NovelToon NovelToon

My Ustaz Is My Husband

Awal Bertemu

Kewajiban menutup aurat itu adalah bagian dari syariat Islam. Islam memerintahkan perempuan muslimah untuk menutup aurat yang dilakukan hingga warna kulitnya tertutup. Dalil yang menunjukkan ketentuan ini adalah  hadits yang diriwayatkan dari Aisyah r.a bahwasanya Asma’ binti Abu Bakar r.a telah masuk ke ruangan Nabi Saw dengan memakai pakaian tipis, lalu Rasulullah Saw berpaling seraya bersabda:

“Wahai Asma ... jika seorang perempuan telah akil baligh, tidak boleh tampak dari dirinya, kecuali ini dan ini. Beliau mengisyaratkan wajah dan kedua telapak tangan.”

(HR. Abu Dawud)

Dalam hadits ini, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam menganggap Asma’ belum menutup aurat. Karena, saat itu Asma’ menutup auratnya dengan kain yang tipis.

Khairunnisa, gadis yang periang dan memiliki sifat keras kepala. Di paksa oleh kedua orangtuanya untuk menjadi wanita yang lebih baik di hadapan Sang Pencipta. Dia tidak pernah menggubris perintah orang tuanya. Dia tetap kukuh dengan pendiriannya untuk tidak memakai hijab atau apapun hal yang berurusan dengan agama. Hingga akhirnya yang membuat gadis ini terpukul, gara-gara ayah yang sangat dicintainya meninggal dunia karena penyakit ganas yang menggerogoti tubuh sang ayah.

Hati gadis ini pun mulai tersentuh dengan bujukan sang ibu untuk menjadi wanita yang lebih baik. Berawal dari memperbaiki inilah gadis ini bertemu dengan sosok ustadz muda yang ganteng dan banyak di kagumi oleh kaum hawa.

Pertemuan yang awalnya saling membenci mulai menghilang diantara mereka. Ada di antara mereka yang ingin mengutarakan perasaannya yaitu melalui ikatan halal atau ikatan suci dalam balutan pernikahan.

.

.

.

.

.

Matahari pagi menyinari tubuh Nisa, yang masih terlelap nyeyak dalam tidurnya.

"Nisa bangun sudah pagi, nanti kamu telat pergi ke sekolahnya," ucap ibu Nisa dengan lembutnya.

"Bentar lagi bu, Nisa masih ngantuk," sahut Nisa yang matanya masih terpejam.

"Cepatan Nisa bangunnya, kalau nggak ibu siram kamu pakai air," ancam ibu Nisa.

"Iya...iya, punya ibu galak amat sih," sahut Nisa beranjak dari tempat tidur.

"Apa kamu bilang Nisa...," sahut ibu.

"Nggak kok bu, Nisa cuman becanda. Aku mandi dulu ya bu," sahut Nisa untuk menghindari kemarahan ibunya.

Untung saja ibu tidak terlalu mendengarkan perkataan ku tadi, kalau tidak bisa di potong uang jajanku.

"Bu, Nisa berangkat sekolah dulu ya," ucap Nisa.

"Nisa ibukan sudah bilang, bahwa kamu itu harus memakai jilbab kalau kamu pergi ke luar rumah karena kamu sudah baligh dan hukumnya wajib. Kamu mau, gara-gara kamu tidak memakai jilbab ayah di masukkan ke neraka," sahut ibu.

"Aku belum siap bu, lagian Nisa nggak suka pakai jilbab karena panas dan nanti rambut Nisa malah rontok," sahut Nisa.

"Astaghfirullah Nisa, nggak boleh berkata seperti itu," sahut ibu.

"Nisa pergi ya Bu, assalamu'alaikum" sahut Nisa sambil berlari keluar dari rumahnya.

"Nisa, kamu belum salim tangan ibu," sahut ibu dari dalam rumah.

"Nggak usah Bu, nanti Nisa telat," sahut Nisa dari kejauhan.

