Pagi ini, Tsabinna, masih nyenyak di alam mimpinya. Sampai-sampai harus Mama nya yang membangunkan, Tsabinna.
"TSABINNA!!!" teriak Arafah, selaku Mama nya.
"Eungh, lima menit lagi, Ma." jawab Tsabinna dengan nada serak khas bangun tidur.
"GAK ADA LIMA MENIT GAK ADA!" ketus Arafah.
"Mama ih," rengek Tsabinna.
"Apaan sih, sana mandi!!" titah Arafah lalu keluar dari kamar Tsabinna.
"Padahal masih ngantuk gue," gerutu Tsabinna sambil berjalan menuju kamar mandi.
Setelah menghabiskan waktu selama lima belas menit, Tsabinna, sudah rapih dengan seragam putih abu nya jangan lupakan hoodie yang berwarna purple, dan jam tangan berwarna hitam melekat, oh iya jangan lupakan sepatu Converse berwarna hitam putih.
"Aduh cantik banget gue." kagum Tsabinna melihat dirinya di cermin kamar mandinya.
"Morning all," teriak Tsabinna saat berjalan menuju meja makan.
"Morning to, Tsabinna." jawab Leonardo dan juga Arafah.
"Ma, aku pengen roti selai nanas ya!" pinta Tsabinna yang baru saja duduk di kursi.
"Iya, Tsabinna." balas Arafah yang sedang mengoleskan selai nanas ke roti tawar.
"Papa, sekarang lembur ya, Ma." ucap Leonardo.
"Loh, Pa, berarti pulang jam berapa dong?" jawab Arafah yang telah selesai membuatkan roti selai nanas untuk anak satu satu nya.
"Paling jam satu, Ma." balas Leonardo lalu meminum kopinya.
"Yaelah baru di tinggal sebentar aja udah galau aja, Ma." timpal Tsabinna yang sedang memakan roti yang di buatkan sang Mama.
"Heh yang jomblo diem aja!" sarkas Arafah.
"Sensi amat sih, Bu." ketus Tsabinna.
"Bodo amat suka suka, Mama." gertak Arafah.
"Udah udah, masih pagi juga udah pada berantem!" desis Leonardo.
"Aku bareng ya sama Papa." pekik Tsabinna dengan mata berbinar binar.
"Kamu kan punya mobil, Binna." balas Leonardo.
"Yaudah deh, aku pamit ya." pamit Tsabinna lalu mencium punggung tangan orang tua nya.
"Papa, juga berangkat ya, Ma." ucap Leonardo lalu Arafah segera mencium punggung suami nya itu.
"Hati hati ya, Pa." ucap Arafah yang di balas dengan deheman singkat dari sang suami.
Setibanya di sekolah, Tsabinna turun dari mobil BMW keluaran terbaru yang berwarna abu abu. Lalu, ia merapihkan rambut nya.
"Sabinnnn!" teriak Stevia yang berlari ke arah Tsabinna.
"Nama gua itu, T-S-A-B-I-N-N-A, bukan Sabin!" ketus Tsabinna yang sudah kelewat kesal.
"Hehe maaf ya." balas Stevia dengan cengiran andalan nya.
"Iye iye, tumben sendiri?" tanya Tsabinna.
"Emang kenapa?" polos Stevia.
"Aurel sama Balqis kemana?" pekik Tsabinna.
"Mana aku tau," balas Stevia berlalu meninggalkan Tsabinna.
"Woi, Sapi tungguin!" teriak Tsabinna berlari mengejar bestienya.
"Huh huh, cape banget gue." ucap Tsabinna mencondongkan tubuh nya karna lelah mengejar Stevia.
"Anak setan!" gerutu Tsabinna.
Bruk
"Awh, lu kalau jalan pake kaki sama mata dong!" ketus Tsabinna lalu mengelus lututnya.
"Maaf." balas cowok yang berprawakan tinggi lalu pergi begitu saja.
"Cih, sok misterius banget gila!" sinis Tsabinna.
Puk
"Astaghfirullah, kaget gue anjir." ucap Tsabinna yang mendongak ke arah belakang.
"Tumben lo ngucap astaghfirullah," sahut Aurel.
"Apa jin tomang yang ada di tubuh lo udah keluar, Tsabinna?" tanya Balqis.
"Ini semua gara gara si Sepi tuh!" sinis Tsabinna lalu pergi begitu saja.
"Lah kita di tinggal" ucap mereka serempak.
”kak Tsabinna makin bening aja njir.”
”Iya, jadi makin cinta gue.”
”Eh, Tsabinna juga gak bakal mau pasaran sama kentang modelan lo mah.”
”Siapa tau suatu hari nanti gue bakal jadi pacarnya, yakan?”
”Terserah lo aja!”
"BERISIK!" teriak Tsabinna yang sedang berdiri di koridor sekolah.
"PENGANG KUPING GUE NIH!" murka Tsabinna lalu pergi menuju kelas nya.
Setelah menempuh tiga lantai kini, Tsabinna, sudah sampai di kelasnya yaitu kelas XII-IPA 2, kelas nya berada di lantai empat yaitu lantai paling atas.
Brak
"Ya ampun, Bin, kaget gue." sahut Alaska.
"Emang gue pikirin," ketus Tsabinna lalu pergi ke tempat duduk nya.
