NovelToon NovelToon

Semestaku

Love Hate

Agnes menatap tajam Keyno di balik kaca jendela mobil porsche berwarna abu, pria itu tengah bersenang-senang dengan seorang wanita di pangkuannya.

Agnes melipat kedua tangannya, terlihat ia sangat jengkel sambil terus menggertakkan gigi geram, ia menyandarkan diri ke kursi mobilnya sesekali bibirnya menyungging berucap mengumpati Keyno, seolah ingin menghajar Keyno yang tak lain suaminya sendiri, saat itu juga.

Untuk yang kesekian kali, kebetulan datang menghampiri mereka. seperti saat ini, Agnes ingin bersenang-senang ke sebuah bar yang biasa dia kunjungi, tapi siapa sangka? di parkiran ia malah mendapati suaminya bermesraan ntah dengan siapa, yang jelas dengan wanita.

"Tak seharusnya aku kemari. Dasar Bajingan" gerutunya sambil bersiap meninggalkan tempat itu.

Ia berdecih membenarkan helaian rambut yang turut berantakan menutupi wajahnya, menyalakan mobil dan mundur dengan kecepatan tinggi hingga tak sengaja menabrak sesuatu di belakang sana.

Brukk...!!!

Agnes menoleh, lalu memperhatikan spion mobilnya. Ada seseorang sedang kesakitan disana.

"Mario?"

Agnes membuka pintu dan keluar "Are you okay?"

"Not okay, please help me!" Tak pikir panjang Agnes memapah Mario menuju sisi kiri mobilnya, membuka pintu dan membantu Mario masuk ke mobil.

"Ku antar kau ke rumah sakit" Ucap Agnes sedikit panik seraya memasang seatbelt pada Mario.

Cup

Satu ciuman mendarat di pipi putihnya, Agnes terkejut. Namun, sedetik kemudian ia tersenyum saat mendapati Keyno sedang menatapnya tajam dari spion mobil di depan mereka.

"Ada urusan apa kau kemari?" tanya Agnes ketika sudah kembali duduk di bangku kemudi, membetulkan rok pendeknya dan menjalankan mobil meninggalkan area parkir tersebut.

"You know lah. sama sepertimu" jawabnya santai "Sebenarnya aku tidak apa-apa, aku hanya membantu menghadapi suamimu"

"Kau tahu Keyno ada disana?"

"Yes, aku melihat mobil kalian berdampingan"

Sementara masih di parkiran bar, Keyno menyunggingkan bibir melihat kepergian Agnes dan Mario kemudian berkata "Dasar Jal4ng" umpatnya.

"Key..." Pandangannya beralih pada wanita yang bergelayut manja dibahunya "Ada apa?" tanya wanita itu.

"Ah, Tidak. aku hanya terpana melihat bidadari ini" pujinya seraya mencubit manja pipi wanita itu

"Siapa?" wanita itu sengaja bertanya dengan nada bicara yang aduhai.

"Memangnya siapa lagi? hanya ada kita disini?"

Tanpa ragu, Keyno mencium wanita malang di sampingnya sebagai pelampiasan. Ia melepaskan kemarahannya dengan ciuman kasar dan bertubi-tubi dan berakhir di ranjang hotel setelah ia memutuskan membawa wanita yang baru dikenalnya itu untuk menemani malam panjangnya.

Di tempat lain, Agnes minum sebanyak mungkin yang ia bisa, di temani Mario. Sudah beberapa kali Mario menghentikannya tapi Agnes seolah menulikan telinga dan terus berlanjut menenggak gelas demi gelas wine nya.

Mario sendiri tahu, Agnes sedang marah pada Keyno suaminya. Ini bukan pertama kalinya, sudah sering. sangat sering.

"Hey..Hey Nes..Nes. Kau sudah mabuk. Hentikan" Cegah Mario mengambil botol yang hendak di tuang wanita itu. Agnes hanya melantur mengabaikan ucapan Mario dan ambruk di meja bar.

Dengan susah payah Mario membawa Agnes dan mengantarnya pulang. Bukan menolak pesona Agnes, tapi ada sesuatu yang harus ia kerjakan dan tak bisa ditunda. Jika tidak, mereka akan menghabiskan malam panjang seperti Keyno.