"Astaghfirullah Nisa, kapan kamu bisa berubah menjadi wanita shalihah" ucap ibu Nisa di dalam hatinya.

"Pagi-pagi sudah ceramah, nggak bosan apa ibu itu ceramah mulu, bikin aku kesal saja hari ini" ucapku di dalam hati.

______

Di sekolah

Nisa berjalan menuju ruang kelas, tanpa sengaja aku menabrak seseorang pria berpeci.

"Woy kalau jalan itu pakai mata, jangan pakai kaki." kata Nisa pada lelaki itu.

"Seharusnya kamu yang salah, karena yang nabrak ana duluan itu kamu. Kok kamu yang marah sih, minta maaf pada saya sekarang." pinta pria itu.

"Ogah! aku tidak mau minta maaf karena aku tidak salah," ketus Nisa.

"Jadi siswa, nggak punya sopan santun sama-"

Belum juga selesai pria itu berbicara, Nisa sudah memotong saja pembicaraannya.

"Terserah gue lah," ucap Nisa sambil pergi meninggalkan pria itu.

Di dalam kelas

"Nisa." panggil Nabila ( sahabat Nisa ) sambil memeluk Nisa.

"Lepasin Nabila," ucap Nisa

"Kan aku kangen sama loh Nisa," sahut Nabila.

"Lebay lo, awas kamu lesbian sama aku," goda ku sama Nabila.

"Amit-amit deh suka sama kamu," sahut Nabila.

"Canda sih Nabil," sahut Nisa.

Bel masuk berbunyi, Nisa dan Nabila pun pergi ke tempat duduk kami.

"Nabila, sekarang jam pelajaran apa?" tanya Nisa pada Nabila.

"Pendidikan Agama Islam," sahut Nabila.

"Pelajaran yang tidak aku suka," sahut Nisa.

Bukan karena apa Nisa tidak menyukai mata pelajaran agama, karena Nisa tidak bisa membaca Al-Qur'an.

Percakapan Nisa dan Nabila terhenti karena guru mata pelajaran masuk ke dalam kelas.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh anak-anak. Perkenalkan nama bapak Muhammad Apriansyah, saya ini adalah guru agama kalian yang baru dan sekaligus sebagai wali kelas kalian," ucap pak guru.

"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh pak," sahut kami serempak.

"Apakah ada yang kalian ingin tanyakan tentang identitas saya?" tanya pak guru.

"Ada Pak," sahut seorang siswi.

"Silahkan bertanya saja," sahut pak guru.

"Apa nama panggilan Pak guru, dan pak guru sudah beristri atau tidak" tanya seorang siswi.

"Panggil saja Pak Rian, dan alhamdulillaah saya masih lajang," sahut pak Rian.

Nyebelin

Aku kaget bukan main ternyata guru yang masuk itu adalah pria berpeci yang aku tabrak.

"Bisa berabe nih urusannya, sudah pak Rian menjadi wali kelasku lagi. Dan pasti nanti pak Rian akan memanggilku ke ruang guru," pikirku khawatir.

Suasana di dalam kelas sangat berisik, akibat dari suara siswi-siswi yang genit sama pak Rian.

"Boleh minta nomor WA nya nggak pak,"

"Gantengnya pak Rian, bisa daftar jadi calon istri nggak,"

"Calon suami idaman itu,"

Itulah ocehan para siswi yang terdengar di telingaku dan Pak Rian hanya tersenyum menanggapinya. Padahal menurutku pak Rian biasa saja dan tidak terlalu ganteng.

Kupingku mulai terasa panas mendengar ocehan teman-teman perempuan ku yang genit sama pak Rian.

Refleks saja mulutku main ceplas-ceplos tidak bisa di kendali.

"Bisa diam nggak," ucapku dengan keras.

Spontan semua mata siswa tertuju ke tempat dudukku dan tak terkecuali pak Rian yang menatapku dengan tatapan tajam. Karena ucapan ku yang begitu keras.

"Ups, maaf" ucapku sambil menutup wajahku dengan buku karena malu.