"Untung cantik lo, Bin." pekik Alaska.
"HEH SEPI!!" murka Tsabinna.
"Eh, Tsabinna cantik," ucap nya cengengesan.
"Lo kenapa ninggalin gue!" sinis Tsabinna lalu duduk di kursi depan Stevia.
"Maafin, Via, tadi kebelet beneran deh." balas Stevia
"Awas aja lo, kalau butuh contekan jangan ke gue lagi!" ancam Tsabinna sukses membuat Stevia takut setengah mati.
"Yah kok, Binna, tega sih?" ucap Stevia dengan suara melas.
"Bodo amat!" sarkas Tsabinna.
"YO EPRIBADEH SAYANG SAYANG AKU! BALIK LAGI DENGAN GUE AUREL AND BALQIS, GIMANA KALIAN UDAH PADA SAYANG BELUM SAMA KITA?!" teriak melengking dari dua orang tersebut.
"BERISIK WOI!" teriak semua murid yang ada di kelas.
"LU MAU MATI?" tanya Tsabinna dengan mata tajam nya.
"Ampun, Binna." ucap kedua nya ketakutan.
"BERISIK! INI SEKOLAH BUKAN HUTAN!" desis Tsabinna.
"Iya, Binna." jawab Aurel.
🦋🦋🦋🦋
Beberapa menit kemudian guru mapel Biologi telah sampai di kelas XII-IPA 2.
"Assalamualaikum, pagi anak-anak!", sapa Bu Nabila
"Waalaikumsalam, pagi kembali bu!" ucapnya serempak.
"Pr kumpulkan di depan ya!" ucap bu Nabila.
"Baik, Bu." ucap nya serempak lalu maju ke depan untuk mengumpulkan pekerjaan rumah nya.
"Tsabinna, buku kamu kenapa gak ada di meja ibu?" tanya bu Nabila yang tengah memeriksa buku murid kelas dua belas ipa dua.
"Lupa." jawab Tsabinna cuek.
"Apa kata kamu lupa, kamu ngapain aja di rumah, Tsabinna?" ketus bu Nabila.
"Gak usah kepo!" sinis Tsabinna.
Bu Nabila, mengusap wajah nya kasar pasalnya murid satu ini benar benar tidak ada kapok nya. "Keluar dari sini, Tsabinna." desis bu Nabila.
"Oke makasih, lagian juga gue udah males ada di kelas!" ucap Tsabinna lalu keluar dari kelas tersebut.
Kini, Tsabinna, sedang di rooftop menikmati angin pagi. Dia melihat ke gedung gedung pencakar langit.
"Gue sebenernya pengen ke rumah Oma." lirih nya
"Tapi gak mungkin gue ke Amerika sendirian," lanjut nya
"Gue kangen sama Oma, bang Varren, aaaa kangen gue sama kalian!"
"Aaaaaaaaa." teriak Tsabinna.
"Berisik!" sambar seseorang di belakang Tsabinna.
Tsabinna langsung mendongak melihat seseorang di belakang nya.
"Gausah teriak teriak lo!" sarkas nya.
"Suka suka gue lah!" ketus Tsabinna.
"Kalau mau bunuh diri jangan di sini!" desis nya.
Tsabinna, sontak langsung berdiri agar leluasa menjawab pertanyaan unfaedah cowok itu.
"Lo siapa sih ngatur ngatur hidup gue?" tanya Tsabinna.
"Gue ketos di sini!" bangga nya.
"Terus lo bangga gitu?" tanya Tsabinna tersenyum meremehkan.
"Kenalin, nama gua Abizar Al Ghifari." ucap Abizar mengulurkan tangan nya.
"Gue, Tsabinna Arabella Queenza Mahardika!" jawab Tsabinna tanpa membalas jabatan tangan cowok tersebut.
"Itu nama apa kereta, panjang bener." balas nya sambil terkekeh
"Suka suka orang tua gue lah, mau nama gue panjang mau pendek gak ada urusan nya sama lo." desis Tsabinna lalu pergi dari rooftop.
"Menarik juga." batin Abizar
Sekarang pukul sepuluh pagi semua murid berhamburan keluar kelas karna sekarang jam istirahat.
"Binna, ke kantin yuk!" ajak Stevia.
"Ayo lah, lo belum makan yakan?" tanya Aurel.
"Yaudah ayo." balas Tsabinna.
Sesampainya di kantin, Tsabinna, Aurel, Balqis, Stevia, bengong melihat kantin yang benar benar padat seperti pasar.
"Kita duduk dimana, Tsa?" tanya Aurel.
"Hm gue juga bingung, Rel." jawab Tsabinna lalu menatap sekeliling kantin.
"Kita gabung sama ketos aja yuk!" ajak Stevia antusias.
"Ayo lah gue mau pdkt sama, Syahdan!", pekik Balqis lalu berjalan menuju tempat geng Abizar.
"Hai, Syahdan!" sapa Balqis ceria
"Hmm", balas Syahdan yang fokus ke layar ponsel nya.
"Dan, gak boleh gitu lo." timpal Joe.
"Boleh gabung gak?" tanya Balqis.
"Soalnya udah gak ada tempat duduk yang kosong lagi", sambung nya
Abizar menaikan satu alis nya lalu menatap sekitar kantin, dan benar saja tidak ada tempat duduk yang kosong, dan hap Abizar melihat cewek itu lagi?
