bertanya karena dia pernah mendengar kakaknya mengatakan itu.

“Itu, memang benar tapi kakak masih bingung karena sudah ada juga rumah sakit lain yang menawari kakak bekerja.” Ucap Zia.

“Ihh,, kakakku ini memang cerdas sampai segitu banyak rumah sakit yang mengantri ingin kakak jadi perawat disana. Kakak adalah idolaku.” Ucap Zea memeluk Zia.

“Ah, kamu bisa aja. Kamu juga hebat dek.” Ucap Zia membalas pelukan adiknya itu.

Mereka berdua sangat rukun bahkan hampir tidak ada pertengkaran yang terjadi di antara mereka. Mereka selalu saling membantu satu sama lain.

***

Hari ini hari senin, awal minggu keluarga Zia sedang sarapan.

“Kak, apa kau akan ke kampus hari ini?” tanya Alya, mama Zia dan Zea.

“Umm,, sepertinya Zia harus ke kampus hari ini Ma.” Jawab Zia sambil makan.

“Terus bagaimana laporanmu?” tanya Alya.

“Alhamdulillah sudah masuk isi Ma.” Jawab Zia.

“Syukurlah jika begitu tapi kamu harus ingat jika kamu lelah maka harus istirahat.” Pesan Alya.

“Iya Ma.” Jawab Zia.

“Jangan Cuma iya kak, tapi lakuin.” Ucap Gibran, papa Zia dan Zea.

“Iya Pa.” ucap Zia.

“Kalau kamu dek, bagaimana kuliahmu?” tanya Alya.

“Semuanya baik-baik aja Ma.” Jawab Zea.

“Kamu juga jangan lelah-lelah.” Ucap Alya.

“Iya Ma.” Jawab Zea.

“Kalian itu putry kami yang paling kami sayangi nak.” Ucap Gibran.

“Kami juga menyayangi Mama dan Papa.” Ucap Zia dan Zea bersamaan.

Mereka pun akhirnya melanjutkan acara sarapan mereka. Setelah itu Zia dan Zea pamit menuju kampus bersama tapi dengan menggunakan sepeda motor berbeda. Yah, kedua kakak beradik itu memiliki sepeda motor sendiri.

***

Zia saat ini sedang ada di kantin kampusnya sendiri sambil menyusun kembali laporannya. Zia tidak memiliki teman akrab di kampusnya. Untuk itulah dia selalu kemana-mana sendiri atau kadang bersama adiknya. Tapi karena hari ini Zea ada mata kuliah yang padat maka akhirnya Zia sendiri. Zia tidak suka keramaian untuk itulah dia jarang bergabung dengan teman-teman seprofesinya dan hanya jalan bersama adiknya.

Drt,, drt,, drt,,

“Halo, Assalamu’alaikum dok!” salam Zia begitu mengetahui bahwa itu adalah dokter yang membimbingnya waktu praktik di rumah sakit.

“Wa’alaikumsalam suster Zia.” Jawab dokter Erina.

“Ada apa dokter menghubungi saya, apa ada masalah?” tanya Zia.

“Gak ada masalah nak hanya saja dokter bisa minta tolong padamu?” tanya dokter Erina.

“Minta tolong apa dokter?” tanya Zia balik.

“Besok malam saya harus menghadiri sebuah acara di hotel Zeus, tapi anak saya sedang sakit dan tidak bisa saya tinggalkan sedang itu pertemuan yang sangat penting. Jadi bisakah kamu menggantikan saya kesana. Saya Mohon!” Ucap Erina.

“Menggantikan dokter? Apa saya bisa? Saya takut nanti membuat kesalahan yang dapat mempengaruhi nama baik dokter.” Ucap Zia.

“Saya tahu kemampuanmu, kamu bisa melakukan lebih. Saya mohon Nak.” Ucap Erina.

“Ah, baiklah dokter. Saya akan mewakili dokter. Terimah kasih atas kepercayaan dokter.” Ucap Zia.

“Saya yang harus berterimah kasih nak karena kamu mau membantu saya. Terimah kasih nak. Semua berkas yang kamu bawa sudah saya siapkan.” Ucap Erina.