Langsung saja semua teman-temanku menertawakan diriku karena tingkah ku yang aneh.

"Sudah jangan ribut," kata pak Rian memberhentikan keributan kami di kelas.

"Baiklah bapak akan memberikan nasihat kepada kalian sedikit tentang sopan santun. Kalian sebagai siswa harus memiliki sikap dan perilaku yang menghormati orang lain terutama di lingkungan sekolah ini. Misalnya ada guru yang sedang menjelaskan di depan kelas, kalian harus mendengarnya. Bukan malahan kalian berbicara di belakang tanpa memperhatikan penjelasan dari guru yang sedang menjelaskan, kalian sudah paham" nasihat pak Rian panjang lebar kepada muridnya.

"Sudah pak," sahut kami serempak.

"Sepertinya pak Rian menyindirku," gumamku di dalam hati.

"Sekarang bapak akan menyuruh kalian maju ke depan satu persatu, membacakan ayat suci Al-qur'an," kata pak Rian.

"Kamu duluan yang maju ke depan," ucap pak Rian sambil menunjuk ku.

"Saya pak," ucapku tidak percaya.

"Iya kamu, Khairunnisa" ucap pak Rian lagi.

Aku pun berjalan ke depan dengan ogah-ogahan.

"Bacakan bapak ayat kursi," pinta pak Rian padaku.

"Saya nggak bisa pak," sahutku dengan santai.

"Apa...kamu tidak bisa membaca ayat kursi sudah kelas 3 SMA," kata pak Rian tidak percaya.

"Saya sudah lupa," sahutku membela diri.

"Kalau surah Al-Ikhlas dan ayat-ayat Al-qur'an pendek lainnya. Kamu bisa," ucap pak Rian lagi.

"Nggak bisa juga pak dan saya hanya bisa membaca surah Al-Fatihah," sahutku dengan malu.

"Cuman surah Al-Fatihah saja yang kamu bisa, semua orang juga bisa membacanya bahkan anak TK saja bisa," kata pak Rian memarahi Nisa.

"Sekarang kamu tetap berdiri di depan, sampai jam pelajaran bapak habis," ucap pak Rian.

"Tapi pak," lirihku.

"Nggak ada tapi-tapian, berdiri di sana cepat..." ucap pak Rian.

Aku sangat malu sekali, karena pak Rian sudah mempermalukan ku di depan teman-temanku.

"Kalau bukan guru, sudah habis mukanya aku tonjok," ucapku di dalam hati sambil menatap pak Rian dengan sinis.

Sudah satu jam aku berdiri di depan. Dan Akhirnya bel istirahat berbunyi.

"Khairunnisa, kamu boleh duduk sekarang. Ingatnya kalau minggu depan kamu tidak bisa baca Al-qur'an lagi, bapak akan hukum kamu untuk berdiri di lapangan" ucap pak Rian.

Ya sudah anak-anak untuk pelajaran hari ini, bapak akhiri

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap pak Rian.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," sahut kami serempak.

Baru saja aku sampai di tempat dudukku, pak Rian sudah memanggilku lagi.

"Ada apa lagi pak," ucapku dengan kesal.

"Ikut bapak ke ruang guru sekarang," sahut pak Rian.

"Tapi pak saya mau ke kantin, saya sangat lapar," ucapku memohon pada pak Rian.

"Bapak nggak mau tau, ayo ikut bapak" sahut pak Rian.

"Iya deh Pak," sahutku dengan kesal.

"Kamu jalan duluan, nanti kamu kabur lagi" ucap pak Rian.

"Punya guru repot amat sih," sahutku.

Aku pun mengikuti perkataan pak Rian dan jujur, aku sangat kesal sekali dengan guru ini.

"Mungkin pak Rian ingin balas dendam padaku atas kejadian tadi pagi karena aku tidak sopan santun padanya," ucapku sambil berjalan menuju ruang guru.

Pada saat berjalan ke ruang guru, tanpa sengaja kaki ku tergelincir dengan batu.

Dan tubuhku jatuh ke belakang.

