Namanya Audy Salernitana mahasiswa semester tujuh jurusan ekonomi. Audy selalu menjadi bahan bullyan teman satu kampusnya karena tubuhnya yang gendut dengan berat 85 kg dan tinggi 160 cm terlebih lagi wajahnya yang banyak jerawat batu dan selalu memakai bando tiap kali dia ke kampus. Alasan dari Audy supaya rambut panjangnya tidak menutupi mata.
Audy semakin di bully saat tau kalau adiknya yang bernama Nadia Fiorentina semester tiga jurusan ekonomi memiliki paras yang cantik, terawat dan bertubuh seksi yang membuat pria di kampusnya banyak yang ingin menjadi pacarnya. Di tambah lagi Nadia adalah seorang selebgram produk kecantikan.
Renaldo promes/Aldo pria tampan semester tujuh jurusan hukum yang digilai para cewek di kampusnya juga sedang berusaha mendekati Nadia. Aldo adalah anak dari pengusaha kaya di Jakarta. Bertinggi 175 cm dan memiliki tubuh yang atletis.
Pagi telah tiba. Audy, Nadia dan mamanya sedang sarapan bersama. Seperti biasa Audy mengambil porsi dalam jumlah besar. Nadia yang menjaga pola makan sehat merasa jijik jika melihat Kakaknya makan.
"Banyak amat sih, Kak!" hardik Nadia.
"Suka-suka gue lah, protes mulu." balas Audy.
"Ihhh ...! Tapi gue gak nyaman dengan cara makan lo?"
"Ya udah ... jangan dilihatin," ucap Audy cuek.
"Sudah-sudah ... kalian ini masih pagi juga," sahut mama.
"Kakak nie, Ma. Mengganggu kenyamanan orang," ucap Nadia memanyunkan bibirnya.
Audy tidak membalasnya, dia malah asyik sarapan dengan nasi dan lauk yang menggunung.
"Audy ... makannya pelan-pelan. Kamu ini sudah besar juga. Harusnya kamu merawat diri supaya cantik dan bersih," ucap mama.
"Iya ... nanti Audy ke salon."
"Kamu berangkat sama siapa, Audy?" tanya mama yang bemana Ayu Lesmana seorang pengusaha kue.
"Sama Reihan," jawab Audy sambil makan.
"Reihan yang suka naik gunung itu?" tanya Ayu.
Audy mengangguk.
"Aduh, sayang ... kamu ini sudah 21 tahun jangan panas-panasan mulu, nanti kulit kamu hitam. Wajah kamu saja sudah kusut berjerawat gitu. Harusnya kamu merawat diri supaya banyak pria yang tertarik."
"Iya, Ma. Nanti juga Audy dapat cowok."
"Gak mungkin, Ma!" sahut Nadia.
Audy melotot ke arah Nadia. "Diam lo."
"Audy ... gak boleh gitu sama adiknya," ucap Ayu.
Nadia menjulurkan lidahnya, mengejek Audy.
Suara klakson motor terdengar di rumah keluarga Lesmana.
"Itu pacar lo udah datang," ucap Nadia.
Audy melotot ke arah Nadia, dia segera mempercepat ritual makannya, mencium punggung tangan Ayu, lalu mengambil tas dan buku yang di taruh di atas meja makan. Audy berlari menghampiri pemuda yang bernama Reihan.
Reihan satu jurusan dengan Audy. Seorang pecinta alam yang selalu menghimbau teman-teman seprofesinya untuk melakukan penghijauan. Reihan berkulit coklat dan memiliki kumis tipis yang membuat dia semakin manis saat tersenyum. Reihan selalu memakai celana jeans, kaos yang di lapisi Ham saat berangkat ke kampus.
"Lama amat, sih!" hardik Reihan.
"Sorry, tadi gue ngabisin nasi dulu."
"Makan saja yang diurusi. Lihat tu, badan lo, kalau motor vespa gue bisa ngomong, pasti dia bakalan protes ke gue karena setiap hari selalu bonceng Buldozer," canda Reihan sambil tertawa lepas.
"Ah udah ah ... cepet berangkat." Audy menepuk punggung Reihan hingga hampir jatuh.
"Buset dah, tenaga lo." Reihan menghidupkan motor vespanya menuju kampus.
