Sinar keemasan matahari mulai menunjukkan diri ketika hari sudah akan pagi, begitu indah dan menenangkan. Angin berhembus pelan membawa ketenangan dalam kedamaian. Sinta duduk di kursi yang terbuat dari bambu sambil mengelus perutnya yang sudah mengembul dikarenakan hamil dan sudah mencapai umur 9 bulan, tinggal hitungan hari lagi dia akan melahirkan. Dia sudah tidak sabar akan kehadiran buah hatinya tersebut, sambil mengelus dia tidak lupa bersenandung sebuah lagu dengan merdu dan membuat siapapun tenang ketika mendengarnya.
“Suaramu memang selalu bagus, aku bersyukur memiliki istri yang cantik sekaligus pandai bernyanyi seperti ini” celetus Aryo saat keluar rumah untuk menghampiri istri tercintanya.
“Ah kanda sudah bangun, sebenarnya dinda ingin ditemani duduk disini sambil menikmati pemandangan indah ini. Tapi dinda urungkan karena kanda begitu lelap tidurnya” jawab Sinta dengan senyum manisnya.
“Benarkah? Kanda lihat pemandangan ini sudah biasa. Apakah ada hal lain yang dinda ingin bicarakan?” tanya Aryo kepada istrinya.
Sinta terdiam, senyum yang diperlihatkan olehnya tadi sekarang mulai menghilang dan berganti menjadi datar dan perlahan menunjukkan kesedihan. Aryo menghela nafas pelan, dia sudah tau sikap istrinya begini adalah karena dirinya.
“Dinda, kanda tau apa yang kanda lakukan. Ini semua demi kebaikan kita, keluarga kita, dan kanda yakin semua ini akan ada hasilnya” Aryo kembali berucap untuk menenangkan istrinya.
Bukannya merasa tenang dengan penjelasan suaminya wajah Sinta masih saja menunjukkan kesedihan yang sangat dalam.
“Kanda, dinda sangat takut terjadi hal buruk terhadap kanda” jawab Sinta sambil menundukkan kepala takut air matanya yang mulai menetes dilihat oleh suaminya.
“Kanda paham kekhawatiran dinda, begini saja kanda berjanji setelah urusan ini selesai kanda akan berhenti dan kita akan sama-sama menjalani hidup seperti rakyat biasa” Aryo kembali meyakinkan istrinya agar tenang sambil tersenyum kepada istrinya.
“jangan bersedih sayang ku, nanti anak kita akan ikutan sedih kalau tau ibu nya yang cantik ini menangis karena takut kehilangan ayahnya yang tampan dan gagah ini” ucap Aryo kembali dengan kedua tangannya mulai mencubit pipi istrinya dengan lembut agar berhenti menangis.
“kanda masih saja bisa bercanda ketika dinda menangis tadi, dan sekarang pipi dinda sakit sampai memerah” celetuk Sinta dengan sedikit kesal. Lelaki di depannya ini adalah lelaki gagah dan dan tegas, namun ketika bersamanya Aryo seperti anak kecil dan selalu bersikap manja.
“Awwww... Ahhhhh sakit dinda” pekik Aryo ketika istrinya dengan sengaja menyubit pahanya dengan sangat kuat.
“Ini balasan untuk kanda karena membuat pipi ku merah tadi” jawab Sinta tanpa berhenti mencubit paha suaminya.
“baiklah baiklah kanda minta maaf, tapi tolong berhenti lah mencubit paha kanda. Cubitan dinda sangat sakit, kanda minta maaf aakkhrrrg..” teriakan kesakitan Aryo akhirnya menghentikan cubitan tersebut. Sambil meringis kesakitan perlahan Aryo kembali bisa melihat senyuman istrinya tersebut.
“Kanda harus berjanji akan pulang dan sama-sama kita menjaga dan merawat anak kita sampai tumbuh dewasa nanti” Sinta kembali membuka suara dan raut wajahnya menunjukkan sebuah harapan permintaannya akan dikabulkan oleh suaminya.
“kanda janji akan pulang kepelukan dinda” jawab Aryo dengan senyuman dan memeluk istrinya dengan lembut.