"Aaaa," teriakku.

Tapi kenapa tubuhku tidak jatuh dan terasa mengambang di udara. Wajah pak Rian dan wajahku berada sangat dekat. Kedua mataku dan mata pak Rian bertemu beberapa detik.

Langsung saja pak Rian, membuang wajahnya dan melepaskan tangannya yang melingkar di pinggangku.

"Astaghfirullah, maafya Khairunnisa" ucap pak Rian.

"Modus," ketusku.

"Dasar nih anak, nggak tau terimakasih. Untung saja ada bapak dibelakang yang menangkap tubuh kamu, kalau tidak tubuhmu akan jatuh ke tanah," sahut pak Rian.

"Aku tidak butuh bantuan bapak," ketus Nisa.

"Cepatan sudah jalan, bapak akan kasih kamu peringatan nanti di ruang guru," sahut pak Rian.

🍀🍀🍀

Akhirnya aku dan pak Rian sampai di ruang guru. Aku sudah mulai khawatir hukuman apa yang akan di berikan oleh pak Rian.

"Khairunnisa, mari duduk sini" kata pak Rian yang duduk di kursinya.

"Iya pak," sahutku dan duduk berhadapan dengan pak Rian.

"Bapak akan memberitahukan orang tua kamu, karena kamu sangat nakal di sekolah dan kurang sopan baik pada teman kamu dan kepada guru," kata pak Rian dengan seriusnya.

"Ya Pak ....Nisa mohon jangan beritahu orang tua saya, saya janji tidak akan mengulanginya lagi. Lagi pula aku tidak sengaja menabrak bapak tadi," ucap Nisa memohon kepada pak Rian.

"Bentar bapak pikir-pikir dulu deh," ucap pak Rian sambil memikir.

"Ayolah pak, please jangannya..."ucap Nisa sambil menunjukkan mukanya yang imut.

"Baiklah bapak bisa memaafkan kesalahan kamu hari ini, tapi ingat jangan di ulangi lagi ya Khairunnisa," sahut pak Rian.

"Iya pak saya janji tidak akan mengulanginya lagi," kata Nisa sambil tersenyum bahagia.

"Jangan senang dulu, bapak akan tetap memberikan hukuman kepada kamu," sahut pak Rian.

"Hukuman apa lagi Pak," sahut Nisa dengan kesal.

"Bersihkan kamar mandi guru," sahut pak Rian.

"Apa bersihkan kamar mandi..." ucap Nisa dengan suara keras sehingga para guru menatapnya.

"Kecilkan volume suaramu Nisa," kata pak Rian.

"Maaf ya pak, tapi aku tidak mau bersihkan kamar mandi. Sudah bau, kotor, jijik aja Pak ..." sahut Nisa.

"Kalau nggak mau yang tidak apa-apa, biar bapak telpon ibumu sekarang," sahut pak Rian sambil mengambil handphonenya.

"Jangan ... jangan Pak, oke aku akan bersihkan kamar mandi daripada nanti ibu malah marah padaku," ucapku dengan kesalnya.

"Ya sudah pergi sana dan jangan lupa harus yang bersih," sahut pak Rian.

Aku pun pergi ke kamar mandi

"Pengen muntah aku disini, sudah bau dan kotor lagi. Dasar pak nyebelin itu, pengen aku makan hidup-hidup kalau bisa," ucapku di dalam hati.

"Cepatan sudah bersihkan, jangan ngomel-ngomel mulu," sahut pak Rian di luar kamar mandi.

"Kenapa bapak disini," sahutku dengan kesal.

"Awasi kamulah, bapak takut kamu kabur," sahut pak Rian sambil tertawa melihat Nisa yang pengen muntah.

"Jujur bapak itu nyebelin banget sih, nggak ada kerjain lain apa selain bikin aku kesal mulu," sahut Nisa.

"Terserah bapaklah," sahut pak Rian.

"Sudah selesai, sekarang bapak puas..." ucap Nisa keluar dari kamar mandi.