Dia, Tsabinna
"Hm, Tsabinna, temen lo?" tanya Abizar.
"Iya, Tsabinna temen gue," jawab Balqis.
"Yaudah, gabung aja." ajak Abizar.
"Beneran boleh?" tanya Balqis antusias.
"Iya boleh kok ayang Balqis," balas Joe.
"Oke deh, guys sini gabung," teriak Balqis.
"Yuk disana aja ya, Tsa." ajak Aurel lalu menarik tangan Tsabinna.
"Ayo duduk!" ajak Balqis.
"Kalian mau pesen apa?" tanya Joe ramah.
"Gue mau mie ayam sama jus lemon, ya!" pinta Balqis
"Gue bakso sama es teh aja." timpal Aurel.
"Terus kalian berdua?", tanya Joe
"Eh iya kita belum kenalan, kan?" tanya Joe lagi.
"Gue, Joe Rafkanza Adijaya, ini Abizar Al Ghifari, terus yang satu itu Syahdan Akbar Adison." ucap Joe.
"Gue, Tsabinna Arabella Queenza Mahardika." balas Tsabinna yang memasang wajah datarnya.
"Anak dari keluarga Mahardika, ya?"
Tsabinna hanya mengangguk menjawab pertanyaan tersebut.
"Oh iya ini satu lagi siapa nama nya?" tanya Joe
"Aku, Stevia Keyra Vitaloka," balas Stevia sambil tersenyum tipis.
"Oke, Tsabinna sama Stevia, mau pesen apa?" tanya Joe
"Gue bakso lava sama air putih udah." ucap Tsabinna
"Kalau elo, Stevia?" tanya Joe.
"Hm nasi goreng seafood sama es teh aja," balas Stevia.
"Oke kalian tunggu disini ya gue pesen dulu." ucap Joe lalu pergi ke stand makanan.
Syahdan mendongak melihat cewek di depan nya.
Syahdan membatin "Cantik banget nih cewek".
Suasana kantin sangat ramai saat ini, hanya tempat yang di duduki oleh Abizar ddk dan Tsabinna ddk sangat hening, hanya ada dentingan sendok.
"Gue duluan." ucap Syahdan memecahkan keheningan.
"Syahdan, mau kemana?" tanya Balqis.
"Kemana aja, yang gak ada lo nya!" ketus Syahdan lalu berjalan keluar kantin.
Balqis membatin. ”Sakit banget, tapi gapapa kok. Gue harus perjuangin Syahdan!”
"Gue izin ke toilet ya." izin Tsabinna lalu berlari keluar kantin.
Saat sedang berlari di koridor sekolah, sialnya dia menabrak bahu seseorang.
Bruk
"Eh sorry gak sengaja." ucap Tsabinna saat hendak melangkahkan kaki nya tangan nya di cekal oleh lelaki yang baru saja di tabraknya.
"Gue mau ngomong sama lo." ucap seseorang.
Sontak, Tsabinna, langsung mendongak dan Bam orang itu Syahdan kan?
"Em oke dimana?" tanya Tsabinna.
"Di taman belakang ayo." jawab Syahdan menarik tangan Tsabinna.
Sesampainya di taman belakang sekolah, ada rasa gugup yang menyerang Syahdan.
"Mau ngomong apa?" tanya Tsabinna jutek.
"Gue suka sama lo." ucap Syahdan.
”What, Syahdan suka smaa gue? gak boleh pokoknya! Balqis, 'kan suka sama Syahdan, gue gak boleh nikung pokoknya!” batin Tsabinna.
"Hei, Tsabinna." ucap Syahdan membuyarkan lamunan Tsabinna.
"Eh iya." balas nya sambil tersenyum kikuk.
"Jadi, lo mau gak jadi pacar gue?" tanya Syahdan sambil memegang tangan Tsabinna.
"Maaf, gue gak bisa." balas Tsabinna cuek.
"Gue tau lo pasti suka kan sama gue?" tanya Syahdan.
"Gausah kepedean jadi cowok!" ketus Tsabinna lalu menghempaskan tangan Syahdan kasar.
"Lo sebenernya suka sama gue, tapi karna temen lo itu, lo jadi gak enakan?" tanya Syahdan.
"Bagus kalau lo tau!" sarkas Tsabinna.
"Kita pacaran dibelakang Balqis, aja gimana?" ucap Syahdan.
"Lo gila?!" sinis Tsabinna lalu pergi meninggalkan Syahdan sendirian.
"Jadi sebenernya lo suka juga sama, Syahdan?" ucap seseorang lalu pergi.
Bel sekolah SMA BAKTI SEMARANG telah berbunyi satu menit yang lalu, dan semua murid segera memasuki kelas nya masing masing.
"Tadi lo kemana aja, Tsa?" tanya Balqis pura pura gak tau.
"Eum anu gue itu aduh apa sih ya hehe" jawab Tsabinna bingung.
"Lo kok kayak bingung gitu?" tanya Aurel.
"Ada yang kamu sembunyiin dari kita bertiga ya, Tsa?" timpal Stevia.
"Eh nggak ada kok hehe" jawab nya sambil tersenyum kikuk.
"Guys ada gosip nih" teriak Putri.
"Apa emang gosipnya?" tanya Bobby.