"Istirahatlah!" Mario mencium Agnes dan Agnes membalas ciuman itu dengan kasar dan brutal, bahkan Mario harus memaksa agar ciuman Agnes terhenti. Setelah tenang Mario berlalu meninggalkan apartemennya ntah kemana, urusannya.

Di tempat lain, Keyno tampak kelelahan setelah menunaikan adegan panas dengan wanita yang sama sekali tak dicintainya itu. Ia bermain dengan penuh emosi dan tergesa-gesa, semua hanya untuk memuaskan hasrat dan kekesalannya pada Agnes.

Begini lah kisah mereka. Walau bagaimana pun Keyno dan Agnes tak terpisahkan. Seberapa keras mereka berusaha berpaling, saling menyakiti, menciptakan jarak dan bersikap diluar norma rumah tangga. Mereka tak terhentikan, seolah takdir melarang mereka berpisah.

Aneh bukan? Memang aneh. Banyak yang mengatakan aneh, mereka bahkan punya gandengan masing-masing. tapi mereka baik-baik saja.

Obsesi

Kegilaan

Candu

Mungkin tiga singularitas itu cocok menggambarkan hubungan mereka. Mereka bodoh dan terlihat tak waras, tapi siapa yang peduli? selagi mereka baik-baik saja, why not?

Mereka akan baik-baik saja walaupun menyakitkan.

Sebuah kisah diluar nalar, saat cinta dan kebencian berjalan beriringan. Love Hate Relationship.

...----...

Fake Love

Agnes terbangun. Ponselnya berbunyi berkali-kali mengusik tidur nyenyaknya. Matanya terbuka memperhatikan siapa pemanggil yang berani menganggunya sepagi ini.

Keyno? Ah lelaki bajingan itu

Bibirnya menyunggingkan senyum remeh, lalu menerima telepon tersebut "Kenapa?" tanyanya datar

"Keluarlah. Aku menjemputmu" Agnes terdiam. Pandangannya beralih dan mengabsen ruangan. Ah iya, Ini apartemen Mario.

"Mengapa repot menjemputku. Aku bisa pulang sendiri"

"Kau lebih suka jika ku jemput" Agnes berdecih, Ia mematikan telepon sepihak, Menyambar tasnya dan pergi.

Di depan pintu, Agnes mendapati Keyno tengah berpangku tangan seraya menyandarkan bahu kekarnya ke tembok, menatap Agnes dengan tatapan dingin, Sementara wanita itu mengacuhkan kehadiran Keyno dan berjalan begitu saja melewati tubuh hidupnya.

"Hey.. Hey.. " Keyno menyusul. Bahkan tanpa segan menggandeng bahu Agnes.

"Kenapa? Apa kau bersenang-senang?" tanyanya kemudian mendekatkan diri pada wajah Agnes.

"Diam lah setan!"

"Kau terlihat buruk, apa kau cemburu tentang kemarin?"

"Tidak Akan"

"Ayo lah sayang, kau cemburukan? jika tidak kau takkan pergi bersama pria pengacara itu" Ucapnya dengan yakin.

"Aku mengantuk" Agnes mengalihkan pembicaraan, Menepis tangan Keyno yang bertengger di bahunya. Tapi pemilik tangan itu tak mendengar, ia terus menggandeng Agnes bahkan mengapitnya hingga tak ada jarak antara mereka.

"Kau minum berapa banyak, hmm?"

"Bercinta berapa kali?"

"Diamlah Keyno, atau aku takkan pulang bersamamu" Ancam Agnes setengah berteriak dengan tatapan tajam membunuh.

Keyno tersenyum, tangan besarnya terulur menyentuh dagu wanita yang tampak sangat marah di hadapannya.

"Istriku sangat menawan ketika marah" lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Agnes. Agnes membuang muka, hingga bibir tipis pria itu menyentuh telinganya, bukannya menghindar Keyno malah menggigit pelan telinga Agnes lalu berkata "Aku melakukannya karena aku suka dan kau melakukannya karena cemburu?" Keyno tersenyum menandakan dia sangat percaya diri dengan alibinya.