Itu lah Audy, walaupun dia sering kena body shaming, tapi dia hanya menganggap itu candaan biasa. Bahkan, dia cuek dengan penampilannya sendiri.
...***...
setiba di kampus seorang pria bertinggi 175 cm dengan tubuh atletis dan berkulit putih datang dengan langkah yang elegan. Para wanita yang melihatnya di buat terpana akan keindahannya. dia adalah Aldo, anak jurusan hukum idola di kampus. Aldo selalu di temani dengan Levi teman semasa SMA nya sampai saat ini. Levi lah yang menjadi perantara jika para cewek kampus hendak meminta tanda tangan dari Aldo ataupun berfoto ria. Aldo layaknya artis di kampus. Setiap dia muncul, para cewek langsung menyerbunya seperti semut yang mencium aroma gula.
Audy dan Reihan hanya menghela napas. Audy heran kepada para cewek itu.
"mereka itu aneh ya? Masak hanya gara-gara melihat cowok ganteng, berasa mau konser."
"Namanya juga cewek, gak tahan lihat cowok ganteng dan tajir dikit," ucap Reihan sambil berjalan menuju kelas.
"Gue gak ya!" teriak Audy menyusul Reihan dari belakang.
Sedangkan Aldo masih sibuk dikerumuni oleh cewek-cewek kampus. Levi terlihat kwalahan dengan para cewek yang mngerubunginya. Hingga Aldo melihat seorang wanita cantik dengan celana jeans berwana biru gelap dan kemeja putih panjang terlihat serasi dengan wajahnya. Itu adalah Nadia adik dari Audy. Aldo kabur dari kerumunan para cewek yang mengerubunginya.
Aldo menghampiri wanita itu.
"Hay ... berangkat sama siapa?" tanya Aldo.
"Sama mama," jawab Nadia.
Aldo tersenyum berdiri di depan Nadia.
"Sorry ya, Do. Gue buru-buru nie, ada jam pagi." Nadia menabarak lengan Aldo, lalu segera menuju kelas.
Aldo mengibas rambutnya ke belakang melihat punggung Nadia dengan tatapan cool.
jam istirahat tiba, Audy dan Reihan berada di taman siswa berbincang di bawah pohon beringin. Cuaca terik tidak masalah bagi Audy dan Reihan yang sudah biasa panas-panasan.
"Lo udah buat tugas dari pak Bambang, belum?" tanya Reihan.
Audy yang sedang ngemil terbelalak dengan mulut yang masih menguyah camilan.
"Mati gue! Pinjam contekan dong, Rei!"
Reihan menggeleng kepala. "Lo ini, selalu saja ngerepotin gue." Reihan merogoh tas punggunggnya memberi buku contekan kepada Audy. Dengan segera Audy mencatat jawaban dari Reihan.
"Untung lo ingetin, kalau gak bisa digantung gue sama pak Bambang.," ucap Audy masih menulis contekan.
"Lo sih, kerjaannya berantem mulu sama adik lo," cibir Reihan.
"Siapa yang bilang, gue baik-baik kali sama Nadia."
"Halah ... memang gue gak tau apa," ucap Reihan.
"Udahlah jangan ngomongin dia, malas gue!" seru Audy sambil menutup contekannya, lalu memberikan kembali ke Reihan.
Reihan terkekeh. "Kalau sewot jerawat lo makin gede."
"Biarin. Gue banyak jerawat bukan karena punya nafsu gede ya!"
"Siapa yang bilang kayak gitu. Gue cuman bilang jerawat lho makin gede kalau lagi sewot. Larinya malah kemana-mana," goda Reihan.
"Ihhh ...! Tapi 'kan biasanya cowok kalau lihat cewek berjerawat pikirannya mengarah kesitu."
"Ya lo jangan menyamaratakan cowok dong, walaupun emang iya sih." Reihan langsung menjauh dari Audy.
Audy begitu kesal berteriak berlari mengejar Reihan hingga semua lemak yang bergelambir ditubuhnya ikut bergetar.