"Syukurlah kalau gitu sudah selesai, kamu bisa balik ke kelas kamu," sahut pak Rian.

Belum juga selesai pak Rian bicara, Nisa sudah main pergi aja.

"Dasar tuh anak, nggak sopan banget main pergi aja," ucap pak Rian di dalam hatinya.

______

Dikelas

"Nisa, kamu kenapa di panggil oleh pak Rian ke ruang guru," tanya Nabila.

"Gue dih hukum, suruh bersihkan kamar mandi," sahut Nisa

"Hahaha... apa loh dih hukum, kok bisa Nisa," kata Nabila menertawakan Nisa.

"Ceritanya panjang aku tidak bisa menjelaskannya, karena aku sangat lapar sekarang. Ayo ke kantin," sahutku sambil menarik tangan Nabila.

"Tapi aku baru balik dari kantin Nisa," sahut Nabila.

"Ayo... gue bayarin deh," sahut Nisa.

"Iya udah, ayo kita pergi" sahut Nabila.

"Kalau urusan di traktir baru mau kamu," sahut Nisa.

"Jelas dong," sahut Nabila penuh kemenangan.

"Nisa pak Rian itu ganteng banget ya, hidungnya itu loh mancung banget," kata Nabila memuji pak Rian saat berjalan ke kantin.

"Ganteng apanya coba, pak nyebelin itu. Sudahlah jangan omongin pak itu lagi bikin aku kesal aja kalau mengingatnya," sahutku.

"Iya Nisa," ucap Nabila.

_________

"Nisa aku pulang dulu ya," panggil Nabila dari atas motor dengan pacarnya.

"Iya pulang sana, punya pacar aja pamer," ucapku pada Nabila.

"Bilang aja kamu iri, makanya jangan jomblo mulu loh Nisa," teriak Nabila mengejekku dari atas motornya.

"Gue lempar kamu pakai batu baru tau rasa," ucapku mengancam Nabila.

"Jangan marah becanda aja Nisa," ucap Nabila lalu pergi pulang bersama pacarnya.

Sudah beberapa menit, aku menunggu angkot di depan sekolah tetapi angkot belum datang-datang juga.

"Aku jalan kaki aja deh, lagi pula jarak rumahku dengan sekolah lumayan dekat," ucapku sambil berjalan.

Pada saat aku berjalan pulang ke rumah, seperti ada seseorang yang mengikuti dari belakang dan benar saja saat aku berbalik badan ada dua pria dan mungkin preman yang membuntuti ku.

Aku langsung berlari sekuat tenaga ku, dan preman itu terus mengejar ku dengan cepatnya. Tanpa sengaja kaki tersandung dengan batu dan tubuhku jatuh ke tanah.

"Mau kemana kamu gadis cantik, hari ini kamu akan menjadi mangsa kami," ucap preman itu.

"Tolong....," teriakku dengan takut sambil menjauhi tubuhku dengan preman itu.

"Tidak akan ada yang bisa menolong kamu, karena jalan ini sepi, ayolah gadis cantik" sahut preman dan tertawa sinis padaku.

"Ibu tolong Nisa," teriakku sambil terus menghindar dari preman itu tetapi aku sudah terjebak oleh tembok perumahan sehingga aku tidak bisa berlari lagi.

"Mau kemana kamu gadis cantik, ayolah kita senang-senang hari ini," ucap preman itu lalu meraih tanganku.

"Lepasin " teriakku memberonta.

"Ibu tolong Nisa," teriakku menangis.

Namun tiba-tiba ada sebuah tangan kekar yang memukuli preman itu dari belakang.

.

.

.

Guru + Ustadz

Namun tiba-tiba ada sebuah tangan kekar yang memukuli preman itu dari belakang.

"Pak Rian," ucap Nisa tak percaya.

"Jangan ikut campur urusan kami," sahut preman lalu berkelahi dengan pak Rian.

"Khairunnisa, kamu pergi dari sini," teriak pak Rian yang sedang berkelahi dengan kedua preman tersebut.