“Dinda akan menunggu kepulangan kanda sampai kapanpun” jawab Sinta lagi dan membalas pelukan suaminya lebih erat seakan itu adalah pelukan terakhir mereka.
Tidak lama setelah itu, nampak dari kejauhan seorang pria paruh baya datang dengan cepat menunggangi kuda berwarna cokelat kehitaman bergerak kearah rumah mereka. Sesampainya di depan rumah pria tadi turun dari kudanya dan segera bersujud memberi hormat kepada Aryo.
“ampun tuan muda, maaf kedatangan hamba mengganggu waktu istirahatnya. Tapi keadaan sangat mendesak di markas kita” pria itu menjelaskan perihal yang ingin disampaikan kepada Aryo.
“tidak perlu sungkan paman, sampaikan keadaan apa yang terjadi di markas” jawab Aryo dengan tenang.
Raut wajah Aryo yang tadi tenang mulai nampak memperlihatkan rasa khawatir yang sangat jelas. Mendengar penjelasan dari pria itu membuat suasana hatinya menjadi buruk. Belum lagi perihal terakhir yang membuatnya mengerutkan dahi karena pria itu terlihat sulit untuk menjelaskan perihal terakhir tersebut.
“Kenapa paman? Kenapa berhenti? Apakah ada sesuatu yang lebih gawat dari berita yang kau sampaikan tadi?” tanya Aryo karena sangat penasaran.
“Maaf tuan muda, sebenarnya...” pria itu kembali menjelaskan berita yang ingin dia sampaikan. Setelah menjelaskan semuanya pria paruh baya tersebut tidak sengaja melihat raut wajah tuan mudanya menjadi sangat marah dan mengeluarkan aura pembunuh yang kuat. Pria itu kembali menunduk karena takut kemarahan Aryo akan dilampiaskan kepadanya.
Aryo sangat marah karena mendengar berita terakhir yang telah didengarnya. Ini dikarenakan rencana kudeta yang direncanakannya selama 2 tahun bocor dan pasukan kerajaan Adipura bersiap untuk membasmi pasukannya.
Kerajaan Adipura adalah sebuah kerajaan yang masih sangat muda dan baru berdiri sekitar 100 tahun. Kerajaan ini dipimpin oleh raja Jaka yang tidak lain adalah saudara tiri dari istri kedua ayahnya yang merupakan raja yang paling disegani di kerajaan Adipura bernama raja Aryi.
Raja Aryi dikenal sangat ramah, berwibawa, terampil, tegas, dan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Sampai malapetaka tersebut muncul, karena umurnya yang sudah tua dan sudah menderita penyakit yang sering kambuh akhirnya raja Aryi memutuskan untuk memilih salah satu dari anaknya untuk menjadi penerusnya.
Banyak kalangan bangsawan serta pejabat kerajaan yang mendukung agar pangeran Aryo ditunjuk sebagai penerus sang raja. Namun tidak sedikit juga yang memiliki pendapat bahwa raja Jaka juga pantas untuk naik tahta tersebut.
Terlepas dari pendapat banyak kalangan, raja Aryi sudah memantapkan pilihannya agar pangeran Aryo yang akan menjadi penerusnya. Ini dikarenakan raja Aryi percaya pangeran Aryo akan membawa perubahan yang sangat besar terhadap kerajaan Adipura. Dan tidak menunggu waktu lama diadakan lah upacara pengangkatan pangeran Aryo sebagai raja baru kerajaan Adipura.
Sebagai raja baru, raja Aryo tetap menjunjung tinggi nilai-nilai yang sudah diterapkan oleh ayahnya tersebut. Semua rakyat bergembira akan hal tersebut namun pangeran Jaka sangat sakit hati karena tidak terpilih sebagai raja baru. Karena itu, pangeran Jaka beserta keluarganya keluar dari kerajaan dan memilih pergi dari wilayah kerajaan Adipura.
Raja Aryo sangat menyayangkan keputusan saudara tirinya, karena dia sudah menganggap pangeran Jaka layaknya saudara kandung. Ketika masih sama-sama menjadi pangeran keduanya sering menghabiskan waktu bersama, saling menjaga dan berlatih ilmu beladiri kepada guru yang sama. Namun setelah Aryo naik menjadi raja, pangeran Jaka mulai menutup diri dan mulai merenggangkan jarak antar keduanya dan berakhir memilih keluar dari wilayah kerajaan.