Reihan memang suka menjahili Audy. Sikap polos Audy memang menjadi makanan sehari-hari bagi Reihan. Audy pun tidak mempermasalahkan, baginya Reihan adalah teman terbaik yang dia punya.
jam kuliah pak Bambang di mulai para mahasiswa jurusan ekonomi terlihat duduk tertib menunggu kedatangan dosen. Pak Bambang adalah dosen senior di kampusnya Audy. Pak Bambang terkenal galak dan sangat teliti. Perawakannya pendek memakai kaca mata bulat, berambut keriting yang sudah memutih serta mempunyai kumis lele. Sebenarnya anak kampus ingin tertawa jika melihat pak Bambang dengan kumis lelenya itu, apalagi beliau sering memainkan kumis lelenya itu. Namun, karena beliau dosen yang killer, jadi anak kampus hanya bisa menahannya dalam hati.
Pak Bambang datang dengan jalan sedikit membungkuk.
"Selamat siang ... sehat semua ya!"
para mahasiswa berdiri serentak bilang sehat, lalu duduk lagi.
"Tugas dari saya coba di kumpulkan," perintah pak Bambang.
Audy beruntung bisa dapat contekan dari Reihan. Jadi dia bisa bernapas lega.
Tapi ada satu mahasiswa laki-laki yang tidak mengumpulkan tugas. Pak Bambang memanggil mahasiswa itu maju ke depan.
"Kamu kenapa tidak mengumpulkan tugas."
Mahasiswa itu diam dengan kepala tertunduk.
"Jawab!" bentak pak Bambang sambil mumukulkan penggaris di genggamannya ke meja.
"Nganu, Pak. Ketinggalan," ucap mahasiswa itu lirih.
"Rumah kamu dimana?" tanya pak Bambang.
"Cilacap."
"Ya sudah, kamu pulang dulu ke rumah kamu ambil tugasmu, kumpulkan hari ini juga."
Pria itu kaget, masak iya harus balik ke Cilacap hanya untuk mengambil tugas dari pak Bambang.
"Tapi saya ngekost, Pak."
pak Bambang melirik kesal. "Ya sudah cepat!"
Pria itu segera berlari mengambil tugasnya.
Semua mahasiswa terdiam sepi tidak berani menatap pak Bambang.
"Baik, kita mulai mata kuliah." Pak Bambamg mengajar selama dua jam. selama dua jam itu wajah Audy dan teman-teman yang lain terlihat tegang. Audy tidak bisa membayangkan kalau seandainya dia yang ada di posisi temannya itu. Bisa kencing di kelas nanti.
Dua jam sudah dilalui, para mahasiswa bisa bernafas lega. Mereka seperti selesai dari uji nyali. Jerawat Audy semakin membesar saat keluar dari kelas, rambutnya pun mengembang sebagian menutupi bando merah yang melingkar di kepalanya.
"Hahaha ...! Jerawat Lo kayak batu kerikil yang ada di kali," ledek Reihan.
Audy memanyunkan bibirnya, memegang pelan wajahnya yang berjerawat, lalu mengambil kaca yang ada di tasnya.
"Makanya, dandan," ucap Reihan.
"Biarin, nanti juga hilang sendiri." Audy berjalan cuek meninggalkan Reihan.
Reihan menggeleng, mengikuti langkah Audy dari belakang. Mereka mau ke parkiran mengambil motor vespa milik Reihan. Saat di perjalanan Audy berpapasan dengan dengan Nadia. Audy paling tidak suka jika berdekatan dengan adiknya di kampus. Itu Karena Audy selalu dibanding-bandingkan dengan Nadia yang cantik, pintar dan seorang selebgram kecantikan.
"Kak Audy!" panggil Nadia menghampiri kakaknya.
Audy tampak jengah melihat adiknya.
"Entar malam gue pinjam buku lo ya? Dapat tugas dari dosen," ucap Nadia.
Audy memutar bola matanya. "Iya ... bilang di rumah 'kan bisa, jangan di sini."
Audy segera pergi meninggalkan Nadia sebelum anak kampus mengejeknya dengan si cantik dan si gendut.
Audy pun heran melihat kakaknya yang selalu menghindarinya saat di kampus.
"Tu orang kenapa sih," gerutu Nadia.
Reihan masih berjalan di belakang Audy.
"Lo kenapa sih selalu ngehindar dari Nadia,?" tanya Reihan.
Audy hanya terdiam mengambil helm yang di cantolkan di kaca spion. Reihan menghidupkan mesin motor vespanya. Audy duduk di belakang, terasa sempit. Reihan harus merelakan setengah tempat duduknya untuk Audy karena badannya yang melebihi kapasitas.