"Kau gila" Agnes mendorong kasar tubuh Keyno agar menjauh, lantas pergi dengan langkah lebar.

"Kau cemburu sayang" Keyno terus saja berucap seraya menyusul Agnes dan melompat masuk ke dalam lift yang hampir tertutup jika saja Keyno tak mengulurkan tangannya.

Sementara di pintu lift lain, Mario keluar dari kotak besi itu menuju unit apartemennya menenteng sebuah paperbag, Mario bersiul seraya memasukkan smart code pada pintu lalu melepas alas kakinya berganti sendal rumahan. Kemudian menuju kamar dimana ia meninggalkan Agnes semalam.

"Ternyata dia sudah pergi" gumamnya saat mendapati tak ada siapapun di kamar tersebut. Mario tak heran, sudah biasa seperti ini. Dia juga menyadari, Tak ada perasaan lebih seorang Agnes pada dirinya, Mereka hanya sebatas 'teman tidur' atau kasarnya partner ranjang ketika saling membutuhkan.

Mario memilih mengirim pesan, permintaan maaf karena tak bisa menemani Agnes semalam sebagai gantinya ia menawarkan diri seminggu ini kapan saja Agnes butuh dan ingin ditemani.

Sementara itu, Keyno membawa Agnes pulang menuju rumah mereka. Sepanjang perjalanan Keyno terus saja mengoceh mengenai apa saja yang terlintas dipikirannya, hingga Agnes harus memasang earphone agar tak mendengar suara Keyno yang memusingkan. Lelaki itu tidak bodoh. Ia hanya suka berargumen dan mengeluarkan pendapat, Bahkan disela-sela ocehannya ia menyinggung gadis-gadis yang tidur dengannya.

Tak berapa lama, mereka tiba di sebuah rumah minimalis berukuran 2 lantai, Keyno menggenggam tangan istrinya dengan romantis seperti biasa. Padahal itu kedok, topeng belaka. Keyno Mencintai Agnes. Memang, semesta membenarkan hal itu dan mendukung hingga apapun yang Keyno lakukan bahkan tak sanggup membuat Agnes lepas dan berpaling dari lelakinya yang sudah 3 tahun belakangan ini menjadi suaminya.

Di kamar ini, Keyno mendorong tubuh Agnes hingga membentur tembok, mengurungnya dan mengcengkeram kedua pundaknya

"Agnes, katakan apa saja yang dia lakukan semalam?" tanyanya

Bukannya melawan, Agnes meraih pinggang Keyno hingga tubuh mereka saling bersentuhan, menepis jarak hingga keduanya bisa merasakan satu sama lain. Keyno tertawa ia senang melihat wanitanya terlihat agresif seperti ini, hal ini secara tak langsung menurunkan kadar amarahnya.

"Istriku ini sangat menakjubkan" senyumnya menyeringai "Jadi, ini yang kau lakukan semalam?" lanjutnya.

Ia melepas cengkraman, memilih mengungkung dan mengunci tubuh Agnes yang sedang mendongak menatap wajah tampannya. Keyno mengusap pipi mulus dambaannya dengan sayang.

"Key, jangan macam-macam"

"Macam-macam? bukankah kau senang jika kita melakukan macam-macam?" tanyanya menggoda Agnes, dan wanita itu menutup mulut Keyno dengan jari lentik telunjuknya.

"Lalu, wanita mana yang kau tiduri semalam?"

"Jadi, aku harus menjawab lebih dulu?" Agnes mengangkat alisnya sebagai jawaban

"Hmm, hanya wanita malang yang terlilit hutang. Jadi aku membantunya mendapatkan uang" Jawab Keyno tersenyum bangga.

"Berengsek"

Keyno mencium bibir Agnes "Aku tak suka bibir ini berkata kasar padaku" katanya.

Lebih lanjut, Keyno bercerita bahwa wanita itu tertarik dengan tubuh kekarnya dan bersedia menyerahkan diri dengan sukarela, tapi ternyata dia sedang patah hati di tinggal kekasihnya yang berhutang banyak atas namanya.

"Cihhh" Agnes berdecih mendengar cerita Keyno.

"Dia butuh uang, bukan aku..."