"Syahdan nembak Tsabinna" ucap Putri.
"WHAT?" kaget mereka serempak.
"Tsa, gue gak nyangka lo nikung gue ternyata" ucap Balqis lalu memalingkan wajah nya.
"Gue bisa jelasin, Qis." sahut Tsabinna.
"LO TAU KAN, TSA, SEBERAPA LAMA NYA GUE SUKA SAMA SYAHDAN! LO ENAK YA TSA, SYAHDAN SAMPE KEPINCUT GITU SAMA LO, PAKE PELET APA LO?!" teriak Balqis.
"Gue gak pake begituan kok." jawab Tsabinna.
Plak
"Ini buat lo yang udah jadi MUNAFIK!" murka Balqis.
Plak
"Dan ini buat lo yang udah berani nikung sahabat lo sendiri!" bentak Balqis.
Saat hendak melayangkan tamparan untuk, Tsabinna, malah tangan dirinya yang di tahan oleh Aurel.
"Lo keterlaluan, Qis!" ketus Aurel.
"Cuma karna cowok doang, lo sampe tega nampar, Tsabinna?" sahut Stevia.
"GUE GAK MAU TEMENAN LAGI SAMA CEWEK MUNAFIK KAYAK DIA!" ucap Balqis menujuk ke arah Tsabinna.
"Dan buat kalian berdua, kalian pilih gue atau Tsabinna?" tanya Balqis.
"Qis, jangan gitu dong!" pekik Stevia.
"Gue gak bisa pilih." timpal Aurel.
"Bodo amat pokoknya lo tentuin sekarang juga!" paksa Balqis.
"Gue pilih lo, Qis." ucap Aurel menunduk.
"Gue juga, Qis." timpal Stevia.
"Oke bagus, dan buat lo yang MUNAFIK gak usah temenan sama gue lagi, PAHAM?!"teriak nya.
Sedangkan Tsabinna hanya bisa menunduk, sungguh ia membenci dirinya sendiri mengapa harus lemah karna di tinggal oleh teman yang tidak tau diri?
"Oke gue pergi." lirih Tsabinna keluar kelas tersebut.
"Tsa." panggil Aurel lalu keluar kelasnya.
"TSABINNA ARABELLA QUEENZA MAHARDIKA!" teriak Aurel di sepanjang koridor sekolah.
Sedangkan di lain tempat, Tsabinna sedang merenung, kenapa ia tidak berkata jujur bahwa dirinya tidak menyukai Syahdan.
"Gue gak suka sama, Syahdan, plis percaya gue." lirih Tsabinna menatap langit.
"Gue sama sekali gak nembak, Syahdan, tapi dia yang nembak gue." ucap Tsabinna.
Tes
"Da..darah, gak mungkin gue mimisan. gak mungkin!" elak Tsabinna lalu membersihkan hidung nya.
"Tsabinna." panggil seseorang.
Tsabinna pun mendongak untuk melihat siapa yang memanggilnya.
"Aurel." sapa Tsabinna.
Aurel hanya menatap Tsabinna bingung, mengapa cewek tomboy itu mimisan? Apa dia punya penyakit serius? Ya seperti itu lah pertanyaan yang ada di kepala Aurel.
"Lo kenapa, Tsa?" panik Aurel.
Tsabinna hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban untuk menjawab pertanyaan yang Aurel lemparkan barusan.
"Gue pergi." ucap Tsabinna lalu pergi dari taman belakang sekolah.
Aurel hanya menatap Tsabinna, sebenernya ada rasa bersalah dalam hati nya, sejujurnya dia tidak mau jika persahabatan mereka hancur hanya karena satu laki laki.
...⭐⭐⭐...
Tsabinna sedang berada di ruang BK, entah apa yang sedang dirinya lakukan sekarang.
"Tsabinna, ibu capek ngurusin murid seperti kamu." tegur bu Mira selaku guru BK.
"Apa sih, Bu." sinis Tsabinna.
"KAMU PURA PURA LUPA HAH? KAMU KENAPA BIKIN ULAH LAGI DI DALAM KELAS HAH?!" bentak bu Mira.
"Saya gak bakal diem aja kalau ada yang fitnah saya, wahai bu MIRA!" sarkas Tsabinna.
"Tapi tidak dengan cara itu, TSABINNA." gertak bu Mira.
"Kalau ibu cape ngurusin murid seperti saya, keluarkan saja saya, simple kan!" ketus Tsabinna lalu bangkit dari duduknya.
"Kenapa diem? Gak bisa jawab kan, haha kenapa ibu tidak berani mengeluarkan saya dari sekolah sialan ini?" tanya Tsabinna sambil tersenyum miring.
"Apa jangan jangan, hanya karena sekolah ini milik ayah saya jadi ibu tidak bisa mengeluarkan saya?" sambung Tsabinna.
"Tsabinna, diam kamu!" bentak bu Mira.
"Kalem aja bu, meskipun saya di keluarkan dari sekolah ayah saya, saya tidak akan menyuruh ayah untuk memecat anda!", desis Tsabinna lalu keluar begitu saja.
"Saya harus menelpon pak Leonardo."
"Hallo pak, saya Mira."
"Ada apa, Mir?"
"Tsabinna, pak."
"Kenapa lagi dengan anak saya, dia buat kegaduhan kah?"
"Dia ingin di keluarkan dari sekolahan ini."