Malam tiba, seperti biasa Nadia sedang membuat konten kecantikan untuk chanelnya. Audy yang sedang menonton tv merasa terganggu dengan suara Nadia. Dengan iseng Audy mengeraskan volume tv supaya Nadia tidak bisa fokus membuat konten.
"Ihhh ...! Kak apaan sih!" pekik Nadia yang merasa terganggu.
"Ngapa ... orang sedang nonton tv gak boleh," balas Audy.
"Volumenya di kecilin, dong ...!" Nadia mulai kesal.
"Makanya kalau mau buat konten jangan di sini, di kamar sono!"
Ayu keluar dari kamar karena mendengar ada keributan.
"Ada apa, sih? Kalian kalau di rumah ribut mulu."
"Kak Audy ini, Ma! Ganggu Nadia mulu," ucap Nadia.
"Siapa yang gangguin, dari tadi gue diam di sini ya," sahut Audy.
"Tapi jangan di kerasin dong volume tv nya. Gue 'kan terganggu."
Ayu melipat kedua tangannya ke dada menatap tajam Audy.
"Audy ... jangan ganggu adik kamu, dia 'kan lagi buat konten."
Audy kesal membanting remot tv ke sofa.
"Mama selalu saja belain Nadia." Audy beranjak dari tempatnya menuju kamar.
Nadia menjulurkan lidahnya ke arah Audy karena selalu di bela mamanya. Audy pun mendelik ke arah Nadia.
Di kamar Audy memakan kripik kentang untuk melampiaskan rasa kesalnya. Nadia selalu dapat pembelaan dari mama, sedangkan Audy selalu saja di ceramahinya. Harus diet lah, ke salonlah, dandan yang cantik lah. Semua itu membuat Audy tidak nyaman. Audy ingin menjadi dirinya sendiri tanpa ada orang yang mengomentari bentuk tubuhnya. selama ini hanya Reihan yang tulus berteman dengannya. Teman yang lainnya lebih sering membandingkan dirinya dengan Nadia.
O iya besok Audy ada acara dengan Reihan menanam bibit pohon cemara di setiap pinggiran jalan kota. Audy langsung merebahkan tubuh besarnya karena pagi-pagi sekali Reihan pasti akan datang ke rumahnya.
Benar saja, suara klakson terdengar di telinga Audy. Namun, saat itu Audy sedang mandi. Nadia hendak berangkat ke kampus membuka pagar untuk Reihan.
"Pagi Nadia ...," sapa Reihan.
Nadia tersenyum tipis. "Mau cari kak Audy ya?"
Reihan mengangguk.
"Tunggu aja di dalam, orangnya lagi mandi," ucap Nadia.
"Di sini saja, paling cuma lima belas menit."
"Jangan salah, Kakakku itu kalau mandi lamaaa banget."
Reihan pun melirik, ada rasa tidak nyaman dengan Nadia. "Sudah gak pa-pa."
"Ya udah kalau gitu, gue tinggal dulu ya."
Reihan mengangguk tersenyum kepada Nadia.
Tak berselang lama Audy datang dengan kaos hitam dilapisi jaket loreng hijau serta rok panjang tiga perempat tak lupa bando bewarna hitam melingkat di kepalanya.
Audy tersenyum penuh makna melihat Reihan.
"Kenapa lo, kesambet," canda Reihan.
"Apaan sih, senyum salah, marah-marah salah! Sudah ayo berangkat." Audy duduk di belakang Reihan.
"Kita ambil bibit pohonnya dulu ya?"
"Iya."
Setelah mengambil bibit pohon cemara, Reihan dan Audy menuju ke salah satu taman kanak-kanak yang ada di Jakarta untuk memberi penyuluhan tentang pentingnya menjaga Alam.
Anak yang rata-rata berusia lima sampai enam tahun itu begitu semangat. Mereka begitu aktif lari kesana kesini mengambil pot, memasukan bibit pohon cemara, lalu menaruh pot itu di pinggir trotoar. Mereka melakukannya dengan tulus tanpa embel-embel apapun.
Audy dan Reihan tampak senang melihat tingkah polah para anak kecil itu.
Bersambung ...
"Adik-adik nanti kalau sudah selesai jangan lupa cuci tangan ya!" seru Audy.