“Baik dokter nanti akan saya ambil di rumah dokter.” Ucap Zia.

“Terimah kasih sekali lagi nak. Maaf merepotkanmu.” Ucap Erina.

“Gak apa-apa dokter.” Ucap Zia.

Sambungan telepon pun segera terputus setelah mereka selesai bicara. Zia pun melanjutkan penyusunan laporannya. Sore harinya dia pergi menjemput berkas yang harus dia bawa ke rumah dokter Erina.

***

Keesokan harinya, setelah sedikit menyelesaikan penyusunan laporannya. Sore harinya, Zia pun segera bersiap-siap untuk pergi ke acara untuk mewakili dokter Erina di hotel Zeus.

“Ma, Pa, Zia pamit yaa..” ucap Zia menyalami kedua orang tuanya itu.

“Hati-hati dijalan kak.” Ucap orang tua Zia bersamaan.

“Kakak, hati-hati. Mau Zea temani?” tanya Zea.

“Gak usah dek. Kakak bisa kok sendiri. Kakak kan hanya mewakili dokter Erina.” Ucap Zia memandang wajah adiknya itu.

“Baiklah. Tapi kakak jaga diri baik-baik disana.” Ucap Zea.

“Iya adikku sayang. Jangan khawatir. Okay?” ucap Zia.

Zia pun segera berangkat menuju hotel Zeus karena undangan pertemuannya pukul 7.30.

*

*

Happy reading guys😊

Jangan lupa like, komen, vote, dan favoritin.🙏🏻

Mohon maaf jika ada typo🙏🏻

Part 2

Kurang lebih satu jam, Zia tiba di hotel Zeus. Sebelum mengahadiri pertemuan Zia melakukan sholat isya terlebih dahulu dan untuk sholat magrib dia sudah singga dimasjid yang dia lewati dijalan. Setelah dari sholat, Zia segera menuju ruang pertemuan.

Pertemuan itu dilaksanakan dalam ruang privat di lantai 6 hotel Zeus. Pertemuan ini juga antara sesama tenaga kesehatan. Ada berbagai banyak orang disana semua dari tenaga kesehatan. Zia pun segera duduk ditempat yang disediakan. Pertemuan itu dimulai pukul 08.00 malam.

Kurang lebih 90 menit pertemuan itu berlangsung. Setelah pertemuan itu selesai, Zia pun segera keluar setelah menandatangani daftar hadir.

Sementara disisi lain ada seorang pemuda yang sedang terburu-buru menuju sebuah kamar hotel sambil mengumpat.

“Kimy, awas kau. Beraninya kau melakukan ini padaku. Tunggu saja pembalasan dariku.” Ucap pemuda itu menahan sesuatu.

“Ah, sial.” Umpat pemuda itu sambil membuka pintu kamar hotel.

Sementara Zia yang sedang mencari toilet karena terlanjur kebelet pun mencarinya di lantai 5. Tapi tiba-tiba ada sebuah tangan yang menariknya.

“Ah,,” ucap Zia kaget karena ada yang menariknya.

“Siapa anda?” tanya Zia karena suasananya gelap.

Namun pemuda itu tidak menjawab dan justru mendorong Zia ke ranjang.

“Apa yang anda lakukan?” tanya Zia ketakutan karena saat ini pria itu sedang menindihnya dan dapat Zia rasakan napasnya.

Pemuda itu yang sudah dikuasai napsu karena pengaruh obat pun lagi-lagi tidak menjawab dan hanya berusaha menarik semua pakaian yang ada pada gadis dihadapannya. Yang ada dalam pikiran pemuda itu hanya bagaimana napsunya ini tersalurkan karena dia sudah begitu tersiksa.

Sementara Zia yang berusaha berontak percuma saja karena kekuatan pria itu lebih kuat darinya. Akhirnya malam itu Zia harus kehilangan kehormatannya yang selama ini dia jaga hanya karena laki-laki yang tidak dia kenal.