"Apa? Ya sudah nanti saya yang akan membicarakannya dengan Tsabinna, saya tutup dulu telponnya, soalnya bentar lagi meeting."
"Baik pak."
Tutt
€🦋€🦋>🦋
Sesampainya di kelas Tsabinna langsung mengambil tas miliknya lalu keluar kelas begitu saja.
"Kenapa si Binna?" tanya Alaska.
"Mana gue tau." balas Balqis cuek.
"Lah elu kan bestie nya." timpal Reza.
"Gue gak punya bestie munafik kayak dia!" sarkas Balqis.
"Lo gak boleh gitu, cuma perihal cowok aja sampe merusak persahabatan kalian." cerca Acha.
"Bodo suka suka gue." sahut Balqis.
"Qis, gue gak enak sama, Tsabinna." pekik Aurel.
"Lo kenapa sih, Rel?" tanya Balqis bingung.
"Kita udah jahat sama, Tsabinna." ucap Aurel.
"Jahat gimana?" balas Balqis heran.
"Gue tadi liat, Tsabinna, mimisan lagi." jawab Aurel.
Seketika semua murid murid kelas dua belas ipa dua melingkari tempat duduk Aurel.
"Serius lo?" tanya Bagas.
"Gue serius." jawab Aurel.
"Apa dia sakit lagi ya, Rel?" tanya Stevia panik.
"Lo inget gak sih, Qis, waktu kelas sebelas dia pernah mimisan kayak gitu?" tanya Aurel.
Balqis kembali mengingat kejadian satu tahun yang lalu. "Gue inget, Rel." pekik Balqis.
"Jadi menurut kalian gue udah jahat sama, Tsabinna?" tanya Balqis menatap murid yang lain.
"Iya, lo udah jahat!" gertak Putri.
"Cuma perihal cowok aja, lo sampe nampar dia." timpal Aletta.
"Padahal kan lo belum dengerin penjelasan dia tadi." pekik Aero.
"Huft, gue harus minta maaf." balas Balqis.
Balqis, Stevia, dan juga Aurel. Saat ini sedang berada di rumah Tsabinna.
"Tante, Tsabinna, ada?" tanya Balqis.
"Tsabinna? Tante kan gak tau baru pulang dari kantor." jawab Arafah.
"Jadi, Tsabinna, gak ada di rumah ya, Tante?" sahut Stevia.
"Tsabinna, kemana emang?" tanya Arafah.
"Pas jam istirahat pertama dia kabur dari sekolah, Tante." jawab Aurel.
"Apa! kabur? Bisa bisa nya dia kabur." ucap Arafah lalu menghela nafas panjang.
"Tante gak tau di mana anak itu berada." lirih Arafah.
"Tante gak becus ngurus anak satu juga, semua nya gara gara, Tante." sambung Arafah.
"Tante gak salah kok." pekik Stevia.
"Tante udah jadi ibu yang terbaik buat, Tsabinna." sambung Balqis
"Iya bener tuh, Tan." sahut Aurel.
"Tapi gimana kalau nanti ayah nya pulang terus, Tsabinna, belum pulang juga." ucap Arafah gusar.
"Tante, tenang ya kita bertiga bakal cari, Tsabinna, sampai ketemu." balas Aurel.
"Makasih ya, kalian baik sekali." ucap Arafah.
Mereka hanya mengangguk sambil tersenyum manis ke arah Arafah.
"Kita cari, Binna, kemana lagi?" tanya Stevia.
"Sabar, Via, kita bentar lagi pasti ketemu sama, Binna." balas Balqis.
"Gue udah ngantuk, hari juga udah makin malem banget." sahut Aurel lalu menguap lebar.
"Huft oke, besok kita lanjutin lagi ya!" ajak Balqis.
"Oke deh!" pekik Aurel
Sedangkan di lain tempat Tsabinna, hanya memandang kosong ke depan, saat ini dirinya sedang di rawat di rumah sakit. Setelah itu dokter memasuki kamar inap nya.
"Apa kamu mengidap Gagal ginjal selama setahun?" tanya Dokter tersebut memastikan.
"Be..bener, Dok." ucap Tsabinna sambil tersenyum getir.
"Dan dari hasil penelitian, kamu mengidap penyakit Leukimia atau kanker darah, kanker kamu sudah memasuki stadium dua." jelas Dokter.
"Apa, Dok?" ucap Tsabinna terkejut.
"Apa kamu ingin kemoterapi saja?" tanya Dokter.
"Tidak usah, Dok." balas Tsabinna.
"Tapi, kamu masih remaja apa kamu tidak mau sembuh dari penyakit ini?" sahut Dokter.
"Binna, gapapa kok." ujar Tsabinna sambil tersenyum kikuk.
"Yasudah, hubungi orang tua mu dulu." titah Dokter.
"Iya, Dok." cicit Tsabinna.
"Saya keluar dulu." pamit nya.
Tsabinna hanya mengangguk, dirinya tengah memikirkan nasib nya, kenapa ia memiliki penyakit yang begitu parah?
"Maafin, Binna, kalau punya salah sama Papa juga mama." lirih nya.
"Binna, harus berjuang sendirian hadapi penyakit ini, maafin aku..." tangis Binna.
"Mama, Papa, aku sayang kalian." sendu Tsabinna.