"Iya Kak." Beberapa menjawab beberapa lagi masih asyik meletakan pot biji cemara di pinggir jalan.
Audy dan Reihan terlihat senang melihat anak-anak TK begitu semangat menanam pohon.
"Adik-adik ... setelah menanam kita wajib untuk Merawat," ucap Reihan setelah para anak TK kembali ke kelas.
"Iya, Kak ...!" seru Mereka.
Aktifitas Audy dan Reihan selesai, mereka bersalaman dan berterima kasih kepada guru pembimbing karena telah di izinkan melakukan penyuluhan tentang merawat alam.
Audy dan Reihan kembali ke kampus duduk di taman siswa.
"Rei!" panggil Audy kepada Reihan yang ada disampingnya.
"apa," jawab Reihan yang sedang asyik baca buku.
"Kenapa lo mau temenan sama gue?"
Reihan hanya terdiam fokus membaca buku.
"Jawab." Audy menepuk punggung Reihan hingga hampir terjatuh.
"Apa sih ...!" Reihan tampak kesal.
"Gue ngomong gak lo dengerin." Audy malah memanyunkan bibirnya.
Reihan menutup bukunya. "Ya udah ... mau cerita apa."
Audy memperbaiki bandonya meniupkan bibir bawahnya ke atas. "Lo kok mau temenan sama gue! Gitu tadi pertanyaan gue."
Reihan berdehem, lalu menatap Audy. "Mau jujur atau bercanda.
Audy balas menatap Reihan lalu mencubit lengan. "Ya jujurlah."
Reihan terperanjat. "Oke-oke. Kamu itu tulus, baik dan yang membuatku suka, kamu itu punya jiwa sosial yang tinggi."
Sedetik Audy terperangah dengan jawaban Reihan, dia menatap Reihan lekat seperti ada perasaan berbeda.
Reihan balas menatap Audy. "Lo kenapa! Suka ma gue."
Audy terbangun dari lamunannya tubuhnya bergidik. "Gak ya ... gila apa gue suka sama lo!"
"Ya udah makan yuk! Perut gue lapar, dari pagi belum diisi."
Reihan beranjak dari tempat duduknya diikuti Audy dari belakang.
Di kantin terlihat ada Aldo satu meja dengan Nadia. Aldo sedang berusaha merayu Nadia. Audy dan Reihan melihat dari kejauhan. Audy sudah sering melihat Aldo mendekati Nadia.
"Adik lo tu! Dideketin cowok femes di kampus ini."
"Biarin aja lah. palingan juga ngajakin jalan."
Aldo memang ingin mengajak jalan Nadia. Setiap malam minggu Aldo ke rumah untuk menjemput Nadia. Walupun Nadia kadang menolaknya.
"Malam minggu jalan, yuk!" ajak Aldo.
"Males ah ... gue sibuk buat konten," jawab Nadia yang masih makan.
"Kalau begitu gue ke rumah lo ya, sekalian mau belajar buat konten juga," alasan Aldo.
Nadia meletakkan garpu dan sendoknya. "Ya gak mungkin lah, Do? Konten gue itu tentang kecantikan.
"Bisa aja, kan. Kamu mempromosikan produk untuk cowok."
"Maksudnya?"
"Lo bisa manfaatin gue supaya cowok juga tertarik melihat chanel lo."
Nadia tersenyum lebar. "Itu ide yang bagus. Oke gue setuju."
Mereka bersalaman.
Audy yang melihat adiknya terkena jebakan batman hanya bisa memencongkan bibir atas nya dan memutar matanya, lalu melanjutkan makan.
"Kita ngomongin ini ke taman saja, gak enak dilihat banyak orang," ucap Aldo.
"Oke."
Aldo dan Nadia menuju ke taman siswa tempat yang asri sangat cocok untuk ngobrol, berdiskusi dan belajar.
"Nanti gue akan coba minta skin care cowok dari endorsment, lo sebagai modelnya usahakan lo bisa ngeyakinin followers gue supaya bisa ngajak temen cowoknya untuk ngelihat konten gue."
"Siap ...gue gak akan ngecewain lo."
"Boss!" panggil seorang pria kurus dari kejauhan.
Aldo berdecak kala melihat levi menghampiri.
"Gue cariin ternyata si Bos sama Tuan putri."
"Ada apa?" kesal Aldo.