Tiga jam kemudian, Zia terbangun dalam kondisi tubuh polos. Zia yang menyadari apa yang telah dilakukannya segera beranjak dari ranjang dan mengenakan pakaiannya kembali dengan cepat tanpa memperdulikan rasa sakit pada bagian intinya. Saat itu Zia tidak bisa berpikir dengan jelas, yang ada dipikirannya hanya bagaimana dia keluar dari tempat ini. Zia dalam keadaanya kacau hingga menyalakan lampu untuk sekedar mengingat wajah pria yang telah menidurinya saja tidak lagi terpikirkan.

***

Zia kini sudah tiba dirumahnya jam 3 dini hari untung saja semua orang rumah masih tidur jadi tidak menyadari kedatangannya yang dalam keadaan kacau. Dia pun masuk dengan kunci cadangan. Setelah masuk dia langsung ke kamarnya dan membersihkan dirinya sampai menghabiskan sabun di kamar mandinya dan bahkan sampai azan subuh berkumandang dia tetap masih ada di kamar mandi sambil meratapi apa yang telah terjadi padanya. Dia menangis dalam kepedihan hanya air matanya yang menetes dan tanpa suara.

“Kak, apa kau sedang mandi?” teriak Zea dari luar.

Zia yang mendengar Zea berteriak pun segera sadar bahwa ini sudah subuh.

“Iya, kakak sedang mandi.” Balas Zia berteriak.

“Ayo cepat kak, kita harus sholat subuh berjamaah. Papa dan mama sudah menunggu.” Teriak Zea lagi.

“Kalian duluan saja dek, jangan menunggu kakak. Kakak akan sholat sendiri.” Teriak Zia sedih.

“Kakak gak pantas lagi untuk gabung dengan kalian dek. Kakak merasa malu pada kalian.” Gumam Zia yang saat ini sudah selesai mandi dan sedang memakai pakaian.

Zea pun segera bergabung dengan orang tuanya untuk melaksanakan sholat.

“Mana kakakmu?” tanya Gibran.

“Kata kakak dia akan sholat sendiri saja.” Ucap Zea.

“Ah, baiklah.” Ucap Gibran. Mereka pun segera melakukan sholat.

Sementara dikamar Zia.

“Yaa Allah apa hamba masih pantas melakukan ini kepadamu dalam keadaan kotor seperti ini?” ucap Zia sedih sambil memandang mukenahnya.

Dengan dipenuhi airmata yang menetes dipipinya dia pun meraih mukenahnya dan melaksanakan sholat. Setelah selesai sholat pun airmatanya tetap tidak behenti menetes sambil mengadu kepada tuhannya.

***

“Kakak mana?” tanya Alya karena tidak melihat putry sulungnya itu ikut sarapan.

“Kakak masih tidur sepertinya dia mengantuk. Lagian kakak juga hari ini gak ke kampus.” Jawab Zea.

“Tapi kok aneh ya? Ini bukan seperti Zia.” Gumam Alya.

“Sudah ma, biarkan dia istirahat mungkin dia memang kelelahan.” Ucap Gibran.

Akhirnya keluarga kecil itu sarapan tanpa Zia.

Sementara dikamar, Zia tertidur sambil memakai mukenah mungkin karena lelah menangis. Padahal dia hanya berpura-pura tidur saat Zea memanggilnya untuk sarapan.

Jam 08.00 pagi, Zia akhirnya terbangun dan segera melepas mukenahnya. Disaat dia akan memakai hijab, “Apa hijab ini masih pantas menutupi auratku? Sementara aku sudah kotor.” Ucap Freya lagi-lagi meneteskan air mata.

Saat dia memakai hijab dia baru menyadari bahwa salah satu antingnya gak ada. Zia pun segera memeriksa kembali hijab dan pakaian yang sudah dia letakkkan di tempat sampah. Tapi hasilnya nihil antingnya gak ada disana.

“Ah, sepertinya.,” ucap Zia mengingat kejadian semalam.

“Hiks,, hiks,, sepertinya kejadian itu memang nyata. Aku pikir itu hanya mimpi.” Ucap Zia jatuh tersungkur sambil memegang hijab pink kesayangannya.