Aku pun berlari menjauhi mereka yang sedang berkelahi dan aku sangat takjub melihat guru agama nyebelin itu ternyata pandai ilmu bela diri. Dengan lihainya pak Rian melumpuhkan kedua preman tersebut sampai-sampai preman tersebut lari terbirit-birit dan tubuh pak Rian tidak ada lecet sedikitpun.

"Khairunnisa, kamu tidak apa-apa," ucap pak Rian yang berjalan ke tempat Nisa berdiri

"Tidak apa-apa Pak," sahut Nisa.

"Makanya lain kali kalau pulang itu jangan sendirian," ucap pak Rian memarahi Nisa.

"Iya Pak Rian yang ganteng," sahut Nisa dengan kesal.

"Untuk hari ini aku benar-benar berterimakasih kepada bapak, karena bapak sudah menolong saya," sahut Nisa dengan tersenyum manis kepada pak Rian.

"Jangan percaya diri dulu, saya membantu kamu karena saya tidak suka kalau perempuan dikasari dan di tindas, dan kebetulan saja saya lewat jalan raya ini," sahut pak Rian dengan sombongnya.

"Dasar pak nyebelin, sudah berterimakasih dengan tulus malah sok," ucap Nisa didalam hatinya.

"Owh ..." sahut Nisa.

"Kenapa rok sekolah kamu itu basah, jangan-jangan kamu ngompolnya," kata pak Rian meledek Nisa.

"Nggak kok, amit-amit deh aku ngompol," sahut Nisa membela diri.

"Terus kenapa rok sekolah kamu itu basah, tidak usah malu-malu bapak tau kok kalau kamu ngompol," kata pak Rian.

"Mungkin terkena air," sahut Nisa dengan malu.

"Tidak baik berbohong sama orang yang lebih tua loh Khairunnisa," sahut pak Rian meledek Nisa.

"Hahaha ... bapak cuman becanda kok Khairunnisa, jangan di masukkan ke dalam hatinya," ucap pak Rian sembari pergi ke motornya.

"Nggak lucu ya Pak," ketus Nisa.

"Kamu naik sama bapak aja pulangnya," ucap pak Rian menawarkan kepada Nisa.

"Nggak usah, ogah aku naik sama guru nyebelin kaya bapak," sahut Nisa.

"Tidak mau ya nggak apa-apa, yang penting bapak sudah nawarin ke kamu," sahut pak Rian.

"Dasar bayi gede keras kepala, ya sudah bapak pulang dulu dan kamu hati-hati pulangnya. Assalamu'alaikum," ucap pak Rian sembari pergi meninggalkan Nisa dengan motornya.

"Bayi gede ... Pak nyebelin itu panggil aku, benar-benar pak itu suka banget bikin aku marah," batin Nisa dengan kesalnya sambil berjalan ke arah rumahnya.

POV Khairunnisa

Memang benar aku ngompol di rok sekolah ku, gara-gara aku takut dengan preman yang ingin menculik ku tadi. Dan aku sangat malu ketika pak Rian mengetahui bahwa aku ngompol di rok sekolah. Pipiku seakan memerah karena malu dan untung saja aku bisa membela diri dari pertanyaan pak Rian tadi. Tetapi aku sangat bersyukur kepada Allah karena telah mengirimkan seseorang untuk membantuku kalau tidak ada yang bisa menolongku saat itu, mungkin masa depanku sudah hancur.

🌸🌸🌸

"Bu ..." ucap Nisa yang berlari ke dalam rumahnya dan memeluk tubuh ibunya.

"Nisa, tumben kamu telat pulang sekolahnya. Dan kenapa seragam sekolah kamu kotor," sahut ibu Nisa yang penasaran dan melepaskan pelukan dari putrinya.

"Tadi pas Nisa jalan pulang ke rumah, ada preman yang ingin memperkosa Nisa. Tapi untung saja, ada orang yang membantu Nisa" ucap Nisa dengan sedih.