"Gak ... cuman mau minta nebeng aja kalau pulang, duit gue sudah abis gara-gara kalah taruhan bola."
Aldo mengambil dompet dari saku belakangnya , lalu memberi dua lembar uang seratus ribuan kepada Levi.
"Nie ... udah sana pergi."
Levi pun senang mendapat rejeki nomplok dari Aldo. dengan posisi tegak sempurna dia memberi hormat kepada Aldo dan Nadia.
"Siap Bos." Levi pergi sambil berjalan cepat.
Nadia pun tertawa melihat tingkah Levi. "Ada-ada aja ya tu orang."
"Namanya juga Levi," ucap Aldo menatap punggung Levi yang semakin jauh.
...***...
Malam tiba, Audy rebahan di kamar nonton netflix di layar laptopnya sambil makan camilan sebagai pengusir bosannya.
Tok ...
Tok ...
Tok ...
"Masuk aja pintu gak dikunci!" seru Audy.
'Ceklak.' Nadia membuka pintu dengan memakai celana pendek dan singlet hitam yang memperlihatkan lekuk tubuh seksinya. Audy dalam hati iri dengan bentuk tubuh Nadia yang seperti gitar Spayol.
"Pinjem bukunya, Kak. Mau buat tugas nie?"
Audy menunjuk jarinya di meja yang ada tumpukan buku kuliah.
Nadia mengambil buku yang ingin di pinjamnya, lalu melihat Audy yang selonjoran sedang asyik nonton film.
"Kak olah raga ngapa? lihat tu badan sudah lemak semua."
"diam lo! Badan-badan gue urusan lo apa!" hardik Audy.
Nadia bergidik lalu memencongkan bibir atasnya. "Terserah lo dah!"
Audy jadi kesal melempar bantal saat Nadia menutup pintu kamar. Dia mendongak menatap atap langit. Kemudian, memegang perutnya yang mulai bergelambir penuh dengan lemak.
Audy sebenarnya juga ingin memiliki tubuh yang langsing, tapi rasa gengsinya kepada adiknya yang membuat malas untuk berolah raga.
Hampir setiap hari Nadia selalu ke tempat gym, banyak cowok yang meliriknya. Audy juga ingin seperti itu, tapi Audy tidak ingin dibandingkan dengan Nadia. Itu menyakitkan.
Tok ...
Tok ...
Tok ...
Kali ini Audy membuka pintu dengan kesal. "Ada apa lagi!"
Ayu terperanjat dengan suara Audy.
"Ma-mama ... maaf, Ma. Aku pikir Nadia."
Ayu menggelengkan kepalanya, lalu mencubit gemas pipi tembem Audy. "Kamu ini, selalu saja bertengkar dengan adikmu."
Audy tersenyum nyengir. "Ada apa, Ma?"
"Papa mu datang, sana disambut," ucap Ayu.
Papa Audy dan Nadia bernama Reno Lesmana, beliau seorang pengacara sukses. Pak Reno jarang pulang karena sering berpergian ke luar negeri.
Audy dengan langkah cepat menuruni tangga, melihat papanya duduk di ruang tamu.
"Papa ...!" Audy menghampiri Reno, disana juga sudah ada Nadia duduk di samping Reno. Audy mencium punggung tangan papanya dilanjutkan cipika-cipiki.
Reno tersenyum melihat Audy. "Anak sulung papa kok makin lebar aja badannya."
Nadia mengulum bibirnya menahan tertawa.
Audy langsung cemberut. "Papa kok lihatnya gitu sih ...?"
Reno terkekeh. "Papa bercanda. Walaupun anak papa gendut tapi tetep cantik, asal pandai merawat diri saja."
"Kebanyakan ngemil tu, Pa?" sahut Nadia.
Audy melotot ke arah Nadia. Nadia malah menjulurkan lidahnya ke arah Audy.
Reno yang melihatnya hanya terkekeh. "Dulu waktu kecil kalian akur, tapi semakin dewasa kalian malah suka berantem sendiri. Kalian rebutan cowok di kampus ya?"
"Ihh ..ogah Audy rebutan cowok sama Nadia."
"Iya soalnya Kak Audy tau kalau cowoknya bakal milih Nadia makanya dia gak mau saingan sama cewek cantik kayak Nadia," ucap Nadia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!