Setelah puas menangis dia pun segera bangkit dan memutuskan untuk melupakan kejadian itu. Karena dia berpikir bahwa gak ada gunanya dia menangisi hal yang sudah terjadi. Saat ini yang ada dalam pikirannya yaitu bagaimana laporan akhirnya segera selesai dan diterima.

Untuk hal-hal yang mungkin akan terjadi selanjutnya nanti akan dia pikirkan bagaimana menjalaninya. Zia memang mungkin berusaha melupakan kejadian itu tapi tetap saja hal itu selalu terbayang dalam benaknya karena kejadian itu adalah kejadian dimana dia harus kehilangan sesuatu yang sangat berharga untuknya.

***

Sementara disisi lain, seorang pemuda baru saja terbangun begitu ponselnya berdering.

“Halo, siapa ini?” tanya pemuda itu tanpa melihat siapa yang menelponnya.

“Halo, tuan muda. Ini saya Hans. Tuan besar sedang menunggu anda sekarang.” Ucap Hans.

“Papi maksudmu?” tanya pemuda langsung terbangun begitu mendengar asistennya mengatakan itu.

“Iya, cepat kesini. Papi menunggumu.” Ucap pria dari seberang telepon dengan tegas.

Pemuda itu pun langsung segera menuju kamar mandi, tanpa menyadari bahwa tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun.

Kurang lebih 15 menit pemuda itu selesai mandi dan segera keluar dari kamar mandi dan begitu melihat pakaiannya berserakan dilantai langsung saja kesadarannya kembali dan baru menyadari bahwa dia telah meniduri seorang gadis semalam.

“Apa yang telah kulakukan?” ucap pemuda itu kemudian.

“Dimana gadis itu?” tanya pemuda itu sambil mencari keberadaan gadis yang telah ditidurinya semalam namun hasilnya nihil. Dan tiba-tiba matanya melihat noda darah di seprai ranjangnya.

“Ah, sial. Sepertinya aku meniduri gadis yang masih perawan.” Ucap pemuda itu.

Pemuda itu pun segera menelpon seseorang, “Kau susul aku kesini?” ucap pemuda itu begitu telepon tersambung.

*

*

Happy reading guys,,😊

Jangan lupa like, komen, vote, dan favoritin.🙏🏻

Mohon maaf jika ada typo

🙏🏻

Part 3

Singkat cerita, kini pemuda itu sudah selesai rapat.

“Papi, bangga padamu!” ucap seorang pria yang berusia yang akan menginjak kepada lima tahun ini.

“Makasih, pih!” ucap seorang pemuda yang berusia hampir 27 tahun itu dengan tinggi 177 cm.

“Ohiya, ada yang ingin papi bicara denganmu.” Ucap Andrew Mahendra pendiri Mahendra Group.

“Baik pih, kalau begitu kita keruangan Pras saja.” Ucap Prasya. Yah, dia adalah Prasya Pratama Mahendra anak pertama dari Andrew Mahendra sekaligus pewaris dari Mahendra group karena dia hanya memiliki adik perempuan yang akan mewarisi perusahaan maminya.

Pras dan papinya pun segera menuju ruangan khusus CEO.

“Adikmu, seminggu lagi akan tiba. Papi harap kau menjemputnya dibandara.” Ucap Andrew.

“Apa dia datang untuk berlibur atau melanjutkan pendidikannya disini?” tanya Pras.

“Sepertinya dia akan melanjutkan pendidikannya disini karena seperti itu yang telah dia katakan pada mami.” jawab Andrew.

“Ah, baiklah. Aku akan menjemputnya.” Ucap Pras.

“Baiklah jika begitu papi pergi dulu.” Ucap Andrew segera pergi.

Tidak lama sepeninggal Andrew, Hans tiba.

“Bagaimana? Apa kau sudah menemukan siapa gadis itu?” tanya Pras.

“Maaf tuan muda CCTV dilantai itu masih dalam tahap perbaikan sehingga kami,,” ucap Hans.

“Jadi maksudmu tidak ada jejak apapun mengenai gadis itu?” tanya Pras tajam.