"Kalau begitu berikan uangmu, lalu pergi" Agnes protes dan semburat cemburu terlihat diwajahnya

"Istriku sangat cantik jika sedang cemburu. Bagaimana jika aku membuatmu cemburu terus menerus?" Keyno menggoda

"Aku tidak cemburu" ucap Agnes

"Lakukan saja apa yang kau mau" lanjutnya.

Keyno mencium pipi Agnes, sekilas. lalu menepikan anak rambut yang menutupi pipinya. Dan menciumnya lagi, hingga berulang kali

"Aku takkan meminumnya lagi, Biarkan dia tumbuh dirahimku" lirih Agnes dengan suara tersangkut di tenggorokan.

"Kau harus meminumnya"

"Kau tak takkan pernah tahu rasanya hidup puluhan tahun, tanpa pernah memiliki seseorang yang benar-benar tinggal" Agnes menangis, memukul dengan kasar dada Keyno.

"Aku. Ada Aku dihidupmu!"

"Kau Fana Key, kau bisa meninggalkan aku kapan saja. Cintailah wanita lain. Berhenti bermain-main" Agnes meringis, memegang dadanya yang terasa sesak menghujam dalam. Takkan ada yang mengerti mengenai hidupnya, sekalipun itu mungkin Keyno. Manusia Fana yang puluhan ribu tahun lebih muda darinya.

"Sayang" Keyno menyentuh dagu Agnes agar menatap dirinya "Kau sendiri tahu, satu-satunya wanita yang kucintai di dunia ini hanya kamu" Keyno mengecup bibir Agnes lagi "Pernah ku katakan ada wanita lain?" Keyno menggeleng, lalu menjawab pertanyaannya sendiri "Tidak dan tidak akan pernah ada" ucapnya lalu melepaskan tubuh Agnes dari kurungannya.

Agnes menghela nafas, memeluk Keyno dan merasakan betapa lelakinya ini sangat mencintainya. "Kau selalu membohongiku" lirihnya tapi Keyno bisa mendengar ucapan itu

"Aku selalu berkata jujur padamu" Keyno menjawab, membalas pelukan wanitanya

"Kalau begitu, kau terlalu jujur"

"Iya, Aku terlalu jujur bahwa aku tak bisa tanpamu"

Keyno mengusap lembut punggung Agnes yang terbalut benang tipis menutupi bagian dada saja dan sesekali ia mencium tipis tipis rambut terurai Agnes, menghirup aroma wangi yang membuatnya candu. Bahkan tak bisa berpaling.

"Key?"

"Hmmm?"

"Aku mengantuk. Aku ingin tidur"

"Off course baby, tapi kau harus mandi terlebih dahulu" ucapnya melepas pelukan dan menatap mata bulat yang menghipnotisnya.

"Tubuhmu harus terbebas dari bau pria lain" lanjutnya.

"Aku tak sep--..."

"Jangan membantah, mandilah. Bersamaku"

"Kau sinting"

...-------...

Yuhuuuu, siapa yang mencintai lelaki berengsek tapi tak bisa berhenti bahkan sudah menyakiti berkali-kali, apakah itu yang dinamakan cinta tanpa alasan? cinta itu buta? atau cinta itu gila? cinta itu bodoh?

see u next episode

...----...

Hamil berarti mati

Agnes menghempaskan diri ke kasur empuknya, di sebuah kamar yang lebih dominan ke warna abu khas pria, kamar siapa lagi? Keyno. Tidak, kamar itu milik mereka berdua sekarang.

Wanita muda bermulu mata lentik itu menenggelamkan kepalanya diantara bantal-bantal setelah membaca pesan singkat dari Mario. Tangannya berusaha menarik selimut karena Keyno menyetel AC pada suhu rendah. Lelaki itu sepertinya berasal dari kutub utara hingga ia sangat nyaman dengan suhu sedingin kulkas. Agnes merinding.

"Kau pasti butuh aku" Ucapnya merangkak naik ke atas kasur, menyingkap selimut dan bergabung mendekap tubuh angkuh wanita itu. Tak ada penolakan Agnes nyaman berada di posisi ini, tangan besar Keyno menarik pinggang Agnes agar tak ada jarak antara mereka.

"You're the only one" Keyno mengecup kening wanitanya, menghirup dalam-dalam aroma wangi yang disukainya.