Raja Aryo larut dalam kesedihan karena kehilangan saudaranya tersebut. Namun kesedihan itu akhirnya hilang ketika menemukan sosok wanita yang mampu membuatnya tenang. Sosok wanita itu tidak lain adalah Sinta dan merupakan murid dari guru bela dirinya. Dia baru menyadari perasaan Sinta setelah 10 tahun belajar beladiri bersama gurunya.
Rupanya diam-diam Sinta menaruh perasaan kepadanya namun malu mengungkapkan. Setelah mendengar langsung dari mulut gurunya akhirnya dia tahu dan memutuskan ingin menjadikan Sinta permaisurinya. Sebelum itu raja Aryo meminta nasihat serta izin kepada ayahnya dan beliau menyetujuinya.
Diadakan lah acara pernikahan yang berlangsung 7 hari penuh untuk memeriahi pernikahan mereka. Banyak orang yang datang memberikan ucapan selamat kepada pengantin baru tersebut, bangsawan, pejabat, para Patih, bahkan rakyat juga diundang ke dalam kerajaan untuk memeriahkan acara itu.
Semua orang bergembira karena saat itu merupakan pesta pernikahan terbesar yang pernah mereka datangi, sampai hal yang tidak diinginkan terjadi yang membuat semuanya berbalik 180⁰. Pada malam terakhir sangat ramai pengunjung yang datang melebihi perkiraan pengurus acara tersebut.
Tidak banyak yang tahu bahwa di hari itu pangeran Jaka datang ke pernikahan berniat menjumpai saudaranya untuk mengucapkan selamat. Namun niatnya bukan hanya itu, ada niat yang lebih penting lagi dari itu semua.
“ampun raja ku, kita kedatangan tamu penting tidak terduga. Pangeran Jaka datang namun tidak dengan keluarganya. Tapi membawa 2 orang bersamanya masing-masing laki-laki dan perempuan yang lebih tua” lapor seorang Patih yang dipercaya menjaga keberlangsungan acara itu.
“Saudara Jaka kembali?” tanya raja Aryo dengan keterkejutannya.
“Ah... Bukan waktunya terkejut, cepat bawa dia kesini Patih” titah sang raja.
Patih tersebut segera pergi dan tidak lama kembali lagi bersama pangeran Jaka serta 2 orang bersamanya. Pangeran Jaka lantas menghampiri kedua mempelai dan segera memeluk saudaranya dan memberikan ucapan selamat atas pernikahan raja Aryo.
“terima kasih saudaraku, kedatangan mu sangat-sangat aku tunggu. Kemana saja dirimu? Ayah sangat sedih karena dirimu pergi tanpa memberitahu sedikitpun. Dan dimana keluarga yang lain? Kenapa cuma dirimu yang datang?” tanya raja Aryo tanpa henti.
“Ahhh... keluarga yang lain sedang ada urusan dan hanya aku yang bisa datang kesini. Aku juga harus mengambil barang yang seharusnya menjadi hak ku” jawab pangeran Jaka sambil tersenyum sinis.
“apa maksudmu saudara?” tanya raja Aryo yang bingung atas ucapan saudaranya tersebut.
“Malam ini akan menjadi malam terakhir pemerintahan mu. Lebih baik aku yang memegangnya, kau tinggal pilih menyerahkannya secara sukarela atau ku dapatkan dengan paksa” ucap pangeran Jaka dengan nada mengancam.
Setelah ucapan itu pangeran Jaka mengeluarkan aura pembunuh membuat orang didekatnya bergidik ngeri. Namun tidak dengan raja Aryo dan para Patihnya yang memiliki ilmu beladiri yang mumpuni. Selain belajar ilmu beladiri mereka juga belajar untuk memiliki aura yang mampu menekan aura pembunuh yaitu aura jiwa.
“Saudara Jaka kenapa tiba-tiba seperti ini? Aku kira kedatangan kau kesini karena merindukan rumah kita. Apa yang sebenarnya terjadi?” raja Aryo kembali bertanya namun posisinya sekarang sedang membelakangi istrinya yang sudah mulai ketakutan karena aura pembunuh pangeran Jaka.