“Maaf tuan. Tapi saya menemukan ini.” Ucap Hans sambil menyerahkan sebuah anting.

“Anting?” tanya Pras memandang sebuah anting itu.

“Saya yakin itu milik gadis itu.” Ucap Hans.

“Ohiya, apa kau sudah mengurus semuanya?” tanya Pras.

“Sudah tuan. Semua sudah dibayar termasuk seprai dan selimut yang anda bawa.” Ucap Hans.

“Kerja bagus! Aku akan memberikanmu bo,, oh tidak bonus itu akan kau dapatkan jika kau berhasil menemukan gadis itu. Tapi untuk saat ini aku harus memberikan pelajaran pada seseorang.” Ucap Pras dengan tatapan mematikan sambil menatap seorang gadis yang baru saja masuk ke ruangannya.

“Ngapain kau datang kesini? Hah?” ucap Pras tajam.

“Sayang, jangan kasar dong. Aku ini datang kesini untuk minta maaf. Sebenarnya aku tidak bermaksud melakukan itu jika kau menerima cintaku. Aku sangat mencintaimu sayang.” Ucap gadis itu sambil bergelayut manja ditubuh Pras.

Pras langsung saja mendorong Kimy hingga dia terjatuh, “Jangan salahkan aku bersikap kasar padamu karena apa yang telah kau lakukan sudah melewati batas dan tunggu saja pembalasan dariku. Dan asal kau tahu saja aku semakin jijik melihatmu. Hans bawa dia keluar dari sini. Jangan izinkan dia masuk ke kantorku lagi.” Ucap Pras mengalihkan pandangannya dari Kimy.

“Sayang kau tega padaku.” Ucap Kimy merayu.

“Hans apa kau tidak dengar apa yang aku perintahkan.” Ucap Pras tajam.

Hans pun segera membawa Kimy keluar dengan sedikit memaksa karena gadis itu tidak ingin pergi.

“Dasar asisten sialan, tunggu saja aku menjadi nyonya disini. Kau orang pertama yang akan aku pecat.” Ucap Kimy begitu dia ditarik paksa dari ruangan pria pujaannya.

Hans yang mendengarnya tidak memperdulikannya dan langsung masuk kembali ke ruangan tuannya, “Apa sudah kau singkirkan sampah itu?” tanya Pras.

“Sudah tuan.” Jawab Hans.

“Kalau begitu sekarang kau harus segera mengurus panarikan semua investasi dari perusahaan ayahnya, aku tidak ingin bekerja sama dengan perusahaan mereka. Dan segera berikan semua berita ini kepada media. Aku ingin dia hancur.” Ucap Pras dengan tatapan menakutkan.

“Baik tuan.” Ucap Hans segera berlalu ke ruangannya untuk melakukan tugas yag diberikan tuan mudanya.

Sementara Pras di ruangannya melihat kembali selimut dan seprai yang diambilnya dari hotel sambil menatap sebuah anting, “Siapa kau? Apa kau sangat membenciku hingga kau meninggalkanku sebelum aku bangun. Tapi aku pastikan aku pasti akan menemukanmu! Aku pasti akan mencarimu gadis dengan hijab pink.” Ucap Pras sambil menatap anting. Yah, Pras hanya mengingat bahwa gadis itu menggunakan hijab pink.

***

Tiga hari berlalu dengan sangat cepat, Zia yang berusaha untuk melupakan kejadian itu justru semakin mengingatnya bahkan akhir-akhir ini Zea dan kedua orang tuanya merasa aneh dengan tingkahnya.

“Kak, kau kenapa?” tanya Zea.

“Maksudnya? Emang kakak kenapa?” tanya Zia balik.

“Kau aneh kak.” Ucap Zea jujur.

“Kau bukan seperti kakak yang kukenal. Aku tahu kau memang sulit bergaul tapi setidaknya itu hanya dengan orang yang baru kau kenal. Tapi kau,, akhir-akhir ini berubah.” Ucap Zea.

“Hahahh,, maksudnya kakak berubah jadi power rangers gitu atau spriderman? Kakak hanya pusing aja kok dengan laporan kakak.” Ucap Zia bohong.