"Aku akan hamil" lirihnya menenggelamkan wajah ke dada bidang suaminya.

"Itu sama halnya kau meninggalkan aku" Keyno memeluknya lebih erat lagi, mengusap punggung wanita itu dengan sayang.

"Kau yang akan meninggalkan aku, Key"

"Tidak!" Kata Keyno "Jangan bicarakan itu lagi" lanjutnya kemudian.

Keyno merenggangkan pelukan, mengusap wajah mulus Agnes. Gurat kesedihan tersirat dari sorot mata Keyno. Pandangannya berubah sayu dan meredup.

"Jangan pernah meninggalkan aku, apapun alasannya. Aku sangat menyayangimu, dan kau tahu itu" Keyno menarik nafas, matanya berembun.

"Peluk aku" Agnes meminta lebih.

"Cukup?"

"Hmmm"

"Tidurlah" Ucap Keyno membelai wanitanya, sentuhan lembut yang membuat Agnes terbuai. Melayang jauh dan berkelana ke alam mimpi. Ia terlelap.

Ponsel berlogo Apple tergigit itu berdering, Sial Keyno lupa mematikan ponselnya.

Sejurus kemudian Keyno bergegas memakai jaket dan celana panjangnya, mengecup kening Agnes dan berlalu pergi.

Keyno melajukan roda empatnya menuju tempat ia melakukan wawancara hari ini, sebagai Brand Ambasador produk asal prancis yang akan Launching di negara tempat tinggalnya. Sebenarnya ia sempat mengurungkan niat untuk hadir, tapi karena Agnes sudah terlelap ia tetap memilih pergi, untuk kali ini ia meredupkan egonya mengikuti perintah managernya yang terus mengomel saat menelpon tadi.

Disana, Keyno tampak melamun, memutar-mutar gelas anggur yang berisi seperempatnya. Pemotretan dan wawancara sudah selesai bahkan acara makan siangpun sudah selesai. Keyno terpaku dimeja bernuansa putih dengan piring dan gelas-gelas masih berjejer diatasnya. Jantungnya berdetak kencang, nafasnya memburu karena pengaruh pikirannya yang semakin khawatir ketika satu nama berputar diotaknya.

Agnes. Siapa lagi? Hanya wanita berstatus istrinya selama 3 tahun belakangan itu yang dapat menganggu pikiran dan konsentrasinya atau membuatnya kesal dan marah seperti kali ini. Ia tiba-tiba melemparkan gelas anggur ke lantai dan pecah berserakan. Tentu saja membuat semua orang yang masih berada diruangan itu terkejut dan semua mata tertuju pada Keyno yang tampak tenang seolah tak terjadi apa-apa.

"Keyno!"

Pria muda berwajah selembut sutra itu menoleh dengan wajah tak ada rasa bersalah sedikit pun, menatap sang manager yang seakan ingin menjewernya.

"Ah Tidak. Aku bosan" Ucapnya singkat seakan mengerti tatapan kesal managernya.

Manager bernama Delvin itu menghela nafas. Ia tahu ada yang tak beres dengan manusia dihadapannya ini. Biarpun modelnya selalu menunjukkan raut biasa, Ia mengerti Keyno sedang gelisah. Ia menghampiri Keyno dan duduk di depannya, kemudian menghela nafas lagi untuk menghadapi kelakuan Keyno yang sering membuat sakit kepala. Ia melipat kedua tangan dan menatap Keyno yang juga menatapnya.

"Kau ini kenapa, huh?" tanya Delvin

"Hanya bosan. Bukankah tadi sudah ku katakan" ucapnya datar

"Acara apalagi setelah ini?" tanyanya kemudian seakan tak ingin bertengkar dan adu mulut.

"Nanti malam, kau harus hadir diacara First Lauching fashion yang kau bintangi seminggu lalu" Jawab Delvin "Kau boleh membawa Agnes" lanjutnya kemudian, berharap pemberitahuan itu dapat memperbaiki mood Keyno.

"Betulkah? aku boleh mengajaknya?"