"Maafin aku gak ngomong jujur tentang penyakit aku ini."
Tsabinna cewek bar bar tingkat akut ini, banyak menyimpan luka. Gadis ini tidak pernah cerita tentang masalahnya, masalah tentang Balqis yang marah padanya hanya karena cowok.
Tsabinna sudah lama mengidap penyakit gagal ginjal, dulu saat dirinya baru menginjak kelas sebelas SMA, ia pergi ke rumah sakit terdekat, setelah tau penyakitnya.
Awalnya Tsabinna akan memberitahu tentang semua-nya ke orang tuanya. Tapi dia urungkan entah karena apa alasannya.
Pagi ini Tsabinna, telah berada di depan rumah nya. Ia bingung harus kah ia memasuki rumah yang sempat dirinya tinggali selama satu malam?
Tok tok tok
"Ya ampun non, Tsabinna." sapa bi Ainun antusias.
"Hai bi Ainun." jawab Tsabinna sambil tersenyum tipis.
"Ayo non masuk dulu." pinta bi Ainun.
"Iya bi."
Sesampainya di ruang tamu, sepi tidak ada siapa pun di sini, dan Tsabinna beralih ke ruang makan. Pemandangan pertama yang dia lihat adalah Papa dan juga Mama nya.
"Ma, Pa." panggil Tsabinna.
Leonardo dan juga Arafah langsung menengok ke arah suara tersebut, dah bam! Mereka berdua terkejut karena kehadiran putri sulung nya.
"Tsa, ini kamu nak?" tanya Arafah dengan isakan kecil.
"Iya, Ma." jawab Tsabinna tersenyum tipis.
Arafah langsung memeluk putri sulung nya itu, dia dan juga suami nya sangat khawatir saat mendengar Tsabinna kabur dari sekolah.
"Queen, kamu gapapa kan sayang?" tanya Leonardo.
"Aku gak kenapa kenapa, Pa." sahut Tsabinna.
Arafah langsung melepaskan pelukannya dengan putri sulungnya itu. "Mama, kangen sama kamu." pekik Arafah.
"Tsabinna, gak bakal kenapa kenapa, Ma." jawab Tsabinna.
"Kamu kemana aja sih, Queen?" tanya Leonardo.
"Aku nginep di rumah temen, Pa." balas Tsabinna sambil terkekeh.
"Ya ampun, Mama, sampe khawatir tau!" sarkas Arafah.
"Maaf ya, Ma." ucap Tsabinna.
"Iya gapapa, kamu kening nya panas sih?" tanya Arafah.
"Kamu sakit, Queen?" timpal Leonardo.
"Gapapa kok." balas Tsabinna sambil tersenyum kikuk.
"Kamu gak usah sekolah aja ya." pinta Arafah.
"Tap-.." ucap Tsabinna.
"Udah kamu di rumah aja oke." sahut Leonardo.
Tsabinna hanya mengangguk saja, untung juga bukan? Bisa membaca banyak novel yang belum sempat Tsabinna baca.
"Kamu kenapa kabur dari sekolah hm?" tanya Leonardo lembut.
"Aku pusing, Pa." balas Tsabinna sambil menunduk.
"Jangan nunduk cantik, nanti mahkota mu jatuh." sahut Arafah.
"Terus kenapa kamu mau di keluarin dari sekolah, Queen?" tanya Leonardo.
"Aku gak suka sama guru BK yang itu, Pa." jawab Tsabinna.
"Queen, bisa gak sih kamu sekolah yang benar!" desis Leonardo.
"Aku udah sekolah bener kok, Pa, buktinya aku selalu juara umum dari kelas sepuluh sampe sekarang." balas Tsabinna sambil memamerkan deretan gigi putih nya.
Leonardo tersulut emosi karena perkataan dari putri sulung nya. "PAPA CAPE NGURUSIN KAMU!",bentak Leonardo
"Maksud, Papa, apa ya?" tanya Tsabinna bingung.
"KAMU EMANG SELALU JUARA UMUM, TAPI BISA GAK SIH KAMU JUARA SATU TERUS, QUEEN!" murka Leonardo.
"Yang penting kan IQ aku tinggi, Pa." cicit Tsabinna sambil nyengir tanpa dosa.
Plak
"PAPA, MALU PUNYA ANAK SEPERTI KAMU?!" marah Leonardo.
"Mas, stop kamu keterlaluan!" gertak Arafah.
"Papa, nampar aku?" lirih Tsabinna yang masih mengelus pipi kanannya yang terasa seperti mati rasa.
"PAPA, CAPE NGURUSIN AKU? PAPA, JUGA MALU PUNYA ANAK KAYAK AKU?" tanya Tsabinna dengan air mata yang mengalir deras.
"AKU PUNYA SALAH APA SIH, PA?" ucap Tsabinna.
"SELAMA INI AKU UDAH NURUTIN SEMUA KEMAUAN PAPA! AKU SELALU JADI JUARA UMUM, APA ITU BELUM BISA BIKIN PAPA BANGGA KE AKU?" sendu Tsabinna lalu berlari menuju kamarnya.
Brak
Tsabinna membanting kasar pintu kamarnya, dia tidak peduli jika harus kena amukan dari sang papa.
"PAPA, CAPE NGURUSIN KAMU!"