“Tapi aku merasa kau berbeda kak. Kau tidak lagi ceria seperti biasanya dan tatapanmu itu sendu seperti menyimpan beban berat kak.” Ucap Zea.

“Ah, kamu sok tahu dek. Kakak baik-baik aja kok. Sudah sana kau pergi, kakak harus melanjutkan laporan kakak.” Usir Zia karena jika tidak bisa saja dia mengatakan semuanya kepada adiknya itu.

Zea pun terpaksa keluar dari kamar kakaknya itu.

“Maafkan kakak dek. Kakak hanya belum siap mengatakan ini pada kalian. Kakak hanya bisa berdoa semoga ini tidak akan terjadi padamu.” Gumam Zia sambil meneteskan airmata.

***

Sementara disisi lain.

“Kau tega melakukan ini padaku Pras?” teriak Kimy begitu masuk ruangan Pras.

“Maaf tuan, saya sudah,,” ucap sekretaris Pras.

Pras pun hanya mengangguk mengerti dan menyurus sekretarisnya itu pergi.

“Pras kenapa kau melakukan ini padaku?” teriak Kimy emosi.

“Bukankah kau sudah tahu alasan aku melakukannya. Bukankah sudah aku katakan bahwa tunggu saja pembalasan dariku.” Ucap Pras tajam.

“Tapi kenapa kau menarik semua investasimu dari perusahaan papa? Aku yang melakukan semua itu Pras, tidak ada hubungannya dengan papa.” Ucap Kimy lesu.

“Agar ayahmu tahu akibat terlalu menuruti keinginan putri yang selalu dia banggakan itu.” Ucap Pras.

“Kau jahat Pras, tunggu saja pembalasanku.” Teriak Kimy kembali.

“Aku pasti akan menunggunya tapi sebelum itu kau harus,,” ucap Pras.

Tiba-tiba banyak polisi yang sudah tiba diruangan Pras.

“Bawa dia pak. Saya tidak ingin melihatnya lagi.” Ucap Pras.

Polisi itupun segera membawa Kimy untuk diproses dengan kasus dugaan penipuan terhadap agensinya untuk menjadi seorang artis dan banyak kasus lainnya.

“Hans, bagaimana apa kau sudah menemukan keberadaan gadis itu?” tanya Pras.

“Maaf tuan, kami belum menemukannya tapi dimalam yang sama dilantai 6 hotel itu diadakan pertemuan sesama tenaga kesehatan tapi disana tidak ada seorang gadis semuanya sudah memiliki pasangan mereka masing-masing.” Ucap Hans menjelaskan info yang dia dapat.

“Apa kau sudah menyelidikinya baik-baik?” tanya Pras.

“Sudah tuan hanya itu acara yang dilangsungkan pada jam itu. Dan seperti perkataan tuan bahwa gadis itu masih perawan sepertinya dia salah satu tamu dihotel itu. Tapi yang membuat saya bingung, pada malam itu tidak ada seorang gadis yang melakukan cek in dan cek out dihotel tersebut. Kami sudah meminta daftarnya dari pihak hotel.” Ucap Hans.

“Bagaimana dengan CCTV pintu masuk hotel itu?” tanya Pras.

“Tidak ada apapun.” Ucap Hans.

“Masa iya dia melewati semua CCTV dihotel itu?” ucap Pras frustasi karena ini sudah hari ketiga sejak kejadian itu tapi tetap saja belum ada petunjuk.

Hans pun berpikiran sama dengan tuan mudanya itu karena CCTV yang masih dalam tahap perbaikan hanya lantai 5 sedangkan yang lainnya aktif tapi tidak ada apapun.

“Apa kau mengutukku!” ucap Pras menatap anting itu lagi setelah Hans keluar dari ruangannya.

Yah, Pras selalu membawa anting itu kemana-mana karena sepertinya dia telah terikat dengan anting itu. Dia tidak akan tertidur sebelum memandang anting itu.

*

*

Happy reading guys,,😊

Jangan lupa like, vote, komen, dan favoritin.🙏🏻

Mohon maaf jika ada typo guys,,🙏🏻

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!