Keyno tersenyum lebar, menunjukkan deret gigi putihnya. Ia terlihat sangat antusias mendengar ucapan Sang manager yang baru di dengarnya. Biasanya acara seperti itu hanya boleh di datangi Delvin dan Keyno saja. Membosankan.

Keyno sama sekali tak bisa lepas dari bayang-bayang Agnes. Begitu pun sebaliknya. Mereka seperti terikat dalam jalinan benang yang terlanjut terlilit dan mengusut akibat ulah mereka sendiri, Keyno dan Agnes bahkan terjebak dalam labirin buntu yang mereka ciptakan sendiri, mereka saja tak bisa menemukan jalan keluar apalagi Delvin yang menyebut hubungan mereka memang sudah memiliki garis sempurna untuk saling terikat satu sama lain, sekalipun mereka mencoba memutusnya takdir takkan pernah mengizinkannya.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Delvin menyandarkan diri ke kursi setelah melihat Delvin berubah lembut. Berharap mendapat jawaban serius dari Keyno.

Keyno meletakkan ponsel yang di genggamnya, raut wajahnya menunjukkan tak suka mendapat pertanyaan itu "Aku rindu Agnes, memangnya kenapa?"

"Takkan serumit ini jika kau hanya rindu" Delvin menatapnya tidak percaya, lalu menaikkan alisnya berharap Keyno berkata lebih jujur lagi.

Keyno menarik diri, lalu bangkit dari duduknya "Aku ada urusan penting. Lagipula acaranya nanti malam, masih banyak waktu untukmu bersantai" Ucapnya menepuk bahu Delvin lalu berlalu pergi.

"Terseraahhh!" Jawab Delvin ketus. Keyno meninggalkannya tanpa menoleh kebelakang. Lelaki 1 tahun lebih tua dari Keyno itu memberi kode pada pelayan agar membersihkan pecahan gelas ulah Keyno.

Sepatu boots dengan celana jeans ketat dikakinya menapaki jalan menuju bangunan steril bernuansa putih. Keyno berjalan menuju sebuah ruangan berukuran besar. Seseorang disana menunggunya, mengulurkan tangan dan membungkukkan badan menyambut kedatangan Keyno. Begitu pun Keyno, dia adalah Dokter Kim.

"Apa kabar Key?" Tanyanya mempersilahkan Keyno duduk, lalu diikuti dirinya duduk.

"Aku baik dok, seperti yang kau lihat"

Mereka tampak berbasa-basi dan saling menceritakan kesibukan masing-masing, hingga berujung pada pertanyaan inti yang diajukan sang dokter.

"Apa ada masalah hingga kau datang tanpa mengabariku lebih dulu?" tanyanya.

Keyno menunduk, menggigit bibirnya tanda gelisah. Lalu menghela nafas dan menatap sang dokter yang juga masih menatapnya serius.

"Apa ada cara lain selain obat yang disuntikkan pada Agnes?" Keyno menjeda ucapannya "Maksudku, Obat yang mungkin membuatnya tak bisa hamil selamanya" lanjutnya kemudian

"Apa kau sedang menentang hukum alam mengenai perkembangbiakan manusia?"

Keyno tak menjawab, tangannya sibuk meremas ujung jaket denimnya, jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Yes, Keyno ketakutan.

"Dia sering mengatakan ingin hamil. Dan tak mau memakai obatnya, hal itu membuatku harus memaksanya menyuntikkan obat itu" Keyno jujur, hal inilah yang ia takutkan.

"Aku tak bisa melihatnya terus meminta dan menangis" Keyno meneruskan ucapannya.

"Kau tahu aku tak bisa tanpanya, bisakah buat dia tak bisa hamil selamanya tanpa harus minum obat atau menyuntikkan sesuatu yang sifatnya berulang?"

Dokter Kim mengangguk. Ia tak mau membahas lebih jauh lagi mengenai Agnes, Belahan jiwa Keyno. Lelaki itu sangat sensitif jika membahas perihal kematian atau pun kemungkinan terburuk yang terjadi pada Agnes. Sungguh lelaki dihadapannya ini adalah lelaki terlemah jika itu menyangkut hidup Agnes.

"Ada satu cara tapi kau..."

...--------...

Sebenarnya yang dirasakan Keyno cinta apa bukan sih?

see u next episode.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!