"Astaghfirullah, kamu tidak di apa-apa kan oleh preman itu Nisa," sahut ibu Nisa terkejut dan khawatir.

"Nggak apa-apa bu," sahut Nisa.

"Alhamdulillah, Nisa kamu itu harus bersyukur kepada Allah, karena Allah masih sayang kepada kamu. Allah sudah mengirimkan seseorang untuk bantu kamu, coba saja tidak ada orang yang membantu kamu, pasti masa depanmu sudah hancur," ucap ibu Nisa panjang lebar.

"Iya Bu," sahut Nisa yang mulai kesal karena ibunya mulai ceramah.

"Dan satu lagi Nisa, kamu itu harus menggunakan jilbab. Biar tidak ada laki-laki yang menganggu kamu. Karena dengan jilbab akan melindungi dari lelaki genit," ucap ibu Nisa.

"Tidak mau Bu, Nisa sudah bilang kan kalau memakai jilbab itu panas..." ucap Nisa kesal dan langsung masuk ke dalam kamarnya.

"Nisa, kamu jangan tidur. Ibu akan mengajak kamu ke masjid ," teriak ibu Nisa.

Nisa tidak menggubris perkataan ibunya, dia langsung tidur karena hari ini sangat kelelahan.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, Nisa masih terlelap dalam tidurnya. Itulah kebiasaan Nisa, yang sering membuat ibunya marah-marah kepada Nisa.

"Nisa bangun ....," ucap ibu Nisa menggerakkan tubuh putrinya agar bangun.

"Ada apa Bu? tanya Nisa dengan suara yang khas orang bangun tidur.

"Ibukan sudah bilang kamu jangan tidur, karena ibu akan menyuruh kamu pergi belajar membaca Al-Qur'an di masjid," ucap ibu Nisa.

"Apa belajar membaca Al-qur'an," ucap Nisa yang langsung duduk di atas kasurnya karena terkejut.

"Iya, sekarang kamu pergi mandi," titah ibu Nisa.

"Nggak mau Bu, Nisa itu sudah gede. Masa sih belajar membaca Al-qur'an lagi seperti anak kecil saja," ucap Nisa kesal.

"Buat apa malu Nisa, sudahlah kamu pergi mandi sekarang," ucap ibu Nisa.

Nisa masih duduk di atas kasurnya dan enggan untuk pergi belajar membaca Al-qur'an.

"Nisa, kamu tidak kasihan sama ibu. Ibu ini sudah tua, bagaimana kalau tiba-tiba ibu mati. Terus siapa yang akan membaca Al-qur'an untuk ibu dan mendoakan ibu apabila sudah mati. Ibu hanya ingin putri ibu yang satu-satunya menjadi wanita shalihah, apakah salah ibu menyuruh kamu lebih dekat dengan-Nya," ucap ibu Nisa dengan sedih dan berlinang air mata.

"Ibu Nisa tidak bermaksud seperti itu, ibu jangan bicara mati karena Nisa belum siap untuk kehilangan ibu. Cukup ayah yang sudah meninggalkan Nisa selamanya, dan aku tidak mau kehilangan ibu lagi," ucap Nisa memeluk tubuh ibunya.

"Ya sudah, Nisa akan pergi belajar membaca Al-qur'an," ucap Nisa lagi.

"Gitu dong anak ibu yang cantik dan shalihah."

Nisa pun selesai mandi, sebenarnya Nisa enggan untuk pergi belajar mengaji.Tapi dia tidak ingin membuat ibunya sedih.

"Kamu pakai gamis dan jilbab ini," ucap ibu Nisa yang memberikan gamis dan jilbab itu ke Nisa.

"Tapi Bu," tolak Nisa.

"Kamu harus berpakaian sopan Nisa," ucap ibu Nisa.

"Iya deh," ucap Nisa dengan terpaksa.

"MasyaaAllah, cantiknya anak ibu," ucap ibu Nisa kagum melihat putrinya menggunakan pakaian syar'i.

"Kalau gini kan ibu adem dan bangga punya putri yang shalihah," ucap ibu Nisa dengan mencubit pipi Nisa.