"KAMU EMANG SELALU JUARA UMUM, TAPI BISA GAK SIH KAMU JUARA SATU TERUS, QUEEN!"
"PAPA MALU PUNYA ANAK SEPERTI KAMU!"
"gue benci gue benci!" tangis Tsabinna.
Prang
Tsabinna, memecahkan bingkai foto dirinya dan kedua orang tua nya.
Tes
Darah dari hidung Tsabinna keluar kembali, harus kah Tsabinna menyerah menghadapi penyakit mematikan ini sendirian?
"Argh darah sialan!" murka Tsabinna sambil menarik rambut nya frustasi.
"Gue bakal sembunyiin semua penyakit gue!"
Sedangkan di lain tempat, yaitu di halaman belakang rumah. Leonardo sedang melamun memikirkan perkataan anaknya barusan, apakah dia terlalu kasar?
"Gak seharus nya gue kayak gitu ke anak sendiri, maafin, Papa, sayang." lirih Leonardo.
"Minta maaf sana sama, Queen." titah Arafah lalu pergi menuju ke dapur.
Setelah itu Leonardo benar benar pergi ke kamar anaknya, untuk meminta maaf atas perkataan nya barusan.
Tok tok tok
"Queen!" panggil Leonardo.
"Queen, buka dong pintu nya." pinta Leonardo.
"Papa, dobrak ya."
Cklek
Kini terlihat Tsabinna yang begitu acak acakan, rambut sudah seperti singa, kamar berantakan seperti kapal pecah, mata sembab, hidung merah dan bibir yang terlihat begitu pucat.
"Queen, kamu sakit?" tanya Leonardo.
Tsabinna tidak menjawab, dirinya hanya menatap lurus ke depan.
"Maafin, Papa, maaf sayang." lirih Leonardo yang langsung mendekap putri satu satu nya itu.
Tsabinna tidak membalas pelukan sang Papa, ia hanya mematung.
"Mau maafin, Papa, kan?" tanya Leonardo.
Lagi dan lagi tidak ada jawaban yang Tsabinna lontar kan. Sebenci itukah anak nya terhadap diri nya? Lalu apa yang harus Leonardo lakukan agar putri sulungnya seperti dulu lagi.
Sekarang tidak ada lagi Tsabinna yang ceria, Tsabinna yang bar bar bahkan nakal tingkat akut. Sekarang hanya ada Tsabinna yang dingin, bahkan tak tersentuh.
Ada apa dengan putrinya ini? Apakah dia depresot ralat depresi?
"Tsa." panggil Leonardo.
"Pergi!" titah Tsabinna dingin.
"Tapi kamu belum maafin, Papa." jawab Leonardo.
"AKU BILANG PERGI YA PERGI!" bentak Tsabinna lalu menutup pintu kamar nya dengan kasar.
"Maafin Papa, nak." sendu Leonardo.
"Gimana, Tsabinna, mau maafin kamu?" tanya Arafah yang sedang membawa nampan berisi makanan dan juga susu kotak kesukaan Tsabinna.
Leonardo menghela nafas panjang lalu mengusap wajah nya dengan kasar. "Tsabinna, gak mau maafin aku." lirih Leonardo sambil menunduk.
"Biar aku yang ngomong sama, Queen." sahut Arafah.
Cklek
"Tsabinna, makan dulu ya." pinta Arafah.
"Ma, emang aku punya salah apa sih sama, Papa?" tanya Tsabinna yang sedang menunduk.
"Queen, gak salah kok maafin, Papa, ya sayang." pinta Arafah.
"Pipi aku sakit, Ma, batin aku juga sakit." lirih Tsabinna.
"Mama, tau kan kalau aku bukan tipe cewek kuat kalau di bentak sama siapa pun itu." sambung Tsabinna.
Arafah tidak kuat lagi mendengarkan keluh kesah anak nya ini, ternyata putri satu satu nya ini banyak menyimpan luka sendiri.
Arafah memeluk Tsabinna. "Tadi itu, Papa, gak sengaja sayang." ucap Arafah yang sedang mengelus rambut anak nya itu.
"Papa, jahat, Ma." adu Tsabinna.
Dibalik pintu kamar Leonardo mendengarkan semua keluh kesah sang anak hingga menyebabkan hati nya teriris dan dihantui rasa bersalah yang amat besar.
...⭐⭐⭐...
"Kamu mau kan maafin, Papa?" tanya Arafah.
Tsabinna hanya menggeleng tanpa berminat untuk menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh sang Mama.
"Kenapa sayang?" tanya Arafah sambil memperhatikan putri sulung nya.
"Papa jahat, Ma." cicit Tsabinna.
"Kamu mau jadi anak durhaka hm?" balas Arafah.
"Gak mau, Ma." jawab Tsabinna mengerucutkan bibir nya.
"Makanya maafin ya sayang." pinta Arafah.
"Iya, Ma." jawab Tsabinna sambil tersenyum simpul.
"Ayo ke bawah maafin, Papa mu." ajak Arafah.
"Ayo." balas Tsabinna antusias.
Saat ini Tsabinna melihat sang Papa, yang sedang melamun manik mata nya terus mengeluarkan air mata. Tsabinna benar benar menyiksa Papa nya.
"Papa." panggil Tsabinna dengan senyuman manis nya.
"Tsabinna, ini kamu?" tanya Leonardo antusias.