“Kau bodoh atau apa!? Jelas-jelas aku datang kesini untuk mengambil tahta kerajaan dari tangan mu!” Jawab pangeran Jaka sambil menunjuk kearah wajah raja Aryo.
“Lancang! Berani sekali kau terhadap paduka raja!” pekik seorang Patih kepada pangeran Jaka.
“Aku juga tidak akan tinggal diam atas perbuatan mu ini!” sambung seorang Patih lain dengan pedang terhunus kearah pangeran Jaka.
Situasi demikian tidak membuat dia takut sedikitpun. Pangeran Jaka tetap tenang dengan senyuman sinisnya seolah-olah memang ingin mencari keributan saat ini.
“Kalian boleh mencobanya kalau berani, aku akan meladeni kalian dengan sepenuh hati” jawab pangeran Jaka dengan penuh kesombongan.
Karena merasa sikap pangeran Jaka sudah diluar batas Patih yang menghunuskan pedang mulai mengambil ancang-ancang untuk menyerang namun suara seseorang menghentikannya.
“Berhenti! Cukup sampai disitu!” ucap pria yang sudah sangat renta dari kejauhan yang tidak lain adalah mantan raja Adipura yaitu raja Aryi. Sebelumnya beliau sedang tidur di kamarnya karena merasa kelelahan duduk saat menemani mempelai, sampai kabar kedatangan anak dari istri keduanya membuatnya terbangun dan bergegas untuk menemuinya.
“Anak ku akhirnya kau kembali” raja Aryi kembali berucap serta mendekat untuk memeluk anaknya itu. Dia merasa bahagia karena anaknya datang, dan tidak ingin kehilangannya lagi. Sakit yang dideritanya memang lah menyakitkan tapi baginya kehilangan buah hati membuat separuh kehidupannya seakan kosong tak berisi. Walaupun raja Aryo selalu menemaninya selalu tapi raja Aryi ingin agar kedua anaknya menemani di masa-masa tuanya hingga dewa memanggilnya.
“Ayahanda...” pangeran Jaka membalas pelukan raja Aryi dengan erat, namun perlahan pelukan mereka mulai merenggang dan tiba-tiba saja raja Aryi terjatuh seolah kehilangan daya untuk berdiri.
“Ayahhh.... Apa yang kau lakukan Jaka!?” tanya raja Aryo kepada pangeran Jaka.
Semua orang terkejut melihat itu, banyak pertanyaan terlintas mengapa raja Aryi jatuh ke lantai dan tidak bergerak lagi. Semua mata kini tertuju pada pangeran Jaka.
“Maaf ayahanda, aku menyayangimu seperti aku menyayangi ibu, tapi kenapa engkau memilih dia sebagai penerus mu? Padahal aku yang lebih tua dari dia, cuma karena ilmu beladiri ku kurang dan pengetahuan ku juga kurang engkau lebih memilih dia tanpa mempertimbangkan diriku ini. Tenang lah disana, serahkan kekuasaan mu ini kepadaku dan aku berjanji akan menguasai negeri Nusantara sebagai raja Adipura yang tersohor sampai satu dunia” kata-kata yang keluar dari mulut pangeran Jaka sudah menjadi penjelasan yang terjadi sekarang ini.
Keterkejutan tersebut tidak berlangsung lama, Patih yang tadi menunda serangan akhirnya kembali melakukan serangan terhadap pangeran Jaka. Pangeran Jaka meladeninya dengan tangan kosong karena ilmu beladirinya sedikit lebih tinggi dari Patih tersebut.
Setelah bertukar 50 jurus pangeran Jaka berhasil mendaratkan sebuah pukulan ke perut yang langsung mengenai titik dimana ulu hati Patih tersebut membuatnya termundur 5 langkah dan mengeluarkan darah segar dari tepi mulutnya.
“Pendekar harimau!” pekik Patih tersebut setelah mencoba meraih keseimbangannya sambil meringis kesakitan.
“Pendekar serigala seperti mu tidak akan mampu menandingi kekuatan fisik pendekar harimau. Jangan berharap terlalu banyak” jawab pangeran Jaka dengan penuh kesombongan dalam kata-katanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!