"Iya bu," sahut Nisa dengan tersenyum terpaksa.

"Cantik apanya coba sudah panas, gatel, dan kaya ibu-ibu saja aku menggunakan pakaian ini," gumam Nisa.

"Ayo kita pergi," ujar ibu kepada Nisa.

______

Di masjid At-Taqwa

"Assalamu'alaikum ustadz," ucap ibu Nisa kepada seseorang yang sedang mengajari anak-anak kecil dan masuk ke dalam masjid.

"Wa'alaikumussalam, eee ibu sudah datang," ucap ustadz tersebut dari kejauhan dan menuju ke ibu dan Nisa.

"Pak Rian!"

"Khairunnisa!"

kata Nisa dan pak Rian secara serempak

"Kalian sudah saling kenal?" tanya ibu penasaran kepada mereka berdua.

"Sudah," jawab pak Rian dan Nisa serempak lagi.

"Kok ustadz dan Nisa kompak banget sih, jangan-jangan–" goda ibu Nisa dan tersenyum kepada mereka berdua.

"Jangan-jangan apa Bu, tidak usah mikir macam-macam. Pak Rian itu guru agama di sekolah Nisa," sahut Nisa kesal.

"Baguslah kalau gitu, ibu nggak salah buat nyuruh kamu belajar mengaji dengan ustadz Rian," sahut ibu Nisa.

"Ustadz Rian, semoga ustadz bisa mengajari anak saya membaca Al-qur'an dengan baik. Dan kalau Nisa nakal di sekolah ataupun saat belajar membaca Al-qur'an, ustadz hukum aja karena memang Nisa keras kepala orangnya," sahut ibu Nisa.

"Insyaallah bu, Nisa juga tidak nakal dia juga anak baik Bu," sahut pak Rian.

"Alhamdulillah kalau gitu," ucap ibu Nisa dengan tersenyum.

"Ada apa gerangan pak Rian ngomong baik tentangku kepada ibu, tapi untung saja pak Rian nggak ember mulutnya," ucap Nisa didalam hatinya.

"Ya sudah, Nisa kamu belajar dengan baik di sini," ucap ibu Nisa.

"Iya Bu," sahut Nisa pasrah.

"Ustadz Rian, ibu pamit dulu. Assalamu'alaikum," ucap ibu Nisa.

"Wa'alaikumussalam," sahut pak Rian.

Nisa masih berdiri di tempatnya dan melihat guru agamanya yang menurutnya nyebelin itu. "Pak Rian lagi, pak Rian lagi," ucap Nisa dengan kesal di dalam hati.

"Bayi gede, mau belajar membaca Al-qur'an. Baguslah biar bapak nggak hukum kamu lagi," ucap pak Rian.

"Apa sih," ketus Nisa.

"Bayi gede, ternyata cantik juga ya kalau pakai gamis dan jilbab. Bapak jadi suka ngeliatnya," sahut pak Rian.

"Saya memang cantik, dan bapak stop panggil saya dengan sebutan bayi gede," sahut Nisa

"Terserah bapaklah," sahut pak Rian.

Nisa mulai kesal dengan pak Rian dan langsung saja tangan Nisa menarik hidung pak Rian yang mancung itu sampai memerah.

"Aww sakit," lirih pak Rian memegang hidungnya.

"Rasain itu, lagian bapak nyebelin sih," sahut Nisa sambil tertawa penuh kemenangan.

Pak Rian masih memegang hidungnya yang sakit dan Nisa mulai khawatir. Nisa takut pak Rian benar-benar kesakitan.

"Pak masih sakit kah hidungnya,"tanya Nisa khawatir dan mendekati pak Rian.

"Iya sakit tau, kamu sih main tarik aja," ucap pak Rian sambil menunjuk kesakitan.

"Lemah amat sih jadi cowok, sini aku liat hidungnya," ketus Nisa dan semakin mendekat ke pak Rian.

.

.

.

.

Terimakasih

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!