"Iya, aku udah maafin, Papa." sahut Tsabinna
"Makasih sayang." ucap Leonardo sambil memeluk tubuh mungil Tsabinna.
"Sama sama, Papa." balas Tsabinna.
Cup
Cup
Tsabinna mengecup singkat kedua kelopak mata sang Papa, hingga membuat Leonardo terkejut.
"Kamu cium, Papa?" ucap Leonardo gelagapan.
Tsabinna terkekeh. "Biar, Papa gak nangis lagi."
"Sayang Queen banyak banyak." sahut Leonardo sambil terus menciumi rambut putri nya tersebut.
"Udah ih geli, Pa." jawab Tsabinna.
"Oh iya, Papa mau ngomong serius sama kamu." pekik Leonardo.
"Ngomong aja, Pa." balas Tsabinna.
"Jadi Papa sama Mama, bakal jodohin kamu". ucap Leonardo menatap putri sulung nya.
Uhuk
Tsabinna yang sedang minum keselek, apa tadi papa nya ngomong apa? di jodohkan?
Omo gak mau pokoknya!
"APA? PAPA SAMA MAMA MAU JODOHIN, TSABINNA?!" teriak Tsabinna sambil berdiri dari duduk nya.
"Iya lagian mau sampai kapan kamu jadi cewek nakal, Binna." sahut Arafah.
"Papa, juga udah pusing dapet surat dari sekolah terus, mungkin dengan cara menjodohkan kamu dengan anak dari rekan bisnis Papa, mungkin itu jalan terbaik buat kamu." timpal Leonardo.
"Tap---" ucap Tsabinna.
"Gak ada tapi tapian, malem ini kita makan di cafe buat ketemu sama calon suami kamu." final Leonardo.
"Eum iya deh, Pa." pasrah Tsabinna.
Malam ini tepat jam delapan malam, Tsabinna sedang mempercantik wajahnya dengan ber make up, sebenernya Tsabinna sih pengen nolak tapi kasian sama orang tua nya jadi ya dia terpaksa menerima perjodohan ini.
"Huft gue gak mau nikah, gue punya penyakit yang bener bener bikin gue down." lirih Tsabinna.
"Tsabinna, udah belum nak." teriak Arafah di balik pintu kamar pintu nya.
"Ini udah kok, Ma." sahut Tsabinna lalu membuka kan pintu kamarnya.
"Subhanallah, cantik banget sih." kagum Arafah saat melihat Tsabinna yang lebih cantik dari hari biasa nya.
"Hehe bisa aja, Ma." malu Tsabinna.
"Mentang mentang mau ketemu sama calon suami, kamu jadi cantik gini deh pangling Mama, ke kamu." sahut Arafah.
"Ah nggak juga Ma, ayo kita ke bawah." ajak Tsabinna.
Setelah menghabiskan waktu dua puluh menit perjalanan, akhirnya keluarga bermarga Mahardika itu sudah sampai di cafe tujuan.
"Duduk dulu sayang. Temen Papa, belum dateng." suruh Leonardo.
"Iya, Pa."
Beberapa menit menunggu kehadiran sahabat Leonardo, akhirnya mereka datang juga.
"Rorenzo, apa kabar lo?" sapa Leonardo.
"Baik bro, ini anak lo?" tanya Rorenzo.
"Iya, gimana cantik kan?" sahut Leonardo.
"Wah gak salah gue dapet mantu bening kayak anak lo, iya gak sayang?" tanya Rorenzo kepada sang istri.
Tsabinna hanya tersenyum menanggapinya. "Om, bisa aja." jawab Tsabinna.
"Jeng ini anak lo?" tanya Mawar.
"Iya lah, cantik yaa?" ucap Arafah.
"Beuh gila, pangling gue." balas Mawar.
"Ayo kalian kenalan dulu." suruh Leonardo.
"Perkenalkan saya Mawar Suseno Ghifari." sapa Mawar lalu mengulurkan tangannya kearah Tsabinna.
"Ghifari nama marga keluarga nya ya? Kok gue kayak gak asing sama nama itu." batin Tsabinna
Tsabinna menerima uluran tangan tersebut sambil tersenyum manis. "Perkenalkan nama saya Tsabinna Arabella Queenza Mahardika." ujar Tsabinna dan langsung dibalas anggukan oleh tante Mawar.
"Perkenalkan nama om, Rorenzo Adipati Ghifari." ucap Rorenzo.
"Iya om, saya Tsabinna Arabella Queenza Mahardika." balas Tsabinna.
"Beuh nama nya panjang ya, jeng." sahut Mawar.
Arafah hanya tersenyum. "Iya lah harus panjang!" desis Arafah.
"Hebat ya bro, bibit lo unggul banget anjir." heboh Rorenzo
Leonardo hanya tersenyum penuh kebanggaan. "Anak lo mana?" tanya Leonardo.
"Bentar lagi nyampe kok." timpal Mawar.
"Maaf aku telat." ucap seseorang.
Tsabinna mendongak melihat pria di samping tante Mawar.
Dan BAM! ITU ABIZAR?
Mata mereka bertemu, dan Tsabinna buru buru memutuskan kontak mata nya.
"Abizar." ucap Tsabinna.
"Tsabinna." ucap Abizar.
"Lho jadi kalian udah pada kenal hm?" tanya Leonardo.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!